Anda di halaman 1dari 11

Bab 8

TEGANGAN PADA BALOK


Tinjauan Instruksional Khusus:
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar tentang tegangan pada
balok, tipe-tipe beban dan efek pembebanan, sifat-sifat aksi balok serta pengertian dan
istilah-istilah dasar yang berkait dengan tegangan pada balok.

SUB-POKOK BAHASAN:
Tipe-tipe beban yang bekerja pada balok
Beban yang bekerja pada balok dapat berupa gaya maupun momen yang terletak
pada bidang yang merupakan sumbu longitudinal balok. Gaya dipahami bekerja
tegaklurus sumbu longitudinal, dan bidang yang mengandung beban diasumsikan
sebagai bidang simetri dari balok.
Efek pembebanan
Efek-efek gaya dan momen yang bekerja pada balok adalah (a) memberikan
tekukan (deflection) tegaklurus sumbu longitudinal batang, dan (b) menghasilkan
tegangan normal maupun geser pada setiap penampang melintang batang yang
tegaklurus sumbu batang. Defleksi balok akan didiskusikan pada bab 9, 10, dan 11.
Tipe tekukan (bending)
Jika kopel (couples) diberikan pada ujung-ujung balok dan tidak ada gaya yang
bekerja pada batang, maka tekukan disebut tekukan murni (pure bending). Misalnya,
pada Gb. 8-1 porsi balok diantara dua gaya dengan arah kebawah merupakan sasaran
atau subjek tekukan murni. Tekukan yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang tidak
membentuk kopel disebut tekukan biasa (ordinary bending). Batang yang dikenai tekukan
murni hanya mempunyai tegangan normal dan tidak terjadi tegangan geser pada batang;
batang yang dikenai tekukan biasa mempunyai baik tegangan normal maupun geser yang
bekerja pada batang.
P

Gb. 8-1

Sifat aksi balok


45

Suatu balok dapat dibayangkan sebagai susunan sejumlah tak terhingga serat atau
batang tipis memanjang (longitudinal). Setiap serat diasumsikan beraksi secara
independen terhadap yang lain, yaitu, tidak ada tekanan lateral atau tegangan geser
diantara serat. Balok seperti ditunjukkan pada Gb. 8-1, misalnya, akan tertekuk kebawah
dan serat-serat pada bagian bawah akan mengalami pemanjangan sedang pada bagian
atas akan mengalami pemendekan. Perubahan panjang serat ini menghasilkan tegangan
dalam serat. Bagian yang mengalami pemanjangan mempunyai tegangan tarik dengan
arah sumbu memanjang, sedang bagian yang mengalami pemendekan terjadi tegangan
tekan.
Permukaan netral
Didalam balok, yang tersusun atas kumpulan serat, terdapat permukaan serat yang
tidak mengalami pemanjangan maupun pemendekan, sehingga tidak terkena tarikan
maupun tekanan. Permukaan ini disebut permukaan netral (neutral surface).
Sumbu netral
Titik potong permukaan netral dengan penampang melintang balok yang tegaklurus
terhadap sumbu memanjangnya disebut sumbu netral (neutral axis). Semua serat yang
terletak disebelah sumbu netral dalam kondisi tarik dan disebelah lainnya dalam kondisi
tekan.
Momen tekuk
Jumlah aljabar momen-momen gaya luar pada suatu sisi dari setiap penampang
melintang balok terhadap suatu sumbu yang melewati penampang disebut momen tekuk
pada penampang. Konsep ini telah didiskusikan pada bab 6.
Tekukan elastis balok
Ringkasan berikut berlaku hanya jika seluruh serat dalam balok beraksi dalam
rentang elastisitas bahan.
Tegangan normal dalam balok.
Untuk setiap balok yang mempunyai suatu bidang simetri memanjang dan dikenai
momen tekuk M pada suatu penampang melintangnya, tegangan normal yang bekerja
pada serat memanjang pada jarak y dari sumbu netral balok (lihat Gb. 8-2) diberikan
dengan
My
(8.1)
I
dimana I menyatakan momen inersia penampang melintang terhadap sumbu netral.

