Anda di halaman 1dari 21

Lanjutan Catatan FILSAFAT ILMU

(Ditulis pada 09 Oktober 2014)


C. TELAAH SUBSTANTIF KEBENARAN
Bagi positivis, benar substantif menjadi benar dengan benar empirik
faktual, sesuai dengan benar empirik inderawi. (Kebenaran melihat
seseorang melihat berjalan mengambil kursi-benar empirik, dapat dilihat
dan dapat didengar merupakan benar inderawi)
Bagi realis baru, benar substantif identik dengan benar rasional real
objektif, benar sesuai dengan skema rasional tertentu. (Orang yang
terlambat, gag mikir terlambat atau tidak yang dipikir adalah ambil kursikebenaran)
Bagi fenomenolog, baik induktif maupun deduktif kebenaran dibuktikan
dengan koherensinya dengan skema moral. (Yang terlambat itu, skema
moralnya karena belum 10 menit, maka masih diperbolehkan masuk
kelas, tetapi karena sering terlambat maka tidak akan diapresiasi).
1. Benar dalam makna filsafati, benar dalam makna filsafati terkait
dengan pandangan ontologi, pandangan aksiologi, dan pandangan
epistemologi.
Ontologi: kebenaran yang ada, the being menjadi masalah ontologi.
Filsafat metafisika dan filsafat empirisme membahas tentang the
being.
Aksiologi: kebenaran aksiologi adalah, kebenaran the right. Aksiologi
membangun kebenaran dalam makna the right or wrong.
2. Benar Epistemologi, epistemologi membuktikan kebenaran dalam
makna the true or false.
a. Mencari cara membuktikan kebenaran
Mencari cara membuktikan kebenaran

menjadi

tugas

epistemologi. Benar epistemologi akan beragam, sesuai dengan


pembuktian kebenaran yang digunakan.
1) Kebenaran positifestik, kebenaran kebenaran positifestik
kualitatif dibuktikan dengan causal relations serangkaian
fakta empirik inderawi, mereduksi empirik non-inderawi.
(mereduksi, berdasar contoh keluar masuk bawa kursi, non

inderawinya adalah alasan kenapa kok telat itu? Berarti ini


direduksi). Kebenaran positifestik kuantitatif dilandaskan
pada ditemukannya frekuensi tinggi, atau variansi besar
pada

fakta

parameter
kualitatif.

empirik

inderawi.

kuantitatif
Teori

Korespondensi

menggantikan

pembuktian

hubungan

kebenaran

sebagai
kausal

korespondensi

dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles,


Moore, Russeell, Ramsay, dan Tarske.
2) Kebenaran konstruk interpretif kebahasaan
saussure

sekitar

berdasarkan

pada

tahun

1915,

konstruk

sejak

pemaknaan

bahasa;

konstruk

de

bahasa
dalam

pemaknaan satu dan lainnya mengalami perkembangan.


Pertama,

konstruk

formal

menuntun

manusia

dalam

mengekspresikan bahasa (Platonis de saussure). Kedua,


konteks sosial menuntun ekspresi bahasa (strukturalisme
sosial). Ketiga, ekspresi bahasa sebagai ekspresi mental
content

(strukturalisme

intrinsik).

Keempat,

bahasa

dipandang mewakili sign tertentu, dan ekspresi bahasa


dipandang sebagai ekspresi tanda-tanda (semantik atau
strukturalisme semiotik). Kelima, dengan masuknya karya
satra yang semakin beragam muncul pemaknaan ekspresi
bahasa yang lebih terpusat pada pemaknaan individu,
bukan

pemaknaan

berkembanglah

berdasarkan

neo-strukturalisme,

struktur,

dan

post-strukturalisme

dan dekonstruksi. (Kadang kita melihat orang sopan dan


tidak berdasarkan logat bahasanya, padahal memang pada
dasarnya mempunyai latar belakang yang berbeda antar
seseorang-ekspresi bahasa. Logat ngapak, ibu pengen
makan-Ibune pengen makan sekarang. Padahal dalam
Bahasa

Jawa

penggunaan

kata

ne

menunjukkan

kepunyaan) (Dalam bahsa tulis justru harus lebih berhatihati lagi)


3) Kebenaran Fenomenologik

Kebenaran

fenomenologik

dibuktikaan

dengan

diketemukannya yang esensial, pilah dari yang nonesesiasl dan eksemplar dan sesuai dengan skema moral
tertentu.

Pembuktian

kebenaran

dalam

fenomenologi

adalah kebenaran koherensi, yaitu sinkronnya moral yang


lebih rendah terhadap moral yang lebih tinggi. Contoh,
menolong orang miskin, merawat jenazah

terlantar,

memberi upah yang layak adalah moral-moral yang sinkron


koheren dengan moral kemanusiaan. Pada pertengahan
abad 21 M mulai berkembang tuntutan mencari kebenaran
constracted

baik

yang

positifestik

maupun

yang

fenomenologik.
a. Constructed dalam positivisme
Contoh: Constructed pada daaran makro, lihat pada 4c.
mengenai Korsel, Taiwan, Singapura, Thailand menang
dibanding Soviet, karena ada faktor yang keempat yaitu
skema rasional,
b. Constructed dalam fenomenologi
Kebenaran empirik koherensi

constructed

adalah

tuntutan kebenaran constructed fenomenologi.


1) Tuntutan
Transendensi,
tuntutan
pemahaman
transenden menjadi bagian dari kebenaran rasional
empirik
2) Tuntutan Emansipasi, fenomenologi mutakhir akhir
abad 20 dan 21 M menyadari bahwa teori budaya
yang perlu dikembangkan sekarang adalah budaya
multikultural
tertinggal

emansipatorik.

difasilitasi

agar

Satuan

sosial

yang

mampu

berkembang

sejajar dengan yang lebih maju. Itulah tuntutan


constructed dalam skema moral fenomenologi.
Contoh: Moral suka menolong,

D. TELAAH INSTRUMENTASI KONFIRMASI

Objek studi filsafat ilmu ada empat, 2 fakta kebenaran dan 2 telaah
instrumentatif: konfirmasi dan logika inverensi:
1. Konfirmasi Tradisional (Justifikasi)
Banyak diguanakan dengan menunjuk bukti-bukti empirik yang
dinyatakan cocok dengan ajaran-ajaran tradisional, cara tersebut
dipakai untuk menunjukkan betapa hebatnya ajaran tradisional,
betapa tingginya the highest wisdom of the ultimate.
2. Konfirmasi Ilmiah
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk
yang akan datang, memberi pemaknaan atau pemahaman. Upaya
tersebut perlu dimulai dari empiri, apakah empiri tersebut direkam
secara benar. Mengguji kebenaran empiri itulah tugas ketiga untuk
mencari kebenaran epistemologik.
a. Teori Konfirmasi
Teori Konfirmasi berupaya

mencari

diskripsi

hubungan

nasional antara hipotesis dengan bukti empiri. Dikenal 3 teori


konfirmasi, yaitu:
decetion teory, estimation teory dan realiability analysis.
- decetion teory mrupakan konfirmasi berdasar keputusan
apakah hubungan antara hipotesis dengan bukti empirik
memang memiliki manfaat aktual. Kriteria manfaat aktual
lebih mendasarkan pada keputusan kompetensi peneliti
dan
-

istilah

yang

digunakan

adalah

decition

bukan

conclution.
estimation teory, menetapkan konfirmasi dengan memberi
estimasi/ perkiraan menggunakan konsep probabilitas.
Konsep ini dominan dalam analisis statistik. Hampell
menggunakan konsep probabilitas dengan mendasarkan
pada hubungan logis antara proposisi bukti empirik dengan
hipotesis rasional. Rudolf Carnak menggunakan konsep
estimation teory dalam logika bahasa, yaitu mendasarkan
hubungan sintaktikal antara efidensi empirik interpretif
bahasa dengan hipotesis.

realiability

analysis

menetapkan

konfirmasi

dengan

mencermati stabilitas bukti (yang mungkin berubah-ubah


karena kondisi atau hal lain terhadap hipotesis).
3. Konfirmasi sebagai The Choice of Action
Konfirmasi dapat pula disusun atas pemikiran orang tentang The
Choice

of

Action.

Dalam

filsafat

dikenal

diterminisme

dan

inditerminesme. Para ahli mempertanyakan apakah alam semesta


ini diterministik atau inditerministik. Banyak ahli menganut teori
diterminestik,

tetapi

lebih

banyak

yang

menganut

teori

inditerministik. Ada pendapat bahwa paradigma alam semesta ini


diterministik di sisi tuhan, dan inditerministik dilihat secara ilmiah.
E. LOGIKA INFERENSI
Logika Inferensi adaah alat berpikir untuk membuat predisi ilmiah
atau ramalan ilmiah kejadian yang akan datang dengan menggunakan
sistem rasional tertentu.

LOGIKA INFERENSI

Studi logika adalah studi tentang tata pikir rasional bila dilacak studi ini
berangkat dari Yunani kuno (3-2 SM) dilanjutkan Islam Andalusia abad 811 M, lalu Eropa (abad 15-18 M), dan akhirnya menjadi sistem logika yang
berkembang sampai sekarang
Filsafat China dan India dan juga yang lain menggunakan logika yang
berbeda
1. Tradisi

Keilmuan

(Logic

systems)

dalam

alur:

Yunani,

Islam

Andalusia, Eropa, dan iptek sekarang merupakan sistem logika yang


berkembang sampai sekarang. Yunani yang rasional diperkuat
tradisi Islam Andalusia yang empirik eksperimental dan tradisi
keilmuan teknologi; yang keduanya teosentris dilanjutkan tradisi
Eropa yang rasional empirik eksperimental sekaligus berubah dri
teosentrismenjadi

antroposentris.

Sosok

ilmu

dan

teknologi

sekarang (18 M-sekarang) dibangun menjadi humanistik.


2. Tradisi Liberal arts, Budaya barat klasik disebut liberal arts atau
seven liberal arts atau disebut budaya esensialisme. Seven liberal
arts tersebut dibangun dari Quadrivium Islam Andalusia (8-11 M)
yang terdiri atas matematika, fisika,

astronomi dan musik; serta

trivium Eropa (15 M) yang terdiri atas bahasa, logika, dan retorika.
Sampai abad 18 M universitas di Eropa mengajarkan trivium pada
tingkat baccalaureat dan quadribium pada tingkat master.
3. Liberal arts sebagai ilmu dasar perguruan tinggi, liberal arts
sekarang sudah menjadi ilmu dasar bagi berbagai bidang ilmu dan
diajarkan di banyak universitas di dunia sebagai ilmu dasar.
SISTEMATISASI LOGIKA
A. Logika Tradisional
Ada dua logika tradisional yang digunakan, yaitu logika formil
deduktif Aristoteles dan logika materiil aksiomatik Euclides.
1. Logika formil deduktif Aristoteles, Logi Aristoteles disebut logika
deduktif karena pembuktian dimulai dari premis mayor yang

dipandang mutlak benar, untuk membuktikan kasus yang disebut


premis minor-dan bila cocok (dalam makna emplisit) dengan
premis mayor, maka kesimpulannya: kasus itu benar. Logika
Aristoteles disebut juga logika formil, karena kebenaran diuji
berdasar sinkronnya proposisi mayor minor dan term tengahnya,
bukan diuji berdasarkan kebenaran materiil.
Contoh:
Semua manusia (subjek mayor) dapat mati (predikat mayor)
Nurdin (term tengah) itu manusia (subjek mayor)
Jadi: Nurdin (term tengah) dapat mati (predikat mayor)
Logika formil Aristoteles mulai ditinggalkan dunia ilmu setelah
dikenal teori probabilitas dari Pascal pada abad 17 M. Logika
formil pada abad 13 M sampai sekarantg masih mendominasi
cara berpikur Islam tradisional, dalam wujud diberi contoh-contoh
kasus lalu dicocokkan dengan nash.
Contoh:
Kholifah Umar, keliling melihat anak nangis karena lapar. Dan
Ibunya coba memasakkan nasi, padahal batu. Dan Umar
pulang memberi gandum kepada ibunya.
(Masuk dalam soal, Logika formil Aristoteles)
2. Logika Materiil Aksiomatik Euclides, Loggika Euclides disebut
logika materiil karena pembuktian kebenaran berdasarkan pada
bukti empirik. Kebenarannya didasarkan cocoknya rasio dengan
bukti empirik. Logika Euclides disebut logika aksiomatik karena
pembuktian

kebenaran

empirik

berdasar

aksioma

atau

kebenaran universal yang sudah self evident (terbukti dengan


sendirinya). Aksioma menjadi payung bagi semua kebenaran.
Contoh: Dari dua titik hanya dapat ditari 1 garis lurus
Dari aksioma tersebut, dapat dibuat teori matematik sebagai
runtutannya, untuk pengembangan ilmu baik IPA maupun IPS.
Logika materiil aksiomatik Euclides semakin terdesak oleh logika
empirik induktif. Postulat juga makin ditinggalkan pada ilmu
sosial.
B. Logika Materiil Mutakhir

Semua logika adalah logika pembuktian kebenaran yang dijamin


oleh bukti kebenaran materiil.
1. Logika Klasik: All are completely infinite
Logika klasik deikenal dengan pernyataan All are completely
infinite 9semuanya tidak terhingga) cara berpikir tersebut
berangkat dari pernyataan bahwa, segala sesuatu itu adalah
infinite, inditerminate, pantarei dan pernyataan yang senada.
Mengikuti

pola

berpikir

tersebut

berkembang

pemikiran

inditerminate dalam filsafat teori pantarei dalam ekonomi. Pada


era awal maupun pada era mutakhir pemikiran infinate tetap
muncul.
2. Basic Pattern of Logic
Pola berpikir kausal, disebut Basic Pattern of Logic sebagai sitem
berpikir logic, dengan pola paling dasar yaitu mencermati proses
perubaha dari objek yang diteliti. Pola berpikir sebagai proses
berpikir

logic

mendahului

sistem

berpikir

logic

yang

menggunakan firs order of logic, seccond order of logic, and third


order of logic.

FILSAFAT EMPIRISME
A. Kesadaran Rasional Atas Empirk
Descartes membedakan pengalaman mimpi dan khayal dengan
pengalaman sadar. Pengalaman sadar itulah menjadi titik tolak dia
mengembangkan ilmu (Cogito Ergosum). Rasionalisme menjadi pisau
analisis untuk mencermati pengalaman empirik.
1. Empirisme dan probabilitas
Filsafat atau filsafat empirisme di Yunani yang dikembangkan
oleh murid Aristoteles baru sampai tahapan menjadi objek
dialog santai sesuai namanya (peripathos)-Jalan beratap di
taman. Filsafat tersebut pada era Islam Andalusia abad 8 M
emnjadi studi empirik eksperimental. Pembuktian uji empirik

eksperimental masih menggunakan logika aksiomatik Euclides


(3 SM). Setelah ditemukan teori probabilitas abad 17 M,
pembuktian uji empirik eksperimental menemukan metode
pembuktian yang tepat. Secara elan tetapi pasti, uni empirik
eksperimental dengan teori probabilitas menjadi pisau analisis
yang membuat iptek berkembang sangat pesat sampai
sekarang.
2. Proposisi
Proposisi meruakan pernyataan tentang kebenaran. Dengan
pernyataan tersebut para ilmuan dapat saling menyanggah
menguji,

