II. Susu
II. Susu
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum acara II Pembuatan Produk dan Uji Kualitas
Produk Susu adalah :
1. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi pengolahan dan uji kualitas produk
susu secara sederhana.
2. Mahasiswa terampil melakukan tahapan cara pengawetan susu sebagai
upaya memperpanjang umur simpan.
3. Mahasiswa dapat mendeteksi kerusakan awal pada susu segar dan produk
susu.
4. Mahasiswa dapat melakukan penilaian organoleptik produk susu degan
baik dan benar.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Susu segar ialah air susu yang tidak dikurangi atau ditambahi apa pun,
yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat sacara kontinyu dan sekaligus
sampai apuh (sempurna). Air susu merupakan bahan makanan yang mudah
rusak, oleh sebab itu perlu mendapat perawatan secara khusus. Susu normal
derajat keasaman sekitar 4-7,5oSH. Susu yang rusak derajat keasamannya akan
meningkat (Aak, 1974)
Susu dan produk susu adalah makanan berkualitas tinggi yang sangat
baik menyediakan baik gizi dan nilai kuliner. Namun, susu sangat rentan
terhadap
pembusukan
oleh
mikroorganisme
dan
mikrobiologi
yang
memainkan peran utama dalam susu yang industri dalam kontrol kualitas susu.
Susu sapi terdiri dari berbagai nutrisi seperti lemak, protein, mineral, vitamin,
karbohidrat dan air dan dengan demikian susu berfungsi sebagai media yang
sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Pasteurisasi, sebagai proses
pemanasan cairan khususnya susu, dengan suhu antara 55C dan 70C
Pasteurisasi berfungsi untuk menghancurkan bakteri berbahaya tanpa material,
mengubah komposisi, rasa, atau nilai gizi dari cair (Anderson, 2011).
mikroba
patogen.
Pasteurisasi
harus
dilakukan
dengan
menghilangkan
organisme
patogen,
untuk
membantu
proses
pasteurisasi
tidak
dimaksudkan
untuk
membunuh
semua
3. Cara Kerja
a. Uji Reduktase
10 ml sampel susu segar, pasteurisasi, sterilisasi
methylen blue
Pemasukan hidrometer
2 ml sampel susu segar, pasteurisasi, sterilisasi
c. Uji Alkohol
Perhitungan berat jenis susu
2 ml Alkohol 70%
d. Uji Rebus
10 ml susu segar, pasteurisasi, sterilissasi
Telur + Susu
f. Pengolahan Creepes
Pengocokkan dengan mixer
Pengocokan kembali
Pencampuran adonan
Pembentukan kecil-kecil
Permen susu
Susu segar
Susu
pasteurisas
Putih
Putih
Putih
Biru
muda
Waktu
awal
Waktu
akhir
Waktu
perubahan
8 jam 37
BiruPengujian
13.57organoleptik
22.40
menit
21 jam 50
Biru
09.50
08.00
menit
20 jam 36
Biru
09.50
06.46
menit
Putih
16.00
04.00
12 jam
Biru
muda
i
Biru
5
muda
Biru
0
muda
Susu
Biru
2
sterilisasi
muda
Biru
5
muda
Sumber : Laporan Sementara
2
Putih +
endapan
Putih +
endapan
11.04
12.03
99 menit
10.03
10.37
34 menit
Putih
16.08
06.00
14 jam 6
menit
Putih
09.59
10.01
2 menit
Putih
09.46
10.15
29 menit
pada waktu kurang dari 5 jam. Perubahan warna biru menjadi warna putih
disebabkan oleh kemampuan bakteri di dalam susu untuk tumbuh dan
menggunakan oksigen yang terlarut sehingga menyebabkan penurunan
kekuatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Akibatnya methylen blue
akan direduksi menjadi warna putih. Semakin cepat terjadinya perubahan biru
menjadi putih, semakin tinggi jumlah bakteri di dalam susu pasteurisasi.
