Anda di halaman 1dari 2

Proses Identifikasi Jenazah

Proses identifikasi tehadap jenazah adalah proses pengungkapan jati diri atau
pengenalan dari jenazah yang ditemukan untuk mengetahui dan mengembalikan jenazah
tersebut terhadap anggota keluarganya. Dalam melakukan identifikasi terhadap jenazah,
diperlukan beberapa benda yang bersifat penting untuk menentukan siapa jati diri si
jenazah tersebut. Benda yang masuk dalam proses identifikasi tersebut dinamakan
identifier. Identifier dalam proses identifikasi jenazah, dikelompokkn ke dalam 2 bagian,
yaitu identifier primer dan identifier sekunder. Identifier primer meliputi sidik jari
(fingerprints), sidik DNA, dan data gigi geligi (dental records). Sedangkan identifier
sekunder, yaitu : medis (medical), kepemilikan(property) , dokumentasi (photography)
Prinsip identifikasi adalah dengan membandingkan antara data korban sebelum
meninggal dunia (antemortem) dengan data korban setelah meninggal dunia
(postmortem). Korban teridentifikasi secara ilmiah jika telah terpenuhi minimal salah
satu identifier primer baik atau tanpa disertai identifier sekunder, atau telah terpenuhi
minimal dua identifier sekunder.

Analisis Skenario
Dari tanda-tanda yang ditemukan pada korban tersebut kita dapat menentukan
sebab-sebab kematianya. Misalnya ciri pada korban yang sudah mengalami
pembengkakan, mengeluarkan aroma busuk, dan ditemukan belatung pada bagian tubuh
jenazah. Hal tersebut menunjukkan bahwa korban meninggal di atas seminggu yang lalu.
Ini karena belatung akan muncul setelah mereka berada dalam bentuk telur sekitar
minimal 9 hari setelahnya. Ciri lainnya adalah adanya kaki yang berwarna putih
mengkilap dan berbau tengik yang dapat dikatakan sebagai penanda adiposure. Adiposure
muncul sekitar minimal seminggu setelah kematian, namun kebanyakan bahkan muncul
lebih dari seminggu. Selain itu, buih halus bercampur darah yang keluar dari mulut

korban juga bisa mengindikasikan bahwa jenazah tersebut adalah korban tenggelam
dalam air asin/ air laut.
Namun, diperlukan lagi proses identifikasi lebih lanjut untuk mengungkap jati diri
korban tersebut. Misalnya dengan melakukan anamnesis terhadap kedua pihak yang
mengklaim jenazah tesebut. Anamnesis disini dilakukan dengan menanyakan ciri-ciri dari
orang yang mereka maksud, dan kemudian dicocokkan dengan ciri dari jenazah itu
sendiri. Atau mudahnya dilakukan dengan menanyakan identifier sekunder kepada pihakpihak pengklaim. Jika ada minimal 2 dari identifier sekunder terpenuhi dari jawaban satu
pihak, maka benar jenazah tersebut adalah anggota keluarga mereka.

Sumber :
Apuranto, H. & Hoediyanto. (2008). Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal, ed. 4.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai