Sistim Produksi
Komponen Komplesi
Adanya lubang pervorasi atau gravel pack
didasar lubang sumur akan mempengaruhi
aliran fluida dari formasi kelubang sumur.
Berdasarkan analisa komponen ini, dapat
diketahui
pengareuh
lubang
pervorasi
ataupun adanya gravel pack terhadap laju
produksi sumur.
Komponen Tubing
Fluida multi fasa yang menglir dalam
pipa tegak ataupun miring akan
mengalami kehilangan tekanan yang
besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing.
Dengan demikian analisa tentang
pengaruh ukuran tubing terhadap
laju produksi dapat dilakukan dalam
komponen ini.
Komponan Restriksi
Komponen Separotor
.
Laju produksi suatu sumur dapat berubah
berbuahnya
tekanan
kerja
separator.pengaruh perubahan tekanan
kerja separator terhadap laju produksi
untuk sistem sumur dapat dilakukan di
komponen ini.
Sembur Alam
13
10
1. Formasi Produktif
2. Dasar Sumur /Perforasi
12
11
14
3. Packer
4. Production Casing
5. Safety Valve
6. Tubing
7. Anulus Valve
8. Master Valve
9. Wing Valve
3
2
14. Separator
1
Gradient Tekanan
Berdasarkan gambar
tersebut dapat
disimpulkan makin
besar ukuran tubing
maka makin kecil
harga tekanan alir
dasar sumur.
6. Pengaruh Viskositas.
mv mgh1
U1 p1V1
q Ws
2 gc
gc
2
2
mv mgh2
U 2 p2V2
2 gc
gc
kerja
Energi panas
Energi dalam
Energi ekspansi/kompresi
p vdv g
dU d ( )
dh dq dWs 0
gc gc
p
dU dh d ( )
dp
dh TdS
Sehingga:
Didapat:
dp vdv g
TdS
dh dq dWs 0
gc gc
dq
dS
T
TdS dq dLw
Gesekan atau friksi
dp vdv g
dh dLw 0
gc gc
dp vdv g
dL sin dLw 0
gc gc
dp vdv g
dLw
sin
0
dL g c dL g c
dL
dp vdv g
dp
sin ( ) f
dL g c dL g c
dL
dp
fv 2
( )f
dL
2 gc D
Friction Loss
Willian-Hazen membuat suatu persamaan empiris untuk
friction loss (hf), yaitu :
hf 2,0830
dimana:
hf
C
Q
ID
100
C
1,85
Q / 34.3 1,85
4 ,8655
ID
N Re
e[in]
Relatif roughness
D[in]
Drawn tubing
0.00006
Well tubing
0.0006
Line pipe
0.0007
Galvanized pipe
0.006
Cement-lined pipe
0.01 0.1
dp
32 v
( )f
dL
gc D 2
fv 2 32 v
2 gc D gc D 2
64 64
vD N Re
f 0.0056 0.5 N
0.25
f 0.316 N Re
0.32
Re
Rough-wall pipe
Nikuradse telah membuat percobaan untuk menentukan
faktor gesekan pipa kasar
1
2
1.74 2 log
f
D
2
1
18.7
1.74 2 log
f
D N Re f
1
21.25
1.14 2 log
0.9
f
D N Re
dp vdv g
fv
sin
dL g c dL g c
2 gc D
2
dp dp
dp
dp
( ) acc ( )el ( ) f
dL dL
dL
dL
Sifat-Sifat Fluida
Liquid Hold up didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian
volume pipa yang diisi oleh cairan dengan volume keseluruhan dari
pipa.
volume.cairan.dalam. pipa
HL
volume. pipa
Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk
aliran yang hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran
yang hanya terdiri dari cairan).
