Anda di halaman 1dari 18

SUMBER ACAK UNTUK BAHAN SKRIPSI NYONYA GANDA

Jumlah perokok di seluruh dunia meningkat menjadi hampir satu miliar orang dan di sejumlah
negara termasuk Indonesia dan Rusia lebih dari separuh jumlah penduduk laki-laki merokok
setiap hari.
Temuan tersebut diungkap oleh tim peneliti yang ditulis dalam Journal of the American Medical
Association. Mereka mengatakan peningkatan jumlah perokok terjadi karena adanya peningkatan
jumlah penduduk yang meningkat dua kali lipat selama 50 tahun terakhir.
Berdasarkan data terbaru ini, jumlah perokok di seluruh dunia meningkat hampir 250 juta orang
antara 1980 hingga 2012.
Wartawan BBC masalah kesehatan, Tulip Mazumdar, melaporkan di sejumlah negara termasuk
Indonesia, Timor Leste dan Rusia, lebih dari separuh penduduk pria mengkonsumsi rokok setiap
hari.
Adapun tingkat perokok paling rendah di antaranya terdapat di kepulauan Karibia seperti
Antigua dan Barbuda. Di sana, hanya satu di antara 20 orang yang merokok setiap hari.
"Walaupun jumlah perokok meningkat, proporsi orang yang merokok di seluruh dunia
sebenarnya berkurang," lapor Mazumdar.
Bagi pria, proporsi perokok turun 10% sejak 1980, bagi perempuan turun 4%.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jutaan nyawa dapat diselamatkan bila lebih
banyak negara menerapkan pengetatan seperti meningkatkan cukai rokok, melarang merokok di
tempat umum, dan mencantumkan peringatan kesehatan di bungkus rokok. (mazumdar, 2014)
ROL EDISI :Senin, 23 Juni 2014, (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/infosehat/14/06/23/n7lzyd-orang-indonesia-perokok-terbesar-di-dunia)

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/01/140108_majalah_lain_perokok_dunia#orbbanner
Menkes mengatakan bahwa sebagaian besar perokok tersebut merupakan anak - anak muda.
Sisanya didominasi oleh masyarakat kelas menengah kebawah.

" Sebagaian besar didominasi terutama oleh kaum muda. Sisanya masyarakat kurang mampu
seperti petani, nelayan dan buruh," kata Menkes.
Nafsiah menambahkan, Saat ini terdapat 97 juta perokok pasif yang terpapar akibat asap rokok.
Sedangkan 43 juta anak - anak terancam kesehatannya karena terkena asap rokok.
Untuk itu lanjut Menkes, pemerintah menyediakan 1000 puskesmas dan 200 rumah sakit untuk
membantu perokok aktif yang ingin berhenti merokok melalui bimbingan konseling.
Namun, Menkes berpesan bahwa untuk dapat berhenti merokok. Masyarakat harus
menumbuhkan kesadaran akan bahaya rokok dan dengan kemauan yang kuat.
" Kita tidak bisa melakukan itu sendiri. Harus dari diri mereka masing - masing memiliki tekad
yang kuat," tegas Nafsiah.
Hal tersebut disampaikan menkes atas dasar kekhawatirannya akan meningkatnya jumlah
perokok yang berasal dari anak muda terutama perempuan.
" Untuk jumlah perokok kami sangat prihatin dengan pertumbuhan perokok perempuan yang
mencapai 10 kali lipat dari 1,3 persen menjadi 13 persen," tambahnya.
Nafsiah mengharapkan, terutama menyambut bulan suci ramadhan menjadi Media bagi
masyarakat untuk mengurangi rokok bahkan berhenti mengkonsumsi rokok.
" Sebentar lagi kan puasa, harus jadi motivasi bagi masyarakat untuk stop merokok," ujarnya.
es, bahkan penyakit paru kronik," tutup Menkes.( Muhammad Hafil, 2014)

http://www.infosumbar.net/berita/berita-nasional/jumlah-perokok-di-indonesia-terbesar-ketigadi-dunia/
Posted by: NewsRoom Rabu, 22 Apr 2015 16:09 WIB
Berdasarkan data dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, jumlah perokok di Indonesia
merupakan yang terbesar ketiga di dunia. Bahkan jumlah perokok remaja di Indonesia adalah
yang terbesar di Asia.
Data lain dari Komnas Anak, ada sebanyak 239 ribu anak berusia di bawah 10 tahun di Indonesia
yang menjadi perokok aktif. Kenyataan tersebut membuat Indonesia ditempatkan sebagai negara
baby smoker.

