PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
seseorang dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap
bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam
Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal
25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak
atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial
yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya1.
Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara
mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan
kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke58
tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya
pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada
mereka terhadap risiko keuangan. WHA ke-58 mengeluarkan resolusi yang
menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health
Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial. WHA juga
menyarankan kepada WHO agar mendorong negara-negara anggota untuk
mengevaluasi dampak perubahan sistem pembiayaan kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan ketika mereka bergerak menuju Universal Health Coverage1.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45
pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti
dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial1,2.
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu
sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk
jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero)
dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima
pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skemaskema tersebut masih terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali2.
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan
bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)2.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014.
Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional)2.
Sesungguhnya keinginan untuk mendirikan BPJS baru telah dibahas dalam
proses penyusunan UU SJSN. Perdebatannya berlangsung sangat alot. Berbagai
pertimbangan tentang cost-benefit, Nasionalisme, keadilan antar daerah dan antar
10. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
11. Alur pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
12. Tata cara mendapatkan pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
I. 4. Manfaat
Dalam penyusunan referat ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Adapun manfaat yang diperoleh sebagai berikut:
1. Para pembaca dapat mengetahui dan memahami Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
II. 1. Definisi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. BPJS terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan dibentuk untuk
melaksanakan jaminan kesehatan, dan mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari
2014. BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip3:
1. Kegotong-royongan
Gotong royong sudah merupakan salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan
Indonesia. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu
membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang
sakit, atau yang beresiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
2. Nirlaba
Pengelolaan dana oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah nirlaba, bukan untukmencari laba (for profit oriented). Namun tujuan
utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana
yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya, akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.
3. Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan social bertujuan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta
Peserta BPJS kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, dan
meliputi3,4:
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya:
i) Pegawai Negeri Sipil
ii) Anggota TNI
iii) Anggota Polri
iv) Pejabat Negara
v) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
8
b. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat
yang sah, dengan kriteria:
i) Tidak atau
belum pernah
menikah atau
tidak mempunyai
penghasilan sendiri,
ii) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja : Peserta dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi
anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi
kerabat lain seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.
II. 4. Hak Dan Kewajiban Peserta1,2
II. 4. 1. Hak Peserta
Adapun hak peserta adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis
ke Kantor BPJS Kesehatan.
II. 4. 2. Kewajiban Peserta
Adapun hak peserta adalah sebagai berikut:
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10
11
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda,
duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya
ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji
pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14
(empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
12
13
Praktek
Dokter
Umum
Bersama,
Klinik
Dokter
14
15
16
17
18
19
pelayanan
di
setiap
fasilitas
kesehatan.
Kriteria
20
BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga (badan
hukum) publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di
Indonesia berlandaskan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2011. BPJS terdiri atas dua, yaitu BPJS Kesehatan adalah
perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT Askes, dan BPJS
Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja) dan diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh BPJS. Dengan demikian, JKN yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari SJSN. SJSN ini diselenggarakan melalui sistem
Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib berdasarkan UU No. 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuan program ini adalah supaya semua
penduduk Indonesia terlindungi oleh sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kehidupan kesehatan masyarakat yang layak.
Peserta BPJS Kesehatan ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) dan Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (Non PBI, termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat enam
bulan). Prinsip-prinsip BPJS Kesehatan antara lain: prinsip kegotongroyongan,
prinsip nirlaba, prinsip portabilitas, prinsip kepesertaan bersifat wajib, prinsip dana
amanat, dan prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial.
Fasilitas kesehatan yang diperoleh peserta BPJS Kesehatan antara lain:
fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas, klinik pratama, rumah sakit pratama,
praktek mandiri, fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (rumah sakit dan balai
kesehatan), fasilitas kesehatan penunjang (laboratorium kesehatan, apotek, unit
transfusi darah, dan optik). Akomodasi rawat inap yang disediakan BPJS kesehatan
berupa ruang perawatan kelas I, kelas II, dan kelas III. Pelayanan kesehatan yang
21
22
DAFTAR PUSTAKA
1. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Layanan Bagi Peserta. Jakarta.
2. JKN. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta
3. Kemenkes RI. 2013. Peran Dokter Layanan Primer Sebagai Gate Keeper Di Era
JKN/BPJS Kesehatan. Jakarta
4. BPJS Kesehatan. 2014. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Dan
Pelayanan Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Oleh BPJS
Kesehatan. (Online), www.bpjs-kesehatan.go.id . Diakses pada tanggal 27 April
2015.
5. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta.
6. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Gate Keeper Concept. Jakarta.
7. Taher, Akmal. 2013. Kesiapan Implementasi JKN Dan Peran Fakultas
Kedokteran Dalam Penyiapan Dokter Layanan Primer. Jakarta : Kemenkes RI
23
LAMPIRAN
24
LAMPIRAN I
UU No. 40 Tahun 2004
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG
SOSIAL NASIONAL
TENTANG
SISTEM
JAMINAN
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
3. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib
yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
4. Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat wajib bagi peserta program
jaminan sosial.
5. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan
orang mampu sebagai peserta program jaminan sosial.
6. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial.
7. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan
himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan
pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.
8. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
9. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau
anggota keluarganya.
10. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi
kerja, dan/atau Pemerintah.
25
11. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain.
12. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan
badan lainnya yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji,
upah atau imbalan dalam bentuk lainnya.
13. Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja ditetapkan dan dibayar
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundan
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan /atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
14. Kecelakaan kerja adalah kecelakaaan yang terjadi dalam hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
15. Cacat adalah keadaan berkurangnya atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya
anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan
berkurang
atau
hilangnya
kemampuan
pekerja
untuk
menjalankan
pekerjaannya.
16. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan pekerjaan.
26
LAMPIRAN II
UU No. 24 Tahun 2011
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL.
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
2. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
3. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan
himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh BPJS untuk
pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.
4. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
5. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota
keluarganya.
6. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta, pemberi kerja,
dan/atau Pemerintah.
7. Bantuan Iuran adalah Iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagai Peserta program Jaminan Sosial.
8. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain.
9. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
10. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan
27
dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
11. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan
yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan
sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional.
12. Dewan Pengawas adalah organ BPJS yang bertugas melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pengurusan BPJS oleh direksi dan memberikan nasihat kepada direksi
dalam penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
13. Direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan BPJS untuk kepentingan BPJS, sesuai dengan asas, tujuan, dan prinsip
BPJS, serta mewakili BPJS, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini.
14. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
28
LAMPIRAN III
PERPRES No.12 Tahun 2013
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG JAMINAN KESEHATAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan.
3. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI
Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta
program Jaminan Kesehatan.
4. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
5. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau
anggota keluarganya.
6. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain.
7. Pekerja Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja
dengan menerima gaji atau upah.
8. Pekerja Bukan Penerima Upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha
atas risiko sendiri.
9. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lainnya.
29
10. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan
dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
11. Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya disingkat PHK adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja/buruh dan Pemberi Kerja
berdasarkan peraturan perundangundangan.
12. Cacat Total Tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan pekerjaan.
13. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh Peserta, Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan.
14. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
15. Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana
dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Pejabat Negara yang ditentukan oleh Undang-Undang.
16. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah pegawai tidak tetap, pegawai
honorer, staf khusus dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
17. Anggota Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut Anggota TNI
adalah personil/prajurit alat negara di bidang pertahanan yang melaksanakan
tugasnya secara matra di bawah pimpinan Kepala Staf Angkatan atau gabungan
di bawah Pimpinan Panglima TNI.
30
Tunjangan
kepada
Perintis
Pergerakan
Kebangsaan/
Kemerdekaan.
21. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
22. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
23. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
31
LAMPIRAN IV
PERPRES No. 111 Tahun 2013
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN
PRESIDEN
NOMOR
12
TAHUN
2013
2.
Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
32
Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
4.
Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. penerima pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
dan
g. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang
mampu membayar iuran.
5.
Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c yang mendapat hak pensiun;
e. penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf e yang mendapat hak pensiun.
6.
Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
33
7.
Jaminan Kesehatan bagi Pekerja warga negara Indonesia yang bekerja di luar
negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundangundangan tersendiri.
34
LAMPIRAN V
PERPRES RI No. 32 Tahun 2014
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGELOLAAN DAN
PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL
PADA FASILITAS
KESEHATAN
TINGKAT
perlindungan
kesehatan
agar
peserta
memperoleh
manfaat
35
FKTP
berdasarkan
jumlah
peserta
yang
terdaftar
tanpa
daerah
pada
pemerintah
daerah
selaku
pengguna
anggaran/pengguna barang.
8.Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
SKPD atau unit kerja pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
9.Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah
kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut
dengan kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
10.
36
14.
yang
Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP adalah pegawai negeri sipil
ditunjuk
membayarkan,
untuk
menjalankan
menatausahakan,
dan
fungsi
menerima,
menyimpan,
mempertanggungjawabkan
dana
kapitasi.
15.
di bidang kesehatan.
37
LAMPIRAN VI
KEPMENKES No.455 Tahun 2013
Menetapkan:
38
LAMPIRAN VII
PERMENKES No.71 Tahun 2013
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PELAYANAN
KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan.
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat
6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau
anggota keluarganya.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
6. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan
rawat inap.
7. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.
39
obat
yang
digunakan
untuk
mencegah,
mendiagnosa,
40
LAMPIRAN VIII
PERMENKES RI No. 28 Tahun 2014
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN
PROGRAM
JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL.
Pasal 1
Pengaturan Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional bertujuan untuk
memberikan acuan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
Pemerintah (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota) dan Pihak Pemberi Pelayanan
Kesehatan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan), peserta program Jaminan Kesehatan Nasional dan pihak terkait dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.
Pasal 2
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu:
a. Dana amanat dan nirlaba dengan manfaat untuk semata-mata peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost
effective dan rasional.
c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas.
d. Efisien, transparan dan akuntabel.
41
LAMPIRAN IX
PERMENKES RI No. 59 Tahun 2014
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
TARIF
PELAYANAN
KESEHATAN
PADA
FASILITAS
42
43
LAMPIRAN X
PERMENKES RI No.19 Tahun 2014
Menetapkan : PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
BIAYA OPERASIONAL
PADA
FASILITAS
FKTP
berdasarkan
jumlah
peserta
yang
terdaftar
tanpa
44
Pasal 2
Pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional ditujukan bagi FKTP milik pemerintah daerah yang
belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah.
45