Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Semikonduktor
Semikonduktor adalah bahan penghantar arus listrik yang terbatas. Bahan
ini bisa menghantarkan dalam jumlah tertentu atau dalam keadaan tertentu. Bahan
yang termasuk jenis ini adalah germanium, silikon dan karbon. Transistor, dioda
dan komponen aktif lainnya biasanya menggunakan germanium atau silikon,
sedangkan untuk perangkat pasif (seperti resistor) menggunakan karbon. Salah
satu alasan utama kegunaan semikonduktor dalam elektronik adalah sifat
elektroniknya dapat diubah banyak dalam sebuah cara terkontrol dengan
menambah sejumlah kecil ketidakmurnian. Ketidakmurnian ini disebut dopant.
Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika
seperti dioda, transistor dan sebuah IC (integrated circuit). Disebut semi atau
setengah konduktor, karena bahan ini memang bukan konduktor murni. Bahanbahan logam seperti tembaga, besi, timah disebut sebagai konduktor yang baik
sebab logam memiliki susunan atom yang sedemikian rupa, sehingga elektronnya
dapat bergerak bebas.
Sebenarnya atom tembaga dengan lambang kimia Cu memiliki inti 29
ion (+) dikelilingi oleh 29 elektron (-). Sebanyak 28 elektron menempati orbitorbit bagian dalam membentuk inti yang disebut nucleus. Dibutuhkan energi
yang sangat besar untuk dapat melepaskan ikatan elektron-elektron ini. Satu buah
elektron lagi yaitu elektron yang ke-29, berada pada orbit paling luar.Orbit terluar
ini disebut pita valensi dan elektron yang berada pada pita ini dinamakan elektron
valensi. Karena hanya ada satu elektron dan jaraknya 'jauh' dari nucleus,
ikatannya tidaklah terlalu kuat. Hanya dengan energi yang sedikit saja elektron
terluar ini mudah terlepas dari ikatannya.

ikatan atom tembaga

Pada suhu kamar, elektron tersebut dapat bebas bergerak atau berpindahpindah dari satu nucleus ke nucleus lainnya. Jika diberi tegangan potensial listrik,
elektron-elektron tersebut dengan mudah berpindah ke arah potensial yang sama.
Phenomena ini yang dinamakan sebagai arus listrik.
Isolator adalah atom yang memiliki elektron valensi sebanyak 8 buah,
dan dibutuhkan energi yang besar untuk dapat melepaskan elektron-elektron ini.
Dapat ditebak, semikonduktor adalah unsur yang susunan atomnya memiliki
elektron valensi lebih dari 1 dan kurang dari 8. Tentu saja yang paling
"semikonduktor" adalah unsur yang atomnya memiliki 4 elektron valensi.

Susunan Atom Semikonduktor

Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah Silicon


(Si), Germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu adalah
bahan satu-satunya yang dikenal untuk membuat komponen semikonduktor.
Namun belakangan, silikon menjadi popular setelah ditemukan cara mengekstrak
bahan ini dari alam. Silikon merupakan bahan terbanyak ke dua yang ada dibumi
setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-batuan lain adalah bahan alam yang
banyak mengandung unsur silikon. Dapatkah anda menghitung jumlah pasir
dipantai.
Struktur atom kristal silikon, satu inti atom (nucleus) masing-masing
memiliki 4 elektron valensi. Ikatan inti atom yang stabil adalah jika dikelilingi
oleh 8 elektron, sehingga 4 buah elektron atom kristal tersebut membentuk ikatan
kovalen dengan ion-ion atom tetangganya. Pada suhu yang sangat rendah (0 oK),
struktur atom silikon divisualisasikan seperti pada gambar berikut.

struktur dua dimensi kristal Silikon

Ikatan kovalen menyebabkan elektron tidak dapat berpindah dari satu inti
atom ke inti atom yang lain. Pada kondisi demikian, bahan semikonduktor bersifat
isolator karena tidak ada elektron yang dapat berpindah untuk menghantarkan
listrik. Pada suhu kamar, ada beberapa ikatan kovalen yang lepas karena energi
panas, sehingga memungkinkan elektron terlepas dari ikatannya. Namun hanya

beberapa jumlah kecil yang dapat terlepas, sehingga tidak memungkinkan untuk
menjadi konduktor yang baik.
Ahli-ahli fisika terutama yang menguasai fisika quantum pada masa itu
mencoba memberikan doping pada bahan semikonduktor ini. Pemberian doping
dimaksudkan untuk mendapatkan elektron valensi bebas dalam jumlah lebih
banyak

dan

permanen,

yang

diharapkan

akan

dapat

mengahantarkan

listrik. Kenyataanya demikian, mereka memang iseng sekali dan jenius.