Penurunan atau derivasi persamaan ini akan dijabarkan dalam contoh 1. Tegangannya
bervariasi dari nol pada sumbu netral balok sampai maksimum pada serat terluar balok.
46

Tegangan ini juga disebut tekukan (bending), lenturan (flexural), atau tegangan serat
(fiber stresses).

NA
y

Gb. 8-2

Lokasi sumbu netral


Ketika aksi dalam balok masih dalam batas elastis, sumbu netral melewati centroid
atau pusat penampang melintang. Dengan demikian, momen inersia I yang muncul dalam
persamaan diatas untuk tegangan normal adalah momen inersia luasan penampangmelintang terhadap sumbu yang melewati centroid penampang melintang balok.
Modulus penampang
Pada serat terluar balok nilai koordinat y sering dinyatakan dengan simbol c. Dalam
kasus ini tegangan tekuk dapat dinyatakan dengan

Mc
I

atau

M
I /c

(8.2)
Rasio I/c disebut modulus penampang dan biasanya dinyatakan dengan simbol Z.
Satuannya adalah m3. Dengan demikian tegangan tekuk maksimum dapat dinyatakan
dengan

M
Z

(8.3)

Formula ini lebih praktis karena nilai Z pada umumnya telah tersedia khususnya untuk
berbagai bentuk standar logam.
Asumsi
Pada derivasi pernyataan diatas diasumsikan bahwa penampang bidang balok
adalah tegaklurus terhadap sumbu longitudinalnya pada saat terjadi pembebanan dengan
gaya maupun momen. Selanjutnya diasumsikan bahwa balok adalah lurus pada saat
awalnya dan mempunyai penampang melintang seragam dan modulus elastisitasnya
untuk tarikan dan tekanan adalah sama. Juga, serat-serat dalam balok tidak mengalami
tegangan yang melebihi batas proporsional.
Gaya geser
47

Jumlah aljabar gaya-gaya vertikal pada satu sisi penampang melintang balok
disebut gaya geser pada penampang tersebut. Konsep ini telah didiskusikan pada bab 6.
Tegangan geser pada balok
Untuk suatu balok yang dikenai gaya geser V pada penampang melintang tertentu,
terjadi tegangan geser baik horisontal maupun vertikal. Besarnya tegangan geser
vertikal pada suatu penampang melintang adalah sedemikian sehingga tegangantegangan ini mempunyai resultan gaya sebesar V. Pada penampang melintang balok
seperti ditunjukkan pada Gb. 8-3, simetri bidang vertikal mempunyai gaya-gaya dan
sumbu netral yang melalui pusat penampang. Koordinat y diukur dari sumbu netral.
Momen inersia luasan penampang melintang terhadap sumbu netral dinyatakan dengan I.
Tegangan geser pada seluruh serat dengan jarak y0 dari sumbu netral dinyatakan dengan
formula

V c
yda
Ib y 0

(8.4)

dimana b menyatakan lebar balok pada lokasi dimana tegangan dihitung. Penjabaran
formula ini akan ditunjukkan pada contoh 2.
Integral dari persamaan (8.4) merupakan momen pertama
luasan yang diarsir pada penampang melintang terhadap
sumbu netral, seperti telah didiskusikan pada bab 7.

c
y0

N.A

Secara lebih umum, integral selalu menyatakan momen


pertama terhadap sumbu netral dari bagian luasan
penampang melintang antara bidang horisontal dimana
terjadi tegangan geser dengan serat terluar balok, misal

antara y0 dan c.
Gb. 8-3
Dari persamaan (8.4) dapat dibuktikan bahwa tegangan geser maksimum selalu
terjadi pada sumbu netral balok, dimana tegangan geser pada serat terluar selalu nol.
Sebaliknya, tegangan normal bervariasi dari nol pada sumbu netral menuju maksimum
pada serat terluar.
Pada balok dengan penampang melintang empat persegi panjang, persamaan
tegangan geser diatas menjadi

