Jumlah perokok di seluruh dunia meningkat menjadi hampir satu miliar orang dan di sejumlah
negara termasuk Indonesia dan Rusia lebih dari separuh jumlah penduduk laki-laki merokok
setiap hari.
Temuan tersebut diungkap oleh tim peneliti yang ditulis dalam Journal of the American Medical
Association. Mereka mengatakan peningkatan jumlah perokok terjadi karena adanya peningkatan
jumlah penduduk yang meningkat dua kali lipat selama 50 tahun terakhir.
Berdasarkan data terbaru ini, jumlah perokok di seluruh dunia meningkat hampir 250 juta orang
antara 1980 hingga 2012.
Wartawan BBC masalah kesehatan, Tulip Mazumdar, melaporkan di sejumlah negara termasuk
Indonesia, Timor Leste dan Rusia, lebih dari separuh penduduk pria mengkonsumsi rokok setiap
hari.
Adapun tingkat perokok paling rendah di antaranya terdapat di kepulauan Karibia seperti
Antigua dan Barbuda. Di sana, hanya satu di antara 20 orang yang merokok setiap hari.
"Walaupun jumlah perokok meningkat, proporsi orang yang merokok di seluruh dunia
sebenarnya berkurang," lapor Mazumdar.
Bagi pria, proporsi perokok turun 10% sejak 1980, bagi perempuan turun 4%.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jutaan nyawa dapat diselamatkan bila lebih
banyak negara menerapkan pengetatan seperti meningkatkan cukai rokok, melarang merokok di
tempat umum, dan mencantumkan peringatan kesehatan di bungkus rokok. (mazumdar, 2014)
ROL EDISI :Senin, 23 Juni 2014, (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/infosehat/14/06/23/n7lzyd-orang-indonesia-perokok-terbesar-di-dunia)
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/01/140108_majalah_lain_perokok_dunia#orbbanner
Menkes mengatakan bahwa sebagaian besar perokok tersebut merupakan anak - anak muda.
Sisanya didominasi oleh masyarakat kelas menengah kebawah.
" Sebagaian besar didominasi terutama oleh kaum muda. Sisanya masyarakat kurang mampu
seperti petani, nelayan dan buruh," kata Menkes.
Nafsiah menambahkan, Saat ini terdapat 97 juta perokok pasif yang terpapar akibat asap rokok.
Sedangkan 43 juta anak - anak terancam kesehatannya karena terkena asap rokok.
Untuk itu lanjut Menkes, pemerintah menyediakan 1000 puskesmas dan 200 rumah sakit untuk
membantu perokok aktif yang ingin berhenti merokok melalui bimbingan konseling.
Namun, Menkes berpesan bahwa untuk dapat berhenti merokok. Masyarakat harus
menumbuhkan kesadaran akan bahaya rokok dan dengan kemauan yang kuat.
" Kita tidak bisa melakukan itu sendiri. Harus dari diri mereka masing - masing memiliki tekad
yang kuat," tegas Nafsiah.
Hal tersebut disampaikan menkes atas dasar kekhawatirannya akan meningkatnya jumlah
perokok yang berasal dari anak muda terutama perempuan.
" Untuk jumlah perokok kami sangat prihatin dengan pertumbuhan perokok perempuan yang
mencapai 10 kali lipat dari 1,3 persen menjadi 13 persen," tambahnya.
Nafsiah mengharapkan, terutama menyambut bulan suci ramadhan menjadi Media bagi
masyarakat untuk mengurangi rokok bahkan berhenti mengkonsumsi rokok.
" Sebentar lagi kan puasa, harus jadi motivasi bagi masyarakat untuk stop merokok," ujarnya.
es, bahkan penyakit paru kronik," tutup Menkes.( Muhammad Hafil, 2014)
http://www.infosumbar.net/berita/berita-nasional/jumlah-perokok-di-indonesia-terbesar-ketigadi-dunia/
Posted by: NewsRoom Rabu, 22 Apr 2015 16:09 WIB
Berdasarkan data dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, jumlah perokok di Indonesia
merupakan yang terbesar ketiga di dunia. Bahkan jumlah perokok remaja di Indonesia adalah
yang terbesar di Asia.