Berdasarkan Tabel 2.1 diketahui sampel susu segar hari ke-0, 2, dan 5
awalnya berwarna putih berubah menjadi biru dengan waktu reduksi hari ke-0
selama 8 jam 37 menit, hari ke-2 selama 21 jam 50 menit, dan hari ke-5
selama 20 jam 36 menit. Pada sampel susu pasteurisasi hari ke-0 warna awal
biru muda berubah menjadi putih dengan waktu reduksi 12 jam, hari ke-2
warna awal biru muda berubah menjadi putih dan ada endapan dengan waktu
reduksi 99 menit, dan hari ke-5 warna awal biru muda berubah menjadi putih
dan ada endapan dengan waktu reduksi 34 menit. Sedangkan pada sampel
susu sterilisasi, hari ke-0, 2, dan 5 warna awal biru muda lalu berubah menjadi
putih dengan waktu reduksi pada hari ke-0 14 jam 6 menit, hari ke-2 2 menit
dan hari ke-5 29 menit.
Sampel yang memiliki waktu reduksi tercepat adalah sampel susu
sterilisasi dan sampel yang memiliki waktu reduksi terlama adalah sampel
susu segar. Lamanya waktu perubahan warna dari biru menjadi putih ini
sebagai dasar penentuan perkiraan jumlah bakteri. Susu segar memiliki mutu
susu yang lebih baik daripada susu pasteurisasi dan susu sterilisasi. Perubahan
warna yang cepat pada susu pasteurisasi ataupun susu sterilisasi menandakan
proses pasteurisasi atau sterilisasi yang kurang sempurna atau bahan bakunya
yang kurang baik kualitasnya. Karena susunan zat gizi yang sempurna dari
susu ini merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba,
sehingga susu sangat peka terhadap kontaminasi mikroba serta sangat mudah
busuk (Idris dalam Ismanto, 2013). Oleh karena itu, untuk menghindari
kerusakan susu perlu adanya penanganan secara khusus. Praktikum kali ini
tidak sesuai dengan pernyataan Idris (dalam Ismanto, 2013) diatas. Susu yang
masih segar jika dalam penanganan awal atau proses pemerahan kurang baik
Berat jenis
1,045
1,085
1,047
susu pada suhu tertentu harus dikonversikan ke nilai bobot jenis pada suhu
27,5C.
Pada Tabel 2.2 urutan sampel dengan berat jenis tertinggi ke terndah
adalah susu pasteurisasi yaitu sebesar 1,085, lalu susu sterilisasi sebesar 1,047
sedangkan sampel yang memiliki berat jenis terendah adalah susu segar
sebesar 1,045. Praktikum uji berat jenis susu terjadi penyimpangan dimana
berat jenis susu melebihi normal, berat jenis normal sebesar 1,0260-1,0280.
Menurut SNI 01-2782-1998 berat jenis susu normal adalah 1,028. Bila bobot
jenis lebih besar dari standar berarti ada kemungkinan penambahan
suatu bahan padat kedalam susu. Selain itu ada faktor lain yang
mempengaruhi besarnya berat jenis susu yaitu pengaruh kandungan protein
dan laktosa, juga berat jenis gula yang ditambahkan dalam proses pasteurisasi
(Sawitri, dkk., 2010). Menurut Zuriati., dkk (2011) dalam Ismanto, dkk
(2013), menyatakan bahwa berat jenis susu dipengaruhi oleh kandungan bahan
kering pakan sehingga kenaikan bahan kering akan meningkatkan berat jenis
susu. Kandungan bahan kering susu tergantung pada zat-zat makanan yang
dikonsumsi oleh ternak yang kemudian digunakan sebagai prekursor
pembentukan bahan kering atau padatan di dalam susu (Wibowo, 2013 dalam
Ismanto, dkk (2013)). Bahan kering (BK) adalah komponen susu selain air
yang meliputi lemak, protein, laktosa dan abu (Zurriyati, 2010 dalam Ismanto,
dkk (2013)). Menurut Sukarini, (2006) dalam Ismanto, dkk (2013), konsumsi
bahan kering yang tinggi menyebabkan tersedianya substrat yang dibutuhkan
untuk sintesis laktosa. Berat Jenis air susu juga sangat dipengaruhi oleh berat
jenis dari komponen penyusun susu seperti protein, laktosa, dan mineral.
