BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki cadangan sumber daya logam
maupun non logam yang cukup melimpah karena letaknya diantara tiga lempeng
utama yaitu lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik sehingga di Indonesia
kegiatan tektonik, vulkanik, magmatisme, pembentukan gunung api muda hingga
pembentukan busur magmatik serta proses geologi berlangsung terus menerus
baik dalam skala besar maupun skala kecil.
Busur magmatik ini merupakan wilayah yang menjadi tempat terbentuknya
asosiasi mineral-mineral logam yang menghampar sepanjang barisan kepulauan
dari Sumatra hingga Papua. Melihat potensi sumber daya alam tersebut selama
ini Indonesia hanya fokus dalam usaha pertambangannya saja yaitu sebatas gali,
muat dan angkut terus menjual mineral-mineral tersebut dalam keadaan raw
material (bahan mentah) yang tentunya dengan harga yang murah dan
merugikan Indonesia, karena selama ini Indonesia mengimport hampir setengah
dari kebutuhan bahan baku industri seperti industri manufaktur dari negaranegara yang sebenarnya hanya memiliki pabrik pengolahannya saja dan
mendapatkan bahan baku mentahnya dari Indonesia.
Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-undang No 4
Tahun 2009 sebagai pedoman bagi pengusaha pertambangan agar dapat
meningkatkan nilai ekonomis bahan galian. Selain itu dengan adanya
pengolahan bahan galian nilai manfaatnya semakin bertambah serta dapat
digunakan sebagai bahan baku industri dan Indonesia tidak perlu mengimport
kebutuhan bahan baku industri sehingga Indonesia dapat meningkatakn
pendapatan negara dan menghemat anggaran belanja negara.
Pengolahan bahan galian memiliki beberapa tahapan utama yaitu
kominusi, sizing, konsentrasi dan dewatering. Pada umumnya bahan galian
industri hanya sampai tahapan sizing akan tetapi bahan galian logam dan
mineral umumnya melewati semua tahapan pengolahan bahan galian. Tahapan
konsentrasi merupakan tahapan yang penting dalam kegiatan pengolahan bahan
mineral
berharga
dengan
mineral
pengotornya.
Tahapan
1.2
Maksud
1.2.1 Maksud
Maksud dari makalah mengenai Electrostatic separator yaitu untuk
mempelajari dan memahami alat electrostatic separator mulai dari, bagianbagian dari alat tersebut beserta fungsinya, mekanisme kerjanya, faktor yang
dapat mempengaruhi selama proses konsentrasi dan faktor yang mungkin
menghambat proses konsentrasi dengan menggunakan alat tersebut.
1.2.1 Tujuan
bagian-bagian
mekanisme kerjanya.
Untuk mempelajari
dari
dan
alat
tersebut
memahami
beserta
faktor-faktor
fungsinya
yang
dan
dapat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Mineral Dressing
Mineral dressing yaitu proses pengolahan bahan galian yang meliputi
2.2
jenis bahan galian, maka perlu dilakukan studi bahan baku. Maksud dari studi
sifat fisik ialah untuk mengetahui lenih rinci mengenai bahan galian tersebut
seperti komposisi mineral, susunan kimianya, derajat liberasi dan sifat fisik
lainnyta. Sifat fisik dari mineral penting untuk diteliti dan dipelajari karena
merupakan dasar pengambilan keputusan untuk menentukan proses pengolahan
dan peralatan yang sesuai dengan sifat fisik dari mineral tersebut sehingga
sejumlah konsentrat dapat dihasilkan dengan maksimal.
Pengenalan sifat fisik dari mineral dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
berdasarkan studi litelratur dan analisis yang dilakukan di laboratorium. Berikut
adalah sifat fisik dari mineral yang umum dijadikan dasar dalam proses
pengolahan bahan galian tersebut yaitu :
2.3
Kekerasan.
Berat jenis.
Kemagnetan.
Kelistrikan.
Bidang belah.
Kehancuran.
Warna.
Electrostatic Separator
2.4
2.4.1 Hopper
Hopper merupakan alat penampung umpan yang dilengkapi dengan
heater untuk memanaskan umpan agar dalam keadaan kering. Dalam keadaan
material basah maka proses pemisahan dengan electrostatic separator tidak
akan berhasil dengan baik.
2.4.2 Feeder
Fedder alat ini terletak pada hopper. Alat ini berguna agar umpan yang
masuk ke rotor hanya satu lapis, dengan harapan proses dapat berjalan baik.
Ujung dari hopper sebagai media keluarnya material dari hopper dapat diatur,
agar jatuhnya material merupakan garis singgung dari rotor. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi lentingan material.
2.4.3 Rotor
Rotor, adalah silinder yang berputar pada porosnya, dihubungkan dengan
bumi sehingga rotor bermuatan positif.
