Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LAPORAN KASUS
a. Identitas Pasien
a. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Tn.Z/ laki-laki/31 Tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : tenaga honorer/ SMA
c. Alamat : RT. 02 Tanjung Raden
b. Latar belakang sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan
: Menikah
b. Jumlah Anak/ Saudara
: anak 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga
: menengah ke atas
d. Kondisi Rumah
:
Rumah Terletak Di sebuah perkampungan yang padat penduduk, berjarak 5 meter
dari pinggir jalan raya, dan 20 meter dari pinggir sungai Batang Hari. Struktur rumah
berbentuk rumah panggung, Rumah beratap seng, berdinding kayu dan berlantai
papan. Terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang TV, dan dapur, serta kamar
mandi yang terletak di belakang. Sumber air keluarga adalah PDAM. ventilasi
cukup, WC leher angsa dengan septik tank berada di belakang rumah, penerangan
cukup. Kamar tertata rapi dan cukup bersih.di depan rumah terdapat warung pasien
yang menjual gas.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
pasien tinggal bersama dengan

keluarga besarnya dengan anggota keluarga

berjumlah 7 orang terdiri dari ibu mertuanya yang sudah tua, istrinya, 2 orang
anaknya, dan adik iparnya, dan seorang keponakannya.
f. Aspek Psikologis Dalam Keluarga
:
Pasien sebgai kepala rumah tangga dan bekerja sebagai tenaga honorer di sebuah
kantor dinas pendidikan kota Jambi. Sedangkan istrinya bekerja sebagai ibu rumah
tangga sekaligus penjual gas yang berada di depan rumahnya. Keluarga pasien
sangat menyayangi pasien, komunikasi terjalin baik di antara sesama anggota
keluarga. tidak ada permasalahan di antara sesama anggota keluarga terhadap pasien.
c. Keluhan utama
: Buang air besar disertai darah sejak 2 hari yang lalu
d. Riwayat Penyakit Sekarang.
Sejak 3 tahun ini, pasien merasakan adanya tonjolan dari dubur terutama saat
mengedan dan Buang air besar yang disertai dengan keluarnya darah yang berwarna
merah segar, darah yang keluar sebanyak gelas. Darah yang keluar tidak bercampur
dengan air besar, namun terpisah, darah keluar terlebih dahulu baru kemudian diikuti
1

dengan buang air besar. Awalnya tonjolan keluar jika pasien mengedan dan masih bisa
masuk sendiri jika pasien tidak mengedan lagi. Nyeri (+). Pasien mengaku tonjolan di
dubur dirasakan memberat jika pasien makan makanan yang bersantan dan makanan
berlemak,dan kelelahan,
Namun sejak 1 tahun ini, benjolan di dubur tidak dapat masuk sendiri, tetapi
harus dibantu didorong dengan jari. Setiap hendak buang air besar, maka keluar darah
segar , setelah darah berhenti, lalu pasien berusaha memasukkan tonjolan di dubur ke
dalam. Nyeri (+), gatal (-). Pasien mengatakan susah buang Air Besar. Pasien tidak
pernah mengontrol keluhannya ke fasilitas kesehatan ataupun mengkonsumsi obat untuk
mengobati keluhanya.
Sejak 2 hari ini yang lalu pasien mengeluh buang air besar disertai darah. BAB
rata-rata 2 hari sekali dengan keluar kotoran agak padat sehingga pasien sering mengedan
keras ketika BAB, pasien juga mengaku jarang memakan makanan yang mengandung
serat seperti sayuran dan buah-buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan
minum kurang dari 2,5 liter per hari. pasien juga mengaku pekerjaannya sehari-hari lebih
banyak duduk karena bekerja di kantor. Gatal daerah anus (-), mual muntah (-), demam
(-).
Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti buang air
besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang keluar menetes dan
tidak bercampur dengan feses. Saat buang air besar tidak disertai lendir.Buang air kecil
pada pasien tidak ada keluhan, warna kuning jernih dan tidak nyeri saat berkemih.
e. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga :
Pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya.
Ayah kandung pasien juga mengalami hal yang sama dahulu,dan belum pernah

dioperasi.
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, kanker dalam keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat Gastritis
:+
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan disangkal
Riwayat allergi
:-

f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Tanda vital
2

Tekanan Darah
Frekuensi Napas
Frekuensi Nadi
Suhu
d. Kepala
e.
f.
g.
h.