Hg= 1 HL
Sifat-Sifat Fluida
No-slip Liquid Hold Up (L) atau disebut juga dengan input liquid
content, didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan
yang mengisi pipa dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan
cairan bergerak dengan kecepatan yang sama
qL
L
qL q g
g = 1 - L
Sifat-Sifat Fluida
Berat jenis
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama sama
dalam pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :
slip density (s)
no-slip density (n)
kinetik density (k)
s L H L g H g
k
n L L g g
L
/ H
L
g / H g
2
Sifat-Sifat Fluida
Dalam hal cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka
density cairan merupakan penggabungan antara density minyak dan
densitas air
L o fo w f w
Sifat-Sifat Fluida
Kecepatan aliran
Kecepatan aliran didefinisikan sebagai kecepatan satu fasa, jika
mengalir melewati seluruh penampang pipa. Superficial gas velocity
dihitung dengan persamaan berikut :
vsg
qg
A
qL
vsL
A
vg
qg
A Hg
vL
qL
A HL
v m vsL vsg
Sifat-Sifat Fluida
Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk
menentukan gradien tekanan dari komponen gesekan.
Viskositas campuran air dengan minyak, ditentukan dengan :
L o f o w f w
Viskositas dua fasa (cairan dan gas), ditentukan sesuai dengan
adanya slip atau tidak
n L L g g
s L H L g H g
Sifat-Sifat Fluida
Tegangan permukaan
Apabila fasa cair terdiri dari fasa air dan minyak, maka tegangan
permukaan cairan (L), ditentukan dari :
L 0 fo w f w
OPTIMASI PRODUKSI
adalah
Analisa Nodal
Inflow
pr pres pwf
Outflow
2.
Diketahui:
Diameter tubing
: 2 inch
Panjang tubing
: 5500 ft
Laju aliran total
: 1000 bbl/hari
Kadar air
: 0%
Perbandingan gas cairan : 200 SCF/STB
Apabila tekanan dasar sumur
: 2150 psi
Tentukan tekanan dikepala sumur
(downstream), Pwh.
PENYELESAIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENYELESAIAN
7.
8.
9.
10.
11.
12.
: 2,5
: 15000 ft
: 600 bbl/hati
: 1000 SCF/STB
: 100 psi
PENYELESAIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENYELESAIAN
7.
8.
9.
10.
11.
12.
DIVINISI NODAL
Nodal Merupakan titik
pertemuan antara dua
komponen, dimana di
titik pertemuan tersebut
akan
terjadi
kesetimbangan
dalam
bentuk
keseimbngan
massa
ataupun
keseimbangan tekanan.
Tujuan:
Menggabungkan kinerja dari berbagai komponen
sumur minyak dan gas dalam sistem produksi untuk
menentukan laju produksi dan menentukan suatu
sistem produksi yang optimal.
Sistem Produksi:
Dalam pendekatan analisa nodal ini, sistem produksi
meliputi reservoir (aliran dari reservoir ke sandface),
perforasi, gravel pack, screen, tubing, downhole
safety valves, choke, pipa permukaan dan separator.
2.
3.
4.
Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian,buat sisitem koordinat
dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
Lankah 3.
Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau
berdasarkan peramalan kurva IPR plot kurva IPR
pad kertas grafik dilangkah 2.
Langkah 4.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan
salah satu harga laju produksi pada grafik traverse
baik untuk aluiran horisontal maupun untuk aliran
vertikal.
Langkah 5.
Berdasrkan qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traversse
untuk aliran horisontal.
Langkah 6.
Pilih garis gradien aliran berdasrakan perbadingan gascairan (GLR). Seringkali perlu dilakukan interpolasi apabila
garis-garis aliran untuk GLR yang diketahui tidak tercantum
Langkah 7.
Berdasrakan garis gradien aliran pada pressure traverse
tersebut, tentukan tekanan kepala sumur, Pwh (tekanan
upstream) dari Psep (tekanan dowstream)
Langkah 8.
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse utuk
aliran vertikal
Langkah 9.
Pilih garis aliran untuk GLR yang diketahui. Apabilka garis
gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercanutm,
lakukan interpelosi.
Langkah10.
Gunaka harga Pwh di langkah 7 (Pwh= tekanan
downsteram) untuk menetukan tekanan alir dasar sumur
(Pwf=tekanan upstream)
Langkah 11.