Bahkan remaka dan generasi muda di Indonesia benar-benar menjadi target perokok di masa
depan. Apalagi dengan maraknya iklan-iklan rokok yang bertemakan anak muda berhasil
menarik perhatian mereka.
Dengan kondisi tersebut, Komnas Pengendalian Tembakau mendukung langkah pemerintah
daerah yang melindungi anak-anak dari target iklan rokok melalui Perda.
Hal ini serupa dengan negara-negara di ASEAN yang telah memberlakukan pelarangan
menyeluruh terhadap segala bentuk promosi, sponsor dan iklan rokok.
-----------------

http://sosbud.kompasiana.com/2014/09/11/indonesiaperingkat-3-di-dunia-678501.html
Sosbud

Tjiptadinata
Effendi
Lahir di Padang,21 Mei 1943

TERVERIFIKASI
KOMPASIANER TAHUN INI 2014

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Indonesia Peringkat 3 di Dunia


REP | 11 September 2014 | 17:36 Dibaca: 405

Komentar: 10

Indonesia Peringkat 3 di Dunia


60 Juta Penduduk Indonesia Perokok Aktif, dan 270 Miliar Rokok Dibakar Tiap Tahun
Hasil monitoring dari Badan Konsumsi Tembakau di dunia ,mencatat bahwa lebih dari 65 juta
penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Hasil Survei Sosial Ekononi Nasional ,menunjukkan
bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup tajam terhadap kenaikan perokok di Indonesia.
Daftar 10 Negara Perokok Terbesar di Dunia

Tiongkok

India

Indonesia

Rusia

Amerika Serikat

Jepang

Brazil

Bangladesh

Jerman

Turki

1. China = 390 juta perokok atau 29% per penduduk


2. India = 144 juta perokok atau 12.5% per penduduk
3. Indonesia = 65 juta perokok atau 28 % per penduduk

4. Rusia = 61 juta perokok atau 43% per penduduk


5. Amerika Serikat =58 juta perokok atau 19 % per penduduk
6. Jepang = 49 juta perokok atau 38% per penduduk
7. Brazil = 24 juta perokok atau 12.5% per penduduk
8. Bangladesh =23.3 juta perokok atau 23.5% per penduduk
9. Jerman = 22.3 juta perokok atau 27%
10. Turki = 21.5 juta perokok atau 30.5
Peringatan bahwa merokok itu tidak hanya merusakkan diri sendiri, tetapi juga merugikan
kesehatan anak dan istri,namun ternyata tidak membawa hasil seperti yang diharapkan.Setiap
tanggal 31 mei kaum perokok selalu diingatkan oleh media massa akan bahaya merokok. Itulah
Hari tembakau. Seandainya saja pas hari tersebut para perokok didunia menghormati dengan
tidak merokok barang satu hari saja, tentu efeknya sangat besar sekali. Indonesia yang dahulu
hanya menempati urutan ke-4 kini dengan terpaksa harus naik satu peringkat menjadi urutan
ketiga.
Hasil Pantauan GATS
GATS adalah singkatan dari General Agreement Trade in Service (Sebuah perjanjian
internasional merupakan salah satu instrumen terdepan dalam memprakarsai, merumuskan,
melaksanakan dan mengembangkan kerjasama internasional.)
Dalam GATS ini juga diketahui, masyarakat Indonesia dalam setahun membakar ekitar 270
miliar batang rokok, rata-rata perokok pria mengkonsumsi 13 batang rokok, sementara wanita
sebanyak delapan batang rokok per hari. Laporan WHO menyebutkan Indonesia menjadi negara
ketiga di dunia yang memiliki jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Indonesia juga tercatat sebagai negara ketiga di dunia setelah Cina, India, Rusia dan Amerika
Serikat dengan tingkat konsumsi rokok teringgi di dunia. Tingginya angka perokok
menyebabkan angka kematian oleh penyakit terkait tembakau di Indonesia tergolong tinggi.
Diperkirakan setiap tahunnya sebanyak 190 ribu orang Indonesia tewas karena penyakit terkait
tembakau.Sementara kerugian secara ekonomi dari dampak tembakau ini mencapai Rp.245,4
trilyun atau sekitar 25% dari total APBN.
((sumber : http://www.informasipentinguntukwanita.blogspot.com/abc.news/gats)
Catatan Penulis:

Peringkat ketiga di dunia dalam hal merokok, tentu bukan sesuatu yang pantas untuk
dibanggakan. Malahan sebaliknya merupakan suatu hal yang patut di jadikan renungan bagi
masyarakat Indonesia.
Merokok,memang merupakan bagian dari hak setiap orang,namun karena rokok tidak hanya
merugikan diri perokok sendiri,tapi juga merugikan lingkungan dimana perokok berada, tentunya
merupakan suatu hal yang patut menjadi perhatian.
Mount Saint Thomas, 11 September, 2014
Tjiptadinata Effend

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/10/29/32228/idi-mintapemerintah-gencarkan-kampanye-anti-rokok-ke-sekolah.html
IDI Minta Pemerintah Gencarkan Kampanye Anti-rokok ke Sekolah
Rabu, 29 Oktober 2014 - 21:46 WIB

Pengajar atau guru diharapkan tidak merokok di dalam kelas dan kawasan sekolah untuk
memberikan contoh baik kepada siswa.

