Anda di halaman 1dari 160

TEKNIK Produksi I

Sistim Produksi

Peralatan Bawah permukaan


Kepala Sumur
Pipa Salur
Peralatan Penampungan dan Pemrosesan
Manifold
Separator dan Peralatan Proses Lain
Peralatan Pengukuran
Tempat Pengumpulan

Komponen Formasi Produktif/Reservoir


Fluida reservoir mengalir dari batas reservoir
menuju ke lubang sumur melalui media berpori.
Kelakuan aliran fluida dalam media berpori ini
telah dibahas sebelum mid semester, yang
dinyatakan dalam bentuk hubungan antara
tekanan alir di dasar sumur dangan laju
produksi (IPR).

Komponen Komplesi
Adanya lubang pervorasi atau gravel pack
didasar lubang sumur akan mempengaruhi
aliran fluida dari formasi kelubang sumur.
Berdasarkan analisa komponen ini, dapat
diketahui
pengareuh
lubang
pervorasi
ataupun adanya gravel pack terhadap laju
produksi sumur.

Komponen Tubing
Fluida multi fasa yang menglir dalam
pipa tegak ataupun miring akan
mengalami kehilangan tekanan yang
besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing.
Dengan demikian analisa tentang
pengaruh ukuran tubing terhadap
laju produksi dapat dilakukan dalam
komponen ini.

Komponen Pipa Salur

Pengaruh pipa salur terhadap laju


produksi yang dihasilkan suatu sumur
dapat dianalisa dalam komponen ini,
seperti halnya pengaruh ukuran tubing
dalam komponen tubing.

Komponan Restriksi

Jepitan yang dipasang dikepala sumur atau di


dalam tubing sebagai savety valve,akan
mempengaruhi besar laju produksi yang
dihasilkan dari suatu sumur.
Pemilihan ataupun analisa tantang pengaruh
ukuran jepitan terhadap laju produksi dapat
dianalisa dikomponen ini.

Komponen Separotor
.
Laju produksi suatu sumur dapat berubah
berbuahnya
tekanan
kerja
separator.pengaruh perubahan tekanan
kerja separator terhadap laju produksi
untuk sistem sumur dapat dilakukan di
komponen ini.

Aliran Fluida Di Lubang Sumur

Sembur Alam

Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi jika


tenaga alamiah dari reservoar masih mampu untuk
mengalirkan fluida dari formasi produktif ke dasar sumur
dan mengangkat fluida dari dasar sumur ke permukaan.
Untuk mempertahankan agar sumur berproduksi secara
natural , maka diperlukan Tekanan di dasar sumur (Pwf)
cukup untuk :

Menopang aliran vertikal dari kolom fluida.

Mempertahankan tekanan kepala sumur agar


mampu mengalirkan sepannjang Cristmas tree
sampai flow line dan surface facility.

Berdasarkan hal tersebut agar fluida reservoar dapat


mengalir ke permukaan, maka tekanan dasar sumur (Pwf)
harus lebih besar dari kolom fluida vertikal ditambah
Tekanan kepala sumur.
Pwf > Pkolom + Pwh

Aliran Fluida di Media Pipa

Kemampuan reservoir dapat diproduksikan ke


permukaan tergantung tekanan sumur (Pwf).
Besarnya Pwf tergantung pada tekanan dan konfigurasi
sistem perpipaan, sehingga dapat ditulis :

Pwf Psep Pfl Pch Ptb Prts

Untuk menentukan kemampuan sistem secara total


perlu menghitung kehilangan tekanan masing-masing
komponen

Komponen Sistem Produksi


Keterangan :

13

10

1. Formasi Produktif
2. Dasar Sumur /Perforasi

12

11

14

3. Packer
4. Production Casing
5. Safety Valve
6. Tubing

7. Anulus Valve
8. Master Valve
9. Wing Valve

10. Swab Valve


11. Choke

12. Pipa Salur


13. Pengukur Tekanan

3
2

14. Separator
1

Gradient Tekanan

Jika tekanan yang diakibatkan kolom fluida pada


pipa vertikal (tubing) dibagi dalam beberapa
segmen pada setiap feet, maka disebut gradien
tekanan.

Gradient tekanan secara umum disebabkan oleh


tiga komponen meliputi :
Densitas
Friksi
Slippage.

Kurva Gradient Tekanan Fluida

Faktor faktor yang mempengaruhi Aliran


Vertikal.
1.

Efek Ukuran Tubing

Berdasarkan gambar
tersebut dapat
disimpulkan makin
besar ukuran tubing
maka makin kecil
harga tekanan alir
dasar sumur.

2. Pengaruh Laju alir.

Gambar samping memperlihatkan


pressure gradien pada ukuran
tubing 2 inch untuk berbagai laju
alir.
Berdasarkan gambar tersebut
dapat disimpulkan makin besar laju
alir maka makin besar harga
tekanan alir dasar sumur.

3.Pengaruh Perubahan densitas.

Perubahan densitas pada


viskositas konstan, akan
menyebabkan perubahan tekanan
alir dasar sumur.
Makin besar harga API Gravity
minyak makin kecil harga tekanan
alir dasar sumur

4. Pengaruh Gas Liquid Ratio

Kenaikan Gas liquid ratio akan


menyebabkan penurunan
tekanan alir di dasar sumur.

5. Pengaruh Laju Produksi Air

Kenaikan laju produksi air akan


menyebabkan kenaikan tekanan alir
dasar sumur
Sehingga produksi air akan
menyebabkan berkurangnya laju
produksi fluida .

6. Pengaruh Viskositas.

Kenaikan viskositas pada kondisi


sumur yang sama akan menaikan
tekanan alir dasar sumur.

Persamaan dasar aliran

Dasar persamaan aliran: kesetimbangan energy


antara dua titik dalam suatu sistem

Dengan menggunakan prinsip termodinamika,


persamaan tsb dapat ditulis dalam bentuk
persamaan gradien tekanan

Kesetimbangan energi: energi dari fluida yang


masuk ke dalam sistem + kerja yang dilakukan oleh
fluida + energi panas yang ditambahkan = energi
yang meninggalkan sistem tersebut

Persamaan dasar aliran


Persamaan kesetimbangan energi dapat ditulis:
2
1

mv mgh1
U1 p1V1

q Ws
2 gc
gc
2
2

mv mgh2
U 2 p2V2

2 gc
gc

kerja

Energi panas

Energi dalam
Energi ekspansi/kompresi

Energi kenetik Energi potensial

Persamaan dasar aliran

Gambar System aliran

Persamaan dasar aliran

Dengan membagi persamaan diatas dengan m dan diubah


dalam bentuk pers. differensial:

p vdv g
dU d ( )
dh dq dWs 0

gc gc

Dalam bentuk U, sulit diaplikasikan. Untuk mempermudah


diubah ke dalam persamaan energi mekanik
Hubungan termodinamika:

p
dU dh d ( )

dp
dh TdS

Persamaan dasar aliran


dp
p
dU TdS d ( )

Sehingga:

Didapat:

Untuk irreversible, digunakan inequality Clausius states:

dp vdv g
TdS
dh dq dWs 0
gc gc

dq
dS
T

TdS dq dLw
Gesekan atau friksi

Persamaan dasar aliran

Dianggap W=0, maka:

dp vdv g

dh dLw 0
gc gc

Jika digunakan pipa dengan kemiringan terhadap


horizontal, maka dh=dL sin

dp vdv g

dL sin dLw 0
gc gc

Dengam mengalikan persamaan dengan /dL,

dp vdv g
dLw

sin
0
dL g c dL g c
dL

Persamaan dasar aliran

Persamaan dasar aliran

Persamaan dpt untuk menentukan gradien tekanan, jika


penurunan tekanan berharga (+) pada arah aliran:

dp vdv g
dp

sin ( ) f
dL g c dL g c
dL

Dalam bentuk Darcy-Weisbach, f = faktor gesekan :

dp
fv 2
( )f
dL
2 gc D

Persamaan dasar aliran

Moody friction factor chart

Friction Loss
Willian-Hazen membuat suatu persamaan empiris untuk
friction loss (hf), yaitu :

hf 2,0830

dimana:
hf
C
Q
ID

100
C

1,85

Q / 34.3 1,85

4 ,8655
ID

= feet friction loss per 1000 feet.


= konstanta dari bahan yang digunakan dalam
pembuatan pipa.
= laju produksi, bpd
= diameter dalam pipa, inchi

Grafik Friction Loss William-Hazen.

Bilangan Reynolds (NRe)

Bilangan Reynolds adalah bilangan tanpa dimensi:

N Re

D[ ft ]v[ ft / sec] [lbm / cuft ]


1488
[lbm / ft sec]

Rasio gaya momentum dan gaya viscous


Digunakan untuk menentukan apakah suatu aliran laminer
atau turbulen
Turbulen >2100

Kekasaran Relatif Pipa

Dalam dinding pipa biasanya halus

Kekasaran pipa berdasarkan


Kekasaran pipa
Metoda pembuatanya
Lingkungan

Kekasaran relatif (e/D) adalah perbandingan kekasaran pipa


absolut thd diameter dalam pipa:

e[in]
Relatif roughness
D[in]

Kekasaran Relatif Pipa

Beberapa kekasran absolut pipa


e [in]

Drawn tubing

0.00006

Well tubing

0.0006

Line pipe

0.0007

Galvanized pipe

0.006

Cement-lined pipe

0.01 0.1

Kekasaran Relatif Pipa

Kekasaran pipa untuk berbagai pipa

Aliran Laminer Satu Fasa

Faktor gesekan untuk aliran laminer dtentukan secara


analitik

Persamaan Hagen-Poiseuille untuk laminer:

dp
32 v
( )f
dL
gc D 2

Substitusi ke persamaan Darcy-Weisbach, sehingga:

fv 2 32 v

2 gc D gc D 2

64 64

vD N Re

Aliran Turbulen Satu Fasa

Ditentukan berdasarkan hasil percobaan


Sangat tergantung pada karakteristik permukaan pipa
Persamaan empiris untuk menentukan faktor gesekan (f)
Smooth-wall pipe
Untuk 3000 Nre 3 106
Persamaan Drew, Koo & McAdams:

Untuk Nre < 105, dipakai persamaan Blasius

f 0.0056 0.5 N
0.25
f 0.316 N Re

0.32
Re

Aliran Turbulen Satu Fasa

Rough-wall pipe
Nikuradse telah membuat percobaan untuk menentukan
faktor gesekan pipa kasar

1
2

1.74 2 log

f
D

Colebrook dan White (1939) untuk menyusun persamaan


sebagai berikut:

2
1
18.7
1.74 2 log

f
D N Re f

Tidak bisa ditentukan secara langsung, dihitung dengan


coba-coba

Aliran Turbulen Satu Fasa

Korelasi faktor gesekan secara explisit dikemukakan oleh


Jain

1
21.25

1.14 2 log
0.9
f
D N Re

Persamaan ini memberikan kesalahan sebesar 1%


dibandingkan dengan persamaan Colebrook dan White
untuk 5000 < NRe < 108 dan 10-6 <e/D< 10-2.

Kesalahan maksimum sebesar 3% terjadi untuk NRe <


2000

Total kehilangan tekanan

Persamaan gradien tekanan

dp vdv g
fv

sin
dL g c dL g c
2 gc D
2

Gradien tekanan untuk tiga komponen:

dp dp
dp
dp
( ) acc ( )el ( ) f
dL dL
dL
dL

Aliran Fluida Dua Fasa


Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida dua fasa
memerlukan harga harga kondisi aliran , kecepatan aliran dan sifat
sifat fisik fluida
Sifat sifat dalam aliran dua fasa yang digunakan dalam perhitungan
gradien tekanan aliran dua fasa meliputi Liquid Hold up, No Slip
Liquid Hold Up, Berat jenis, Kecepatan aliran, Viskositas, Tegangan
Permukaan.

Sifat-Sifat Fluida
Liquid Hold up didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian
volume pipa yang diisi oleh cairan dengan volume keseluruhan dari
pipa.

volume.cairan.dalam. pipa
HL
volume. pipa
Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk
aliran yang hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran
yang hanya terdiri dari cairan).
Hg= 1 HL

Sifat-Sifat Fluida
No-slip Liquid Hold Up (L) atau disebut juga dengan input liquid
content, didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan
yang mengisi pipa dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan
cairan bergerak dengan kecepatan yang sama

qL
L
qL q g

g = 1 - L

Sifat-Sifat Fluida
Berat jenis
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama sama
dalam pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :
slip density (s)
no-slip density (n)
kinetik density (k)

s L H L g H g
k

n L L g g
L

/ H
L

g / H g
2

Sifat-Sifat Fluida
Dalam hal cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka
density cairan merupakan penggabungan antara density minyak dan
densitas air

L o fo w f w

Sifat-Sifat Fluida
Kecepatan aliran
Kecepatan aliran didefinisikan sebagai kecepatan satu fasa, jika
mengalir melewati seluruh penampang pipa. Superficial gas velocity
dihitung dengan persamaan berikut :

vsg

qg
A

qL
vsL
A

vg

qg
A Hg

vL

qL
A HL

v m vsL vsg

Sifat-Sifat Fluida
Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk
menentukan gradien tekanan dari komponen gesekan.
Viskositas campuran air dengan minyak, ditentukan dengan :

L o f o w f w
Viskositas dua fasa (cairan dan gas), ditentukan sesuai dengan
adanya slip atau tidak

n L L g g

s L H L g H g

Sifat-Sifat Fluida
Tegangan permukaan
Apabila fasa cair terdiri dari fasa air dan minyak, maka tegangan
permukaan cairan (L), ditentukan dari :

L 0 fo w f w

Korelasi Perhitungan Kehilangan Tekanan Dalam Pipa


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hagerdon & Brown


Duns & Ros
Orkiszewski
Beggs & Brill
Mukherjee & Brill
Minami & Brill

Menurut Lawson & Brill,


Metoda 1 s/d 4 Metoda terbaik
Metoda 5 Metoda relatif baru
Metoda 6 Metoda aliran horizontal gas basah

Korelasi Perhitungan Kehilangan Tekanan Dalam Pipa


Perbedaan dari metode-metode tersebut adalah terletak pada teknik
menentukan variabel yang ada dalam persamaan tersebut,
misalnya faktor gesekan, densitas dan viskositas.
Hagerdon & Brown memperhitungkan adanya slip, yaitu perbedaan
kecepatan antara gas dan cairan, tetapi tidak memperhitungkan
adanya pola aliran.
Beggs & Brill memperhitungkan adanya slip dan pola aliran.
Duns & Ros memperhitungkan adanya slip dan pola aliran.

Korelasi Perhitungan Kehilangan Tekanan Dalam Pipa


Orkiszewski mengevaluasi metode-metode perhitungan gradien
tekanan yang telah dipublikasikan pada saat itu.
Hasil evaluasinya menunjukkan bahwa tidak satupun metode yang
dapat memberikan hasil yang memuaskan untuk semua pola aliran.
Berdasarkan hal tersebut, Orkiszewski memilih metode yang
dianggapnya terbaik untuk menghitung gradien tekanan aliran untuk
pola aliran gelembung dan pola aliran mist, dan mengembangkan
korelasi baru untuk pola aliran slug dengan menggunakan data
Hagedorn dan Brown.

Penggunaan kurva pressure travese

Untuk mendapatkan solusi persamaan diatas perlu iterasi

Tanpa komputer perlu waktu lama untuk mendapatkan


solusi

Perkiraan dilapangan dapat dilakukan dengan pressure


traverse

Penggunaan kurva pressure travese

OPTIMASI PRODUKSI

Persoalan di dalam operasi produksi sumur


mengalirkan fluida dari reservoar ke permukaan.

adalah

Dalam prosess ini akan terjadi penurunan tekanan selama


fluida mengalir dari dasar sumur ke permukaan.

Faktor faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan selama


fluida mengalir dari reservoar menuju ke permukaan
diperlihatkan pada Gambar berikut.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi kehilangan


tekanan Pada Sitem Produksi

Analisa Nodal

Penyelesaian analisa nodal dilakukan dengan membagi sistem


tersebut menjadi dua sub sistem yaitu sistem inflow dan outflow.

Pemilihan titik penyelesaian atau nodal tergantung dari tujuan analisa.

Ilustrasi titik titik yang sering menjadi tempat untuk penyelesaian


digambarkan pada Gambar berikut

Ilustrasi titik titik yang sering


menjadi tempat untuk penyelesaian

Penyelesaian di Dasar Sumur

Kasus sederhana yang akan dibicarakan adalah


tekanan kepala sumur konstan.
Kasus ini mungkin terjadi jika jarak antara kepala
sumur dan separator cukup dekat. Untuk kejadiaan
ini , pembagiaan dilakukan di dasar sumur yaitu di
node 6 (lihat gambar).
Persamaan untuk inflow dan outflow adalah :

Inflow

pr pres pwf

Outflow

ptf ptub pwf

PROSEDUR MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM/DOWNSTREAM
1.

Siapkan data penunjang :


Panjang pipa (D)
Diameter pipa (dt)
Laju produksi (KA)
Perbandingan gas cairan (GLR)
Tekanan upstreamatau downstream(P)

PROSEDUR MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM/DOWNSTREAM (LANJUTAN)

2.

Berdasarkan qL, KA, dan diameter pipa,


pilih kurva pressure traverse yang
sesuai.

PROSEDUR MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM/DOWNSTREAM (LANJUTAN)
3.

Tekanan downstreamditentukan sebagai


berikut :
Plot tekanan upstream di sumbu tekanan
paada grafik presssure traverse.
Dari titik tekanan upstream tarik garis
tegak kebawah sampai meotong garis gradien
aliran di langkah 2.
Dari perpotongan tersebut buat garis
mendatar ke kiri sampai memotong sumbu
panjang (untuk pipa datar) atau kedalaman
(unutk pipa tegak). Baca harga panjang atau
kedalaman tersebut dan harga ini disebut
harga/panjang eqivalen tekanan upstream.

PROSEDUR MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM/DOWNSTREAM (LANJUTAN)

Hitung panjang/kedalan ekivalen tekanan


downstream,yaitu:
[panjaang/kedalamanekivalen tekanan
upstream] -[ panjang pipa/kedalaman sumur]
Plot panjang/kedalaman ekivalen tekanan
downstream pada sumbu kedalaman/panjang.
Mulai dari titik langkah e,buat garis datar
kekanan sampai memotong garis gradien aliran
di langkah 2.
Dari titik potong tersebut buat garis tegak
keatas samapi memotong sumbu tekanan. Titik
potong ini adalah garis downstraem

PROSEDUR MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM/DOWNSTREAM (LANJUTAN)
4.

Tekanan upstream ditentukan sebagai berikut:


Plot tekanan downstream disumbu tekanan pada
grafik pressure traverse.
Dari titik tekanan downstream trik garis tegak
ke bawahsamapai memotong garis gradien
aliran dilangkah 3.
Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar
ke kiri sampai memotong sumbu panjang (untuk
pipa datar) atau kedalan (untuk pipa tegak).
Baca panjang/kedalaman ekivalen tekanan
downstream.

PROSEDUR MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM/DOWNSTREAM (LANJUTAN)

Hitung panjang atau kedalaman ekivalen tekanan


upstream,yaitu
[Panjang/kedalamanekivalen tekanan
upstream ] + [panjang pipa/kedalaman sumur ]
Plot panjang / kedalaman ekivalen tekanan
upstream pada sumbu panjang /kedalaman
Mulai dair titik langkah e,buat garis datar ke kanan
sampai memotong garis gradien aliran dilangkah 3.
Dari titik potong tersebut buat garis tegak keatas,
sampai memotong sumbu tekanan. Titik potong ini
adalah tekanan upstream

CONTOH SOAL MENGHITUNG TEKANAN


DOWNSTREAM

Diketahui:
Diameter tubing
: 2 inch
Panjang tubing
: 5500 ft
Laju aliran total
: 1000 bbl/hari
Kadar air
: 0%
Perbandingan gas cairan : 200 SCF/STB
Apabila tekanan dasar sumur
: 2150 psi
Tentukan tekanan dikepala sumur
(downstream), Pwh.

PENYELESAIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berdasarkan q =1000 bbl/hari,KA= 0 % dan dt= 2


pilih grafik pressure traverse,seperti ditunjukan
pada gambar
Pilih garis gradien aliran untuk GLR = 200 SCF/STB
Plot Pwf pada sumbuh tekanan grafik gambar 2-3.
Buat garis tegak ke bawah sampai memotong
garis GLR =200 SCF/STB
Dari titik potong tersebut buat garis mendatar ke
kiri samapi memotong sumbu ke dalam,yaitu pada
kedalaman = 7700 ft.

PENYELESAIAN
7.
8.
9.
10.

11.

12.

Jadi kedalaman ekivalen Pwf = 7700ft


kedalaman ekivalen Pwh= ( 7700-5900)= 1800 ft
plot kedalaman 1800 ft pada sumbu kedalaman.
Buat garis mendatar ke kanan mulai dari titik
kedalaman 1800 ft tersebut,sampai memotong
garis gradien tekanan aliran untuk GLR = 200
SCF/STB
Dari titik potong tersebut buat garis tegak keatas
sampai memotong sumbuhu tekanan,yaitu pwh =
350 psi
Tekanan kepala sumur = 350 psi

CONTOH SOAL MENGHITUNG TEKANAN


UPSTREAM
Diketahui:
Diameter pipa salur
Panjang pipa salur
Laju aliran total
Perbandingan gas cairan
Tekanan separator
Tentukan tekanan upstream

: 2,5
: 15000 ft
: 600 bbl/hati
: 1000 SCF/STB
: 100 psi

PENYELESAIAN
1.
2.
3.
4.
5.

6.

Berdasarkan q = 600 bbl/hari


Diameter pipa = 2,5
Piliah grafik pressure traverse untuk aliran
horisontal
Plot tekanan separator = 180 psi pada sumbu
tekanan.
Buat garis tegak kebawah dari titik di langkah
sebelumnya, samapai memotong garis gradien
aliran untuk GLR = 1000 SCF/SDB
Dari titik potong tersebut buat garis datar ke kiri
samapi memotong sumbu panjang, yaitu 1200 ft.

PENYELESAIAN
7.
8.
9.
10.
11.

12.

Panjang ekivalen Psep adalah 1200 ft


Hitung panjang ekivalen Pwh, yaitu: 15000
+1200 =16200 ft
Plot panjang ekivalen 16200 ft pada sumbu
panjang.
Buat garis datar ke kanan sampai emotong garis
gradien aliran untuk GLR =1000 SCF/STB.
Dari titik potong tersebut buatr garis tegak ke
atas sampai memotong sumbu tekanan, yaitu
340 psi.
Tekanan kepala sumur,(upstream) = 340 psi

DIVINISI NODAL
Nodal Merupakan titik
pertemuan antara dua
komponen, dimana di
titik pertemuan tersebut
akan
terjadi
kesetimbangan
dalam
bentuk
keseimbngan
massa
ataupun
keseimbangan tekanan.

Tujuan:
Menggabungkan kinerja dari berbagai komponen
sumur minyak dan gas dalam sistem produksi untuk
menentukan laju produksi dan menentukan suatu
sistem produksi yang optimal.
Sistem Produksi:
Dalam pendekatan analisa nodal ini, sistem produksi
meliputi reservoir (aliran dari reservoir ke sandface),
perforasi, gravel pack, screen, tubing, downhole
safety valves, choke, pipa permukaan dan separator.

EMPAT TITIK NODAL DI


SUMUR SEMBUR ALAM
1.

Titik Nodal di Dasar Sumur

2.

Titik Nodal di Kepala Sumur

3.

Titik Nodal di Separator

4.

Titik Nodal di Upsteam/Downsteam Jepitan

Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di


dasar Sumur Pada Kondisi open hole
Langkah 1.
Siapkan data penunjang yaitu
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter Tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandingan gas cairan (GLR)
Tekanan Separator (Psep)
kurva IPR

Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian,buat sisitem koordinat
dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
Lankah 3.
Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau
berdasarkan peramalan kurva IPR plot kurva IPR
pad kertas grafik dilangkah 2.
Langkah 4.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan
salah satu harga laju produksi pada grafik traverse
baik untuk aluiran horisontal maupun untuk aliran
vertikal.

Langkah 5.
Berdasrkan qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traversse
untuk aliran horisontal.
Langkah 6.
Pilih garis gradien aliran berdasrakan perbadingan gascairan (GLR). Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila
garis-garis aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum
Langkah 7.
Berdasrakan garis gradien aliran pada pressure traverse
tersebut, tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan
upstream) dari Psep (tekanan dowstream)

Langkah 8.
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse utuk
aliran vertikal
Langkah 9.
Pilih garis aliran untuk GLR yang diketahui. Apabilka garis
gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercanutm,
lakukan interpelosi.
Langkah10.
Gunaka harga Pwh di langkah 7 (Pwh= tekanan
downsteram) untuk menetukan tekanan alir dasar sumur
(Pwf=tekanan upstream)

Langkah 11.
Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju
produksi yang lain. Denagn demikian akan diperoleh
variassi harga qt terhadap Pwf
Langkah 12.
Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva
IPR (langkah 3).Kurva yang terbenutk disebut kurva tubing
intake

Langkah 13.
Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva
IPR terdapat tiga kemungkinan yaitu:
A.

kurva tubing intake di atas kurva IPR sehingga tidak


dapat ditentukan titik potongnya.Hal ini berarti bahwa
sumur tersebut mati untuk sistem pipa produksi yang
digunakan.

B.

Kurva tubing intake tidak memotong kurva IPR, tetapi


perpanjangan kurva tubing intake dapat memotong
kurva IPR. Apabila hal ini ditemui, ulangi langkah 4
smpai dengan 10 untuk harga laju produksi lain
sehingga kurva tubing intake dapat memotong kurva
IPR
Disarankan nuutk tidak melakukah ekstrapolasi,
kecuali apabila laju produksi yang diperlukan tidak
tersedia di pressure traverse.

C.

Kutva tubing memotong kurva IPR dan perpotongan


tersebut memberikan laju produksi qt. Hal ini berarti
bahwa untuk sistem rangkaian tubing didalam sumur
dan pipa salut dipermukaan, sumur dapat berproduksi
sebesar qt.

