Obat Pengatur Haid
Obat Pengatur Haid
I. PENDAHULUAN
Haid merupakan proses alamiah yang dialami setiap wanita dewasa yang sehat
dan normal. Namun terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan seorang
wanita untuk menunda haid atau memajukan haidnya karena berbagai alasan,
salah satunya adalah karena kepentingan ibadah haji dan umrah. Pengaturan haid
dilakukan karena ada beberapa ibadah yang tidak boleh dilakukan saat wanita
sedang mengalami haid. Ibadah tersebut antara lain: thawaf, sholat, membaca Al
Quran, puasa dan berdiam diri di masjid. Oleh karena itu, ibadah haji yang
memerlukan waktu sekitar 40 hari, haji menjadi permasalahan bagi wanita
muslim karena haid yang memiliki rata-rata siklus 21-35 hari tidak dapat
dihindari oleh setiap wanita normal yang sehat. Solusi untuk menangani masalah
tersebut adalah dengan cara mengatur sikus haid, yaitu memajukan atau
memundurkan (menunda) haid dengan menggunakan preparat hormonal. 1-4
Mekanisme pengaturan haid dengan preparat hormonal adalah dengan
menekan produksi hormon estrogen dan progesteron endogen (ovarium) melalui
pemberian kombinasi hormon eksogen agar ovulasi tidak terjadi. Beberapa
rejimen yang dapat diberikan untuk mengatur siklus haid meliputi pemberian
progestin (turunan progesteron ataupun testosteron), penggunaan kontrasepsi oral
kombinasi hormon estrogen dan progestin, serta pemberian agonis gonadotropin
releasing hormone (GnRH). Pemberian preparat tersebut tidak mengakibatkan
infertilitas permanen dan haid dapat kembali terjadi setelah rejimen pengaturan
siklus haid dihentikan. 1-4
Pengaturan haid saat haji dan umrah akan memberikan hasil lebih baik apabila
dilakukan pengaturan siklus haid minimal 3 (tiga) bulan sebelumnya. Pengaturan
siklus haid, baik memajukan maupun menunda haid, dilakukan dengan harapan
haid terjadi beberapa saat sebelum ibadah haji dimulai. Pemilihan preparat untuk
pengaturan haid tetap perpegang pada prinsip mudah, rasional, efektif, efisien,
dan murah. Noretisteron sebagai salahsatu jenis progestin dipilih karena mudah
didapat dan aman serta efektivitas yang tinggi dalam pengaturan haid.5-6
Telah menjadi tanggung jawab para dokter ahli kebidanan dan kandungan
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan reproduksi terutama mengenai
pengaturan haid bagi para calon jemaah haji wanita agar haid tidak menjadi
halangan beribadah haji. Pada referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
penggunaan noretisteron dalam pengaturan haid pada saat haji dan umrah.
II. PENGATURAN HAID MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN KAITANNYA
DENGAN IBADAH HAJI DAN UMRAH
A. Perbedaan darah Haid dan Istihadah Menurut Islam
Darah haid adalah perdarahan yang terjadi akibat keluarnya endometrium
yaitu sel-sel yang membentuk lapisan dalam uterus. Haid normal akan terjadi
pada setiap wanita sehat, siklusnya sekitar 21-35 hari sekali, lamanya 3-6
hari, jumlahnya sekitar 2-6 pembalut perhari dan tidak disertai rasa nyeri.
Sedangkan darah istihadah adalah perdarahan dari saluran reproduksi wanita
akibat penyakit seperti mioma, polip dan kelainan pembekuan darah.
Perdarahan akibat pemberian rejimen penundaan haid yang benar
digolongkan dalam darah istihadah. Oleh karena itu wanita yang mengalami
perdarahan ini dapat mengerjakan semua ibadah dengan tetap menjaga dan
memelihara kebersihannya.1,3,7
Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah
istihadah, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya : Darah haid itu
berwarna hitam dan dikenali. Bila yang keluar seperti itu, janganlah sholat.
Bila sudah selesai, maka berwudhulah dan lakukan sholat.7,8,9
kecemasan, maka untuk menjawabnya perlu dasar hukum tawaf bagi wanita
haid ini. Jika haid terjadi sesudah tawaf ifadhah, menjelang atau di saat
melakukan tawaf wada maka yang bersangkutan boleh tidak melakukan
tawaf, tetapi haid yang terjadi menjelang dan atau pada saat mengerjakan
tawaf ifadhah, tidak boleh meneruskan tawafnya sehingga suci atau berakhir
haidnya. Ia harus menunggu sampai suci baru melakukan tawaf ifadhah.