Antara
Terkait

Ini Ongkos Ekonomi Konsumsi Rokok di Indonesia

Gambar Peringatan pada Kemasan Rokok Dianggap Tidak Efektif

Banyak Iklan Rokok di TV Langgar Aturan Siaran

Pemerintah Akan Kembangkan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis


Pesantren

Hidayatullah.comIkatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah menggencarkan


kampanye anti-rokok ke sekolah untuk menekan jumlah perokok pemula di kalangan anak
sekolah.
Saat ini perokok pemula di kalangan SMP/SMA di Indonesia sangat tinggi dan perlu
penanganan cepat dari pemerintah dan pihak sekolah, kata Wakil Sekjen III Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prasetyo Widhi di Jakarta, Rabu (29/10/2014).
Ia menjelaskan, kampanye anti-rokok dapat dilakukan dengan sosialisasi bahaya rokok dan
dampak terhadap kesehatan.
Rokok ini akan mengganggu masa depan siswa karena dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit, misalnya jantung, kanker, ganguan pernapasan, kemandulan, dan lainnya, ujarnya,
dilaporkan Antara.
Selain itu, katanya, pihak sekolah juga perlu menertibkan pedagang-pedagang rokok di sekitar
lingkungan sekolah agar siswa tidak bisa membeli rokok itu.
Kami mengharapkan pengajar atau guru tidak merokok di dalam kelas dan kawasan sekolah
untuk memberikan contoh baik kepada siswa sehingga sekolah tersebut bebas rokok
Menurut dia, biasanya pada acara hiburan, misalnya pementasan-pementasan musik atau acara
berkenaan dengan rokok, rokok itu dibagi-bagi kepada peserta yang didominasi generasi muda.
Biasanya anak-anak mulai belajar merokok dari kegiatan-kegiatan hiburan seperti itu dan
kebiasaaan merokok itu ditularkan kepada teman-teman sebayanya, katanya.
Untuk itu, kata dia, sekolah diharapkan untuk lebih ketat melakukan pengawasan dan sosialisasi
bahaya rokok kepada siswa sehingga pengaruh dari luar lingkungan sekolah dapat dikurangi.
Biasanya melalui sosialisasi dapat menjauhkan seseorang dari nikotin tembakau, tuturnya.*

Rep: Insan Kamil


Editor: Syaiful Irwan

DAMPAK MEROKOK DI KALANGAN REMAJA


Senin, 09 Mei 2011
Kebiasaan merokok sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit paru-paru dan
jantung. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok di negeri ini sudah sulit untuk
dihilangkan, bahkan semakin lama semakin meningkat. Sebagian besar penduduk
di negara lain, sudah mulai mengurangi konsumsi mereka terhadap rokok. Tetapi
negara kita, indonesia, justru sebaliknya. Bahkan semua kalangan di negeri ini
sudah menyentuh dan banyak mengkonsumsi rokok. Indonesia kini menempati
ranking ke-4 sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar didunia setelah
Amerika Serikat, RRC dan Jepang. Sangat banyak sekali dampak negatif untuk
tubuh jika kita terlalu banyak mengkonsumsi rokok, tetapi mengapa justru banyak
orang yang tidak memperdulikan adanya hal itu. Justru mereka-mereka yang
perokok, mengkonsumsinya setiap hari.
Fenomena merokok di Indonesia memang sudah sangat memprihatinkan dan
bahkan sudah merambah ke anak-anak sekolah. Jika kita perhatikan di setiap jalan
yang kita lalui, seperti di warung nasi, tempat-tempat nongkrong atau terminal,
sering dijumpai sekumpulan siswa berseragam putih biru (SLTP) atau putih abu-abu
(SLTA) bersenda gurau sambil berlomba mengepulkan asap. Tidak hanya diluar
sekolah mereka melakukan hal ini. Bahkan disekolah pun terkadang mereka
mencari lokasi terpencil, yang mungkin seluruh penjaga atau guru sekolah tidak
menjangkau tempat tersebut dan memungkinkan mereka untuk merokok bersama
sekumpulan kawannya. Terlebih lagi pada saat jam istirahat. Untuk tahap yang
pertama, mungkin mereka melakukan hal ini karena ajakan dari temannya, atau
mungkin keinginan dari dirinya sendiri untuk mencoba. Tetapi setelah beberapa kali
mengkonsumsinya, bisa saja mereka terkena sydrom kecanduan terhadap barang
negatif yang memiliki bahan adiktif dan nikotin yang sangat tinggi tersebut. Namun
setelah kecanduan, kebutuhan merokok pun meningkat dan bisa saja akibat