V
2I

h2

y 02
4

(8.5)

dimana menyatakan tegangan geser pada serat dengan jarak y0 dari sumbu netral dan h
menyatakan kedalaman atau tebal balok. Distribusi tegangan geser vertikal pada
penampang melintang empat persegi panjang dengan demikian berbentuk parabola,
48

bervariasi dari nol pada serat terluar dan maksimum pada sumbu netral.
Kedua persamaan tegangan geser diatas memberikan nilai tegangan geser vertikal
maupun horisontal pada titik tertentu. Disini intensitas tegangan geser pada kedua arah
ini selalu sama.
Tekukan plastis balok
Ringkasan berikut dapat diterapkan pada beberapa atau semua serat balok yang
mengalami tegangan pada batas lelah bahan.
Kita perhatikan kembali kurva tegangan regangan yang disederhanakan seperti
ditunjukkan pada Gb. 8-4, dimana diasumsikan titik proporsional dan titik lelah adalah
berimpit.
Daerah lelah, yaitu kurva mendatar, diasumsikan
berlaku sampai nilai tak terhingga. Pernyataan ini
berlaku untuk perilaku bahan kenyal yang disebut

yp

perilaku elastic-perfectly plastic. Disini yp menyatakan


titik lelah bahan dan yp menyatakan regangan yang
bersesuaian

dengan

tegangan

tersebut.

Kita

yp

asumsikan sifat bahan adalah sama antara tekanan


dan tarikan.

Gb. 8-4

Aksi elastoplastis
Untuk momen tekuk yang cukup besar pada balok, serat-serat didalam akan
mengalami tegangan dalam rentang elastis, sementara serat-serat dibagian luar
mencapai batas lelah bahan. Distribusi tegangan seperti ini dapat diilustrasikan seperti
pada Gb. 8-5
Aksi plastis penuh
Apabila momen tekuk terus dinaikkan, suatu kasus terbatas tercapai dimana seluruh
serat mengalami tegangan yang mencapai batas lelah bahan. Distribusi tegangannya
ditunjukan pada Gb. 8-6.
yp

yp

N.A

N.A

yp

yp
49

Gb. 8-5

Gb. 8-6

Lokasi sumbu netral


Jika aksi pada balok adalah elastis, sumbu netral melewati pusat penampang
melintang. Namun demikian, karena aksi plastis bergerak dari serat luar kedalam, sumbu
netral bergeser dari lokasi ini ke tempat lain, yang ditentukan dengan menyatakan bahwa
resultan gaya normal pada penampang melintang menghilang (menjadi nol). Pada kasus
terbatas aksi plastis penuh, sumbu netral diasumsikan pada posisi sedemikian sehingga
total luasan penampang melintang terbagi dalam dua bagian yang sama. Penjabarannya
akan diberikan dalam contoh 3.
Momen plastis penuh
Momen tekuk berkaitan dengan aksi plastis penuh disebut momen plastis penuh
(fuly plastic moment) dan akan disimbolkan dengan Mp. Untuk diagram teganganregangan diasumsikan disini bahwa tidak ada momen yang lebih besar yang bisa
terbentuk.
Untuk balok empat persegi panjang dengan lebar b dan tebal h, momen plastis penuh
dapat dinyatakan dengan:

Mp

bh 2 yp
4

Contoh 1.
Jabarkan hubungan antara momen tekuk yang bekerja pada suatu penampang dalam balok dan
tegangan tekuk pada titik dalam penampang yang sama. Asumsikan hukum Hooke dapat dipenuhi.

Balok yang ditunjukkan pada gambar (a) dibebani dengan dua kopel M sedemikian
sehingga tetap dalam kondisi kesetimbangan statis. Karena momen tekuk disini
mempunyai nilai yang sama pada seluruh titik disepanjang balok, balok dikatakan dalam
kondisi tekuk murni (pure bending). Untuk menentukan distribusi tegangan tekuknya,
balok kita potong tegaklurus sumbu geometrinya. Dengan demikian gaya-gaya yang
diamati menjadi gaya eksternal pada potongan yang terbentuk, meskipun gaya-gaya ini
sebenarnya merupakan efek internal pada balok sebelum dipotong.
M

(a)

(b)