Tipe-N
Misalnya pada bahan silikon diberi doping phosphorus atau arsenic yang
pentavalen yaitu bahan kristal dengan inti atom memiliki 5 elektron valensi.
Dengan doping, Silikon yang tidak lagi murni ini (impurity semiconductor) akan
memiliki kelebihan elektron. Kelebihan elektron membentuk semikonduktor tipen. Semikonduktor tipe-n disebut juga donor yang siap melepaskan elektron.

doping atom pentavalen

Tipe-P

Kalau silikon diberi doping Boron, Gallium atau Indium, maka akan
didapat semikonduktor tipe-p. Untuk mendapatkan silikon tipe-p, bahan
dopingnya adalah bahan trivalen yaitu unsur dengan ion yang memiliki 3
elektron pada pita valensi. Karena ion silikon memiliki 4 elektron, dengan
demikian ada ikatan kovalen yang bolong (hole). Hole ini digambarkan sebagai
akseptor yang siap menerima elektron. Dengan demikian, kekurangan elektron
menyebabkan semikonduktor ini menjadi tipe-p.

doping atom trivalen

Teori Atom
Dalam

dunia

fisika

atom,

terdapat

beberapa

model

untuk

menggambarkan struktur fisik sebuah atom. Beberapa ahli yang menyodorkan


model ataom antara lain adalah: Rutherford, Thompson, Bohrs dan De Broglie.
Bohr membuat model dimana atom diasumsikan sebagai sebuah inti yang
dikelilingi oleh elektron-elektron, (e-), (bermuatan negatif) yang mengitarinya,
sebagaimana terlihat di Gambar di bawah. Inti atom terdiri dari neutron dan
proton, (e+), (bermuatan positif) yang menarik elektron-elektron agar tetap pada
orbit yang stabil. Model ini diinspirasikan dari miniatur sistem tata surya alam
semesta ini.

Gambar Struktur atom Carbon


Setiap elektron beredar di dalam suatu lintasan dengan radius tertentu.
Setiap radius memiliki lintasan yang unik dengan ikatan energi tertentu, dimana
elektron tidak dapat berada diantara lintasan-lintasan tersebut. Lintasan terjauh
dari inti atom disebut dengan lintasan valensi. Sehingga, elektron yang terletak
pada lintasan terluar disebut dengan elektron valensi. Tipe atom akan didasari oleh
jumlah elektron valensi ini. Ilustrasi sistem level energi ini digambarkan pada
Gambar di bawah ini.

3rd Energy Level

2nd Energy Level


1st Energy Level
NUCLEUS

Gambar Level Energi


Untuk berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain yang lebih tinggi,
diperlukan energi, seperti energi panas, cahaya, radiasi dan lainnya. Situasi
dimana sebuah elektron berada pada level energi yang lebih tinggi dikenal dengan
istilah elektron yang tereksitasi. Sebaliknya, ketika elektron berpindah dari
lintasan yang tinggi ke lintasan yang lebih rendah, ia akan melepaskan energi.
Gambar di bawah ini mengilustrasikan proses perpindahan elektron di level energi
yang berbeda.

