Anda di halaman 1dari 27

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PP

Kelompok H-23
RS Gambiran Kediri
2015

DEFINISI
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) adalah penyakit paru yang
dapat dicegah dan diobati, ditandai
oleh hambatan aliran udara yang
tidak sepenuhnya reversibel, bersifat
progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi paru terhadap
partikel
atau
gas
yang
beracun/berbahaya,
disertai
efek
ekstraparu
yang
berkontribusi
terhadap derajat berat penyakit.

Faktor Risiko
Faktor Risiko PPOK

2)

Gen
Paparan terhadap partikel
Asap rokok: 1) Perokok Aktif
Perokok Pasif
Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas
beracun)
Polusi di dalam ruangan (asap kompor, pemanas ruangan
dan ventilasi rumah yang kurang baik)
Polusi di luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor,
debu jalanan)
Usia
Jenis kelamin
Tumbuh kembang paru
Stress oksidatif
Infeksi saluran nafas bawah berulang
Sosial ekonomi
Nutrisi

Faktor Risiko
3 faktor risiko utama meliputi faktor
pejamu, faktor perilaku merokok, dan
faktor lingkungan.
Faktor
pejamu
meliputi
1)genetik,
2)hiperesponsif
jalan
napas,
3)pertumbuhan paru.
1. Faktor genetik yang utama adalah
kurangnya alfa-1 antitripsin, yaitu suatu
serin protease inhibitor.
2. Hiperesponsif jalan napas juga dapat
terjadi akibat pajanan asap rokok atau
polusi.
3. Pertumbuhan paru dikaitkan dengan
masa kehamilan, berat lahir dan pajanan
semasa anak-anak. Penurunan fungsi paru
akibat gangguan pertumbuhan paru diduga

PATOGENESIS
Pejamu
Partikel & gas
beracun
Inflamasi paru

Stres
oksidatif

Protease

Antioksidan

Antiprotease
Mekanisme
perbaikan
PPOK

Patogenesis
Keterbasan aliran udara dan air
trapping
Luasnya inflamasi, fibrosis dan
eksudat pada lumen saluran nafas
kecil berkorelasi dengan reduksi VEP1
dan VEP1/KVP. Selama ekspirasi
udara terperangkap akibat adanya
obstruksi saluran nafas perifer secara
progresif sehingga mengakibatkan
hiperinflasi.

Patogenesis
Abnormalitas pertukaran gas
Peradangan merupakan elemen kunci
terhadap patogenesis PPOK. Inhalasi
asap rokok atau gas berbahaya lainnya
mengaktifasi makrofag dan sel epitel
Hipersekresi Mukus
Hipersekresi mucus mengakibatkan
batuk kronis yang produktif.

Patogenesis
Eksaserbasi
Eksaserbasi dapat disebabkan oleh
infeksi atau faktor faktor lain
seperti polusi udara, kelelahan atau
timbulnya komplikasi dan sepertiga
dari eksersebasi akut penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi.

Diagnosis

Diagnosis
Anamnesis & Faktor
Gejala
Keterangan
Resiko
Sesak
Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu)

Bertambah berat dengan aktivitas


Persisten (menetap sepanjang hari)
Pasien mengeluh berupa, Perlu usaha bernafas, berat, sukar
bernafas, terengah-engah

Batuk Kronis

Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak

Batuk Kronis
Berdahak

Setiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan PPOK

Riwayat
Terpajan
Faktor
Risiko

Asap rokok
Debu
Bahan kimia di tempat kerja
Asap dapur

Diagnosis
Inspeksi

Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)


Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,
letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal, atau melemah
Terdapat ronki pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi
jantung terdengar jauh

Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
WBC dalam batas normal atas dan
penurunan jumlah sel darah merah,
hemoglobin, dan hematokrit yang sangat
sedikit.
Analisis Gas Darah (AGD)
Adanya hipoventilasi pada banyak alveoli
dan kerusakan dinding alveolus
mengakibatkan terjadinya peningkatan
kadar pCO2 dalam darah dan penurunan
kadar pO2 dalam darah.

Diagnosis
Chest X-Ray
Hasil pemeriksaan radiologis dapat
ditemukan kelainan paru berupa
gambaran hiperinflasi atau hiperlusen,
diafragma mendatar, peningkatan
corakan bronkovaskuler, jantung
pendulum dan ruang retrosternal
melebar.
Spirometry
Pada pasien dengan PPOK biasanya
menunjukkan penurunan nilai FEV1 dan
KVP. Tingkat abnormalitas dari nilai
spirometri dapat menunjukkan derajat

Klasifikasi PPOK
Derajat
Derajat I: PPOK
Ringan

Klinis
Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada
tapi tidak sering.

Faal paru
-VEP1/KVP < 70%
-VEP1 80% prediksi

Derajat II: PPOK Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan -VEP1/KVP < 70%
Sedang
kadang ditemukan gejala batuk dan produksi
-50 < VEP1 < 80% prediksi
sputum.

Derajat III: PPOK Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, - VEP1/KVP < 70%
Berat
rasa lelah dan serangan eksaserbasi makin -30 < VEP < 50% prediksi
1
sering

Derajat IV: PPOK Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal - VEP1/KVP < 70%
Sangat Berat
napas atau gagal jantung kanan dan - VEP <30% prediksi atau
1
ketergantungan oksigen.
VEP1 < 50% disertai gagal
napas kronik.