desakan terhadap merokok malah mendorong siswa yang akhirnya mengambil


salah langkah. Seperti membohongi atau menipu orang tua, dan mungkin karena
demi rokok, ada diantaranya terjerumus pada tindakan kriminal seperti memeras
atau mencuri.
Rokok merupakan suatu bahan adiktif yang memiliki beribu-ribu racun yang
dapat menyerang seluruh organ tubuh manusia. Zat-zat yang terkandung di
dalamnya mengandung tar, nikotin, karbon monoksida dan lain sebagainya. Banyak
orang yang sudah mengetahui dampak apa yang akan timbul jika mengkonsumsi
rokok, apalagi mengkonsumsinya secara berlebihan. Tetapi banyak juga yang tidak
perduli akan bahaya itu, malah jumlah perokok sekarang semakin bertambah setiap
tahunnya.
Kini merokok sudah benar-benar merambah di kalangan para remaja. Banyak
para orang tua atau orang dewasa yang bertanya-tanya, bagaimana awal ia
mencoba merokok sampai dengan bisa menjadi perokok berat? Sebenarnya hal
yang memicu ia untuk merokok datang dari dirinya sendiri atau paksaan dari
teman-temannya, dan pertanyaan-pertanyaan lain seterusnya. Ini permasalahan
yang harusnya di cari dan di teliti. Hal ini salah dari lingkungan sekitar
pergaulannya, atau memang orang tua yang kurang memberikan pemahaman
kepada sang anak tentang apa yang sebaiknya di lakukan, maupun yang tidak.
Harusnya para orang tua menyadari, bahwa tidak akan cukup pengetahuan yang
diberikan disekolah jika tidak didorong dan diberi bekal pendidikan yang matang
dari kedua orangtuanya.
Ada beberapa dampak positif dan negatif jika mengkonsumsi rokok :
Dampak positif :

Merokok dapat mengurangi stres.


Merokok memudahkan seseorang untuk berinteraksi.
Bagi remaja, merokok membawa ke arah penerimaan kelompok teman sebaya.
Merokok dapat memberi kesibukan di waktu luang.
Merokok bisa membuat keadaan seseorang menjadi lebih rileks atau menimbulkan
relaksasi.
Menolong untuk berkonsentrasi, dsb.

Dampak negatif :

Merokok dapat mengganggu orang lain.


Merokok dapat meningkatkan ketergantungan.
Dapat menyebabkan pernapasan buruk akibat asap yang terlalu banyak masuk ke
dalam tubuh.
Meningkatkan kemungkinan terkena kanker paru-paru.
Meningkatkan kemungkinan terkena stroke pada usia muda.
Menimbulkan bau yang tidak enak, dsb.
Jika diatas adalah dampak positif dan negatif pada rokok, yang berikut adalah
dampak negatif yang langsung dirasakan dalam waktu (jangka pendek) yaitu;

Asap rokok dapat merangsang batuk.


Asap rokok menyebabkan saluran napas menyempit (selama 30-40 menit).
Keadaan ini lebih parah pada penderita asma, bronkhitis kronis, pembekakan paru-

paru.
Asap rokok mengganggu kerja sistem pernapasan. Akibatnya, napas menjadi

sesak karena pengeluaran lendir yang terhambat.


Menurunkan kemampuan darah untuk membawa oksigen (akibat zat CO) ke
jaringan tubuh yang memerlukannya. Hal ini menimbulkan pusing dan sakit kepala.
Yang berikut ini adalah dampak kebiasaan merokok yang telah dilakukan
dalam waktu yang lama, pengaruhnya dalam (jangka panjang) adalah sebagai
berikut;

Terjadi gangguan fungsi paru-paru dalam waktu beberapa tahun setelah merokok.
Produksi lendir pada saluran napas yang berlebihan, sehingga menyebabkan

bronkhitis kronis pada perokok. Ini terjadi setelah kurang lebih 15 tahun merokok.
Penyempitan saluran napas yang menetap, mengakibatkan mudah terjadi infeksi
pernapasan seperti pilek dan radang paru-paru. Ini terjadi setelah 5-6 tahun

merokok.
Sebesar 80% perokok menderita kanker pada organ tubuhnya, seperti paru-paru,

mulut, pangkal tenggorokan, kandung kemih, pankreas, dan ginjal.