Elektron dalam keadaan tereksitasi


Elektron memerlukan energi
Elektron melepaskan energi

Gambar Perpindahan Elektron

Pada kondisi sebenarnya, atom-atom tersebut akan saling mengikat


dalam jumlah yang banyak. Sehingga, level energi setiap atom akan saling
berdekatan. Level-level energi yang saling berdekatan ini akan membentuk suatu
pita, dikenal dengan pita energi (Energy Band).
Secara umum, pita energi ini akan terbagi menjadi 2 (dua) daerah besar,
yaitu daerah pita valensi (Valence Band) dan pita konduksi (Conduction Band).
Atom-atom pada daerah pita valensi terikat sangat erat dengan inti atom,
sedangkan atom-atom pada deerah pita konduksi mudah sekali terlepas dari inti
atom. Setiap material memiliki jarak tertentu antara pita valensi dengan pita
konduksi, dikenal dengan istilah Energy Gap. Berdasarkan Energy Gap inilah,
sifat-sifat material dapat dibedakan.
Material logam memiliki Energy Gap yang saling tumpang tindih
(overlap), sehingga atom-atom dapat dengan sangat mudah bergerak ke daerah
pita konduksi. Sehingga, material ini memiliki sifat yang sangat konduktif dan
dikenal dengan bahan konduktor. Gambar 2.4 di bawah ini mengilustrasikan pita
energi dan Energy Gap pada material konduktor.

Gambar Pita energi dan Energy Gap pada Material Logam


Sementara itu, material non-logam memiliki Energy Gap yang berjauhan,
sehingga atom-atom sulit untuk bergerak ke daerah pita konduksi. Sehingga,
material ini memiliki sifat yang sukar untuk konduksi dan dikenal dengan istilah

isolator. Ilustrasi pita energi dan Energy Gap pada material isolator ditampilkan
pada Gambar di bawah ini.

Gambar Pita energi dan Energy Gap pada Material Non-Logam


Pada sisi yang lain, terdapat material yang memiliki Energy Gap yang
berdekatan. Oleh karena itu, pada kondisi normal atom-atom sulit untuk bergerak
ke daerah pita konduksi dan bersifat isolator. Namun, dengan sedikit tambahan
energi, atom-atom tersebut dapat bergerak ke daerah pita konduksi sehingga
menjadi bersifat konduktor. Karena sifatnya yang demikian, material ini dikenal
dengan nama bahan semikonduktor. Ilustrasi pita energi dan Energy Gap pada
material semikonduktor ditampilkan pada Gambar di bawah ini. Material
semikonduktor yang telah dikenal secara umum adalah Silikon.

Gambar Pita energi dan Energy Gap pada Material Semikonduktor

Konduktivitas
Konduktivitas listrik merupakan ukuran dari kemampuan suatu bahan
untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik pada ujungujung sebuah konduktor, muatan akan bergerak dan mengalirkan arus listrik.
Konduktivitas listrik didefinisikan sebagai ratio dari rapat arus J terhadap kuat
medan listrik E.
J=E
Pada beberapa jenis bahan dimungkinkan terdapat konduktivitas listrik yang
antisotropik. Lawan dari konduktivitas listrik adalah resistivitas listrik atau bisa
disebut resistivitas saja, yaitu

Selain itu, konduktivitas bahan yang memiliki resistivitas dan pnjang l serta luas
penampang A juga dapa didefinisikan sebagai
1 l I
= =
AV
dengan I adalah arus dan V adalah tegangan.
Konduktivitas bahan semikonduktor juga dipengaruhi oleh temperatur
secara karakteristik. Berdasarkan rentang temperature, konduktivitas dapat
dibedakan sebagai berikut.
1. Konduktivitas Ekstrinsik (Rentang I, temperature rendah)
Pada temperature rendah, yang terjadi adalah konduktivitas ekstrinsik. Pada
rentang ini kenaikan temperature menyebabkan pembawa muatan dari impurity
teraktivasi.
2. Deplesi Impurity (Rentang II, temperature medium)
Pada rentang ini, kenaikan temperature tidak lagi menghasilkan aktivasi
impurity dan konduktivitas konstan.
3. Konduktivitas Intrinsik (Rentang III, temperature tinggi)
Pada temperature tinggi, pembawa muatan intrinsik mendominasi proses
konduksi. Pada rentang ini tambahan pembawa muatan diperoleh dari hasil

eksitasi termal dari pita valensi ke pita konduksi. Ketergantungan terhadap


temperature dalam kasus ini dinyatakan dalam fungsi eksponensial

=0eEg/(2kT)
dengan Eg adalah energy gap, k adalah konstanta Boltzman, T adalah temperature
absolute. Dengan menukur konduktivitas sebagai fungsi temperature, energy gap
germanium dapat ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai