Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Trauma adalah putusnya atau rusaknya kontinyuitas jaringan akibat injury. Salah satu
dari sekian banyak macam trauma adalah trauma kapitis. Trauma kapitis adalah suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Berdasarkan penyebabnya,
trauma kapitis dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu trauma kapitis primer dan
trauma kapitis sekunder. Trauma kapitis primer adalah kelainan patologi otak yang timbul
segera akibat langsung dari trauma sehingga pada trauma kapitis primer dapat terjadi memar
otak dan laserasi. Trauma kapitis sekunder adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan
biokimia, metabolisme, dan fisiologi yang timbul setelah trauma.1,2
Menurut Dawodu, insiden trauma kapitis tertinggi pada kelompok usia 15-45 tahun,
yaitu 32,8 per 100.000 orang. Perbandingan kejadian antara laki-laki dengan perempuan
adalah 3,4:1. Menurut Islam, penyebab utama trauma kapitis adalah kecelakaan lalu lintas.
Sementara itu menurut Sidarta, tiap tahun 1 juta orang meninggal dan 20 juta orang cedera.
Insiden trauma kapitis adalah 26% dari semua kecelakaan. Dari jumlah tersebut, sebanyak
50% meninggal sebelum tiba di rumah sakit, 40% meninggal dalam satu hari, dan 40%
meninggal dalam satu minggu perawatan.3
Tidak jarang kejadian trauma kapitis ini membutuhkan visum et repertum dalam
penuntasannya. Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum ini
dibuat oleh dokter berdasarkan permintaan pihak penyidik dalam rangka penegakan keadilan.
Visum et repertum yang dibuat oleh dokter tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alat
bukti sah berdasarkan pasal 184 KUHAP.3
Berdasarkan fenomena di atas, maka seorang dokter dituntut untuk mampu membuat
visum et repertum dengan benar demi penegakan hukum. Oleh sebab itu, tulisan ini disusun
untuk membuat visum et repertum dengan benar.
1. Sika.
2009.
Trauma
Kapitis.
http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/pathology/1917467-trauma-kapitis/. Diakses pada 16 Agustus 2010.
2. Akbar,
Muhammad.
2008.
Trauma
Capitis.
http://ababar.blogspot.com/2008/12/trauma-capitis.html. Diakses pada 16 Agustus
2010.
3. Al Fatih, Muhammad. 2007. Traumatologi (Kecederaan). www.klinikindonesia.com.
Diakses pada 16 Agustus 2010.
4. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik
FK UI. Jakarta, Indonesia.