Memperbesar tingkat penyempitan/pengerasan pembuluh darah,
pembuluh jantung dan pembuluh darah di kaki.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

terutama

Diposkan oleh MIFTA RACHMAWATI di 02.06

http://www.academia.edu/5924105/BAB_I
BAB I

Uploaded by
Zulhilmi Tarbin

154

BAB I PENDAHULUAN 1.1


Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah di upayakan perilaku proaktif masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Saat iini di kembangkan
indikator gaya hidup sehat yaitu makan makanan yang bergizi seimbang (tinggi serat dan lemak), lakukan
aktivitas fisik 30 menit setiap hari, dan tidak merokok (kemenkes, 2010). Sebagian besar perokok pemula
adalah remaja yang belum mempunyai kemampuan untuk menilai dengan benar informasi dampak
merokok. Di lihat dari penggunaan tembakau terus sebagai bahan yang menyebabkan kerusakan pada
kesehatan manusia. Menurut data WHO, saat ini terdapat 1,3 miliar perokok di dunia dan 84 persen di
antaranya berasal dari dunia ke tiga. Tembakau dapat menyebabkan sekitar 8,8 persen kematian (4,9 juta)
dan sekitar 4,1 persen penyakit (59,1 juta) dari seluruh dunia. Jika kecendrungan ini tidak berbalik, maka
angka-angka tersebut akan meningkat hingga 8 juta kematia per tahun termasuk lebih dari 600.000
perokok pasif. bila tren ini meningkat terus pada tahun 2030, atau pada awal 2030, dengan 70 persen
kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2012) Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan
Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat yang dirilis secara internasional pada Selasa
(11/9/2012) atau Rabu pagi waktu Indonesia, menetapkan Indonesia ke peringkat teratas dunia sebagai
negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar. Survei menyebutkan Indonesia mengalahkan

Rusia, di mana 67 persen, dari semua laki-laki Indonesia yang berusia di atas 15 tahun merokok. Survei
tersebut digagas dengan melibatkan 8.000 peserta dari 15 negara, termasuk Bangladesh, Brasil, China,
Mesir, India, Meksiko, Filipina, Polandia, Rusia, Thailand, Turki, Ukraina, Uruguay, dan Vietnam.
Menurut hasil survei itu pula, Indonesia dilaporkan memiliki jumlah perokok pasif yang cukup tinggi.
Para perokok pasif dapat ditemui di rumah, kantor, dan tempat-tempat umum. Setiap tahun, sedikitnya
200.000 orang Indonesia, dari total sekitar 240 juta jiwa, mati karena penyakit yang berhubungan dengan
rokok. Menurut data WHO, yang dilansir AP, Selasa, seperempat remaja Indonesia berusia 13-15 tahun
kecanduan rokok, rokok yang dijual murah seharga rata-rata Rp 8.000 per bungkus atau sekitar Rp 8001.000 per batang. (WHO, 2012) Berdasarkan data (Riskesdas, 2007), prevalensi penduduk usia 15 tahun
keatas yang merokok setiap hari secara nasional mencapai 28,2% berdasarkan usia pertama kali merokok
secara nasional, kelompok 15

19 tahun menempati peringkat tertinggi dengan prevalensi mencapai 43,3% di susul kelompok usia 10

14 tahun yang mencapai 17,5% (Kompas Health, 211) dan revalensi merokok untuk semua umur masih
terus meningkat. Secara nasional, revalensi merokok tahun 212 sebesar 34,7%. Selain itu, revalensi
erokok remaja sekolah 13-15 tahun juga cuku mengkhawatirkan selama kurun waktu 3 tahun terakhir
(Sisipan interaksi, 2012) Smet (dalam Komalasari & Helmi, 2000) juga menyatakan bahwa usia pertama
kali merokok pada umumnya berkisar antara 11

13 tahun pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum usia 18 tahun. Sedangkan
berdasarkan laporan (Riskesdas. 2010), di ketahui bahwa rata-rata umur mulai merokok di indonesia yaitu
15 tahun. Rata-rata jumlah rokok yang mereka hisab yaitu 1 - 10 batang tiap harinya. Bahkan 20% dari
perokok indonesia, merokok sejumlah 11-20 batang perhari (Kemenkes 2012). Data WHO
juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% remaja. Penelitian di
Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Bahkan
menurut data pada tahun 2000 yang di keluarkan oleh global youth tobaco survey (GYTS) dari 2074
responden pelajar indonesia usia 15

20 tahun 43,9% (63% laki-laki) mengaku perna merokok (Tandra, 2003) Merokok merupakan salah satu
penyebab terjadinya 90% kanker paru pada laki-laki dan 70% pada perempuan.Merokok juga menjadi
22% penyebab dari seluruh penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan merokok juga
mengakibatkan kematian. Efek rokok membuat pengisap asap rokok mengalami risiko yang lebih tinggi
untuk menderita kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, kanker esofagus, kanker kandung
kemih, serangan jantung dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan
darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronkitis kronis (Kaplan dkk, 1993). Dan setia 6,5 detik,satu orang
meninggal karena rokok. Riset memerkirakan bahwa orang yang memulai merokok ada usia remaja (70%
erokok mulai ada usia dini) dan terus menerus merokok samapi 2 dekade atau lebih , akan meninggal 2025 tahun lebih awal dari orang yang tidak pernah menyentuh rokok (Sisipan Interaksi, 2012) Angka
perokok di provinsi Serambi Mekkah memang tinggi, dengan mayoritas pelakunya laki-laki. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI, pada 2010 perokok aktif di Provinsi Aceh mencapai
37,1 persen, berada di atas rata-rata nasional yang hanya 34,7 persen. Rata-rata mereka mengisap 10
hingga 30 batang rokok per hari.Angka perokok di provinsi Serambi Mekkah memang tinggi, dengan
mayoritas pelakunya laki-laki. (Serambinews, 2010) Prilaku merokok saat ini di indonesia sudah menjadi
bagian dari gaya hidup kaum muda. Dalam sebuah ppenelitian. Siramizu mendapat suatu kesimpulan
bahwa seorang
Academia 2015

(http://m.inilah.com/news/detail/2186078/pelajar-di-kota-bogor-20-perokok)
Rabu, 11 Maret 2015 | 20:35 WIB

Pelajar di Kota Bogor 20% Perokok


Oleh:
(Foto: inilahcom)
INILAHCOM. Bogor - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, menemukan
fakta bahwa sekitar 20 persen pelajar SMA atau setingkat SLTA di kota tersebut telah
merokok.
Data tersebut diperoleh melalui survei yang dilakukan pada akhir 2014 lalu, kata Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bogor Rubaeah, dalam audiensi dengan dua peneliti Bloomberg Philantropies di
Balai Kota, Rabu (11/3/2015).
"Kita melakukan survei mengenai prilaku merokok di kalangan pelajar, dengan melibatkan
11.000 siswa SMU di Kota Bogor, dari jumlah tersebut sebanyak 2.000 anak atau sekitar 20
persennya diketahui merokok," katanya.
Diungkapkannya, fakta lain yang ditemukan dari hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan
Kota Bogor, dari 2.000 pelajar yang merokok tersebut 90 persen memiliki kondisi tubuh yang
tidak bugar karena terpapar rokok, sedangkan 600 anak lainnya beresiko terkena penyakit tidak
menular seperti jantung, paru-paru, dan penyakit berbahaya lainnya.
"Dari 2.000 anak yang terpapar rokok, 600 anak beresiko penyakit tidak menular, dan 90 persen
dari mereka kondisi tubuhnya tidak bugar karena rokok," katanya.
Ia menjelaskan, survei dilakukan dengan menyebar kuisioner ke 11.000 pelajar SMU yang ada di
23 sekolah di Kota Bogor yang berisi pertanyaan seputar rokok dan bahaya merokok bagi
kesehatan. Dari hasil survei tersebut diketahui 2.000 anak mengaku telah merokok atau menjadi
perokok aktif. "Mereka ada yang sudah merokok dari usia empat tahun," kata Rubaeah.
Dalam kuisioner tersebut juga diketahui pelajar tersebut biasa merokok di luar rumah, dan luar
sekolah. Beberapa menyatakan mengenal rokok dari teman dan ada juga yang merokok karena
orang tuanya juga merokok di rumah. "Hampir semua pelajar sudah mencoba semua jenis rokok
mulai dari filter, kretek, ceruti, sampai linting," katanya.
Menurut Rubaeah, umumnya pelajar mengenal rokok dari pergaulan di sekolah dan lingkungan
sekitar rumah, dan hampir semua pelajar yang merokok mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan. "Tetapi karena pergaulan dan mereka tidak mempedulikan bahayanya," katanya. Dari
hasil survei juga diketahui ada pelajar yang mengenal rokok selain dari orang tua juga dari guru
di sekolah.