membenarkan,

atau

memeodifikasi

proposisi

kebenaran. Dataran kebenaran proposisi itu bertingkat, mulai


dari pendapat atau opini pribadi, opini publik, praduga,
hipotesis, tesis, dan teori.
3. Definite system
Awal abad 20 M mucul tawaran Hilbert untuk mengubah logika
klasik all are completely infinite menjadi dua sistem, yaitu:
mathematical consistensy systems yang selanjutnya disebut
proof teory, dan non-mathematical constructed consistensy
systems yang selanjutnya disebut paradigma. Dengan kedua
sistem berpikir tersebut yang infinite dipotong menjadi finite.
B. Empirisme dan Rasionalisme
Ilmu pengetahuan yang sekarang berkembang dan telah sangat
memperkaya dunia ilmu dan teknologi adalah ilmu yang dibangun dari
dua kutub, yaitu empiri dan rasio. Empirisme mempunyai banyak
makna. Pertama, empirisme yang memaknai sebagai regualirity
semesta. Kedua, empirisme sebagai metoda induksi yang menjadi
landasan filsafat positivistik. Ketiga, empirisme sebagai metoda
berpikir empirik pragmatik dan teknologik. Adapun rasionalisme
merupakan metoda berpikir deduksiyang memberi landasan berpikir
rasional objektif, setidaknya ada dua perkembangan yang signifikan.
Pertama, memanfaatkan ilmu matematika yang murni deduktif untuk
membuat analisis empiri dengan menggunakan logika matematika
yang sangat beragam. Kedua, empirisme sebagai metoda berpikir

rasional murni, deduktif matematik yang mampu mengembangkan


artivisiol intelegent. Empirisme yang dibahas di sini dimaknai sebagai
regularity alam semesta.
1. Probability teory
Empirisme yang membahas empiri sebagai kawasan
yang berbeda dari filsafat metafisika. Studi empirisme di
Yunani dikembangkan lewat dialog santai.
2. Empirisme sebagai regularity fisik alam semesta
Diketengahkan bahwa alam semesta itu determinate
(pasti) pada sisi Tuhan, dan in-determinate pada sisi manusia.
Ilmuwan bergerak lewat uji regularity empirik 1 hipotesis ke
bukti empirik tesis. Secara berlanjutan mencari regularity
tersebut.

Tuhan

membiarkan

ilmuwan

mencari

dari

regularity ke regularity yang lain. Dengan bukti manusia dapat


sampai ke planet Mars dalam waktu 10 bulan 10 hari,
sedangkan

jarak

Bumi

dengan

Mars

dalam

hitungan

kecepatan 900 km/jam (dengan pesawat supersonik) akan


membutuhkan waktu 85 tahun perjalanan. Ilmuwan telah
memanfaatkan regularity alam semesta, seperti ruang hampa,
melindungi tubuh manusia di ruang hampa, kemampuan
tinggi menghitung sangat cepat tentang arah pesawat,
menciptakan pesawat yang tahan panas dll, sehingga dapat
mencapai planet Mars dalam waktu 10 bulan 10 hari, bukan
85 tahun.
3. Blaise Pascal
Pada tahun 1654 Blaise Pascal yang baru berusa 15
tahun sudah membaur dengan ilmuwan matematika di
Perancis dan menemukan teori probabilitas. Teori probabilitas
sampai sekarang terbukti tangguh untuk menguji regularity
dunia fisik.
4. Perifatetik Islam Andalusia
Filsafat Perifatetik Islam Andalusia abad 8-11 M telah
menguji regularity dunia fisik lewat eksperimen. Sayang pada
era tersebut, logika pembuktian yang dipakai masih logika
aksiomatik euclides, sehingga banyak ketimpangan analisis

atas regularity fisik dengan argumentasi euclidean (orangorang yang menganut paham euclides). Barulah setelah
dtemukan teori probabilitas ilmu-ilmu empirik ekseperimental
dapat maju pesat hingga sekarang. Eksperimentasi Islam
Andalusia dapat dimaksnai sebagai pengembangan ilmu
kauniah, atau ilmu untuk mencari keteraturan alam semesta
dari Allah mendampingi ilmu qauliyah atau ilmu untuk
memahami petunjuk kebijakan Allah .
5. Determinisme Ilahiyah dan In-determinisme insaniyah
Alam semesta ini deterministik pada sisi Tuhan dan indeterministik pada sisi manusia nukan tanpa bukti historis.
Pertama, pengakuan Islam Andalusia abad 8-11 M yang
mengembangkan ilmu kauniyah sekaligus ilmu qauliyah. Di
Inggris abad ke 17 dan ke-18 M teori probabilitas dipakai
untuk membuktikan adanya Tuhan.
6. Regularity Deterministik untuk Mengembangkan Kreativitas
Regularity Deterministik Tuhan, tidak akan diubah oleh
Tuhan untuk

mendidik

manusia

dan untuk

mrmbiarkan

tumbuh kreativitas manusia. Regularity semesta Tuhan tidak


hanya berlaku di bumi, tetapi ternyata berlaku dalam galaksi
bimasakti.

Apakah

berlaku

pada

galaksi

lainnya?

Wallahualam... Setidaknya hukum terbentuknya bintangbintang di luar Bimasakti yang teramati lewat observatori
pada tahun 2001 terbukti mengalami proses seperti teori yang
berlaku di galaksi Bimasakti.
7. Kreativitas mengimitasi regularity alam
Hukum keteraturan alam tentang penciptaan berlian
Kimberlley, memberi inspirasi ilmuwan lewat uji coba di ruang
angkasa. Akhirnya menemukan imitasi regularity sehingga
mampu membuat berlian tiruan. Menemukan divice sel
darahyang mampu membunuh kanker, ilmuwan berupaya
menyederhanakan

device

sel

darah

sehingg

dapat

dimasukkan dalam tubuh manusia untuk menjaga agarkalau


ada sel kanker baru dapat langsung diburu dan membunhnya.
Memang pada tahun 2009 hal itu masih berupa eksperimen.

8. Melawan kekuasaan Tuhan


Tindakan kreatif manusia tersebut oleh penganut agama
yang konservatif diartikan sebagai melawan kekuasaan Tuhan,
oleh karena itu usaha kreatif berkelanjutan ilmuwan harus
selalu disertai kehati-hatian karena ada kemungkinan hasil
kreativtas tersebut dapat salah. Sebagai membuat pestisida
yang justru membunuh banyak biota lain; seperti salahnya
membuat makanan dengan polimer rasa ayam, rasa bakso,
yang membuat anak-anak menjadi alergi, dst. Termasuk film
fiksi tentang penciptaan makhluk bar yang produknya tidak
dapat dikendalikan.

FILSAFAT BAHASA
Rasional Empirik Interpretif Bahasa
Logika

Rasional

Empirik

Interpretif

kebahasaan

mencakup

logika

sintakstikal, strukturalisme sosial, strukturalisme intrinsik simantikal poststrukturalisme, dan hermeneotik.


1. Interpretif dan Interpretatif
A. Interpretif
Interpretif membuat pemaknaan berdasar objek itu sendiri.
Contoh:

Masyarakat

nyadran

(ke

makam)

dimaknai

menurut

masyarakat itu sendiri, itu interpretif dan akan ketahuan apakah


secara tidak sadar dia itu Hindu atau Islam. Kalau Hindu, mohon
berkah dan restu ke arwah yang sudah meninggal. Kalau Islam,
antosius (secara tidak sadar) tradisional mungkin tetap seperti
Hindu; yang Islam modern mendoakan dan memohonkan ampun
kepada Allah untuk yang telah meninggal dunia.
B. Interpretasi
Interpretasi membuat pemaknaan berdasar subjek yang
meneliti. Dalam positivisme, sesudah dikumpulkan data rasional
empirik obektif, peneliti membuat pemaknaan sesuai dengan

teorinya. Interpretasi digunakan untuk analsisi causal relation, baik


yang kualitatif maupun yang kuantitatif.
C. Interpretif Bahasa
Yang dimaksud dengan intepretif bahasa adalah pemaknaan
berdar konstruk yang digunakan. Sintakstikal memberi pemaknaan
berdasar struktur formal bahasa, berdasar objek bahasa itu sendiri.
Membuat interpretasi berdasar subjek menjadi salah. Strukturalisme
sosial

memberi

pemaknaan

berdasar

konteks

sosialnya.

Strukturalisme intrinsik memberi pemaknaan berdasar metal konten


penulisnya. Semantik memberi pemaknaan berdasar sign yang
disepakati.

Post-strukturalisme

dan

hermeniotik

memberi

pemahaman berdasar indvidu masing-masing; bukan berdasar


pemaknaan peneliti.
2. Content Analysis
Ada tiga konten analisis dalam studi ilmu komuniaksi dan politik,
yaitu model naratif, konvensesional dan interaktif.
3. Logika Sintakstikal (Strukturalisme klasik)
Analisis sintakstikal adalah analisis dengan menggunakan logka
bahasa formal, atau logika bahasa Platonis. Aturan tata bahasa
menjadi dasar analisis dalam memaknai isi teks. Model ini diaktualkan
oleh De Saussure tahun 1915. Tafisr Quran berabad-abad yang lalu
telah menggunakan logika sintakstikal ini, yaitu berdasarkan tata
bahasa formal.
4. Strukturalisme Sosial
Analisis logik dalam strukturalisme sosial dilandaskan pada
konteks sosial atas karya bahasa yang ditulis. Strukturalisme sosial
lebih

mengetengahkan

konteks

sosialnya,

disebut

strukturalisme

genetik; yang lebih megetengahkan ceritanya disebut strukturalisme


dinamik.
5. Strukturalisme Intrinsik

Dalam strukturalisme intrinsik riwayat penulis penting, analisis


gaya

bahasa,

metafora

dan

sifat-sifat

lain

dari

penulis

lebih

dipentingkan.
6. Strukturalisme semantik (semiotik)
Setiap kata dalam bahasa dipandang sebagai tanda. Disebut
strukturalisme siotik karena menunjukkan keterkaitannya dengan
strukturalisme.

