Bab2 3
Bab2 3
ISI
A. Stroke
1.
Pengertian
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal
Etiologi
Penyebab utama stroke adalah oklusi vaskuler (trombosis), embolisme,
Klasifikasi
Menurut WHO, ada 3 tipe utama stroke. Masing-masing tipe berbeda dalam
Patofisiologi Stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke dapat berupa
(11):
1). Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
2). Gangguan sensibilitas pada satu atua lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik)
3). Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma)
4). Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
5). Disartria (bicara pelo atau cadel)
6). Gangguan penglihatan (hemianopsia atau monokuler) atau diplopia
7). Ataksia (trunkal atau anggota badan), vertigo, mual dan muntah, atau nyeri
kepala.
6.
a.
b.
c.
Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala yang
hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
d.
7.
a.
pertanyaan yang sering digunakan untuk mengukur gangguan kognitif. Tes ini
biasa digunakan dalam pengobatan dan skrening untuk demensia. Tes ini juga
dapat mengukur berat dan progresi dari gangguan kognitif serta untuk
memperlihatkan perubahan kognitif individu setiap waktu.
10
13
14
BAB III
KESIMPULAN
Stroke merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan gejala berupa
gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian
atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali
gangguan vaskular.
Stroke menyebabkan gangguan neurologis berdasar berat ringannya
gangguan pembuluh darah. Kerusakan sel-sel otak pasca stroke menyebabkan
kecacatan fungsi kognitif, sensorik, maupun motorik sehingga menghambat
kemampuan fungsional mulai dari aktivitas bergerak, mengurus diri, kegiatan
sehari-hari, berkomunikasi dengan orang sekitar secara normal. Prognosis
penderita stroke dapat pulih komplit atau menimbulkan cacat motorik, sensorik
maupun fungsi luhur antara lain berupa gangguan fungsi kognitif yang dapat
berlanjut menjadi demensia.
Penilaian terhadap fungsi kognitif pasien stroke penting untuk dilakukan karena
bukan hanya berhubungan dengan proses memahami dan adaptasi terhadap keadaan
mereka tetapi juga penting untuk proses penanganan dan prognosisnya. Praktik
klinikal standar kadang gagal dalam menemukan gangguan kognitif, penilaian
neuropsikologikal merupakan cara terbaik untuk menilai fungsi kognitif, namun
terkadang memakan waktu lama dan perlu bantuan ahli untuk melakukan penilaian
dan menginterpretasikan, maka dari itu diperlukan tes yang cepat dan mudah untuk
dilakukan, ada beberapa tes fungsi kognitif yang dapat digunakan dengan cepat dan
mudah antara lain Mini-Mental State Examination (MMSE), Ravens Coloured
Progressive Matrices (RCPM), COGNISTAT, The Screening Instrument for
15
16