Hari ke0
2
5
0
2
5
0
2
5
Keterangan
+
++
+++
Terdapat pemisahan
-
membentuk
gumpalan-gumpalan
dan
dinyatakan
positif
(Isniawan, 2013).
Data uji alkohol pada masing-masing perlakukan seperti yang tertera
pada Tabel 2.3 yaitu dengan menggunakan sampel susu segar, susu
pasteurisasi dan susu sterilisasi dengan tiga kali pengamatan terhitung pada
hari ke-0, 2 dan 5 menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada tiap sampel dan
perlakuan. Pada sampel susu segar menunjukkan hasil yang positif. Pada hari
ke-0 susu segar (+) sedikit gumpalan, susu segar hari ke-2 (++) cukup banyak
gumpalan, susu segar hari ke-5 (+++) banyak gumpalan. Keadaan ini
menunjukkan bahwa susu segar telah mengalami penurunan pH akibat
terjadinya perkembangan jumlah bakteri sehingga menyebabkan susu mulai
asam yang akhirnya menjadi rusak.
Pada uji alkohol sampel susu pasteurisasi menunjukkan hasil yang
negatif (-) tidak ada gumpalan, baik pada pengamatan hari ke-0, 2 dan 5. Hal
tersebut berarti bahwa pada susu pasteurisasi tidak terdapat pertumbuhan
bakteri yang dapat mengalami penurunan pH sehingga susu pasteurisasi
tersebut baik. Hal ini didukung karena susu pasteurisasi merupakan susu yang
telah mengalami pemanasan setiap komponen (partikel) dalam susu pada suhu
62oC selama 30 menit, atau pemanasan pada suhu 72 oC selama 15 detik, yang
segera
diikuti
dengan
proses
pendinginan.
Perlakuan
panas
dapat
Kerusakan terbesar pada susu segar hari ke-5. Hal ini dikarenakan sampel susu
segar hari ke-5 tingkat kerusakannya lebih tinggi disbanding yang lain,
disebabkan
karenan
pengaruh
suhu
maupun
tingkat
kerusakan
Hari ke0
2
5
0
2
5
0
2
5
Keterangan
++
+++
+
++
+
atau
dididihkan
pada
skala
waktu
tertentu.
Terjadinya
% Asam Laktat
0,0513
0,0396
0,0585
0,0288
0,0621
0,0817
0,0270
0,0477
0,0855
laktat atau disebut dengan persen asam laktat. Untuk susu segar kandungan
asam laktat untuk hari ke 0 adalah 0,0513 %, hari ke 2 sebesar 0,0396 %, dan
hari ke 5 sebesar 0,0585 %. Untuk susu pasteurisasi kandungan asam laktat
hari ke 0 adalah 0,0288 %, hari ke 2 sebesar 0,0621 % dan hari ke 5 sebesar
0,0817 %. Sedangkan untuk susu sterilisasi kandungan asam laktat pada hari
ke 0 adalah 0,0270 %, hari ke 2 sebesar 0,0477 % dan hari ke 5 sebesar 0,0855
%.
Urutan derajat keasaman dari tertinggi hingga terendah adalah susu
pasteurisasi, susu sterilisasi dan susu segar. Hasil praktikum ini tidak sesuai
dengan teori Nurwantoro (2003), karena pada susu pasteurisasi kandungan
asam laktat lebih tinggi daripada susu segar dan sterilisasi. Susu yang dipanasi
akan mengurangi titrasi keasaman dibandingkan dengan yang tidak dipanasi,
apalagi pemanasan dengan tekanan akan mengurangi kehilangan CO2 sehingga
perubahan asam tidak cepat. Bila susu dipanasi atau mengalami pasteurisasi,
pengurangan angka titrasi keasamannya sebesar 0,01%. Perubahan asam atau
terjadinya keasaman disebabkan oleh terbentuknya asam laktat dari laktosa
oleh bakteri asam laktat seperti Streptococcus lactis. Akan tetapi, proses
pasteurisasi ini tidak membunuh semua mikroorganisme dan pengaruhnya
hanya bersifat sementara. Karena itu, susu pasteurisasi tetap mudah rusak dan
harus disimpan pada suhu rendah (5-6 oC).
Faktor yang mempengaruhi uji susu ini adalah adanya kontaminasi
bakteri pada saat produksi atau faktor kebersihan, penyimpanan, transportasi
dan distribusi susu juga merupakan hal yang paling dominan menentukan
pecahnya susu (Dirjen Peternakan, 1983). Karena itu, semua peralatan yang
dipakai harus dalam keadaan bersih. Begitu juga, orang yang mengolahnya.
Masalah kebersihan susu akan sangat menentukan kesehatan dan kualitas susu
itu sendiri sehingga perlu mendapatkan pengawasan dan perhatian mengingat
susu selain sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi juga mudah rusak
dan merupakan media yang sangat baik untuk tumbuh dan berkembangnya
bakteri apabila tidak ditangani secara bersih. Pecahnya susu menyebabkan
kualitas susu rendah sehingga tidak layak dikonsumsi, karena adanya
kemungkinan bahwa kadar asam yang terkandung dalam susu tinggi. Apabila
susu ini kemudian dikonsumsi maka kemungkinan akan dapat menyebabkan
terjadinya milk borne disease. Milk borne disease adalah penyakit yang
disebabkan tertelannya agen penyakit melalui air susu. Gejala yang paling
umum terlihat adalah gangguan percernaan seperti sakit perut, diare dan/atau
muntah.
Tabel 2.6 Hasil Uji Organoleptik pada Produk Olahan Susu
Kode
Aroma
Rasa
Tekstur
a
a
256
3.65
3.25
3.30a
a
a
394
3.65
3.50
3.65a
560
3.85a
3.40a
3.40a
a
a
129
3.50
3.40
3.40a
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan Kode:
Keterangan Skor :
2 : tidak suka
3 : netral
4 : suka
Overall
3.45a
3.35a
3.15a
3.35a
5 : sangat suka
Berdasarkan data pada Tabel 2.6 dapat dilihat hasil uji organoleptik
produk olahan susu yaitu creepes dan permen susu. Terdapat empat kode
sampel yang disajikan kepada panelis yaitu sampel 256 dan 394 adalah produk
creepes sedangkan sampel 560 dan 129 adalah permen susu. Pembuatan
creepes menggunakan formulasi bahan yang berbeda. Untuk kode 256
formulasi bahannya adalah 100 gram tepung terigu, sdt vanili, 30 gram susu
full cream, 250 ml air, 50 gram gula pasir, 1 butir telur dan 12,5 gram
margarine. Sedangkan untuk kode 394 menggunakan formulasi bahan 115
gram tepung terigu, sdt vanili, 15 gram susu full cream, 250 ml air, 50 gram
gula pasir, 1 butir telur dan 12,5 gram margarine. Dengan perbedaan formulasi
bahan yang digunakan dalam pembuatan creepes ini maka creepes yang
dihasilkan juga mempunyai perbedaan mulai dari aroma, rasa, tekstur dan
overall. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kandungan bahan yang terdapat dalam
masing-masing formulasi tiap sampel.
E. KESIMPULAN
Dari praktikum pembuatan produk dan uji kualitas produk susu dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Uji reduktase bertujuan untuk memprediksi jumlah mikroba di dalam susu,
sehingga kualitas susu dapat ditentukan.
2. Uji berat jenis bertujuan untuk mengetahui berat jenis susu.
3. Uji alkohol dimaksudkan untuk mengetahui daya pemecahan protein yang
ada di dalam susu, hasil positif apabila terdapat gumpalan pada susu.
4. Uji rebus atau didih untuk mengetahui kualitas susu yang baik apabila air
susu dipanasi maka tidak pecah, susu segar yang berkualitas baik tidak
pecah (menggumpal) bila dipanaskan
5. Uji derajat keasaman adalah uji yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keasaman susu, masih bisa dikonsumsi atau tidak.
6. Susu normal derajat keasaman sekitar 4-7,5 SH, susu yang rusak derajat
keasamannya akan meningkat.