Dalam

konsep

strukturalisme,

ekspresi

bahasa

merpukana konstruk dimana ekspresi bahas didektestruktur tata


bahasa (Paltonis), didektestruktur sosial (strukturalisme sosial), atau
didekte oleh tradisi arti tanda-tanda (semantik).
7. Hermeniotik
Hermeniotik mengembangkan interpretasi berdasar pemahaman
subjek atas ekspresi bahasa.
FILSAFAT FENOMENOLOGIK
A. Rasional Empirik Interpretif fenomenologik
Rasional Empirik merupakan karakteristik semua ilmu mutakhir,
yaitu mengakui kebenaran bila didukung oleh rasionalitas dan bukti
empirik. Sampai saat ini dikenal 3 filsafat ilmu: Rasional Empirik
Objektif, baik kualitatif maupun kuantitatif, Rasional Empirik interpretif
bahasa, Rasional Empirik interpretif fenolenologik
1. Filsafat Fenomenologik
Dengan munculnya apresiasi pada filsafat dari Edmund Husserl
mulai tahun 1970 yang disebut sebagai filsafat fenomenologik, maka
filsafat

empirisme

dunia

ilmu

pengetahuan

memperoleh

filsafat

tandingan. Sebelum tahun 1970, untuk pengembangan ilmu hanya


mempunyai 1 filsafat, yaitu filsafat empirisme yang menggunakan first
older of logic; sistem logika yang pada dasarnya menggunakan berpikir
rasional empirik objektif dengan pola pikir kausal. Sejak tahun 1970
berkembang filsafat fenomenologik yang mempunyai ciri rasional
empirik interpretif fenomenologik.

a. Logika Rasional Empirik. Filsafat fenomenologik juga dibangun


atas 2 kutub: rasio dan bukti empirik.
b. Rasional Empirik Interpretif. Pada positifisme rasional empirik
objektif, peneliti menggunakan fakta objektif untuk membuat
interpretasi. Pada rasional emirik interpretif, peneliti berupaya
mengungkap pemaknaan dari objek itu sendiri, bukan dari
peneliti; mengungkap interpresi masyarakat yang diteliti, bukan
mengungkap interpretasi peneliti. Islamologi (studi Islam yang
menggunakan pendekatan fenomenologik) maknanya adalah
mengungkap bagaimana orang muslim sendiri memaknai surga,
neraka, Tuhan, dll berdasar pemaknaan muslim sendiri, bukan
menggunakan pemaknaan peneliti, para orientalis.
c. Interpretif bahasa dan interpretif fenomenologik. Interpretif
bahasa adalah interpresi berdasar konstruk bahasa, bukan
interpretasi peneliti. Interpretif fenomenologik adalah interpresi
masyarakat yang diteliti.
2. Interpretif Fenomenologik
Interpretif fenomenologik adalah ingterpretif berdasarkan pandangan
filsafat

fenomenologik

Edmund

Husserl.

Positifisme

berupaya

mengamati diri dan lingkungannya sebagai fakta-fakta objektif; fakta


empirik (received view) atau sesuai dengan segala sesuatu yang
ditangkap oleh panca indera. Adapun fenoenologik Edmund Husserl
mengamati Empirik tidak dapat lepas dari peran subjek yang
bersangkutan (bukan peneliti), ada intensionalitas, ada kecenderungan
pemaknaan subjek yang bersangkutan. Fakta fenomenologik, bukan
lagi fakta received view, melainkan fakta yang sudah dimaknai, sudah
interpretif (oleh subjek yang bersangkutan). Dalam fenomenologik
diakui bahwa orang mengamati sesuatu terkait langsung pada konsep
ide dan values.
B. Rasional Empirik, Logic, Etic, Emic, Noetic
Filsafat mengenal kebenaran logic dan kebenaran etic. Dengan
dikenalnya filsafat fenomenologik, maka kebenaran yang dikenal

sebagai kebenaran menjadi bertambah, yaitu kebenaran emic dan


kebenaran noetic.
1. Kebenaran Logic.
Kebenaran dalam ilmu pengathuan dalam makna rasional, atau
dengan kriteria true or false diberi label logic, dalam arti (positifistik)
sesuainya rasio dengan empiri recieved view dan berlaku universal.
True-Fals berada dalam etistemologi.
2. Kebenaran Etic.
Kebenaran etic dalam ilmu pengetahuan adalah kebenaran
dengan kriteria right or wrong sesuai dengan moral kemanusiaan,
keadilan, atau moral lain. Kebenaran etic juga berlaku universal right
or wrong dalam aksiologi.
3. Kebenaran Emic.
Fenomenologi mengenalkan kebenaran ini, yaitu kebenaran yang
menggunakan kriteria righ or wrong berdasar fenomenon intensional
masing-masing subjek. Peneliti fenomenologi berupaya mengungkap
pemaknaan subjek dari masyarakat yang diteliti tentang fenomenon
intensional

subjek;

misal

mengapa

mereka

nyadran?

atau

berkunjung ke makam menjelang bulan puasa? Jawab orang-orang


tua mereka atau key persons mereka itulah emic-nya nyadran.
4. Kebenaran Noetic.
Atas kritik mengapa right or wrong ditanyakan ke key person? Apakah
mereka bukan menampilkan personal representation? Kebenaran noetic
adalah kebenaran right or wrong yang diungkap pada rata-rata grass root
(masyarakat kelas bawah). Peneliti dapat mengungkap noetic nyadaran
dengan datang ke makam dan bertanya pada subjek-subjek pengnjung
makam sehingga memperoleh jawaban yang mungkin beragam; dan baru
dihentikan pada isi jawaban sudah jenuh.
FILSAFAT PRAGMATIK