Langkah 14.
Denagn membuat variasi ukurta tubing dan pipa salur,
maka
dapat diperoleh kondisi sistem
optimum.

Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengan Titik


Nodal di Dasar Sumur Untuk Kondisi Open Hole
Diketahui :
Panjang

pipa salur
Diameter
Kedalaman sumur
Diameter Tubing
Kadar Air
Perbandingan gas cairan
Tekanan Statik

= 3000 ft
= 2 in
= 5000 ft
= 2 3/8 in
= 0
= 400 SCF/STB
= 2200 psi

Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan


menggunakan dasar sumur sebagai titik nodal.

Pehitungan :
1.

Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat


tekanan pada sumbu tegak dan laju produksi pada sumbu
datar.

2.

Berdasrkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada


berbagai anggapan harag q,
Pwf = Ps - q/PI
Untuk q = 200 bbl/hari.
Pwf = 2200-200/1 =2000 psi

Q anggapan

Pwf

200
400
600
800
1000
1500

2000
1800
1600
1400
1200
700

3.

Buat kurva IPR dengan memplot q vs Pwf dari tabel


di Langkah 2

4.

Gunakan langkah kerja, untuk menentukan tekanan


kepala sumur pada aliran mendatar.

Catatan: Gunakan grafik pressure traverse aliran mendatar


untuk diameter pipa = 2, GLR = 400 SCF/STB
dan pada q anggapan.

5.

Tentukan tekanan alir daras sumur, Gunakan grafik


pressure traverse aliran tegak untuk diameter tubing 2 3/8
GLR = 400 SCF /STB, KA = 0 dan q anggapan.

6.

Plot q terhadap PWf dari langkah 5, pada kertas grafik di


Gambar 3-2. Kurva ini disebut Kurva Tubing Intake.

7.

Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing


intake, menghasilkan laju produksi sebesar 900 bbl / hari

8.

Laju produksi yang diperoleh 900 bbl / hari

Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di


Dasar sumur Untuk Kondisi Dasar Sumur Diperfosai
Langkah 1.
Siapkan data penunjang yaitu :
kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur ( L )
Diameter tubing (dt )
Diameter pipa salur ( dp )
Kadar air ( KA )
Perbandinagn gas cairan ( GLR )

Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di


Dasar sumur Untuk Kondisi Dasar Sumur Diperfosai

Tekanan Separator ( Psep )


Kurva IPR
Tebal formasi produktif (ft )
Permeabilitas formasi produktif (md)
Kerapatan Perforasi per foot (SPF)
Panjang lubang perforasi (in)
Jari-jari lubang perforasi (in)
Teknik perforasi (overbalanced atau
underbalanced)

Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian , buat sistem koordinat
dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
Langkah 3.
Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau
berdasrkanb peramalan kurva IPR plot kurva IPR
pada kertas grafik dilangkah 2. Tekanan alir dasara
sumur yang diperoleh dari persamaan kurva IPR
merupakan tekanan dipermukaan formasi produktif
(sandface)

Langkah 4.
Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik
pressure traverse untuik aliran horizontal
Langkah 5.
Pilih garis gradien aliran berdasarkan
perbandingan gas- cairan (GLR). Sering kali perlu
dilakukan interpolasi apabila garis-garis aliran untuk
GLR yang diketahui tidak tercantum.
Langkah 6.
Berdasrakan gartis grtadien aliran pada pressure
traverse tersebut, tentukan tekanan kepala sumur,
Pwh (tekanan upstream).dari Psep (tekanan
downstream)

Langkah 7.
Dari harga qt , dt, dan KA pilih grafik pressure
traverse untuk aliran vertikal
Langkah 8.
Pilih garis gradien aliran untuk GLR yang diketahui.
Apabila garis gradien aliran untuk harga GLR
tersebut tidak tercantum, lakukan interpolasi
Langkah 9.
Gunakan harga Pwh dilangkah 6 (Pwh = tekanan
downstream) untuk menentukan takanan alir dasar
sumur (Pwf = tekanan upstream)

Langlah 10.
Ulangi langkah 4 sampai dengan 9 untuk
harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian akan diperoleh variasi harga qt
terhadap Pwf.
Langkah 11.
Hitung tekanan dasar sumur didepan formasi
produktif (sandface), berdasarkan harga laju
produksi yang digunakan dilangkah 4 sampai
dengan 10.

Langkah 12
hitung perbedaan tekanan didasar sumur,
antara tekanan dipermukaan formasi produktif
dan di kaki tubing, yaitu tekanan didasar sumur
dari langkah 11 dikurangi dengan tekanan dasar
sumur dari langkah 10, pada harga laju
produksi yang sama. Plot antara laju produksi
dengan perbedaan tekanan sumur tersebut
Langkah 13.
Berdasarkan data perforasi, hitung kehilangan
tekanan sepanjang perforasi pada beberdapa laju
produksi

Langkah 14.
Plot perbedaan tekanan tehadap laju produksi pada kertas
grafik yang sama dengan plot di langkah 12.
Langkah 15.
Perpotongan kurva dari langkah 12 dengan kurva dari
langkah 14 (kurva kehilangan tkanan dalam perforasi)
menunjukkan laju produksi yang diperoleh pada kerapatan
perforasi yang dimaksud.
Langkah 16.
Denagan mengubah harga kerapatan perforasui maka
dapat ditentukan kerapatan perforasi yang optimum.

Contoh soal analisa sistim nodal dengan titk nodal di dasar sumur
untuk kondisi lubang sumur diperforasi.
Diketahui :
Panjang pipa salur
= 3000 ft
Diameter pipa salur
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000ft
Diameter tubing
= 2 3/8
Kadar air
= 0
Perbandinga gas cairan
= 400 SCF/ bbl
Tekanan statik
= 2200 psi
Tebal formasi produktif
= 20 ft
Permeabilitas formasi
= 162 md
Kerapatan formasi
= 2, 4, 6, 8, 10 SPF
Panjang lubabg perforasi
= 11,6 in
Diameter lubang perforasi
= 0,51 in
Teknik perforasi adalah Over Balanced
Factor voleme formasi minyak
= 1,083 bbl/STB
Viskositas minyak
= 2,5 cp
Densitas minyak
= 30,0 lbm/cuft
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar sumur
sebagai titik nodal , dengan memperhitungkan kerapatan perforasi.

Penyelesaian
1.

Pada kertas grafik kartesian , buat sistem koordinat


dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produkksi pada sumbu datar. Lihat gambar 3-3

2.