Diagram gaya pada potongan balok sebelah kiri ditunjukkan pada gambar (b).
Momen M pada penampang harus bekerja sedemikian sehingga potongan tetap dalam
kondisi kesetimbangan. Momen M yang bekerja pada potongan ini mewakili porsi
potongan sebelah kanan. Momen ini merupakan resultan gaya-gaya yang bekerja
tegaklurus penampang melintang potongan. Sekarang perlu membuat asumsi untuk
menentukan sifat variasi gaya-gaya ini pada penampang melintang.
Seperti telah didiskusikan dimuka, diasumsikan bahwa setiap serat beraksi secara
50

independen satu dengan yang lain; yaitu, tidak ada tekanan lateral atau tegangan geser
diantara serat. Dengan demikian serat hanya dikenai tekanan atau tarikan. Selanjutnya
diasumsikan bahwa penampang balok adalah normal terhadap sumbunya sebelum
pembebanan dan tetap normal setelah pembebanan. Akhirnya, juga diasumsikan bahwa
bahan mengikuti hukum Hooke dan modulus elastisitasnya mempunyai nilai sama baik
untuk tekanan maupun tarikan.
Selanjutnya kita perhatikan penampang melintang a-a dan b-b seperti ditunjukkan
pada gambar (c). Sebelum pembebanan, kedua penampang ini adalah sejajar. Setelah
momen beraksi pada balok, kedua penampang ini masih dalam bentuk bidang tetapi
terputar satu sama lain pada posisi dimana O merupakan pusat kurva balok. Terlihat
bahwa serat bagian permukaan atas dalam kondisi tertekan, sementara pada permukaan
bawah dalam kondisi tertarik. Garis cd merupakan serat yang tidak mengalami regangan
selama proses tekukan dan permukaan ini disebut permukaan netral, dan
perpotongannya dengan suatu penampang melintang disebut sumbu netral.
Pemanjangan serat longitudinal pada jarak y (diukur positip kebawah) dapat diperoleh
dengan menggambar garis de sejajar dengan aa. Jika merupakan jari-jari kurva balok
yang tertekuk, maka berdasarkan dua segitiga sejenis cOd dan edf kita peroleh besarnya
regangan serat, yaitu:

ef
de
y

cd
cO

Dengan demikian regangan serat longitudinal adalah proporsional terhadap jaraknya (y)
dari sumbu netral.
Berdasarkan hukum Hooke, dimana E=/ atau =E, maka juga berlaku bahwa
tegangan pada serat adalah proporsional terhadap jaraknya dari sumbu netral, yaitu:

Ey

Sekarang kita perhatikan satu penampang melintang empat persegi panjang pada
balok. Pada kasus ini, tegangan-tegangan longitudinal (atau tekukan) muncul seperti
ditunjukkan pada gambar (d).
O

d
e

NA

f
b

(c)

(d)

Misalkan da merupakan suatu luasan elemen didalam penampang pada jarak y dari
sumbu netral. Tegangan yang bekerja pada da diberikan dengan pernyataan diatas dan
sebagai konsekuansinya gaya yang bekerja pada elemen ini merupakan produk tegangan
pada luasan da, yaitu
dF

Ey
da

Namun demikian, resultan gaya longitudinal yang bekerja pada keseluruhan


penampang melintang adalah nol (untuk kasus tekuk murni) dan kondisi ini dapat
dinyatakan dengan penjumlahan atau integrasi seluruh gaya dF pada penampang, yaitu:

Terbukti bahwa

Ey

da

E
yda 0
y

yda 0 .

Namun demikian, integral ini juga merupakan momen


51

pertama dari luasan penampang melintang terhadap sumbu netral, karena y diukur dari
sumbu tersebut. Tetapi, dari bab 7 kita dapat menulisnya sebagai yda yA dimana
y adalah jarak dari sumbu netral ke pusat penampang melintang. Dari sini diperoleh
yA 0 , dan karena A adalah tidak nol, maka y 0 . Jadi sumbu netral selalu melewati
centroid atau pusat penampang melintang, yang sekaligus membuktikan berlakunya
hukum Hooke.
Momen dari elemen gaya dF terhadap sumbu netral diberikan dengan
Ey

dM ydF y
da

Resultan momen seluruh elemen gaya yang dijumlahkan untuk keseluruhan penampang
harus bernilai sama dengan momen tekuk yang bekerja pada penampang tersebut dan
kita tulis
M