A. Pragmatik
Empirisme

yang

bersifat

empirik

induktif

mendorong

tumbuhnya

pemaknaan pragmatik. Dewey menyatakan bahwa experience as a single


dinamic, univiet wole of everything enter related, no rigid brigks of
experience and nature. Pragmatisme Dewey menolak idealisme Hugel.
Bagi Dewey experience adalah the wole of human life. Alur pemikiran
pragmatik meluas kepada pendekatan teknologik. Aksentuasi telaah pada
experience mengarah ke tujuan-tujuan teknis dengan kriteria fungsional,
efisien, dan produktif.
1. Applied Sciences. Pada awal abad 20 mulai berkembang applied
sciences menjawab kebutuhan pragmatik untuk dunia kerja.
2. Technological Sciences.
a. Kebenaran Teknologik. Pada era awal perkenbangan teknologi
dapat

diamati

pada

arsitektur

yang

berkembang.

Konsep

konstruksi bangunan Yunani adalah konsep daya dukung tiang


pada bidang datar. Bentang bidang datar ditentukan pada
adanya panjang batu yang dapat diperoleh. Daya dukung bentuk
lengkung dalam arsitektur Islam mengubah konstruksi bangunan
menjadi berbentang lebih luas. Daya dukung konstruksi cor beton
memberi peluang membangun konstruksi dengan bentang yang
lebih memberikan kebebasan kreativitas manusia memanfaatkan
hukum

alam.

Dari

perkembangan

arsitektur

tersebut

kesemuanya memanfaatkan hukum alam sebatas kemampuan


manusia menjangkau pemahaman hukum tersebut. Kebenaran
teknologik atau kebenaran fungsional, efisien, dan pragmatik
dengan memanfaatkan hukum alam menjadi landasan lain dari
empirisme.
b. Kebenaran regularity alam semesta. Pada era mutakhir para
ilmuan mulai sadar bahwa pengembangan teknologi perlu
bersahabat dengan alam jangan melawan hukun keteraturan
kauniyah. Memang keteraturan kauniyah Tuhan itu sudah
deterministik,
Berubung

perlu

dicari

keteraturan

berkelanjutan

alam

bagi

lewat

manusia

eksperimen.
adalah

in-

deterministik,

berkembang

dari

jangkauan

pemahaman

regularity semesta lewat uji eksperimentasi

PARALELISME KEHIDUPAN DENGAN MATEMATIK


Sejarah membuktikan bahwa regularity empirik dapat dicermati
dengan rasionalitas objektif.
1. Asumsi Paralelisme Kehidupan dengan Matematik
Asumsi

bahwa

ada

paralelisme

antara

kehidupan

dengan

matematik menjadi landasan penggunaan matematikuntuk membuat


berbagai penjelasan kehidupan, tidak sebatas empirisme era pertama
yang menggunakan regularity untuk menjelaskan regularity alam
semesta.
2. Regularity pada beragam dimensi
Regularity empirik induktif telah dimanfaatkan oleh positivisme
objektif untuk membuat prediksi ilmiah berdasarkan frekuensi dan
variasi kejadian. Regularity empirik pragmatik telah pula digunakan
untuk mengkonstruksi teknologi, regularity empirik deduktif telah
dikembangkan dengan menggunakan teori-teori matematik yang murni
deduktif untuk membangun kebenaran konstruktif.
3. Pencarian kebenaran konstruk. Tuntutan ilmu pengetahuan sekarang
sudah mengarah pada pencarian kebenaran konstruk, bukan lagi
menyajikan hipotesis korelasi antar variabel, bukan lagi menyajikan
perbedaan frekuensi atau variansi, bukan lagi mencari hubungan
kausal

antar

variabel,

melainkan

sudah

berupaya

memaknai

konstruk ditampilkan konstruk hipotetik. Jadi empirisme yang


menelaah regularity alam semesta ciptan Tuhan terbuka bagi
berbagai alternatif untuk dibuka dan dipahami. Mulai dari mencari
kebenaran lewat eksperimen, lewat pencermatan empirik induktif,
lewat pencermatan empirik fragmatik, empirik rasional objektif,
sampai lewat teori matematik yang murni deduktif.

PARADIGMA
Adalah

wacana

atau

discourses

yang

disepakati

dalam

mendiskusikan sesuatu untuk membangun konsep keilmuan tertentu. 3


unsur paradigma yaitu:ada wacana kesederajatan, ada diskusi terbuka,
dan ada upaya membangun konsep keilmuan yang diperlukan untuk
mengembangkan

ilmu.

Sebaiknya

paradigma

tersebut

disepakati,

dalam

paradigma

setidaknya dipahami pihak lain teman diskusi.