Sampai berapa lama, ia menunggu di Makkah sehingga ia dapat tawaf, para
ulama berbeda pendapat, sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tentang
batas waktu awal dan yang akhir bagai tawaf ifadhah. Jika menunggu
berakhirnya haid itu harus sampai 15 hari, maka hal ini bisa menimbulkan
banyak masalah, seperti habisnya bekal nafaqah atau habisnya masa
berlakunya paspor dan lain-lain, ia boleh pulang ke tanah air dengan status
tahallul awal, sesudah memungkinkan ia kembali ke Makkah untuk tawaf.9,11,12
Dalil-dalil yang berkaitan mengenai ibadah haji dan umrah bagi wanita
haid dan upaya untuk mengatur datangnya haid antara lain: Dari Aisyah ra :
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu mendapat haid, lakukan
semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf disekililing kabah hingga kamu
suci. 9,11,12
Wanita yang sedang haid tidak dilarang melakukan kegiatan manasik haji,
seperti wukuf di Arafah, mabit di Mudzalifah, melontar jumrah, kecuali tawaf
di sekitar Baitullah. Dari segi hukum syari wanita yang sedang haid itu
dilarang salat, puasa dan tawaf. Tentang ihram dan tawaf haji ini sebenarnya
sudah ada petunjuk teoritis dan praktis dari Nabi Muhammad SAW.
Masalahnya kalau haid itu terjadi pada saat yang bersangkutan akan
melakukan tawaf ifadhah atau tawaf umrah bagi haji tamattu, sampai hari
tarwiyah belum tawaf karena terhalang haid yang baru dialami, padahal masa
haid itu antara orang yang satu dengan yang lain tidak sama. Kalau hal ini
Jadi tidak ada nash yang menunjukkan boleh dan tidaknya menunda
kedatangan haid, maka penundaan haid ini merupakan masalah ijtihadiyah,
yang pemecahannya dengan ijtihad. Ijtihad ini mengenal manhaj atau metode
yang bermacam-macam. Masalah sementara yang bisa ditarik dari penundaan
haid adalah dapat melaksanakan amalan haji tanpa kendala, udzur syari yang
berupa haid. 9,11
Pengaturan haid dapat dilakukan dengan cara menunda atau memajukan
haid tersebut. Haid dapat ditunda dengan pemberian sediaan yang
mengandung hormon seks wanita. Salah satu di antaranya adalah dengan
menggunakan hormon progesteron. Penundaan haid dengan cara ini secara
tidak langsung mempengaruhi sistem endokrinologi reproduksi manusia,
sehingga pada penggunaan yang tidak rasional dapat mengganggu siklus haid.
Penundaan itu hendaknya hanya dilakukan bila benar-benar dianggap perlu,
seperti pada saat menunaikan ibadah haji. Penggunaan terapi hormonal
diperbolehkan karena ada fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari
1979 menyebutkan bahwa penggunaan obat anti haid untuk kesempurnaan
ibadah haji hukumnya adalah mubah. 1-9,11
III.
FARMAKOLOGI NORETISTERON
A. Nama Kimia
Noretisteron atau noretindron 17 -Ethynyl-17 -hydroxy-4-estren-3-one
Formula: C20H26O2
(17)-17-ethynyl-17-hydroxy-4-estren-3-one;
(8R,9S,10R,13S,14S,17S)-17-ethynyl-17-hydroxy-13-methyl1,2,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16-dodecahydrocyclopenta[a]phenanthren-3-one
10
Noretisteron
dapat
digunakan
untuk
Pengaturan
Haid
(Timing
of
suatu
progestational
oral.
Seperti
progesteron,
11
12
Dosis/hari
2 x 5 mg
2x 5 mg
Nama Dagang
Primolut N
Provera,
2 x 5 mg
2x 5 mg
2 x 5 mg
Prothyra
Endometril
Lutenyl
Duphaston
G. Kontraindikasi
Kehamilan, riwayat herpes gestasionis, riwayat kolestasis atau ikterik
pruritus selama kehamilan, gangguan fungsi hati berat atau sindroma Dubin-
13
14
PENGATURAN
POLA
HAID
PADA
PENGGUNAAN
NORETISTERON
A. Fisiologi Haid
Haid atau haid merupakan proses alamiah bagi semua wanita yang normal,
karena merupakan salah satu tanda bahwa wanita tersebut dalam keadaan
subur. Haid yang normal rata rata 28 hari namun dapat maju atau mundur
sehingga variasinya berkisar antara 22 hari hingga 35 hari dengan rata-rata
volume darah sekitar 130 ml. Biasa pada hari ke-14 sebelum haid
mendatang, ovarium kiri atau kanan akan melepaskan 1 sel ovum, Pada
beberapa kasus dapat terjadi pelepasan lebih dari 1 sel telur.