Ulangi langkah 4 sampai dengan 10 untuk harga laju
produksi yang lain. Denagn demikian akan diperoleh
variassi harga qt terhadap Pwf
Langkah 12.
Plot qt terhadap Pwf pada kertas grafik yang memuat kurva
IPR (langkah 3).Kurva yang terbenutk disebut kurva tubing
intake
Langkah 13.
Berdasarkan letak kurva tubing intake terhadap kurva
IPR terdapat tiga kemungkinan yaitu:
A.
B.
C.
Langkah 14.
Denagn membuat variasi ukurta tubing dan pipa salur,
maka
dapat diperoleh kondisi sistem
optimum.
pipa salur
Diameter
Kedalaman sumur
Diameter Tubing
Kadar Air
Perbandingan gas cairan
Tekanan Statik
= 3000 ft
= 2 in
= 5000 ft
= 2 3/8 in
= 0
= 400 SCF/STB
= 2200 psi
Pehitungan :
1.
2.
Q anggapan
Pwf
200
400
600
800
1000
1500
2000
1800
1600
1400
1200
700
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian , buat sistem koordinat
dengan tekanan pada sumbu tegak dan laju
produksi pada sumbu datar.
Langkah 3.
Berdasarkan uji tekanan dan produksi terbaru atau
berdasrkanb peramalan kurva IPR plot kurva IPR
pada kertas grafik dilangkah 2. Tekanan alir dasara
sumur yang diperoleh dari persamaan kurva IPR
merupakan tekanan dipermukaan formasi produktif
(sandface)
Langkah 4.
Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik
pressure traverse untuik aliran horizontal
Langkah 5.
Pilih garis gradien aliran berdasarkan
perbandingan gas- cairan (GLR). Sering kali perlu
dilakukan interpolasi apabila garis-garis aliran untuk
GLR yang diketahui tidak tercantum.
Langkah 6.
Berdasrakan gartis grtadien aliran pada pressure
traverse tersebut, tentukan tekanan kepala sumur,
Pwh (tekanan upstream).dari Psep (tekanan
downstream)
Langkah 7.
Dari harga qt , dt, dan KA pilih grafik pressure
traverse untuk aliran vertikal
Langkah 8.
Pilih garis gradien aliran untuk GLR yang diketahui.
Apabila garis gradien aliran untuk harga GLR
tersebut tidak tercantum, lakukan interpolasi
Langkah 9.
Gunakan harga Pwh dilangkah 6 (Pwh = tekanan
downstream) untuk menentukan takanan alir dasar
sumur (Pwf = tekanan upstream)
Langlah 10.
Ulangi langkah 4 sampai dengan 9 untuk
harga laju produksi yang lain. Dengan
demikian akan diperoleh variasi harga qt
terhadap Pwf.
Langkah 11.
Hitung tekanan dasar sumur didepan formasi
produktif (sandface), berdasarkan harga laju
produksi yang digunakan dilangkah 4 sampai
dengan 10.
Langkah 12
hitung perbedaan tekanan didasar sumur,
antara tekanan dipermukaan formasi produktif
dan di kaki tubing, yaitu tekanan didasar sumur
dari langkah 11 dikurangi dengan tekanan dasar
sumur dari langkah 10, pada harga laju
produksi yang sama. Plot antara laju produksi
dengan perbedaan tekanan sumur tersebut
Langkah 13.
Berdasarkan data perforasi, hitung kehilangan
tekanan sepanjang perforasi pada beberdapa laju
produksi
Langkah 14.
Plot perbedaan tekanan tehadap laju produksi pada kertas
grafik yang sama dengan plot di langkah 12.
Langkah 15.
Perpotongan kurva dari langkah 12 dengan kurva dari
langkah 14 (kurva kehilangan tkanan dalam perforasi)
menunjukkan laju produksi yang diperoleh pada kerapatan
perforasi yang dimaksud.
Langkah 16.
Denagan mengubah harga kerapatan perforasui maka
dapat ditentukan kerapatan perforasi yang optimum.
Contoh soal analisa sistim nodal dengan titk nodal di dasar sumur
untuk kondisi lubang sumur diperforasi.