2.4.4 Electrode
Electrode terdiri dari electrode kawat dan focussing electrode merupakan
sumber ion bombar demererit.
2.4.5 Splitter
2.5
listrik yang diberikan terhadap mineral (ion Bomb bardment), sehingga mineral
yang sudah terinduksi akan memiliki muatan listrik dan mineral yang terisi
muatan listrik itu adalah mineral yang memiliki sifat daya hantar listrik kemudian
terbawa seiring dengan muatan yang ada dalam electrostatic separator. Muatan
negatif dilepas maka muatan dalam benda tersebut menjadi positif, dalam
pengolahan bahan galian Sedangkan Mineral-mineral yang tidak memiliki sifat
konduktivitas, tidak akan dengan segera dapat melepaskan muatan yang
dimilikinya. Mineral-mineral ini sangat lambat dalam melepaskan muatannya.
Mineral ini memiliki muatan yang berlawanan dengan permukaan tempat
dimana mineral itu berada. Mineral-mineral ini kemudian dikelompokkan sebagai
mineral non-konduktor. Mineral non-konduktor merupakan mineral yang tidak
dapat menghantarkan listrik. 100 persen. Setelah pengaruh medan listriknya
dihilangkan, kedua jenis mineral akan menunjukkan perilaku yang berbeda
sesuai dengan sifat konduktivitasnya.
Sedangkan mineral konduktor saat melewati medan korona, akan saling
tarik menarik dengan roll putar yang bermuatan positif. Karena adanya muatan
negatif yang berlebihan dan sifat dari mineral konduktor yang mudah
menghantarkan muatan, maka muatan negatifnya akan dihantarkan melalui roll
putar menuju bumi. Sehingga pada mineral konduktor yang mengandung ion
positif akan terjadi gaya tolak menolak antara roll putar dengan mineral
konduktor yang akhirnya jatuh ke bin. Tegangan yang dipakai 30.000 volt.
Gambar 2.1
Grafik Perilaku Mineral Dalam Medan Listrik
2.6
Kuat Tegangan
Kuat tegangan berfungsi untuk membentuk medan korona, kemudian
membombardemant partikel dengan muatan negatif. Apabila medan
korona sudah terbentuk, maka kuat tegangan yang diperlukan sudah
cukup. Pada tegangan yang tinggi akan mempengaruhi hasil pemisahan,
karena partikel akan mencapai muatan maksimum dalam waktu singkat
(kurang dari 1/50 detik).Suatu partikel yang sudah mencapai muatan
maksimum tidak lagi menerima muatan negatif, bahkan menolaknya.
Muatan
maksimum
akan
lebih
besar
untuk
partikel
konduktor
putar
rotor
mempunyai
hubungan
erat
dengan
gaya
sentrifugal.
Semakin besar ukuran partikel, berat jenis dan diameter rotor sebaiknya
menggunakan kecepatan putar rendah, agar didapat suatu gaya
sentrifugal yang tidak terlalu besar dan dapat mengimbangi gaya tarik
listrik yang semakin kecil pada ukuran butir yang kasar. Sehingga
diharapkan partikel non konduktor tidak terlepas dari permukaan rotor.
Sebaliknya apabila ukuran partikel halus, BJ kecil dan diameter rotor kecil,
dapat menggunakan kecepatan puter rotor tinggi, karena gaya listrik
semakin besar pada ukuran partikel kecil. Laju Umpan (Feed Rate)
Laju umpan yang keluar dari hopper perlu diatur sedemikian rupa supaya
menyebar sepanjang permukaan rotor. Tebal umpan diusahakan supaya
tinggi
maupun
rendah,
paling
sulit
dipisahkan.
Keadaan Material.
Gaya Berat
Gaya berat berbanding lurus dengan BJ dan ukuran partikel >
Menurut coppo ukuran partikel yang dapat dikerjakan dengan
pemisah tegangan tinggi adala 60 200 mesh untuk material bulat.
Untuk yang berbentuk kasar masih dapat dipisahkan jika mempunyai
perbedaan konduktivitas besar.
Derajat Liberasi
Mineral yang belum terliberasi sempurna akan mempunyai sifat fisik
yang berbeda, tergantung pada jenis pengotor. Sebagai contoh,
mineral senotim bersifat konduktor, tetapi bila ada limonit yang
menempel
maka
mineral
senotim
tersebut
akan
mudah
2.7
adalah berupa konsentrat dan tailing. Konsentrat dapat dicirikan dengan memiliki
sifat konduktor, yaitu dapat dialiri oleh listrik. Sedangkan yang tidak memiliki sifat
konduktor dapat disebut material tersebut adalah tailingnya.
BAB III
KESIMPULAN
perolehan produk.
Pengaruh kelembaban udara yang mempunyai hubungan erat dengan
sifat permukaan mineral. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi kelembaban relatif udara, maka partikel akan mempunyai sifat
DAFTAR PUSTAKA
10