Data lain dari Komnas Anak, ada sebanyak 239 ribu anak berusia di bawah 10 tahun di Indonesia
yang menjadi perokok aktif. Kenyataan tersebut membuat Indonesia ditempatkan sebagai negara
baby smoker.
Bahkan remaka dan generasi muda di Indonesia benar-benar menjadi target perokok di masa
depan. Apalagi dengan maraknya iklan-iklan rokok yang bertemakan anak muda berhasil
menarik perhatian mereka.
Dengan kondisi tersebut, Komnas Pengendalian Tembakau mendukung langkah pemerintah
daerah yang melindungi anak-anak dari target iklan rokok melalui Perda.
Hal ini serupa dengan negara-negara di ASEAN yang telah memberlakukan pelarangan
menyeluruh terhadap segala bentuk promosi, sponsor dan iklan rokok.
-----------------
http://sosbud.kompasiana.com/2014/09/11/indonesiaperingkat-3-di-dunia-678501.html
Sosbud
Tjiptadinata
Effendi
Lahir di Padang,21 Mei 1943
TERVERIFIKASI
KOMPASIANER TAHUN INI 2014
Komentar: 10
Tiongkok
India
Indonesia
Rusia
Amerika Serikat
Jepang
Brazil
Bangladesh
Jerman
Turki
Peringkat ketiga di dunia dalam hal merokok, tentu bukan sesuatu yang pantas untuk
dibanggakan. Malahan sebaliknya merupakan suatu hal yang patut di jadikan renungan bagi
masyarakat Indonesia.
Merokok,memang merupakan bagian dari hak setiap orang,namun karena rokok tidak hanya
merugikan diri perokok sendiri,tapi juga merugikan lingkungan dimana perokok berada, tentunya
merupakan suatu hal yang patut menjadi perhatian.
Mount Saint Thomas, 11 September, 2014
Tjiptadinata Effend
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2014/10/29/32228/idi-mintapemerintah-gencarkan-kampanye-anti-rokok-ke-sekolah.html
IDI Minta Pemerintah Gencarkan Kampanye Anti-rokok ke Sekolah
Rabu, 29 Oktober 2014 - 21:46 WIB
Pengajar atau guru diharapkan tidak merokok di dalam kelas dan kawasan sekolah untuk
memberikan contoh baik kepada siswa.
Antara
Terkait
Dampak negatif :
paru.
Asap rokok mengganggu kerja sistem pernapasan. Akibatnya, napas menjadi
Terjadi gangguan fungsi paru-paru dalam waktu beberapa tahun setelah merokok.
Produksi lendir pada saluran napas yang berlebihan, sehingga menyebabkan
bronkhitis kronis pada perokok. Ini terjadi setelah kurang lebih 15 tahun merokok.
Penyempitan saluran napas yang menetap, mengakibatkan mudah terjadi infeksi
pernapasan seperti pilek dan radang paru-paru. Ini terjadi setelah 5-6 tahun
merokok.
Sebesar 80% perokok menderita kanker pada organ tubuhnya, seperti paru-paru,
terutama
http://www.academia.edu/5924105/BAB_I
BAB I
Uploaded by
Zulhilmi Tarbin
154
Rusia, di mana 67 persen, dari semua laki-laki Indonesia yang berusia di atas 15 tahun merokok. Survei
tersebut digagas dengan melibatkan 8.000 peserta dari 15 negara, termasuk Bangladesh, Brasil, China,
Mesir, India, Meksiko, Filipina, Polandia, Rusia, Thailand, Turki, Ukraina, Uruguay, dan Vietnam.
Menurut hasil survei itu pula, Indonesia dilaporkan memiliki jumlah perokok pasif yang cukup tinggi.