Berdasrkan Pi = 1,0 dan Ps = 2200 psi , hitung Pwf


pada berbagai anggapan harga q ,
Pwf = Ps q/pi
Untuk q = 200 bbl/hari, Pwf = 2200 200/1 = 2000
psi
Untuk laju produksi yang lain diperoleh hasil seperti
pada tabel berikut :

Qanggapan
200
400
600
800
1000
1500

Pwf
2000
1800
1600
1400
1200
700

3. Berdasarkan hasil perhitungan kehilangan tekanan


sepanjang pipa salur dan tubing untuk beberapa
harga laju produksi , ( telah dihitung dicontoh soal
sebelumnya ) diperoleh tekanan alir berikut :
Q anggapan

Pwh

Pwf

200

115

750

400

140

880

600

180

1030

800

230

1190

1000

275

1370

1500

420

1840

4. Hitung perbedaan tekanan antara tekanan di permukaan


formasi produktif dengan tekanan dikaki tubing.
Q

Pwf (sandwich)

Pwf (tubing)

Beda tekanan

200

2000

750

1250

400

1800

880

920

600

1600

1030

570

800

1400

1190

210

1000

1200

1370

1500

700

1840

Plot perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi

5.

Berdasrakan data perforasi, hitung kehilangan


tekanan sepanjag perforasi untuk kerapatan
perforasi 2, 4, 6, 8 dan 10 SPF. Persamaan
kehilangan tekanan sepanjang perforasi untuk data
tersebut, telah dihitung di Modul II, dan telah
diperoleh hubungan berikut :
Pwfs - Pwf = 0.02461 q + 443 q
Hasil perhitungan kehilangna tekanan untuk setiap
kerapatan perforasi adalah sebagai berikut :

Plot antara perbedaan


tekanan
tersebut
tehadap laju produksi
pada kertas grafik

Perpotongan antara kurva perbedaan tekanan di


kaki tubing dengan tekanan dipermukaan formasi
produktif dan kurva kehilangan tekanan
diperforasi,menunjukan laju produksi yang
dihasilkan untuk setiap kerepatan perforasi,yaitu
sebagai berikut.

Contoh Soal Analisa Sistem Nodal dengana


Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk Kondisi
Lubang Diperforasi dan dipasang Gravel-Pack

Diketahui :
Panjang pipa Salur
= 3000 ft
Diameter pipa salur
= 2 in
Kedalaman Sumur
= 5000 ft
Diameter Tubin
= 2 2 / 8
Kadar Air
= 0
Perbandinagn gas cairan = 400 SCF/bbl
Tekanan Statik
= 2200 psi.
Tebal formasi produktif
= 20 ft
Permeabilitas formasi
= 162 md
Kerapatan perforasi
= 2, 4, 6, 8, SPF
Panjang lubang perforasi = 11.6 in
Diameter lubang perforasi = 0.51 in.
Diameter dalam casing
= 6875 in
Diameter lubang bor
= 9.875in
Diameter lubang perforasi = 0.51 in
Ukuran Gravel
= 50 mesh
Permeabilitas Gravel
= 45000 md
Faktor volume formasi minyak= 1083 bbl/STB
Viskositas minya
= 2.5 cp
Densitas minyak
= 30.0 lbm/cuft

Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan


dasar sumur sebagai titik Nodal, dengan memperhitungkan
kerapatan perforasi dan gravel pack.

1.

Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat


dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
proeduksi pada sumbu datar. Lihat Gambar 3-4

2.

Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps =2200 psi, hitung


Pwf pada berbagai anggapan harga laaju produksi,
yaitu sebagai berikut:
Pwf = Ps q / PI
Untuk q = 200 bbl/hari
Pwf =2200 -200 /1 =2000 psi
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil
seperti pada tabel berikut:

Q anggapan

Pwf

200

2000

400

1800

600

1600

800

1400

1000

1200

1500

700

3.

Berdsarkan hasil perhitungan kehilangan tekanan sepanjang


pipa salur dan tubing untuk beberapa harga laju produksi,
( telah dihitung dicontoh soal sebelumnya)diperoleh tekanan
alir dasar sumur (dikaki tubing),sebagai berikut:
Q anggapan

Pwh

Pwf

200

115

750

400

140

880

600

180

1030

800

230

1190

1000

275

1370

1500

42

1840

4. Hitung perbedaan tekaan antara tekanan dipermkaan


formas produktif dengan tekanan dikaki tubing, sebagi
berikut:
Q

Pwf

Pwf

Beda

(sandface)

(Tubing)

Tekanan

200

2000

750

1250

400

1800

880

920

600

1600

1030

570

800

1400

1190

210

1000

1200

1370

1500

700

1840

Plot perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi, di gambar 3-4

5. Berdasrkan data perforasi, hitung luas penampang aliran seluruh


perforasi dan konstanta aliran laminar dan turbulen untuk setiap
kerapatan perforasi, yaitu 2,4,6,8, dan 10.Hasil perhitungan
adalah sebagai berikut :
SPF

0.5676

0.909214

5.76107x10-4

0.11352

0.454607

1.440269x10-4

0.17028

0.303071

6.401197x10-5

0.22704

0.227304

3.600674x10-5

10

0.28380

0.181843

2.304431x10-5

6. Hasil perhitungan kehilngan tekanan untuk setiap


kerapatan perforasi adalah sebagai berikut:
Laju
produksi

2 SPF

4 SPF

6 SPF

8 SPF

10 SPF

dp

dp

dp

dp

dp

200

204.89

96.68

63.17

46.17

3729

400

455.86

204.89

131.47

96.68

76.42

600

752.93

324.61

204.89

149.34

117.40

800

1096.08

455.86

283.42

204.31

160.22

1000

1485.32

598.63

367.08

263.31

204.89

1500

2660.06

1005.97

598.63

421.97

324.61

Plot perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi


pada kerta grafik

7. Perpotongan antara kurva perbedaan tekanana dikaki


tubing dengag tekanan dipermukaan formasi produktif
dan kurva kehilangan tekanan diperforasi, menunjukan
laju produksi yang dihasilkan untuk setiap kerpatan
perforasi, yaitu sebagai berikut :
Kerapatan Perforasi

Laju Produksi

(SPF)

(STB/D)

550

700

760

800

10

820

Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal


di Kepala Sumur

Analisa Sistem Nodal untuk titik nodal dikepala sumur


dibedakan menjdi dua prosedur tergantung pada ada atau
tidaknya jepitan dikepala sumur,

Prosedur Analisa sistem Nodal untuk titik nodal


di kepala Sumur tanpa Jepitan.
Langkah 1.
Siapakan data penunjang yaitu :
Kedalaman sumur (D)
Panjang pipa salur (L)
Diameter Tubing (dt)
Diameter pipa salur (dp)
Kadar air (KA)
Perbandinagn gas cairan (GLR)
Tekanan superator (P sep)

Kurva IPR

Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan
tekanan pada sumbu tegak dan laju priduksi pada sumbu
datar.