Siklus haid dibagi dalam beberapa fase, yaitu:
1. Fase haid (hari ke-1 sampai dengan ke-4)
2. Fase folikular atau fase proliferasi ( hari ke-5 sampai dengan hari ke-13)
3. Ovulasi (hari ke-14)
4. Fase luteal atau fase sekresi (hari ke-15 sampai dengan ke-28)
Haid terjadi karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
yang ada dalam darah wanita bersangkutan. Haid merupakan proses
kompleks yang melibatkan interaksi antara organ-organ spesifik dengan
perantara hormon mekanisme regulasi haid diatur oleh poros hipotalamushifosis-ovarium. hipotalamus memproduksi GnRH, hipofisis memproduksi
FSH dan LH dibawah kendali hipotalamus. FSH dan LH mempengaruhi
ovarium untuk memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang akan
bekerja pada lapisan endometrium. 1,24,25
Proses siklik tersebut memerlukan komunikasi di antara kelenjar-kelenjar
yang terlibat dan diregulasi oleh hormon GnRH, FSH, LH, estrogen dan
progesteron. Hormon steroid, estrogen dan progesteron diproduksi oleh
ovarium memiliki efek umpan balik positif dan negatif terhadap sekresi
gonadotropin (LH,FSH) pada hifosisis dan GnRH pada hipotalamus. 1,24,25
15
16
17
18
V.
19
sampai hari ke-19 siklus haid. Dibutuhkan 2-3 keping PKK selama ibadah
haji. 1,4,24-29
Penggunaan PKK untuk pengaturan haid sangat sedikit menimbulkan
perdarahan bercak. Beberapa kontraindikasi pemberian PKK antara lain
riwayat tromboflebitis/tromboemboli, varises berat, kanker payudara,
perdarahan yang belum diketahui dengan jelas penyebabnya, penyakit hati
berat riwayat penyakit kuning dalam kehamilan, riwayat preeklampsia berat,
penyakit kardiovaskular, penyakit diabetes melitus yang disertai dengan
komplikasi, hipertensi berat, sedang menggunakan obat anti tuberkulosis
maupun hipoglikemik oral. Adapun efek samping yang paling sering adalah
mual, muntah, sakit kepala, dan nyeri payudara. Untuk mengurangi
kemungkinan efek samping dipilih PKK yang mengandung estrogen dosis
rendah dan progestin yang memiliki efek anti mineralokortikoid dan
antiandrogenik. 1,4,24-29
Tabel 2: Jenis Pil Kontrasepsi Kombinasi dalam Pengaturan Haid
Jenis-jenis PKK
Levonorgestrel 15 mcg, Etinilestradiol 75mcg
Siproteron Asetat 2 mg, Etinilestradiol 30 mcg
Desogestrel 150 mcg , Etinilestradiol 30 mcg
Drospirenon 3mg, Etinilestradiol 30 mcg
Dikutip dari: Baziad 2
Dosis
/hari
1x1
tablet
1x1
tablet
1x1
tablet
1x1
tablet
Nama
dagang
Microgynon
Diane 35
Mercilon
Yasmin
20
Activities
Estroge
nic
Androge
nic
sl
sl
Antiestrog
enic
Antiandrog
enic
Anabo
lic
sl
21
Lynesterol
PO
Norethindrone
PO
Norethindrone
acetate
Ethynodiol
diacetate
L-Norgestrel
PO
PO
PO
days
1-3
days
1-3
days
1-3
days
1-3
days
1-3
days
sl
sl
sl
Interpretation: +=active, - = inactive.sl=slightly active. Activities have been reported in various species
using various end points and may not apply to humans.
22
penggunaan progestin dan PKK. Agonis GnRH yang dapat digunakan adalah
Leuprolin asetat 3,75 mg. 1,4
Agonis GnRH diberikan antara hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid
secara subkutan atau intramuskular. Untuk keperluan ibadah haji, cukup
diberikan 2 kali saja. Beberapa hari setelah suntikan pertama akan terjadi
perdarahan (bukan haid) karena efek flare up yang lamanya 5-10 hari.