Para perokok pasif dapat ditemui di rumah, kantor, dan tempat-tempat umum. Setiap tahun, sedikitnya
200.000 orang Indonesia, dari total sekitar 240 juta jiwa, mati karena penyakit yang berhubungan dengan
rokok. Menurut data WHO, yang dilansir AP, Selasa, seperempat remaja Indonesia berusia 13-15 tahun
kecanduan rokok, rokok yang dijual murah seharga rata-rata Rp 8.000 per bungkus atau sekitar Rp 8001.000 per batang. (WHO, 2012) Berdasarkan data (Riskesdas, 2007), prevalensi penduduk usia 15 tahun
keatas yang merokok setiap hari secara nasional mencapai 28,2% berdasarkan usia pertama kali merokok
secara nasional, kelompok 15
19 tahun menempati peringkat tertinggi dengan prevalensi mencapai 43,3% di susul kelompok usia 10
14 tahun yang mencapai 17,5% (Kompas Health, 211) dan revalensi merokok untuk semua umur masih
terus meningkat. Secara nasional, revalensi merokok tahun 212 sebesar 34,7%. Selain itu, revalensi
erokok remaja sekolah 13-15 tahun juga cuku mengkhawatirkan selama kurun waktu 3 tahun terakhir
(Sisipan interaksi, 2012) Smet (dalam Komalasari & Helmi, 2000) juga menyatakan bahwa usia pertama
kali merokok pada umumnya berkisar antara 11
13 tahun pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum usia 18 tahun. Sedangkan
berdasarkan laporan (Riskesdas. 2010), di ketahui bahwa rata-rata umur mulai merokok di indonesia yaitu
15 tahun. Rata-rata jumlah rokok yang mereka hisab yaitu 1 - 10 batang tiap harinya. Bahkan 20% dari
perokok indonesia, merokok sejumlah 11-20 batang perhari (Kemenkes 2012). Data WHO
juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% remaja. Penelitian di
Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Bahkan
menurut data pada tahun 2000 yang di keluarkan oleh global youth tobaco survey (GYTS) dari 2074
responden pelajar indonesia usia 15
20 tahun 43,9% (63% laki-laki) mengaku perna merokok (Tandra, 2003) Merokok merupakan salah satu
penyebab terjadinya 90% kanker paru pada laki-laki dan 70% pada perempuan.Merokok juga menjadi
22% penyebab dari seluruh penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan merokok juga
mengakibatkan kematian. Efek rokok membuat pengisap asap rokok mengalami risiko yang lebih tinggi
untuk menderita kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, kanker esofagus, kanker kandung
kemih, serangan jantung dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan
darah tinggi, jantung, paru-paru dan bronkitis kronis (Kaplan dkk, 1993). Dan setia 6,5 detik,satu orang
meninggal karena rokok. Riset memerkirakan bahwa orang yang memulai merokok ada usia remaja (70%
erokok mulai ada usia dini) dan terus menerus merokok samapi 2 dekade atau lebih , akan meninggal 2025 tahun lebih awal dari orang yang tidak pernah menyentuh rokok (Sisipan Interaksi, 2012) Angka
perokok di provinsi Serambi Mekkah memang tinggi, dengan mayoritas pelakunya laki-laki. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI, pada 2010 perokok aktif di Provinsi Aceh mencapai
37,1 persen, berada di atas rata-rata nasional yang hanya 34,7 persen. Rata-rata mereka mengisap 10
hingga 30 batang rokok per hari.Angka perokok di provinsi Serambi Mekkah memang tinggi, dengan
mayoritas pelakunya laki-laki. (Serambinews, 2010) Prilaku merokok saat ini di indonesia sudah menjadi
bagian dari gaya hidup kaum muda. Dalam sebuah ppenelitian. Siramizu mendapat suatu kesimpulan
bahwa seorang
Academia 2015
(http://m.inilah.com/news/detail/2186078/pelajar-di-kota-bogor-20-perokok)
Rabu, 11 Maret 2015 | 20:35 WIB
Menindaklanjuti hal tersebut, lanjut Rubaeah, Dinas Kesehatan melakukan pelatihan dengan
memberikan sosialisasi kepada 600 guru dari berbagai sekolah di Kota Bogor. Mereka diberikan
pemahaman tentang Perda Nomor 12 Tahun 2009 mengenai kawasan tanpa rokok, bahaya rokok
bagi kesehatan, serta konseling berhenti merokok yang ada di seluruh puskesmas.