Langkah 3.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan
salah satu harga laju produksi pada grafik pressure
traverse untuk aliran horizontal

Langkah 4.
Berdasrkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure
taverse aliran horizontal

Langkah 5.

Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui.


Apabila garis gradien aliran tersebut tidak tercantum,
lakukan interpolsasi
Langkah 6.
Dari P sep tentukan tekanan kepala sumur Pwh dengan
mengunakan garis gradient alir di langkah lima; catat
harga pwh yang diperoleh.

Langkah 7.
Mengulangi langkah 3 samapi dengan 6 untuk berbagai harga
laju produksi yang lain. Dengan demikian diperoleh variasi
harga Qt tehadap Pwh

Langkah 8.
Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2.
Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa salur

Langkah 9.
ambil laju produksi tertentu (qt ) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
vertikal.

Langkah 10.
berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih gravik pressure
traverse aliran vertikal.

Langkah 11.
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui.
Apabila garis gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak
terdapat,lakukan interpolasi

Langkah 12.
Menurut persamaan IPR yang diperoleh dari uji
tekanan dan produksi terbaru atau menurut peramalan
IPR,hitung tekanan alir pada dasr sumur (Pwf), pada qt
dilangkah 10

Langkah 13.
Dari harga Pwf tentukan tekanan kepala sumur (Pwh)
dengan menggunakan garis gradien aliran pada
langkah 11; catat harga Pwh yang diperoleh.

Langkah 14.
ulangi langkah 9 sampai 13 untuk berbagai harga laju
produksi lain. Dengan demikain akan diperoleh variasi
harga qt terhadap Pwh.
Langkah 15.
Plot harga qt terhadap Pwh dari alngkah 14 pada kertas
grafik dilangkah 2. Kurva yang diperoleh disebut kurva
tubing.

Langkah 16.
Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur,maka sumur
akan terproduksi dengan laju produksi (qt) yang ditentukan dari
titk perpotongan tersebut.
Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur maka
sumur tidak dapat berproduksi untuk sisitem rangkaian pipa
tersebut.

Apabila kurva tubing dan kurva pipa salur tidak berpotongan


tetapi perpanjanjangan kedua kurva tersebut memberikan
kemungkinan untuk berpotonganmaka ulangi langkah 3 sampai
dengan 15 untuk laju produksi yang lain, sehingga kurva tubing
dan kurva pipa salur dapat diperpanjang dan kemudian tentukan
titik potongnya.

Titik

potong ini memberikan laju produksi yang diperoleh.

Tidak dibenarkan melakukan ekstrapolasi, kecuali apabila


laju produksi tidak tersedia d grafik pressure traverse.

Langkah 17.
Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa salur untuk
brbagai ukuran tubing dan ukuran pipa salur, maka dipilih
pasangan ukuran tubing dan pipa salur yang dapat
menghasilkan laju produksi optimum.

Contoh Analisa Sistem Nodal dengan Titik nodal di


Kepala Sumur Tanpa jepitan
Diketahui :
Panjang

pipa salur
Diameter
Kedalaman sumur
Diameter Tubing
Kadar Air
Perbandingan gas cairan
Tekanan Statik

= 3000 ft
= 2 in
= 5000 ft
= 2 3/8 in
= 0
= 400 SCF/STB
= 2200 psi

Tentukan laju produksi dengan menggunkan kepala


sumur sebagai titik nodal tanpa mengunakan jepitan.

1. Pada kertas grafik kartesian buat sistem koordinat


dengan tekanan sebagai sumbu tegak dan laju
produksi sebagai sumbu datar.
2. Bedasarkan perhitungan di contoh soal 3.2.1.1 butir 4,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Q (anggapan)

Psep

Pwh

200

100

115

400

100

140

600

100

180

800

100

230

1000

100

275

1500

100

420

3. Plot antara q terhadap Pwh pada gambar 3-5


4. Berdasrkan perhitungan dicontoh soal 3.2.1.1. butir 2 telah
diperoleh harga untuk berbagi laju produksi anggapan.
Dengan mengunakan grafik pressure traverse untuk aliran
tegak pada masing-masing q,dan diperoleh hasil sebagi
berikut ;
Q (anggapan)

Psep
Pwf

Pwh

200

2000

610

400

1800

540

600

1600

450

800

1400

330

1000

1200

180

1500

700

5. Plot antara q terhadap Pwh pada kertas grafik


6.

Perpotongan antara kurva dilangkah 3 dan 5


memberikan laju produksi yang diperoleh.

7. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl / hari

Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal Di


Kepala Sumur Dengan Jepitan
Langkah 1.
Siapkan data penunjang ,yaitu :
kedalaman sumur (D)
panjang pipa salur (L)
diameter tubing (dt)
diameter pipa salur (dp)
kadar air (KA)
Perbandingan gas-cairan
Tekanan separator
Kurva IPR
Ukuran jepitan

Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian,buat sistem sumbuh
tegak dan laju produksi pada sumur datar.

Langkah 3.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan
salah satu harga
laju produksi pada grafik
pressure traverse untuk aliran veertikal.

Langkah 4.
Berdasarkan qt,dt,dan KA pilih grafik pressure
traverse aliran vertikal

Langkah 5.
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang
diketahui.Apabila garis gradien untuk aliran untuk
harga GLR tersebut tidak terdapat,lakukan
interpolasi.

Langkah 6.
Berdasrkan persamaan IPR yang diperoleh dari uji
tekanan dan produksi terbaru atau menurut
peramalan IPR,hitung tekanan alir sumur (Pwf) pada
harga qt di langkah 3.

Langkah 7.
Dari harga Pwf (tekanan upstream) tentukan harga
tekanan kepala sumur ,Pwh (tekanan downstream)
dengan menggunakan garis gradien aliran di langkah 5.

Langkah 8.
ulangi langkah 3 dengan langkah 7 untuk berbagai harga
laju produksi yang lain. Dengan demikian akan diperoleh
variasi harga qt terhadap Pwh.

Lanhkah 9.
Plot qt terhadap Pwh dari langkah 8 ; kurvas yang
diperoleh disebut kurva tubing

Langkah 10.
Pilih korelasi aliran flluida dalam jepitan yang sesuai
dengan kondisi lapangan.

Langkah 11.
Berdasarkan korelasi yang dipilih, dibuat hubungan
antara laju produksi dengan tekanan kepala sumur.

Langkah

12.
Plot antara laju produksi terhadap tekanan kepala
sumur yang diperoleh dari langkah 11, pada kertas
grafik dilangkah 2. kurva yang diperoleh disebut
sebagai kurva jepitan.

Langkah 13.
perpotongan antara kurva tubing dengan kurva jepitan
menunjukan harga laju produksi yang dihasilkan oleh
sumur dengan menggunakan ukukran jepitan yang
diberikan.

Langkah 14.
Untuk mengetahui pengaruh ukurdan jepitan terhadap
laju produksi sumur maka dibuat kurva jepitan dengan
menggunakan langkah 11,untuk beberapa ukuran
jepitfan.

Langkah 15.
perpotongan kurva-kurva jepitan dengan kurva
tubing,menunjukan laju produksi yang diperoleh untuk
setiap ukuran jepitan.

Contoh Analisa Nodal Dengan Titik Nodal di


Kepala Sumur Dengan Jepitan.

Diketahui :
Panjang pipa salur
= 3000 ft
Diameter
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter Tubing
= 2 3/8 in
Kadar Air
= 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik
= 2200 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan
menggunakan kepala sumur sebagai tittik nodal,
apabila diguankan jepitan dengan ukuran 32/64.
Gunakan persamaan Gilbert untuk memperkirakan
kelakuan aliran fluida dalam jepitan.

1.

Pada kertas grafik kartesian buat sistem koordinat dengan tekanan


sebagaia sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar.
(Lihat Gambar).

2. Berdasarkan pehitungan dicontoh soal sebelumnya telah diperoleh


harga Pwf untuk berbagai anggapan. Dengan menggunakan grafik
pressure traverse untuk aliran tegak, tentukan Pwh pada masingmasing q, dan diperoleh hasil sebagai berikut :

Q anggapan

Pwf

Pwh

200

2000

610

400

1800

540

600

1600

450

800

1400

330

1000

1200

180

1500

700

3.

Plot antara q dan Pwh pada Gambar 3-6 ,kurva ini


adalah kurva tubing.

4.

Buat hubungan antara laju produksi denagn tekanan


kepala sumur dengan menggunakan persamaan Gilbert
dan diperoleh hubungan seperti ditunjukan pada tabel :
Pwh = (435 R0,546 q / S1,89)
Dimana:
Pwh = Tekanan kepala sumur, psi
R = GLR, Mcf/stb
q = laju produksi, stb
S = Ukuran bean, 1/64 in

Q anggapan

Pwh

200

75.34

400

150.68

600

226.02

800

301.70

1000

376.70

1500

565.04

5.

Plot laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang


diperoleh dari langkah 4 pada kertas grafik dilangkah 2,
seperti ditunjukan di gambar 3-6. Kurva ini adalah kurva
jepitan.

6.

Tentukan permotongan antara kurva tubing yang diperoleh


dari langkah 3 dengan kurva jepitan yang diperoleh dari
langkah 5.

7.

Perpotongan kedua kurva tersebut menunjukan laju


produksi sebesar 840 STB/hari.

Prosedur Analisis Sistim Nodal dengan


Titik Nodal di Separator
Langkah 1 :
Siapkan data penunjang, yaitu :

Kedalaman sumur (D)

Panjang pipa salur (L)

Diameter tubing (dt)

Kadar air (KA)

Perbandingan gas-cairan (GLR)

Tekanan separator (P sep)

Kurva IPR
Langkah 2 :

Pada kertas grafik kartesian buat sistim sumbu dengan


tekanan pada sumbu tegak dan laju produksi pada
sumbu datar.

Langkah 3 :
Plot kurva IPR pada kertas grafik dilangkah 2.
Langkah 4 :
Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk
aliran horizontal dan vertical.
Langkah 5 :
Pilih grafik pressure traverse aliran vertical sesuai
dengan qt, dt, dan KA . Apabila KA tidak sesuai dengan
KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik pressure
traverse dengan KA yang terdekat.

Langkah 6 :
Pilih kurva gradien tekanan aliran dengan GLR yang
diketahui. Apabila untuk harga GLR tersebut tidak
tersedia kurva gradient alirannya, lakukan interpolasi.
Langkah 7 :
Berdasarkan kurva IPR dilangkah 3, baca harga tekanan
alir dasar sumur( Pwf ) pada qt.
Langkah 8 :
Gunakan grafik preassure traverse (langkah 5)
dan kurva gradien aliran
(langkah 6) untuk menentukan tekanan kapala
sumur Pwh berdasarkan Pwf

Langkah 9 :
Catat harga Pwh yang diperoleh.
Langkah 10 :
Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai
dengan qt, dp, dan KA. Apabila KA tidak sesuai dengan KA
yang tersedia pada grafik,pilih grafik pressure traverse
dengan harga KA yang terdekat.
Langkah 11 :
Pilih kurva gradien yang sesuai dengan GLR yang
diketahui. Apabila harga GLR tersebut tidak tersedia kurva
gradien alirannya, lakukan interpolasi.

Langkah 12 :
Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva
gradien aliran (langkah 11) untuk menentukan tekanan
masuk di separator, (Pin) berdasrkan harga Pwh dari
langkah 9.
Langkah 13 :
Catat harga P in dan qt.
Langkah 14 :
Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga
laju produksi. Dengan demikian akan diperoleh hubungan
antara Pin terhadap qt

Langkah 15 :
Plot harga Pin terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2.
Langkah 16 :
Plot Psep pada sumbu tekanan, dari titik ini tarik garis datar ke
kanan sampai memotong kurva yang diperoleh dari langkah 15.
Langkah 17 :
Perpotongan tersebut menunjukan laju produksi yang akan
diperoleh.

Contoh Soal Analisis Sistim Nodal Dengan Titik Nodal


di Separator
Diketahui :
Panjang

pipa salur
= 3000 ft
Diameter
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter Tubing
= 2 3/8 in
Kadar Air
= 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik
= 2200 psi
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan
mengunakan separator sebagai titik nodal

1.

Buat sistem koordinat pada kertas grafik kartesian dengan


tekanan sebagai sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu
datar, seperti pada gambar 3-7

2.

Dari perhitungan contoh soal 3.2.1.1. langkah 4, telah diperoleh


hubungan q terhadap P wh untuk perhitungan yang diawali dari
dasar sumur, yaitu sebagai berikut :

Q anggapan

P wf (psi)

P wh (psi)

200

2000

610

400

1800

540

600

1600

450

800

1400

330

1000

1200

180

3. Berdasarkan Pwh di langkah 2 tentukan tekanan di


separator untuk beberapa anggapan laju produksi,.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Q (anggapan)

P wh (psi)

P separator (psi)

200

610

595

400

540

525

600

150

410

800

330

255

1000

180

4.

Plot q terhadap P ins seperti gambar 3-7

5.

Plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan.


Kemudian buat garis datar ke kanan sampai memotong
kurva di langkah 4. perpotongan ini menunjukan laju
produksi yang di peroleh, yaitu : q = 900 bbl/hari

Anda mungkin juga menyukai