dicabut.
Mata
Hidung
Telinga
Mulut

(-).
i. Leher

: 110/ 70 mmHg
: 18 x/menit
: 72 x/menit
: 36,50C
Normochepali, rambut hitam, tersebar merata, tidak mudah
: conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/: Normosepta, secret -/-, hiperemis -/: Normotia, secret -/: bibir sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)faring hiperemis
: pembesaran

kelenjar tiroid

(-), Pembesaran kelenjar getah

bening (-)
j. Thoraks
Jantung
: BJ I/II reguler normal, murmur(-), gallop(-)
Paru
: Vesikuler +/+, ronki (-), wheezing(-)
k. Abdomen
: Datar, Supel, nyeri tekan (-), NL(-), BU (+) normal
l. Ekstermitas sup/inf : akral hangat, edema (-) , CRT < 2
STATUS LOKALIS
Pasien saat pemeriksaa colok dubur, pasien berbaring posisi sim (miring ke lateral),

dan pasien diminta untuk mengedan


Pasien mengatakan tonjolan di anus tidak bisa masuk dengan sendirinya tetapi harus
dibantu dengan jari dan tonjolan keluar pada saat mengedan

g.

Inspeksi

tampak benjolan diameter 5 cm yang


berada di atas garis linea dentata, warna

Palpasi

kemerahan, hematom perianal (-), abses (-)


Tonus sphingter ani baik, teraba massa,
Konsistensi teraba kenyal, batas tegas, nyeri
tekan (+), benjolan dapat dimasukkan
dengan jari. pada sarung tangan darah (-),
lendir (-), feses (-).

Pemeriksaan penunjang Dan Usulan pemeriksaan :


Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Usulan pemeriksaan:
pemeriksaan Darah Rutin
Anoskopi : untuk menilai mukosa rectal dan tingkat pembesaran hemoroid

Sigmoidoskopi : untuk memastikan tidak adanya diagnose banding lain seperti kolitis,
polip rektal, dan kanker.

h. Diagnose Kerja : Hemorrhoid Interna grade III


i. Diagnosis Banding :
Hematoma Perianal
Fisura Anal
karsinoma rektum,
polip rektal,
j. Manajemen:
1. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang dapat menyebabkan ambeien
- Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara mencegah ambeien agar tidak
-

bertambah parah
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan hanya

pengobatan konservatif
Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak dilakukan

pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.


2. Preventif :
- Kurangi komsumsi cabe dan makanan pedas
- Jika bekerja seharain yang dihabiskan dengan duduk, maka sering-sering
beranjak sejenak dari tempat duduk untuk melenturkan dan meluruskan otot-

otot pinggang
Jangan melakukan hubungan seksa melalui anus
Jangan suka Manahan buang air besar atau air kecil.
Hindari mengedan berlebihan
jangan merokok
Jangan duduk dalam waktu lama atau nokrong lama d WC
Jika aktivitas lebih banyak duduk, selalu berdiri atau berjalan selama waktu

istirahat
Hindari mengangkat beban yang berat, karena hal ini dapat memberikan
tekanan pada pembukaan dubur Koreksi konstipasi dengan meningkatkan
konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat

menyebabkan konstipasi.
Makanlah makanan berserat dan vitamin seperti buah segar, sayuran, dan roti

gandum
Minum air putih minimal sebanyak 2,5 liter air setiap hari
4

3. Kuratif
-

Non Farmakologik

Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.


Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali
sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 2 minggu, karena air hangat
dapat merelaksasi sfingter dan spasme serta memperkecil benjolan pada wasir.
Makan makanan yang berserat dan mengandung vitamin seperti sayur-sayuran
dan buah-buahan (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang
dapat menyebabkan konstipasi.
Banyak minum air putih minimal 2,5 liter perhari
-

Farmakologik

Anti Hemoroid supp 1x1 pada malam hari sebelum tidur


Yang mengandung bismuth subgallate 150 mg
Hexachlorophene 2,5 mg
Lignocaine 10 mg
Zinc Oxide 120 mg
Sulfaf ferrous 1 x 300 mg tablet per hari
Vit K tab 3 x 10 mg
Vitamin B complek 3x1 per hari Tablet
Anjuran Operasi Hemoroidektomi

Obat Tradisional
Daun pepaya muda direbus sampai mendidih, kemudian saring dan
minum dipagi hari

4. Rehabilitatif :
- Minum obat sesuai anjuran dan sampai tuntas
- Makan makanan berserat dan hindari mengedan lama pada saat BAB
- Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS atau puskesmas

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang
dr. Silviana Sari G1A213028
STR 019/01/2015
Jl sehat no 01 RT 03
Dokter :dr. Silviana Sari
SIP

: No. 266/SIK/2015 NO.I

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang
dr. Silviana Sari G1A213028
STR 019/01/2015
Jl sehat no 01 RT 03
Dokter :dr. Silviana Sari
SIP

14 Mei 2015
R/ Anti Hemoroid supp no. III
S 1dd supp1 h.s
R/ sulfat Ferrous 300 mg tab No V
S 1 dd tab I

: No. 266/SIK/2015 NO.2


14 Mei 2015

R/ Vit K tab 10 mg

no.IX

S 3 dd tab1
R/ Anti Hemoroid supp no. III
S 1dd supp1 h.s

R/ Vitamin B complek tab No XV


S 3 dd tab I

R/ sulfat Ferrous 300 mg tab No V


S 1 dd tab I
R/ Vitamin B complek tab No XV
S 3 dd tab I
R/ Vitamin C 50 mg tab No.XII
S 3 dd tab I pc

Pro :Tn.Z/ laki-laki/ 31 tahun


Alamat : RT. 02Tanjung Raden

Pro :Tn.Z/ laki-laki/ 31 tahun


Alamat : RT. 02 Tanjung Raden

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Anorektal


Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm, sedangkan
rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum ini, maka perdarahan,
persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya berbeda juga, demikian pula epitel yang
menutupinya. Rectum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut
mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap
rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan autonom dan tidak peka
terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap karsinoma rectum, sementara fisura anus
nyeri sekali. Daerah vena di atas garis anorektum mengalir melalui system porta, sedangkan
yang berasal dari anus dialirkan ke system kava melalui cabang vena iliaka. Distribusi ini
menjadi penting dalam upaya memahami cara penyebaran keganasan dan infeksi serta
terbentuknya hemoroid. System limf dari rectum mengalirkan isinya melalui pembuluh limf
sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke arah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limf
iliaka interna, sedangkan limf yang berasal dari kanalis analis mengalir kea rah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah ke
ventrokranial yaitu kea rah umbilicus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rectum
dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis anus
disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentate. Di daerah ini
terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini
dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter
sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan
batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern dan sfingter
ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter intern, otot longitudinal,
bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter
internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot
lurik.

Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika inferior. Arteri ini
membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang yang kanan akan bercabang
kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah
kanan dan sebuah di perempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna, sedangkan
a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis antara arcade pembuluh
inferior dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak
bedah ata sumbatan aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis
tersebut ke pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua
ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luasdan kaya sekali
darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah segar yang berwarna
merah dan buka darah vena warna kebiruan.
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke
arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena
porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menntukan tekanan di dalamnya.
Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus
septic dapat menyebabkan pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam
vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena
hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid.
Penyaliran limf
Pembuluh limf dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya
menuju ke kelnjar limf inguinal, selanjutnya dari sini cairan limf terus mengalir sampai ke
kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati
inguinal. Pembuluh limf dari rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena
hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta. Operasi
radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limf ini.
8