Diketahui :
Panjang pipa salur
= 3000 ft
Diameter pipa salur
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000ft
Diameter tubing
= 2 3/8
Kadar air
= 0
Perbandinga gas cairan
= 400 SCF/ bbl
Tekanan statik
= 2200 psi
Tebal formasi produktif
= 20 ft
Permeabilitas formasi
= 162 md
Kerapatan formasi
= 2, 4, 6, 8, 10 SPF
Panjang lubabg perforasi
= 11,6 in
Diameter lubang perforasi
= 0,51 in
Teknik perforasi adalah Over Balanced
Factor voleme formasi minyak
= 1,083 bbl/STB
Viskositas minyak
= 2,5 cp
Densitas minyak
= 30,0 lbm/cuft
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar sumur
sebagai titik nodal , dengan memperhitungkan kerapatan perforasi.
Penyelesaian
1.
2.
Qanggapan
200
400
600
800
1000
1500
Pwf
2000
1800
1600
1400
1200
700
Pwh
Pwf
200
115
750
400
140
880
600
180
1030
800
230
1190
1000
275
1370
1500
420
1840
Pwf (sandwich)
Pwf (tubing)
Beda tekanan
200
2000
750
1250
400
1800
880
920
600
1600
1030
570
800
1400
1190
210
1000
1200
1370
1500
700
1840
5.
Diketahui :
Panjang pipa Salur
= 3000 ft
Diameter pipa salur
= 2 in
Kedalaman Sumur
= 5000 ft
Diameter Tubin
= 2 2 / 8
Kadar Air
= 0
Perbandinagn gas cairan = 400 SCF/bbl
Tekanan Statik
= 2200 psi.
Tebal formasi produktif
= 20 ft
Permeabilitas formasi
= 162 md
Kerapatan perforasi
= 2, 4, 6, 8, SPF
Panjang lubang perforasi = 11.6 in
Diameter lubang perforasi = 0.51 in.
Diameter dalam casing
= 6875 in
Diameter lubang bor
= 9.875in
Diameter lubang perforasi = 0.51 in
Ukuran Gravel
= 50 mesh
Permeabilitas Gravel
= 45000 md
Faktor volume formasi minyak= 1083 bbl/STB
Viskositas minya
= 2.5 cp
Densitas minyak
= 30.0 lbm/cuft
1.
2.
Q anggapan
Pwf
200
2000
400
1800
600
1600
800
1400
1000
1200
1500
700
3.
Pwh
Pwf
200
115
750
400
140
880
600
180
1030
800
230
1190
1000
275
1370
1500
42
1840
Pwf
Pwf
Beda
(sandface)
(Tubing)
Tekanan
200
2000
750
1250
400
1800
880
920
600
1600
1030
570
800
1400
1190
210
1000
1200
1370
1500
700
1840
0.5676
0.909214
5.76107x10-4
0.11352
0.454607
1.440269x10-4
0.17028
0.303071
6.401197x10-5
0.22704
0.227304
3.600674x10-5
10
0.28380
0.181843
2.304431x10-5
2 SPF
4 SPF
6 SPF
8 SPF
10 SPF
dp
dp
dp
dp
dp
200
204.89
96.68
63.17
46.17
3729
400
455.86
204.89
131.47
96.68
76.42
600
752.93
324.61
204.89
149.34
117.40
800
1096.08
455.86
283.42
204.31
160.22
1000
1485.32
598.63
367.08
263.31
204.89
1500
2660.06
1005.97
598.63
421.97
324.61
Laju Produksi
(SPF)
(STB/D)
550
700
760
800
10
820
Kurva IPR
Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian, buat sistem sumbu dengan
tekanan pada sumbu tegak dan laju priduksi pada sumbu
datar.
Langkah 3.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan
salah satu harga laju produksi pada grafik pressure
traverse untuk aliran horizontal
Langkah 4.
Berdasrkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure
taverse aliran horizontal
Langkah 5.
Langkah 7.
Mengulangi langkah 3 samapi dengan 6 untuk berbagai harga
laju produksi yang lain. Dengan demikian diperoleh variasi
harga Qt tehadap Pwh
Langkah 8.