"Kita juga melakukan sosialisasi ke semua sekolah di Kota Bogor yang sudah disurvei. Kita
sampaikan bahaya merokok, adanya Perda kawasan tanpa rokok yang harus dipatuhi untuk
melindungi perokok pasif," kata Rubaeah.
Ia mengatakan dari hasil sosialisasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh sejumlah sekolah yang
melakukan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari Dinas Kesehatan terkait Perda KTR
dan bahaya merokok bagi kesehatan.
"Kita juga memberikan konseling kepada guru dan siswa yang ingin berhenti merokok. Layanan
ini sudah tersedia di 24 puskesmas yang ada di Kota Bogor," kata Rubaeah.
Rubaeah menambahkan, survei dilakukan dalam rangka mengevaluasi penerapan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang kawasan tanpa rokok di Kota Bogor dengan sasaran dunia
pendidikan, yakni para pelajar di sekolah.
Hasil survei ini disampaikan Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam pertemuan dengan dua peneliti
dari Bloomberg Philantropies yang melakukan evaluasi pelaksanaan kawasan tanpa rokok di
Indonesia. Dua peneliti tersebut Catherine Elkins selaku Senior Study Director International
Evaluation dan Andrew L Greer selaku Research Associate dari Bloomberg Philantropies. [tar]
Data tersebut diperoleh melalui survei yang dilakukan pada akhir 2014 lalu, kata Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bogor Rubaeah, dalam audiensi dengan dua peneliti Bloomberg Philantropies di
Balai Kota, Rabu (11/3/2015).
"Kita melakukan survei mengenai prilaku merokok di kalangan pelajar, dengan melibatkan
11.000 siswa SMU di Kota Bogor, dari jumlah tersebut sebanyak 2.000 anak atau sekitar 20
persennya diketahui merokok," katanya.
Diungkapkannya, fakta lain yang ditemukan dari hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan
Kota Bogor, dari 2.000 pelajar yang merokok tersebut 90 persen memiliki kondisi tubuh yang
tidak bugar karena terpapar rokok, sedangkan 600 anak lainnya beresiko terkena penyakit tidak
menular seperti jantung, paru-paru, dan penyakit berbahaya lainnya.
"Dari 2.000 anak yang terpapar rokok, 600 anak beresiko penyakit tidak menular, dan 90 persen
dari mereka kondisi tubuhnya tidak bugar karena rokok," katanya.
Ia menjelaskan, survei dilakukan dengan menyebar kuisioner ke 11.000 pelajar SMU yang ada di
23 sekolah di Kota Bogor yang berisi pertanyaan seputar rokok dan bahaya merokok bagi
kesehatan. Dari hasil survei tersebut diketahui 2.000 anak mengaku telah merokok atau menjadi
perokok aktif. "Mereka ada yang sudah merokok dari usia empat tahun," kata Rubaeah.
Dalam kuisioner tersebut juga diketahui pelajar tersebut biasa merokok di luar rumah, dan luar
sekolah. Beberapa menyatakan mengenal rokok dari teman dan ada juga yang merokok karena
orang tuanya juga merokok di rumah. "Hampir semua pelajar sudah mencoba semua jenis rokok
mulai dari filter, kretek, ceruti, sampai linting," katanya.
Menurut Rubaeah, umumnya pelajar mengenal rokok dari pergaulan di sekolah dan lingkungan
sekitar rumah, dan hampir semua pelajar yang merokok mengetahui bahaya merokok bagi
kesehatan. "Tetapi karena pergaulan dan mereka tidak mempedulikan bahayanya," katanya. Dari
hasil survei juga diketahui ada pelajar yang mengenal rokok selain dari orang tua juga dari guru
di sekolah.