Menindaklanjuti hal tersebut, lanjut Rubaeah, Dinas Kesehatan melakukan pelatihan dengan
memberikan sosialisasi kepada 600 guru dari berbagai sekolah di Kota Bogor. Mereka diberikan
pemahaman tentang Perda Nomor 12 Tahun 2009 mengenai kawasan tanpa rokok, bahaya rokok
bagi kesehatan, serta konseling berhenti merokok yang ada di seluruh puskesmas.
"Kita juga melakukan sosialisasi ke semua sekolah di Kota Bogor yang sudah disurvei. Kita
sampaikan bahaya merokok, adanya Perda kawasan tanpa rokok yang harus dipatuhi untuk
melindungi perokok pasif," kata Rubaeah.
Ia mengatakan dari hasil sosialisasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh sejumlah sekolah yang
melakukan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari Dinas Kesehatan terkait Perda KTR
dan bahaya merokok bagi kesehatan.
"Kita juga memberikan konseling kepada guru dan siswa yang ingin berhenti merokok. Layanan
ini sudah tersedia di 24 puskesmas yang ada di Kota Bogor," kata Rubaeah.
Rubaeah menambahkan, survei dilakukan dalam rangka mengevaluasi penerapan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang kawasan tanpa rokok di Kota Bogor dengan sasaran dunia
pendidikan, yakni para pelajar di sekolah.
Hasil survei ini disampaikan Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam pertemuan dengan dua peneliti
dari Bloomberg Philantropies yang melakukan evaluasi pelaksanaan kawasan tanpa rokok di
Indonesia. Dua peneliti tersebut Catherine Elkins selaku Senior Study Director International
Evaluation dan Andrew L Greer selaku Research Associate dari Bloomberg Philantropies. [tar]
Data tersebut diperoleh melalui survei yang dilakukan pada akhir 2014 lalu, kata Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bogor Rubaeah, dalam audiensi dengan dua peneliti Bloomberg Philantropies di
Balai Kota, Rabu (11/3/2015).
"Kita melakukan survei mengenai prilaku merokok di kalangan pelajar, dengan melibatkan
11.000 siswa SMU di Kota Bogor, dari jumlah tersebut sebanyak 2.000 anak atau sekitar 20
persennya diketahui merokok," katanya.
Diungkapkannya, fakta lain yang ditemukan dari hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan
Kota Bogor, dari 2.000 pelajar yang merokok tersebut 90 persen memiliki kondisi tubuh yang
tidak bugar karena terpapar rokok, sedangkan 600 anak lainnya beresiko terkena penyakit tidak
menular seperti jantung, paru-paru, dan penyakit berbahaya lainnya.
"Dari 2.000 anak yang terpapar rokok, 600 anak beresiko penyakit tidak menular, dan 90 persen
dari mereka kondisi tubuhnya tidak bugar karena rokok," katanya.
Ia menjelaskan, survei dilakukan dengan menyebar kuisioner ke 11.000 pelajar SMU yang ada di
23 sekolah di Kota Bogor yang berisi pertanyaan seputar rokok dan bahaya merokok bagi
kesehatan. Dari hasil survei tersebut diketahui 2.000 anak mengaku telah merokok atau menjadi
perokok aktif. "Mereka ada yang sudah merokok dari usia empat tahun," kata Rubaeah.

Dalam kuisioner tersebut juga diketahui pelajar tersebut biasa merokok di luar rumah, dan luar
sekolah. Beberapa menyatakan mengenal rokok dari teman dan ada juga yang merokok karena
orang tuanya juga merokok di rumah. "Hampir semua pelajar sudah mencoba semua jenis rokok
mulai dari filter, kretek, ceruti, sampai linting," katanya.
Menurut Rubaeah, umumnya pelajar mengenal rokok dari pergaulan di sekolah dan lingkungan
sekitar rumah, dan hampir semua pelajar yang merokok mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan. "Tetapi karena pergaulan dan mereka tidak mempedulikan bahayanya," katanya. Dari
hasil survei juga diketahui ada pelajar yang mengenal rokok selain dari orang tua juga dari guru
di sekolah.
Menindaklanjuti hal tersebut, lanjut Rubaeah, Dinas Kesehatan melakukan pelatihan dengan
memberikan sosialisasi kepada 600 guru dari berbagai sekolah di Kota Bogor. Mereka diberikan
pemahaman tentang Perda Nomor 12 Tahun 2009 mengenai kawasan tanpa rokok, bahaya rokok
bagi kesehatan, serta konseling berhenti merokok yang ada di seluruh puskesmas.
"Kita juga melakukan sosialisasi ke semua sekolah di Kota Bogor yang sudah disurvei. Kita
sampaikan bahaya merokok, adanya Perda kawasan tanpa rokok yang harus dipatuhi untuk
melindungi perokok pasif," kata Rubaeah.
Ia mengatakan dari hasil sosialisasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh sejumlah sekolah yang
melakukan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari Dinas Kesehatan terkait Perda KTR
dan bahaya merokok bagi kesehatan.
"Kita juga memberikan konseling kepada guru dan siswa yang ingin berhenti merokok. Layanan
ini sudah tersedia di 24 puskesmas yang ada di Kota Bogor," kata Rubaeah.
Rubaeah menambahkan, survei dilakukan dalam rangka mengevaluasi penerapan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang kawasan tanpa rokok di Kota Bogor dengan sasaran dunia
pendidikan, yakni para pelajar di sekolah.
Hasil survei ini disampaikan Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam pertemuan dengan dua peneliti
dari Bloomberg Philantropies yang melakukan evaluasi pelaksanaan kawasan tanpa rokok di
Indonesia. Dua peneliti tersebut Catherine Elkins selaku Senior Study Director International
Evaluation dan Andrew L Greer selaku Research Associate dari Bloomberg Philantropies. [tar]

(http://bakorluh.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailber
ita/1)