Plot qt terhadap Pwh pada kertas grafik di langkah 2.
Kurva yang terbentuk disebut kurva pipa salur
Langkah 9.
ambil laju produksi tertentu (qt ) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
vertikal.
Langkah 10.
berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih gravik pressure
traverse aliran vertikal.
Langkah 11.
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui.
Apabila garis gradien aliran untuk harga GLR tersebut tidak
terdapat,lakukan interpolasi
Langkah 12.
Menurut persamaan IPR yang diperoleh dari uji
tekanan dan produksi terbaru atau menurut peramalan
IPR,hitung tekanan alir pada dasr sumur (Pwf), pada qt
dilangkah 10
Langkah 13.
Dari harga Pwf tentukan tekanan kepala sumur (Pwh)
dengan menggunakan garis gradien aliran pada
langkah 11; catat harga Pwh yang diperoleh.
Langkah 14.
ulangi langkah 9 sampai 13 untuk berbagai harga laju
produksi lain. Dengan demikain akan diperoleh variasi
harga qt terhadap Pwh.
Langkah 15.
Plot harga qt terhadap Pwh dari alngkah 14 pada kertas
grafik dilangkah 2. Kurva yang diperoleh disebut kurva
tubing.
Langkah 16.
Apabila kurva tubing memotong kurva pipa salur,maka sumur
akan terproduksi dengan laju produksi (qt) yang ditentukan dari
titk perpotongan tersebut.
Apabila kurva tubing tidak memotong kurva pipa salur maka
sumur tidak dapat berproduksi untuk sisitem rangkaian pipa
tersebut.
Titik
Langkah 17.
Dengan membuat kurva tubing dan kurva pipa salur untuk
brbagai ukuran tubing dan ukuran pipa salur, maka dipilih
pasangan ukuran tubing dan pipa salur yang dapat
menghasilkan laju produksi optimum.
pipa salur
Diameter
Kedalaman sumur
Diameter Tubing
Kadar Air
Perbandingan gas cairan
Tekanan Statik
= 3000 ft
= 2 in
= 5000 ft
= 2 3/8 in
= 0
= 400 SCF/STB
= 2200 psi
Psep
Pwh
200
100
115
400
100
140
600
100
180
800
100
230
1000
100
275
1500
100
420
Psep
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
1500
700
Langkah 2.
Pada kertas grafik kartesian,buat sistem sumbuh
tegak dan laju produksi pada sumur datar.
Langkah 3.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan
salah satu harga
laju produksi pada grafik
pressure traverse untuk aliran veertikal.
Langkah 4.
Berdasarkan qt,dt,dan KA pilih grafik pressure
traverse aliran vertikal
Langkah 5.
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang
diketahui.Apabila garis gradien untuk aliran untuk
harga GLR tersebut tidak terdapat,lakukan
interpolasi.
Langkah 6.
Berdasrkan persamaan IPR yang diperoleh dari uji
tekanan dan produksi terbaru atau menurut
peramalan IPR,hitung tekanan alir sumur (Pwf) pada
harga qt di langkah 3.
Langkah 7.
Dari harga Pwf (tekanan upstream) tentukan harga
tekanan kepala sumur ,Pwh (tekanan downstream)
dengan menggunakan garis gradien aliran di langkah 5.
Langkah 8.
ulangi langkah 3 dengan langkah 7 untuk berbagai harga
laju produksi yang lain. Dengan demikian akan diperoleh
variasi harga qt terhadap Pwh.
Lanhkah 9.
Plot qt terhadap Pwh dari langkah 8 ; kurvas yang
diperoleh disebut kurva tubing
Langkah 10.
Pilih korelasi aliran flluida dalam jepitan yang sesuai
dengan kondisi lapangan.
Langkah 11.
Berdasarkan korelasi yang dipilih, dibuat hubungan
antara laju produksi dengan tekanan kepala sumur.
Langkah
12.
Plot antara laju produksi terhadap tekanan kepala
sumur yang diperoleh dari langkah 11, pada kertas
grafik dilangkah 2. kurva yang diperoleh disebut
sebagai kurva jepitan.