Persarafan
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal
dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang terbentuk dari ganglion
simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure simpatis pleksus ini menuju kea rah
struktus genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut
saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara
mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada
waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau uterus dapat menyebabkan
gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.
Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorektum; otot ini mempertajam sudut
tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.
Defekasi
Pada suasana normal, rectum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke dalam
rectum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi sigmoid masuk ke
dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan menimbulkan keinginan defekasi. Rectum mempunyai
kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair dan gas.
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan yang
berarti. Defekasi terjadi akibat reflex peristaltic rectum, dibantu oleh mengedan dan relaksasi
sfingter anus eksternus.
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan
persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.

2.1 Definisi Hemoroid


Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak merupakan
keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan.
9

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemoroidalis. Plexus hemoroidalis tersebut merupakan jaringan normal yang terdapat
pada semua orang yang berfungsi untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan. 1
Karena adanya suatu faktor pencetus, pleksus tersebut dapat mengalami pelebaran,
inflamasi, bahkan perdarahan. Pelebaran ini berkaitan dengan peningkatan tekanan vena pada
pleksus tersebut yang sering terjadi pada usia 50 tahun ke atas. Dimana pelebaran ini tidak
diikuti dengan perubahan kondisi anatomi dari kanalis analis. 1,3
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior.

Gambar 2.1 Anatomi rektum


2.2 Epidemiologi
Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur hidupnya,
hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 60 tahun, dan juga sering terjadi pada wanita
hamil.

Gambar 2.1 hemorrhoid


2.3 Etiologi dan Faktor Risiko1,2
Darah yang berasal dari pleksus hemorodalis akan dialirkan ke vena mesenterika
inferior, kemudian ke vena porta masuk ke hepar.
10

Hemorrhoid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis, penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis dibagi menjadi:
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organic
a. Hepar pada sirosis hepatis
fibrosis jaringan akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi
hipertensi portal, maka akan terbentuk kolateral antar lain ke esophagus dan pleksus
hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misal akibat thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis yang menekan vena sehingga aliran
terganggu, misal tumor ovarium, tumor rectum, dsb. Tumor ini dapat menekan vena
sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan pelebaran plexus hemoroidalis.
2. Idiopatik, tidak jelas asalnya kelainan organic, hanya ada factor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya hemorrhoid, antara lain:
a. Keturunan/ herediter
Dalam hal ini yang menurun adanya kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan
hemorrhoidnya. Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat
sejak lahir akan memudahkan terjadinya hemoroid setelah mendapat paparan
tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain.
b. Anatomi
Vena di daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasia di sekitarnya sehingga darah mudah kembali,
menyebabkan tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk lama atau harus mengangkat
barang berat, gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemorrhoid, misalnya
polisi lalu lintas, ahli bedah, dll.
d. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh juga otot spingter
menjadi tipis dan atonis.
e. Hipertensi, obesitas, gaya hidup dan kehamilan ( disebabkan tekanan janin pada
abdomen).Obstipasi dan konstipasi yang menyebabkan peningkatan tekanan vena
akibat mengedan.
f. Kurang minum air, kurang makan makanan berserat ( sayur dan buah )

11

k. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,


misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada
waktu defekasi.
l. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.

m. Peningkatan stress psikologis


Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak
peristaltik usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress juga dapat
menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon).
n. Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk
merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti;
beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak lebih lambat
di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan intake cairan dapat mempercepat
pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.
o. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan antikolinergik lain
dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem syaraf pusat
sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
p. Usia lanjut
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna.
Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras. Usia Pada usia tua terjadi
degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter pun juga menjadi tipis dan
atonis. Karena sphincternya lemah maka dapat timbul prolaps. Selain itu pada usia
tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan penyerapan air yang berlebihan
pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras.
Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada plexus hemoroidalis yang dipicu oeh
proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.
q. Pola buang air besar yang salah