15 Desember 20130
Musim Kemarau, Petani Sumedang Panen Raya Tembakau
Penulis : admin

SUMEDANG, (PRLM).- Pada musim kemarau petani di sejumlah wilayah Kab. Sumedang dan
lainnya menyulap lahan pesawahan mereka dengan tanaman tembakau. Meski harga tembakau
merosot petani masih mendapatkan keuntungan.
Menanam tembakau pada musim kamarau dikalangan petani saat ini menjadi fenomena sangat
menarik. Meski harga tembakau tengah merosot, tapi petani tetap menjadikan tanaman tembakau
sebagai andalan, ujar Ketua DPD Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat Nana
Suryana, disela-sela acara Syukuran Panen Raya Tembakau di Dusun Cibengkung, Desa
Jembarwangi, Kec. Tomo, Kab. Sumedang, Minggu (2/9/12).
Diungkapkan Nana, harga tembakau saat ini sedang mengalami penurunan yang semula berkisar
antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram pada bulan yang sama tahun lalu menjadi
Rp20.000 hingga Rp 30.000 tahun ini. Kondisi cuaca yang sangat baik dan mendukung membuat
produksi tembau di Jawa Barat sangat melimpah.
Namun demikian menurut Nana, petani masih mendapat keuntungan bila dibandingkan dengan
menanam padi ataupun palawija. Karena dalam kondisi cuaca seperti sekarang ini kebutuhan air
untuk pengairan sulit diprediksi demikian pula halnya dengan suhu udara yang cenderung
tinggi, ujar Nana.
Terhadap tingginya minat petani melakukan alih tanaman pada musim kemarau, Nana
mengharapkan pemerintah pusat maupun daerah turut andil memberikan bantuan. Selain arahan
dan penyuluhan untuk meningkatkan kualitas tembakau dengan kadar nikotin yang rendah,

bantuan yang dibutuhkan petani juga berupa bantuan pemodalan serta tempat penyimpanan dan
pengolahan (demplot).
Diungkapkan Nana, saat ini Pemkab Sumedang memiliki lahan tembakau seluas 2.500 hektare
dengan 201 kelompok yang setiap kelompoknya memiliki anggota sekitar 25 orang, cukup
membantu petani tembakau dengan mengucurkan dana bagi hasil cukai hasil tembakau
(DBHCHT) melalui kelompok tani. Ini sangat membantu dalam hal budidaya dan permodalan
kelompok tani, ujar Nana sambil menyebutkan bahwa total PAD (pendapatan asli daerah)
Sumedang pada 2010 yang mencapai Rp 54 miliar itu sebesar Rp 4,1 miliar berasal dari
DBHCHT.
Sementara Wakil Ketua Umum Budidoyo Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI)
mengatakan produksi tembakau relatif rendah sehingga belum bisa memenuhi permintaan
tembakau yang tinggi. "Saat ini permintaan tembakau mencapai 200.000-240.000 ton/tahun
sedangkan produksi rata-rata tembakau pertahun hanya 160.000-180 ribu ton, karenanya
Indonesia masih mengimpor tembakau dari Turki, Madagaskar dan Cina, ujar Budiono.
Untuk meningkatkan produksi, sekarang ini AMTI bekerjasama dengan APTI berupaya
meningkatkan produktivitas dan kualitas tembakau melalui penerapan Good Agronomic Practice
(GAP). Dalam program ini pihaknya melakukan pembukaan lahan demplot ini di beberapa
daerah sebagai langkah uji coba.
"Yang sudah diterapkan itu di Rembang, Sumenep, Pamekasan, Jombang dan sekarang di
Sumedang. Untuk Sumedang, baru diterapkan sekarang di Desa Jembarwangi, Kec. Tomo
dengan lahan seluas 3 hektare, terang Budiono.
Salah seorang petani tembakau dari Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Rohmana (60)
mengatakan kebanyakan petani di desanya lebih memilih menanam tembakau karena
menguntungkan dibandingkan menanam padi. Terlebih pada musim kemarau seperti saat ini
dimana padi sulit tumbuh sedangkan tembakau bisa tumbuh baik.
"Keuntungan menanam tembakau bisa 3 kali lipat dari padi. Selain itu dalam setahun kami
mennam padi sekali di musim hujan, kalau musim kemarau seperti sekarang ini kami bisa
menamam tembakau 3 kali ," ujar Rohmana.
Dijelaskannya, hanya dengan luas lahan sekitar setengah hektar, dia bisa menghasilkan omzet
sekitar Rp 15 juta/musim, sedangkan ongkos produksinya sekitar Rp 7 juta, maka pendapatan
bersih bisa mencapai Rp 8 juta.

"Keuntungan sebesar itu dengan perhitungan harga jual tembakau sekitar Rp 3 ribu sampai Rp 5
ribu. Kalau sekarang per batang hanya terjual Rp 1.500 sampai Rp 2.500". Tapi dengan harga
sekarang kami masih ada untung," ujar Rohmana. (A-87/A-108)***
Sumber : pikiran-rakyat.com | File : | Dibaca : 295 x

Anda mungkin juga menyukai