Langkah 13.
perpotongan antara kurva tubing dengan kurva jepitan
menunjukan harga laju produksi yang dihasilkan oleh
sumur dengan menggunakan ukukran jepitan yang
diberikan.
Langkah 14.
Untuk mengetahui pengaruh ukurdan jepitan terhadap
laju produksi sumur maka dibuat kurva jepitan dengan
menggunakan langkah 11,untuk beberapa ukuran
jepitfan.
Langkah 15.
perpotongan kurva-kurva jepitan dengan kurva
tubing,menunjukan laju produksi yang diperoleh untuk
setiap ukuran jepitan.
Diketahui :
Panjang pipa salur
= 3000 ft
Diameter
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter Tubing
= 2 3/8 in
Kadar Air
= 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik
= 2200 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan
menggunakan kepala sumur sebagai tittik nodal,
apabila diguankan jepitan dengan ukuran 32/64.
Gunakan persamaan Gilbert untuk memperkirakan
kelakuan aliran fluida dalam jepitan.
1.
Q anggapan
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
1500
700
3.
4.
Q anggapan
Pwh
200
75.34
400
150.68
600
226.02
800
301.70
1000
376.70
1500
565.04
5.
6.
7.
Kurva IPR
Langkah 2 :
Langkah 3 :
Plot kurva IPR pada kertas grafik dilangkah 2.
Langkah 4 :
Anggap laju produksi (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk
aliran horizontal dan vertical.
Langkah 5 :
Pilih grafik pressure traverse aliran vertical sesuai
dengan qt, dt, dan KA . Apabila KA tidak sesuai dengan
KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik pressure
traverse dengan KA yang terdekat.
Langkah 6 :
Pilih kurva gradien tekanan aliran dengan GLR yang
diketahui. Apabila untuk harga GLR tersebut tidak
tersedia kurva gradient alirannya, lakukan interpolasi.
Langkah 7 :
Berdasarkan kurva IPR dilangkah 3, baca harga tekanan
alir dasar sumur( Pwf ) pada qt.
Langkah 8 :
Gunakan grafik preassure traverse (langkah 5)
dan kurva gradien aliran
(langkah 6) untuk menentukan tekanan kapala
sumur Pwh berdasarkan Pwf
Langkah 9 :
Catat harga Pwh yang diperoleh.
Langkah 10 :
Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai
dengan qt, dp, dan KA. Apabila KA tidak sesuai dengan KA
yang tersedia pada grafik,pilih grafik pressure traverse
dengan harga KA yang terdekat.
Langkah 11 :
Pilih kurva gradien yang sesuai dengan GLR yang
diketahui. Apabila harga GLR tersebut tidak tersedia kurva
gradien alirannya, lakukan interpolasi.
Langkah 12 :
Gunakan grafik pressure traverse (langkah 10) dan kurva
gradien aliran (langkah 11) untuk menentukan tekanan
masuk di separator, (Pin) berdasrkan harga Pwh dari
langkah 9.
Langkah 13 :
Catat harga P in dan qt.
Langkah 14 :
Ulangi langkah 4 sampai dengan 13 untuk berbagai harga
laju produksi. Dengan demikian akan diperoleh hubungan
antara Pin terhadap qt
Langkah 15 :
Plot harga Pin terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2.
Langkah 16 :
Plot Psep pada sumbu tekanan, dari titik ini tarik garis datar ke
kanan sampai memotong kurva yang diperoleh dari langkah 15.
Langkah 17 :
Perpotongan tersebut menunjukan laju produksi yang akan
diperoleh.
pipa salur
= 3000 ft
Diameter
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter Tubing
= 2 3/8 in
Kadar Air
= 0
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/STB
Tekanan Statik
= 2200 psi
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan
mengunakan separator sebagai titik nodal
1.
2.
Q anggapan
P wf (psi)
P wh (psi)
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
P wh (psi)
P separator (psi)
200
610
595
400
540
525
600
150
410
800
330
255
1000
180
4.
5.