12

Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemoroid. Menurut dr.
Eka Ginanjar, dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan anus tidak
dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di
daerah rektum dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok. Posisi
jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak
langsung dapat mencegah terjadinya hemoroid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi
jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup
secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan feses.
Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika sudah dirasa ingin
buang air besar juga dapat menurunkan kejadian konstipasi.
g. Kurang intake cairan
Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian hemoroid. Hal tersebut
dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat menyebabkan tinja menjadi keras sehingga
seseorang akan cenderung mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut.
Sementara itu, proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus
hemoroidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat membantu melunakkan
tinja dan membersihkan usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja.
h. Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk duduk dan
merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemoroid. Selain itu dengan melakukan
olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat
melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang
terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian hemoroid. Hal
tersebut dikarenakan terjadi peregangan musculussphincter ani yang berulang sehingga ketika
penderita mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.
i. Kehamilan

r. Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan peristaltik


saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga akan
13

mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada
wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen.
Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemoroid karena adanya
penekanan yang berlebihan pada plexus hemoroidalis

2.4 .Klasifikasi Hemorrhoid 1,2,3


Hemorrhoid dibedakan antara yang interna dan eksterna
1. Hemorrhoid interna
Adalah pelebaran plexus hemorrhoidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemorrhoid interna merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan submukosa pada
rectum sebelah bawah. Sering hemorrhoid terdapat pada tiga sisi primer, yaitu kanan-depan,
kanan-belakang, dan kiri lateral. Hemorrhoid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak
primer tersebut.
2. Hemorrhoid eksterna
Adalah pelebaran dan penonjolan pleksus hemorrhoid inf erior terdapat disebelah distal garis
mukokutan didalam jaringan dibawah epitel anus.

Gambar 2.2 hemorrhoid interna dan eksterna


Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Untuk hemorrhoid
interna terdapat 4 derajat yaitu:
14

1. Derajat I
Pada derajat pertama hemorrhoid menyebabkn perdarahan merah segar, tanpa disertai dengan
nyeri pada waktu defekasi. Pada stadium awal seperti ini tidak terdapat prolaps. Pada
pemeriksaan anuskopi terlihat hemorrhoid membesar dan menonjol ke dalam lumen.
2. Derajat II
Terjadi perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan selama defekasi berlangsung
dan dapat kembali spontan. Ini dianggap sebagai derajat selanjutnya dari hemorrhoid yang hanya
berdarah tanpa ada keluhan, lama kelamaan akan berkembang menjadi derajat III.
3.Derajat III
Hemorrhoid menonjol saat mengedan dan harus didorong kembali sesudah defekasi. Dalam hal
ini perdarahan tidak menjadi kriteria, mungkin saja varises keluar dan harus mendorong kembali
tanpa adanya perdarahan.
4. derajat IV
Hemorrhoid yang menonjol keluar dan tidak dapat didorong masuk. Hal ini menimbulkan
keadaan sakit sehingga penderita akan datang berobat. Biasanya pada derajat IV ini terdapat
thrombus yang diikuti infeksi.

2.5 Pathogenesis
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus.
Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban
duduk sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor
usus, tumor abdomen), kehamilan (adanya

penekanan janin pada abdomen dan perubahan

hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan

15

seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/mobilitas.

Gambar 2.3 klasifikasi hemorrhoid

Derajat
I
II
III
IV

Berdarah
+
+
+
+

Menonjol
+
+
+

Reposisi
spontan
manual
Tidak dapat

Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di luar/di bawah linea
dentata) dan hemoroid interna (di dalam/ di atas linea dentata). Untuk melihat risiko perdarahan
hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih
menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara anoskopik, hemoroid interna juga dapat
dibagi dalam 4 derajat.
2.6 Gejala dan tanda
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan
gejala rectum dan anus yang khusus.
1. Nyeri hebat
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya
timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur feses, dapat

