Anda di halaman 1dari 9

Sabtu, 21 Februari 2009

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

1.Pengertian sosiologi pendidikan


Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan
sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum.
Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki
suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat
desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog hukum, sosiologi pendidikan
dan sebagainya.Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Sosiologi pendidikan merupakan cabang dari Sosiologi, yang terdiri dari dua kata,
sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari segi etimologi tentu saja berbeda
maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya manusia, kedua ini
menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam system memberdayakan
manusia, dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan sebagai instrument
pemberdayaan tersebut
Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh
Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi
pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi
pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the
institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or
through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan
bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah
apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan mengorganisir
pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip
sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to
reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social, sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses social.
Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa
evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan
manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang
menentukan kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara individu
dengan lembaga-lembaga social itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (process social
interaction).
F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi individu
untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan
mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.
E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang
konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi
Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi
yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan guru-guru,
para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi
dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman
yang lebih mendalam tentang pendidikan (Nasution 1999:4)
Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan
untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih baik.
Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas
menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidika.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-
masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis
atau pendekatan sosiologis.
Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan
merupakan bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga
pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta
didik.
1. Tujuan sosiologi pendidikan
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh
keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan
mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses
pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari
kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan
beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.
1.Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh
lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya,
anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan
cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga
intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2.Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social.
Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan
yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin
tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan
yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan
pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta
kreativitas social.
3.Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan
tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa
didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya
serta tersedianya dosen yang bonafid.
4.Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang
berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang
kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan /
kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup
social.
5.Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah
pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat
dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila
sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk
menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika
tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima)
tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era
pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6.Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru
(termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan –
latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya
secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi
pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait
dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat
dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar
yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan
demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga
untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara
manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya
mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal
pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar,
dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola-
pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih
mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan
penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC),2pendidikan
mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan
mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun
versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme
(Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern
(1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang
memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan,
antara lain sebagai berikut:
(1).analisis proses sosiologi
(2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat,
(3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat,
(4) alat kemajuan dan perkembangan social,
(5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan,
(6) sosiologi terapan, dan
(7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas
masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat
dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan
masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan
yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai
anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan
berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain
dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja
memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut
merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang
bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi
dari berbagai fenomena yang ada.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak
akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai
menurut pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu
adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya
system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut
jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalah:
(1) untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
(2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam
(3) meningkatkan martabat manusia Indonesia,
(4) mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu
pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia
tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu kehidupan,
meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan masyarakat
madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab,
berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama
(Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berlangsung haruslah
menciptakan arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian masyarakat madani
tersebut.
Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat madani itu
adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada
zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).
Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastic, sehingga terjadi
perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai yang
berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama
melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk
menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua melihat keruntuhan nilali-nilai lama
itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu,
menyelinap masuk kedalam nilai-nilai baru dan membantu menegakkannya”.
Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan oleh
masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang tersebut, arah
yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya tidaklah sama.
Tidak semua masyarakat secara terarah memahami arah dan tujuan hidup secara benar.
Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham (1993:195) adalah “secara garis besar
arah dan tujuan hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama,
mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah
berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun social yangb terealisasi dalam laku
ibadah”.
Sampai saat ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dalam
menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan
masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan penguasaan ilmu
pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan terinternalisasi dalam
diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui pendidikan.
1.Masyarakat sebagai ruang lingkup pembahasan sosiologi pendidikan
Sosiologi disebut juga sebagai ilmu Masyarakat atau ilmu yang membicarakan
masyarakat., maka perlu diberikan pengertian tentang masyarakat. Berikut ini adalah
pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi:
1.
1.Masyarakat merupakan jalinan hubungan social, dan selalu berubah. (Mac Iver dan
Page).
2.Masyarakat adalah kesatuan hidup makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu
system adat istiadat tertentu. (Koentjaraningkat).
3.Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaa.
(Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).
Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsure yang terdapat dalam masyarakat,
yaitu:
1.Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih)
2.Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan system
komunikasi dan tata cara pergaulan lainnya.
3.Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan
4.Merupakan system kehidupan bersama yang menimbulkan kebudayaan.
Komunitas (communiti) adalah suatu daerah/wilayah kehidupan social yang ditandai oleh
adanya suatu derajat hubungan social tertentu. Dasar dari suatu komunitas adalah adanya
lokasi (unsure tempat) dan perasaan sekomunitas. (Mac Iver dan Page).
Contohnya:
1). Komunitas yang sangat besar adalah Negara, persekutuan Negara-negara.
2). Komunitas yang besar, adalah kota, dan
3). Komunitas kecil adalah desa pertanian, rukun tetangga, dan sebagainya.
Perubahan tatanan sosial kehidupan masyarakat Eropa pada
sekitar awal abad ke-20 menyebabkan manfaat sosiologi menjadi
penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di Eropa.
Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi sosial di berbagai
penjuru wilayah Eropa yang memicu akselerasi perubahan
arah perkembangan masyarakat Eropa. Era transisi perubahan
sosial tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi logis yang
tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keraguraguan
akan nilai dan tatanan normatif yang telah mapan
mengalami erosi jika tidak dilakukan penguatan orientasi. Bantuan
ilmu sosiologi dengan segala komponen konsepsionalnya mendapat
sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan, sebagai wujud
alternatif untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan.
Manifestasi tersebut ditandai dengan kelahiran sosiologi pendidikan
sebagai produk keilmuan baru.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat
sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan
dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan
ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan
memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan
pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan
sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi pendidikan
adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan
yang secara umum juga merupakan bagian dari kelompok
ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu
sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan,
psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedudukan
sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan
penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan
yang jelas. Objek penelitiannya adalah tingkah laku manusia dan
kelompok. Sudut pandangnya memandang hakikat masyarakat,
kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan
pengetahuannya terdiri dari atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip
mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan
pribadi.
Objek penelitian sosiologi pendidikan adalah tingkah laku
sosial, yaitu tingkah laku manusia dan institusi sosial yang terkait
dengan pendidikan. Tingkah laku itu hanya dapat dimengerti dari
tujuan, cita-cita atau nilai-nilai yang dikejar. Sebagaimana dalam
terminologi sosiologi, sosiologi pendidikan berbicara tentang pandangan
tentang kelas, sekolah, keluarga, masyarakat desa, kelompok-
kelompok masyarakat dan sebagainya, masing-masing
terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial. Tiap-tiap sistem
sosial merupakan kesatuan integral yang mendapat pengaruh dari
(1) sistem sosial yang lain,
(2) lingkungan alam,
(3) sifat-sifat fisik manusia dan
(4) karakter mental penghuninya.
Sosiologi pendidikan telah memiliki lapangan penyelidikan,
sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas.
Menurut Dodson (dalam Faisal dan Yasik, 1985) sosiologi pendidikan
mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari lingkungan sekitar kebudayaan secara
totalitas sedemikian rupa
sehingga terbentuknya tingkah laku tertentu dan sekolah atau
lingkungan pendidikan dianggap sebagai bagian dari total cultural
miliu. Selaras dengan pendapat di atas, E. Goerge Payne (dalam
Faisal dan Yasik, 1985) yang merupakan bapak sosiologi pendidikan
memberikan penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga,
kelompok-kelompok sosial dan proses sosial terdapat hubungan
yang saling terjalin, di mana di dalam interaksi sosial itu individu
memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya. Penjelasan
tersebut melekat kuat aspek sosiologisnya. Sementara dari segi
paedagogisnya, bahwa seluruh individu dan masyarakat dari
anak-anak sampai orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan
proses-proses sosialnya, berlangsung di seputar sistem pendidikan
yang selalu bergerak dinamis.
B. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara
lain meliputi pokok-pokok berikut ini.
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain
dalam masyarakat
a. Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur
sosial,
b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol
sosial dan sistem kekuasaan,
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
d. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial
dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok
rasial, kultural dan sebagainya.
2. Hubungan antarmanusia di dalam sekolah
Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di
dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi
sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
a. Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya
dengan kebudayaan di luar sekolah, dan
b. Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang
antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi
sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat
dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua
pihak di sekolah/lembaga pendidikan
a. Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan,
b. Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan,
c. Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap
kelakuan anak/peserta didik, dan
d. Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi
murid/peserta didik.
4. Lembaga Pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga
pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya
dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga pendidikan.
Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga
pendidikan,
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistemsistem
sosial dalam masyarakat luar sekolah,
c. Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan
pendidikan, dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat
berkaitan dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk
memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta
integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.
Perubahan tatanan sosial kehidupan masyarakat Eropa pada
sekitar awal abad ke-20 menyebabkan manfaat sosiologi menjadi
penting dalam mendampingi proses-proses pendidikan di Eropa.
Perkembangan tersebut merupakan efek dari revolusi sosial di berbagai
penjuru wilayah Eropa yang memicu akselerasi perubahan
arah perkembangan masyarakat Eropa. Era transisi perubahan
sosial tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi logis yang
tak terduga-duga kedatangannya, antara lain merebaknya keraguraguan
akan nilai dan tatanan normatif yang telah mapan
mengalami erosi jika tidak dilakukan penguatan orientasi. Bantuan
ilmu sosiologi dengan segala komponen konsepsionalnya mendapat
sambutan positif dari kalangan praktisi pendidikan, sebagai wujud
alternatif untuk memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan.
Manifestasi tersebut ditandai dengan kelahiran sosiologi pendidikan
sebagai produk keilmuan baru.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat
sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan
dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan
ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan
memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan
pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan
sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi pendidikan
adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan
yang secara umum juga merupakan bagian dari kelompok
ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu
sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan,
psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedudukan
sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan
penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan
yang jelas. Objek penelitiannya adalah tingkah laku manusia dan
kelompok. Sudut pandangnya memandang hakikat masyarakat,
kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan
pengetahuannya terdiri dari atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip
mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan
pribadi.

Sumber :
11 Drs. H. Muhyi Batubara, M. Sc. “Sosiologi Pendidikan”. PT. Ciputat Press. Jakarta,
Hal 1
2 Drs. H. Muhyi Batubara, M. Sc. “Sosiologi Pendidikan”. PT. Ciputat Press. Jakarta,
Diposkan oleh Andri Gunawan di 07:35

0 komentar:

Anda mungkin juga menyukai