Setelah suntikan kedua umumnya tidak terjadi perdarahan. 1,4
Efek samping yang dapat terjadi, meskipun jarang, pada penggunaan
agonis GnRH adalah hot flushes, berkeringat, sakit kepala, berdebar-debar,
nyeri otot, dan sendi serta depresi. Untuk mengatasi efek samping tersebut
maka dapat diberikan tablet estrogen (estrogen equin konjugasi 0.625mg
atau 17-estradiol 2mg) + progestin (nomegestrol asetat 5 mg, medroksi
progesteron asetat 5mg, atau noretisteron asetat 1mg-2.5mg) sampai keluhan
hilang. Sebaiknya, tablet estrogen dan progestin sebagai add back therapy
diberikan selama wanita tersebut belum merasakan efek samping. 1,4,32
VI.
23
tambahan.
Bila
bercak
tersebut
berhenti,
maka
hentikan
24
2. Jika selesai tawaf baru datang haid, maka keluarlah dari masjid tanpa
meneruskan sai (walaupun sai diperbolehkan tanpa bersuci tetapi karena
masai /tempat sai berada di dalam masjidil haram maka akan terhalang untuk
melakukannya akibat hadast besar). Pelaksanaan sai dan tahalul dapat
ditunda sampai haid selesai, dan mandi besar/junub baru melaksanakan sai
dan tahalul.
3. Ketika akan berangkat ke Mina (tanggal 8 Dzulhijah) atau langsung ke
Arafah, tiba-tiba haid datang, maka dapat tetap berniat haji setelah
membersihkan diri lalu berniat serta melafadzkan Labbaik Allahumma
Hajjan (selanjutnya tetap menjaga larangan ihram) dan teruslah bertalbiyah.
Dalam keadaan belum bersih diperbolehkan dan sah mengerjakan mabit di
Mina, wukuf di Arafah, melontar Jumrah, kemudian menunggu bersih, mandi
besar/junub lalu mengerjakan tawaf dan sai. 3,8,11,32
VII.RINGKASAN
1. Haji merupakan ibadah wajib bagi yang mampu pada usia setelah baligh
(reproduksi). Bagi wanita usia reproduktif, haid dapat menjadi penghalang
dalam mengerjakan rangkaian ibadah haji dan umrah.
2. Kegiatan dalam ibadah haji dan umrah ada ibadah yang tidak boleh dilakukan
dalam haid, yaitu: thawaf, sholat, membaca Al Quran, puasa dan berdiam diri
di masjid. Sedangkan ibadah yang boleh dalam keadaan haid yaitu: wukuf,
sai, mabit di Mina, melontar jamarat dan tahallul.
3. Penggunaan noretisteron dalam pengaturan haid dapat dilakukan dengan cara
menunda haid atau memajukan haid. Sehinga diperlukan konseling kepada
calon jemaah haji wanita metode mana yang ingin dilakukan dan pada saat
kapan kedatangan haid tidak diinginkan. Sehingga dapat ditentukan metode
yang sesuai.
4. Perlunya pemahaman mengenai perbedaan darah haid dan istihadah dan
menjelaskan kepada calon jemaah haji wanita agar tidak timbul keraguan.
25
VIII.RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Astarto NW, Djuwantono D, Tjahyadi D. Menunda Haid dan Mengatasi Masalahnya ketika
Beribadah Haji dan Umrah. Step by Step Penanganan Kelainan Endokrinologi reproduksi dan
Fertilitas dalam Praktik sehari-hari.CV.Sagung Seto.Jakarta.2012.
Baziad A, Wiweko B, Hendarto H. Kiat Mengatur Pola Haid saat Haji dan Umrah:
Mekanisme Dasar, Masalah dan Solusinya. Jakarta:Himpunan Endokrinologi reproduksi dan
Fertilitas Indonesia.2007.
Rajuddin.Ibadah Haji dan Upaya Mengatur Siklus Haid.Majalah Ilmiah Ukhuwah,
Universitas Al Wasliyah, Medan.2009,Vol4 no 2;169-179.
Baziad A. Penggunaan Progesteron dalam Pengobatan. Ilmu Kandungan. PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.Jakarta.2009;648.