A. Paradigma berdasar filsafat ilmu
1. Paradisgma
positivistik.
Rasionalitas

positivistik adalah tunduknya rasio atas bukti empirik faktual,


mulai dari bukti kausalitas sampai eksplanatif.
2. Paradigma Fenomenologik. Rasionalitas dalam

paradigma

fenomenologik adaah konformitas beragam esensi dengan rasio


sehingga dapat dipahami makna sesuatu.
3. Paradigma Filsafat Bahasa. rasionalitas dalam paradigma
filsafat bahasa adalah sesuainya dengan salah satu (dari 6)
makna dalam konstruk bahasa.
4. Paradigma Studi Islam. Rasionalitas

dalam

studi

islam,

misalnya: penulis tawarkan terintegrasikannya empiri dengan


sikuensi inderawi, rasio, moral, dan transendensi yang tampil
multifasik

1. Etiket, Conduct, Virtues, Practical Values dan Living Values


Sering dicampurkanadukkan dataran baik dan buruk dalam
tampilan sopan, jujur, patriotik, solider, adil, teguh pada yang benar,
mencintai keindahan, dll. Tampilan sopan dan menghormati tamu
merupakan etiket pergaulan. Berupaya untuk jujur dan berkata benar
merupakan

conduct

(acuan)

perilaku

terpuji.

Sikap

demokratis,

patriotik, dan solider merupakan virtues (watak-watak) terpuji. Mencari


yang indah, yang logis, yang fungsional merupakan upaya mencari
practical

values

(nilai

praktis).

Berjuang

untuk

keadilan,

untuk

kebenaran merupakan perjuangan mempertahankan living values


(nilai-nilai moral kehidupan manusia)
2. Dataran Kebenaran Etik
Dikenal tripartik budaya, tuntutan etik bagi 3 produk budaya
kognisi murni, produk budaya teknologi, dan produk seni. Produk
kognisi murni menuntut practical values :nyata, benar, dan logis.
Berikutnya, kognisi murni menuntut etika living values :moralitas
seperti keadilan dan kebebasan. Produk rekayasa teknologi menuntut
practical values :fungsional, efisien dan produktif. Dataran berikutnya,
produk budaya rekayasa teknologi menuntut etika living values :
moralitas

human,

memanusiakan

manusia,

sampai

pelestarian

ligkungan. Produk seni menuntut practical values: kreatif, indah, dan


harmonis. Pada dataran berikutnya produk seni menuntut etika living
values: moralitas yang menyucikan batin.
3. Masalah Etik dalam Pengemabangan Ilmu
a. Temuan basic research dan masalah etik
Dunia ilmu telah menemukan DNA sebagai konstitusi genetik
makhluk hidup,
1) Ranah tumbuhan dan binatang. Ditemukan DNA unggl dan
cacat. Ketika dikembangkan DNA dari pohon jati unggul, untuk
memperluas,

mempercepat,

dan

meningkatkan

kualitas

reboisasi kita tidak menjadi masalah. Juga ketika kloning


domba Afrika dan telah berhasil tergambarkan domba masa
depan akan dapat membrikan protein hewani pada manusia
yang

semakin

bertambah

menimbulkan masalah.
2) Ranah manusia. Ketika

dengan

masuk

ranah

pesat

juga

manusia,

tidak
apakah

manusia unggul perlu dikloningkan ??? Dan apakah manusia


yang memiliki DNA cacat tidak diberi hak untuk memiliki
keturunan. Hal tersebut menimbulkan masalah HAM. Di
Amerika Latin ditemukan keluarga cacat bisu turun temurun.
Diketemukan pada keluarga tersebut tidak ada bulu-bulu pada
DNA-nya seperti pada DNA umumnya. Di suatu lokasi di

Indonesia,

ditemukan

penduduk

desa

tersebut

semua

keterbelakangan mental. Apakah tidak dapat diadakan upaya,


telah ditemukan 3 partikel radioaktif, yaitu: sinar alpha, beta,
dan gama. Temuan sinar gama dan sebagainya dinamakan
sinar X sangat bermanfaat pada dunia kedokteran, sinar beta
dan sejenisnya dikenal sebagai sinar laser yang bermanfaat
bagi dunia konstruksi dan dunia kedokteran. Temuan basic
research tentang 3 produk tersebut sangat bermanfaat bagi
manusia. Sekaligus telah direkayasa untuk tujuan perang,
untuk mendeteksi dalam kegelapan, untuk membuat senjata
laser dan untuk membuat bom atom. Penisilin yang ditemukan
secara kebetulan oleh Alexander Flaming dalam wujud jamur
dari

adonan

roti

dapat

dikembangkan

menjadi

bakteri

antibiotik bagi banyak penyakit infeksi. Penicilin sampai


sekarang masih banyak digunakan orang, penelitian tersebut
disyukuri masyarakat karena banyak sekali manfaatnya bagi
penyakit dan pneumonia berbagai infeksi. Temuan DNA,
temuan atom, dan temuan penicilin sebagai temuan basic
research

memang

benar-benar

hebat,

pengembangan

penelitian DNA untuk teknologi genetik berprospek bagus


sekaligus membuka masalah. Pengguanaan penicilin sebagai
antibiotik yang mujarab dapat menyelamatkan berjuta orang
dari kematian karena infeksi. Masalahnya adalah sejauh mana
etika perlu diterapkan dalam hasil penelitian tersebut, siapa
yang bertanggung jawab terhadap ekses imun pada sejumlah
obat?

Anda mungkin juga menyukai