7. Faktor yang mempengaruhi uji susu ini adalah adanya kontaminasi bakteri
pada saat produksi atau faktor kebersihan, penyimpanan, transportasi dan
distribusi susu juga merupakan hal yang paling dominan menentukan
pecahnya susu.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1974. Seri Budi Daya Sapi Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Albert Cs dkk. 2009. The effect of microwave pasteurization on the composition
of milk. University of Kaposvar,Faculty of Animal Science :Hungary.
Anderson, Melisa, et al. 2011. The Microbial Content of Unexpired Pasteurized
Milk From Selected Supermarkets in a Developing Country. Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine (2011)205-211. Jamaica.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Habibah, dkk. 2011. Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Penyimpanan Susu
Pasteurisasi Pada Suhu Rendah. Agroscientiae Volume 18 Nomor
3April 2011, Banjarbaru.
Hassan Ammara, Imran Amjad and Shahid Mahmood. Microbiological and
physicochemical analysis of different UHT milk available in a local
market. Pakistan Council of Scientific and Industrial Research,
Lahore,Pakistan As. J. Food Ag-Ind. 2009, 2(03), 434-447.
Ide, Pangkalan. 2008. Health Secret of Kefir Menguak Keajaiban Susu Asam
untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit. Penerbit PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Ismanto, T., Utami, Sri dan Haris Al Suratim. 2013. Pengaruh Lama
Penyimpanan Dalam Refrigerator Terhadap Berat Jenis dan Viskositas
Susu Kambing Pasteurisasi. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):69-78.
Isniawan, Viky, Yusuf Subagyo da Sri Utami. 2013. Pengaruh Presentase
Penambahan Madu dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda Terhadap
pH dan Uji Alkohol Susu Kambing. Fakultas Peternakan Universitas
Jendral Soedirman. Purwokerto. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1): 79-87.
Planck, Nina. 2007. Real Food Hidup Bebas Pneyakit dengan Makanan Alami.
Penerbit PT Bentang Pustaka. Yogyakarta.
Purnawijayanti, Hiasinta A. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja
dalam Pengolahan Makanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Saleh, Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Salman, Adil M, A and Eltaf M, Hagar. Some Bacterial and Physical Quality of
Pasteurized Milk in Khartoum. Department of Preventive medicine,
College of Veterinary Medicine, University of Bahri.
Sawitri, M.E., dkk. 2010. Kajian Kualitas Susu Pasteurisasi yang Diproduksi
U.D. Gading Mas Selama Penyimpanan Dalam Refrigerator. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2010, Hal 28-32 Vol. 5, No. 2 ISSN
: 1978 0303, Malang.
Srujana, G., et al. 2011. Microbial Quality of Raw and Pasteurized Milk Samples
Collected from Different Places of Warangal District, (A.P.) India.
International Journal of Pharma and Bio Sciences. Vol 2/Issue 2/ AprJun 2011, ISSN 0975-6299. India.
Umar, Razali dan Andi Novita. 2014. Derajat Keasaman dan Angka Reduktase
Susu Sapi Pasteurisasi dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda.
Jurnal Medika Veterinaria, ISSN : 0853-1943.
Yuliana, Y.P.,Sarwiyono dan Puguh Surjowardojo. 2011. The Influence of Pre
Milking on Milk Quality Based on Reductation Test and California
Mastitis Test. Universitas Brawijaya. Malang.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1.
mlNaOHxNNaOHx 0,009
x
mlSampelsusu
Kadar Asam Laktat =
100%
3.2 x0,1x0,009
100%
10
= 0,0288%
2.
mlNaOHxNNaOHx 0,009
x
mlSanpelsu su
Kadar Asam Laktat =
100%
6,9 x0,1x0,009
x100%
10
= 0,0621 %
3. Susu pasteurisasi hari ke 5
mlNaOHxNNaOHx 0,009
x
mlSanpelsu su
Kadar Asam Laktat =
100%
9,07 x0,1x0,009
x100%
10
=
= 0,0817 %
LAMPIRAN
1. Uji Reduktase