Diagnosis Banding PPOK


Diagnosis
Asma

Gagal
kongestif

Bronkiektasis

Gambaran Klinis

jantung

Onset usia dini


Gejala bervariasi dari hari ke hari
Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
Ditemukan riwayat alergi, rinitis, atau eczema
Ada riwayat asma dalam keluarga
Hambatan aliran udara umumnya reversibel
Adanya riwayat hipertensi
Ditemukan ronkhi basah pada basal paru
Gambaran foto thoraks berupa pembesaran jantung dan edema paru
Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi

Sputum purulen dalam jumlah yang banyak


Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
Ronkhi basah kasar
Gambaran foto thoraks tampak honeycomb appearance dengan penebalan
dinding bronkus.

Diagnosis Banding PPOK


Diagnosis

Gambaran Klinis

Tuberkulosis

Onset semua usia


Gambaran foto thoraks berupa infiltrat
Ditemukan BTA pada pemeriksaan mikrobiologi

Bronkiolitis
obliterasi

Diffuse
panbronchiolitis

Usia muda
Tidak merokok
Dapat ditemukan riwayat adanya artritis reumatoid
CT paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens
Sering pada perempuan tidak merokok
Seringkali berhubungan dengan sinusitis
Pada foto rontgen dan CT paru resolusi tinggi
memperlihatkan bayangan diffuse nodul opak
sentrilobular dan hiperinflasi.

Eksaserbasi Akut
Gejala eksaserbasi utama berupa
peningkatan sesak, produksi sputum
meningkat, dan adanya perubahan
konsistensi atau warna sputum.
Eksaserbasi akut dapat dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu
Tipe I (eksaserbasi berat) apabila memiliki 3
gejala utama,
Tipe II (eksaserbasi sedang) apabila hanya
memiliki 2 gejala utama,
Tipe III (eksaserbasi ringan) apabila memiliki
1 gejala utama ditambah adanya infeksi
saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam
tanpa sebab lain, peningkatan batuk

Algoritma Penatalaksanaan
Stabil
Algoritme PPOK
Stabil

EDUKASI

Berhenti merokok
Pengetahuan
dasar PPOK
Obat-obatan
Pencegahan
perburukan
penyakit
Menghindari
pencetus
Penyesuaian
aktiitas

FARMAKOLOGI

REGULER Bronkodilator
Anti kolinergik
Agonis 2
Xantin
Kombinasi
SABA+Antikolinergik
Kombinasi
LABA+kortikosteroid
Antioksidan
Dipertimbangkan:
mukolitik

NON
FARMAKOLOGI
Rehabilitasi
Terapi oksigen
Vaksinasi
Nutrisi
Ventilasi mekanis
non invasif
Intervensi bedah

Penatalaksanaan Menurut Derajat


PPOK

DERAJAT

KARAKTERISTIK

Semua derajat

REKOMENDASI
PENGOBATAN
Edukasi (hindari faktor
pencetus)
Bronkodilator kerja singkat
(SABA, Antikolinergik kerja
cepat, Xantin) bila perlu
Vaksinasi influenza

Derajat I:
PPOK Ringan

VEP1/KVP < 70%


VEP1 80% prediksi
Dengan atau tanpa
gejala

Bronkodilator kerja singkat


(SABA, Antikolinergik kerja
cepat, Xantin) bila perlu

Derajat II:
PPOK Sedang

VEP1/KVP < 70%


50 < VEP1 < 80%
prediksi
Dengan atau tanpa
gejala

1. Pengobatan reguler dengan


bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama
sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi,
rehabilitasi respirasi)

04/08/13

DERAJAT

KARAKTERISTI
K

REKOMENDASI PENGOBATAN

Derajat III:
PPOK Berat

VEP1/KVP < 70%


30 < VEP1 < 50%
prediksi
Dengan atau
tanpa gejala

1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih


bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi
pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan
respons klinis atau eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi
respirasi)

Derajat IV:
PPOK Sangat
Berat

VEP1/KVP < 70%


VEP1<30%
prediksi atau
gagal napas atau
gagal jantung
kanan

1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih


bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi
pemeliharaan
b. LABA
c. Pengobatan komplikasi
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan
respons klinis atau eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi
respirasi)
3. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal
napas
4. Ventilasi mekanis noninvasif
5. Pertimbangkan terapi pembedahan

04/08/13

Algoritma Tatalaksana PPOK

Algoritma Tatalaksana PPOK

Algoritme penatalaksanaan PPOK


eksaserbasi akut di rumah dan
pelayanan kesehatan
primer / Puskesmas

Algoritme penatalaksanaan
PPOK eksaserbasi akut di
rumah sakit
Nilai berat gejala (kesadaran, frekuensi
napas, pemfis)
Analisis gas darah
Foto thoraks

Mengancam jiwa
(gagal napas
akut)
ICU

1. Terapi oksigen
2. Bronkodilator
*Inhalasi/nebuliser
Agonis 2
Antikolinergik
*Intravena: metilxantin,
bolus &drip
3. Antibiotik
4. Kortikosteroid sistemik
5. Diuretik billa ada retensi
cairan

Tidak
mengancam jiwa

Ruang
rawat

KOMPLIKASI

Anda mungkin juga menyukai