Caitlin WH, Ellen SR. Menstrual Manipulation: Options for Supressing The Cycle.Cleveland
Clinic Journal of Medicine.2010;27:445-51.
Frankovich RJ, Lebrun CM.Menstrual Cycle, Contraception and Perfomance. Clin Sport
Med.2000;19:251-71.
Munir bin Husain, AlMarfui. Haid dan Nifas dalam Madzhab Syafii. Pustaka
arafah.Solo.2012.
Al Atsariyyah UI.Haid, Ibadah Haji dan Umrah. Majalah Asyyariah.Ed.060.2012.
Aziz A, Latif M. Fatwa Manasik Haji untuk Manusia. Maktab Dakwah dan Bimbingan Jalujar
Rabwah.2009.
Netter FH, Craig J, Machado C. Atlas of Human Anatomy. CIBAs Med Ed Dept Ceast. New
York.2000.
Dahlan S, Sarjana. Kontroversi Pil Tunda Haid Selama Haji. 2007. Available at:
http://www.wordpress.com/2007.html
Syafwan
A.
Menyikapi
Haid
saat
Haji.
Available
at:
http://abusyafwan.blogspot.com/2009/10/menyikapi.html
Bararah VF.Menunda haid selama Ibadah Haji. Available at: http://www.fiqihislam.com
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and Clinical Pharmacology.11th ed.A lange
Medical Book. Singapore:Mc.Graw Hill.2009;706-709.
Greenspan D,Sholac D. Basic and Clinical Endrocrinology. 8th ed.Mc.Graw Hill.2009.
David E, Armen H, Ehrin J. Principle of Pharmacology:The Pathophysiologics Basis of drug
Therapy. 2nd ed.Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins.2008:525-28.
Goodman & Gilman. Dasar Farmakologi Terapi,Vol 2, ed 10, Jakarta;EGC.2008:1513-32.
Conyngham RB.Noretisterone in menorrhagia.New Zealand med J.64.697-701.
26
19. Singh RH, Blumenthal P. Hormonal of abnormal bleeding. Clinical obstetric and
gynaecology,48(2), 337-352.
20. Sterrenburg MD, Macklon NS. Drugs in Reproductive Medicine.19:8,elsevier.2009;203-209.
21. Greenblat RB, Junck EC. Delay of menstruation with norethindrone, an orally given
progestational compound.J.A.M.A.162(12).1461-63.
22. Hestiantoro A, Muharram, Sumapraja K, Wiweko B, Pratama G. Best Practise on IMPERIAL:
Perdarahan Uterus Abnormal.Jakarta: CV.Sagung Seto.2012; 135-157.
23. Arimjie. Obat-obat Sistem Endokrin. Available at: http://arimjie.blogspot.com/18/4/2012.
24. Sperrof L, Fritz MA. Clinical Gynecologic endocrinology and Infertility.8th ed. Carolina:
Lippincott Williams & wilkins.2011.
25. Kronenberg HM, Melmed S, Polonsky KS, Karsen PR. Williams Textbook of Endocrinology.
Ed.11. Philadelphia:Saunders Elsevier.2008.541-63.
26. Mochtar R. Kependudukan dan KB. Dalam: Sinopsis Obstetri:Obstetri Operatif,Obstetri
Sosial, Jilid 2, ed.2, Jakarta; Penerbit EGC.1998.255-78.
27. Bari A, Biran A, Enriquito. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2004;41-52.
28. Rhyner S. Reproductive cycles. In: Obstetric and Gynecology. 6th ed. ACOG with Charles
RB, Ling FW, Barzansky BM, Herbert WN, Laube DW. Philadelphia; Lippincot and
Wilkins.2010;303-308.
29. Bradshaw KD. The ovary and the menstrual cycle. In: ACOG.Precis:an update in obstetrics
and gynecology;Reproductive Endocrinology. 3rd ed. Washington DC; Am Col of Obstet
Gynecol.2007;56-68.
30. Miller L, Hughes JP. Continous Combination on contraceptive pils to eliminate withdrawal
bleeding. A randomized trial. Obstet gynecol. 2003;101;653-66.
31. Sulak P, Kueh T, Ortiz M, Shull BL. Acceptance of altering the standard 21 day 17 day oral
contraceptive regimen to delay menses and reduce hormone withdrawal symptoms. Am J
obstet gynecol.2002;186:1142-9.
32. Saman RR. Kesehatan Penerbangan dalam Ibadah Haji. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2011.