Tetapi, karena I

Ey 2

da

da maka,

EI

Perlu dicatat bahwa momen inersia luasan penampang melintang adalah dihitung
terhadap sumbu yang melalui pusat penampang melintang. Tetapi, sebelumnya kita
mempunyai

Ey

Dengan menghilangkan dari dua persamaan terakhir, kita peroleh


My

I
Formula ini memberikan apa yang sering disebut tegangan tekukan (bending) atau
tegangan lenturan (flexural) dalam balok. Disini, M adalah momen tekuk pada suatu
penampang, I momen inersia luasan penampang terhadap sumbu yang melalui pusat
penampang, dan y adalah jarak dari sumbu ke titik dimana tegangan bekerja.
Nilai y pada serat terluar balok biasanya dinyatakan dengan c. Pada serat ini
tegangan tekuk adalah maksimum dan persamaannya dapat kita tulis sebagai
Mc

I
Contoh 2.
Pada suatu balok yang dibebani gaya-gaya melintang tegaklurus sumbu balok, tidak hanya terjadi
tegangan tekuk yang sejajar terhadap sumbu balok tetapi juga tegangan geser yang bekerja pada
penampang balok tegaklurus sumbu batang. Jabarkan dan nyatakan intensitas tegangan geser ini
dalam bentuk gaya geser pada penampang dan sifat-sifat dari penampang.

Teori yang dikembangkan hanya diterapkan untuk penampang melintang dengan


bentuk empat persegi panjang. Namun demikian hasil analisa ini dapat digunakan untuk
pendekatan nilai gaya geser pada penampang melintang lainnya yang mempunyai bentuk
simetri.
M+dM

M
a

y0

N.A

a
dx

52

Kita perhatikan suatu elemen balok sepanjang dx seperti ditunjukkan gambar diatas.
Kita nyatakan momen tekuk pada bagian sisi kiri elemen sebagi M dan pada sisi kanan
elemen dengan M + dM, karena secara umum momen tekuk sedikit berubah jika kita
pindah dari suatu penampang ke penampang berikutnya. Jika y diukur keatas dari sumbu
netral, maka tegangan tekuk pada sisi sebelah kiri penampang a-a adalah
My

I
dimana I menyatakan momen inersia pada penampang melintang terhadap sumbu netral.
Distribusi tegangan ini diilustrasikan pada gambar diatas. Dengan cara sama, besarnya
momen tekuk pada penampang b-b dapat dinyatakan dengan
( M dM ) y

I
Sekarang kita perhatikan kesetimbangan dari elemen abcd. Gaya yang bekerja
pada luasan sebesar da pada permukaan ac hanya merupakan produk intensitas gaya
dan luasan; jadi,
My
da
da
I
Jumlah seluruh gaya pada sisi sebelah kiri permukaan ac diperoleh dengan cara
integrasi, yaitu
c My
y0 I da
Dengan cara serupa, jumlah gaya normal pada sisi sebelah kanan bd diberikan dengan
c ( M dM ) y
da
y0
I
Karena kedua integral diatas adalah tidak sama, suatu tambahan gaya horisontal harus
diberikan pada elemen terarsir tersebut untuk tetap dalam kondisi kesetimbangannya.
Karena permukaan luar ab diasumsikan bebas dari gaya horisontal dari luar, maka hanya
ada satu kemungkinan untuk menambahkan gaya horisontal tersebut yaitu pada sisi
bawah cd. Ini sekaligus mewakili aksi porsi bagian bawah dari balok pada elemen. Kita
misalkan disini gaya horisontal tersebut sebagai tegangan geser seperti ditunjukkan
dalam gambar. Juga misalkan b adalah lebar balok dimana tegangan geser bekerja.
Maka gaya geser horisontal sepanjang permukaan cd adalah bdx. Untuk kesetimbangan
elemen acbd kita dapatkan
c My
c ( M dM ) y
da bdx 0
Fh y0 I da y0
I
Sehingga,
1 dM c

yda
Ib dx y0
Berdasarkan bab 6, kita mempunyai V = dM/dx dimana V adalah gaya geser pada
penampang a-a. Dengan mensubstitusikannya pada persamaan diatas diperoleh
V c

yda
Ib y0
Seperti pada pernyataan-pernyataan sebelumnya, integral dalam persamaan ini
adalah bentuk momen pertama dari luasan penampang melintang daerah yang diarsir
terhadap sumbu netral balok. Luasan ini selalu merupakan porsi penampang melintang
yang terletak diatas level dimana geseran terjadi. Momen pertama dari luasan ini sering
disimbolkan dengan Q dimana untuk kasus diatas formulanya menjadi
53