16

hanya berupa garis pada feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih
sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
2.7 Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan pemeriksaan anoskopi serta
sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat
pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps
biasanya terlihat gambaran vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta
mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas. Sedangkan dengan menggunakan
sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan
rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan
kanker.
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol
ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan. Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika
penderita diminta untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses kegananasan di tingkat yang lebih tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.
2.8 Diagnosis Banding

17

Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga terjadi papa
karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit lain yang tidak
begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium
kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala
penderita.
Prolaps rectum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari thrombosis
hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis
tengah dorsal, yang disebut umbai kulit dapat menunjukkan fisura anus.
2.9 Tata laksana
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid
adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk
menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan
local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
1. Terapi Non Farmakologi
Penatalaksanaan ini bertujuan untuk mencegah semakin memburuknya hemoroid
dengan cara memperbaiki defekasi. Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang harus selalu ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid.
Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri dari
diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Bersamaan
dengan program BMP tersebut di atas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal
dengan cara merendam anus dalam air sehingga eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat
dibersihkan.
18

Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna derajat 1, disebut
juga terapi konservatif, diantaranya adalah :

Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan

menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.


Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan

buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.


Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali sehari selama
10 menit pagi dan sore selama 1 2 minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter

dan spasme.
Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
2. Terapi Farmakologi
Salep anastetik lokal
Kortikosteroid
Laksatif
Analgesik
Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson dan Schirfield, 2008)
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat
komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau isphagula Husk (misal
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar
antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax, Microlac dll.
Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant, merangsang
sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan kedalam tinja.
Dosis 300 mg/hari.
b. Obat simtomatik : bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat pengurang keluhan
seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptic lemah.
Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk ointment atau
19

suppositoria antara lain Anusol, Boraginol N/S, dan Faktu. Bila perlu dapat
digunakan kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus
antara lain Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. Sediaan bentuk suppositoria
digunakan untuk hemoroid interna, sedangkan sediaan ointment/krem digunakan
untuk hemoroid eksterna.
c. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka pada
dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang digunakan
untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%)
dalam bentuk Micronized, dengan nama dagang Ardium atau Datlon.
Psyllium, Citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah. Obat penyembuh
dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan dengan Ardium 500 mg
menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid
akut bila dibandingkan plasebo. Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan
Hesperidin) (Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid
kronik. Penelitian ini didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir
pengobatan dibanding sebelum pengobatan secara bermakna. Perdarahan juga
makin berkurang pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan.

3. Penatalaksanaan Minimal Invasive


1. Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringan areolar yangg longgar
dibawah hemorrhoid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis

20

akut jika masuk kedalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan terapi
yang efektif untuk hemorrhoid interna derajat I dan II.
3. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain :

Hemoroid interna derajat II berulang


Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
Mukosa rektum menonjol keluar anus
Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien

Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :

Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam minyak
nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah submukosa
hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi
fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis
pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah atau mengurangi prolapsus
jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran makanan tinggi serat dapat efektif
untuk hemoroid interna derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada
tahun 2009, teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan
karena tingkat kegagalan yang tinggi.

Gambar 2.4 scleroterapi

21

Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)


Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Efek dari
teknik ini adalah nekrosis iskemia, ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan
setelah 7-10 hari dan nyeri.

Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada suhu
yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yg
nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang inoperable.

Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan
menahun, juga untuk penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak
sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit
yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan sfingter
anus biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan
kemudian dieksisi.

Tindak bedah lain


Infrared thermocoagulation
Bipolar diathermy
Laser haemorrhoidectomy
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Cryotherapy
Stappled hemorrhoidopexy
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna

kecuali efek anestetik dan astringen.

22

Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres
local untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mandasarinya,
misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi
simptomatik.
Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan
areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang
panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat
maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika
masuk ke dalam prostat dan rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II.

Gambar 2.5 sclerotherapy


23

Ligasi dengan gelang karet


Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi dengan
gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisapke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligatir
dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis
karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis
dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi, hanya diikat satu
kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat
minggu.
Penyulit utama ligasi adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk
menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang
hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.
Bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali.
Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang
inoperable.

Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih
sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat
ditolong segera dengan hemoroidektomi.

24

Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.

Tindak bedah lain


Dilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk memutuskan jaringan
ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan ke luar anus atau spasme yang merupakan faktor
penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.
2.10 Komplikasi Hemoroid 1.3.8
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah anemia berat dan trombosis. Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
2.11 Pencegahan Hemoroid 1,3

25

Perubahan gaya hidup adalah hal yang paling penting dalam pencegahan hemoroid dan
mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah ke luar, dimana hal ini menurunkan tekanan
dan pengedanan dan mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau ke belakang
timbul.

BAB III
ANALISIS KASUS
a

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pada pasien ini didiagnosis dengan hemorrhoid interna grade III karena pada anamnesis
didapatkan adanya keluhan Buang air besar disertai darah sejak 2 hari yang lalu . keluhan
disertai dengan timbulnya benjolan di anus yang dapat dimasukan ke dalam anus dengan
bantuan jari, terasa nyeri. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah segar,
menetes dan tidak bercampur dengan feses. Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi
rumah dan lingkungan sekitar, faktor jongkok yang lama pada toilet jongkok leher angsa
merupakan salah satu faktor untuk timbulnya hemoroid. Karena jongkok yang lama dapt
menyebabkan stasis aliran darah Jadi, terdapat hubungan antara kedaan rumah dan
lingkungan sekitar dengan faktor yang ikut mempengaruhi timbulnya penyakit hemoroid.

b Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Penyakit yang diderita pasien ini merupakan penyakit yang diturunkan dari ayah kandung
pasien yang juga mengalami hal yang serupa dengan pasin. Sedangkan hubungan dengan
26

keluarga pasien terjalin baik dan harmonis. Jadi,

terdapat hubungan diagnosis dengan

keadaan keluarga dan hubungan keluarga.


c

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan


sekitar.
Pasien memiliki kebiasaan suka memakan makanan yang pedas, berlemak, diet rendah serat
dan kurang vitamin serta kurang minum dari 2,5 liter per hari. Faktor pekerjaan pasien yang
lebih banyak duduk di kantor membuat risiko untuk terkena hemoroid menjadi lebih besar.
lalu terjadi konstipasi. Pasien juga seorang perokok. kebiasaan seperti ini juga dapa
menyebabkan terjadinya hemoroid.

d Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini.
kurang makanan dan kurang vitamin berserat seperti buah segar, sayuran, dan roti

gandum
kurang intake cairan
aktivitas di kantor yang lebih banyak duduk,
Riwayat ayah kandung dengan hemorrhoid
Kurang berolah raga

Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor risiko
atau etiologi pada pasien ini.
- Mengubah kebiasaan kebiasaan buruk tersebut di atas, membiasakan hidup sehat dan
-

teratur.
Banyak konsumsi air putih dan buah-buahan agar pencernaan lancar. Makanlah makanan

berserat seperti buah segar, sayuran, dan roti gandum


Minum sebanyak 6-8 gelas air setiap hari
Kurangi komsumsi cabe dan makanan pedas
Jangan duduk di toilet dalam waktu lama
Jika aktivitas lebih banyak duduk, selalu berdiri atau berjalan selama waktu istirahat
Berolahraga dengan rutin.

27

LAMPIRAN GAMBAR

Rumah Tampak Depan

Kamar mandi

Kamar

ruang tengah

Dapur Dan Ruang Makan

tungku memasak

Pemeriksaan Pasien

Obat Pasien

jemuran kain pasien

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep konsep Klinis Proses Penyakit,
Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 467
2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled Hemorrhoidectomy
Invited

Critique,

Jama

and

Archives,

Vol.

137

No.

12,

December,

2002,

http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember 2009.


3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last update
Desember 2009.
4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 675
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih bahasa ),
1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat Alat Dalam,Hal: 232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 59
8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H, Ronardy,
Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

29

Anda mungkin juga menyukai