VQ
Ib
Satuan untuk Q adalah m3.
Tegangan geser yang baru saja kita tentukan bekerja pada arah horisontal
sebagaimana ditunjukkan pada gambar diatas.
1
Namun demikian, marilah kita perhatikan
p
m
kesetimbangan seuatu elemen kecil mnop dengan
tebal t yang dipotong dari benda yang dikenai
dy
2
2
c
tegangan geser 1 pada permukaan bawahnya seperti
terlihat pada gambar disamping.
dx

o
1
Total gaya horisontal pada permukaan bawah adalah 1tdx. Untuk kesetimbangan
gaya pada arah horisontal, gaya yang sama dengan arah berlawanan harus diberikan
pada permukaan atas elemen. Kedua gaya ini menyebabkan kenaikan momen sebesar
1tdxdy. Untuk mempertahankan elemen tetap dalam kondisi kesetimbangannya maka
harus diberikan momen dengan besaran yang sama pada permukaan vertikal. Misalkan
intensitas tegangan geser pada permukaan ini adalah 2. Gaya total pada setiap
permukaan vertikal adalah 2tdy. Untuk kesetimbangan momen terhadap pusat
penampang kita mempunyai
M c 1tdxdy 2 tdydx 0 atau 1 2
Jadi, tegangan geser pada setiap dua permukaan tegaklurus yang melalui satu titik
dalam benda adalah sama. Akibatnya, disamping tegangan geser yang bekerja horisontal
pada suatu titik dalam balok, terdapat juga tegangan geser dengan besar yang sama
bekerja secara vertikal pada titik yang sama.
Sebagai kesimpulan, ketika balok dibebani dengan gaya-gaya melintang, maka terjadi
baik tegangan geser horisontal maupun vertikal. Tegangan geser vertikal merupakan
suatu besaran dimana resultannya pada suatu penampang melintang adalah sama
dengan gaya geser V pada penampang yang sama.
Contoh 3.
Suatu batang mempunyai penampang melintang yang simetris terhadap sumbu vertikal, seperti
ditunjukkan Gb. (a). Untuk kondisi tekuk plastis penuh (Gb. (b)), tentukan lokasi sumbu netralnya.

yp
A1
N.A

N.A

A2

yp
(a)

(b)

Meskipun letak sumbu netral belum diketahui, kita misalkan luas area dibawah
sumbu netral itu sebagai A1 dan luas diatas sumbu netral sebagai A2. Seperti terlihat pada
Gb. (b), semua serat pada A1 terkena tegangan tarik yang besarnya sama dengan titik
lelah bahan dan semua serat pada A2 terkena tegangan tekan dengan besar yang sama.
Dengan demikian, kesetimbangan horisontalnya adalah
yp A1 yp A2 0
54

A1 A2 A / 2
dimana
A adalah luas penampang melintang. Dengan demikian untuk aksi plastis penuh, sumbu
netral membagi luas penampang menjadi dua bagian yang sama. Juga jumlah momen
tegangan tarik dan tekan harus sama dengan momen plastis penuh Mp. Jika y1 dan y 2
masing-masing menyatakan jarak dari sumbu netral ke titik pusat (centroid) luasan A1 dan
A2, maka
yp A1 y1 yp A2 y 2 M p
A
yp ( y1 y 2 ) M p
sehingga
2
Mp
yp
atau
( A / 2)( y1 y 2 )
Persamaan ini sering ditulis dalam bentuk
Mp
yp
Zp
dimana Z p ( A / 2)( y1 y 2 ) disebut sebagai modulus plastis penampang.

55

Anda mungkin juga menyukai