Menindaklanjuti hal tersebut, lanjut Rubaeah, Dinas Kesehatan melakukan pelatihan dengan
memberikan sosialisasi kepada 600 guru dari berbagai sekolah di Kota Bogor. Mereka diberikan
pemahaman tentang Perda Nomor 12 Tahun 2009 mengenai kawasan tanpa rokok, bahaya rokok
bagi kesehatan, serta konseling berhenti merokok yang ada di seluruh puskesmas.
"Kita juga melakukan sosialisasi ke semua sekolah di Kota Bogor yang sudah disurvei. Kita
sampaikan bahaya merokok, adanya Perda kawasan tanpa rokok yang harus dipatuhi untuk
melindungi perokok pasif," kata Rubaeah.
Ia mengatakan dari hasil sosialisasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh sejumlah sekolah yang
melakukan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari Dinas Kesehatan terkait Perda KTR
dan bahaya merokok bagi kesehatan.
"Kita juga memberikan konseling kepada guru dan siswa yang ingin berhenti merokok. Layanan
ini sudah tersedia di 24 puskesmas yang ada di Kota Bogor," kata Rubaeah.
Rubaeah menambahkan, survei dilakukan dalam rangka mengevaluasi penerapan Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang kawasan tanpa rokok di Kota Bogor dengan sasaran dunia
pendidikan, yakni para pelajar di sekolah.
Hasil survei ini disampaikan Dinas Kesehatan Kota Bogor dalam pertemuan dengan dua peneliti
dari Bloomberg Philantropies yang melakukan evaluasi pelaksanaan kawasan tanpa rokok di
Indonesia. Dua peneliti tersebut Catherine Elkins selaku Senior Study Director International
Evaluation dan Andrew L Greer selaku Research Associate dari Bloomberg Philantropies. [tar]
(http://bakorluh.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailber
ita/1)
15 Desember 20130
Musim Kemarau, Petani Sumedang Panen Raya Tembakau
Penulis : admin
SUMEDANG, (PRLM).- Pada musim kemarau petani di sejumlah wilayah Kab. Sumedang dan
lainnya menyulap lahan pesawahan mereka dengan tanaman tembakau. Meski harga tembakau
merosot petani masih mendapatkan keuntungan.
Menanam tembakau pada musim kamarau dikalangan petani saat ini menjadi fenomena sangat
menarik. Meski harga tembakau tengah merosot, tapi petani tetap menjadikan tanaman tembakau
sebagai andalan, ujar Ketua DPD Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat Nana
Suryana, disela-sela acara Syukuran Panen Raya Tembakau di Dusun Cibengkung, Desa
Jembarwangi, Kec. Tomo, Kab. Sumedang, Minggu (2/9/12).
Diungkapkan Nana, harga tembakau saat ini sedang mengalami penurunan yang semula berkisar
antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram pada bulan yang sama tahun lalu menjadi
Rp20.000 hingga Rp 30.000 tahun ini. Kondisi cuaca yang sangat baik dan mendukung membuat
produksi tembau di Jawa Barat sangat melimpah.
Namun demikian menurut Nana, petani masih mendapat keuntungan bila dibandingkan dengan
menanam padi ataupun palawija. Karena dalam kondisi cuaca seperti sekarang ini kebutuhan air
untuk pengairan sulit diprediksi demikian pula halnya dengan suhu udara yang cenderung
tinggi, ujar Nana.
Terhadap tingginya minat petani melakukan alih tanaman pada musim kemarau, Nana
mengharapkan pemerintah pusat maupun daerah turut andil memberikan bantuan. Selain arahan
dan penyuluhan untuk meningkatkan kualitas tembakau dengan kadar nikotin yang rendah,
bantuan yang dibutuhkan petani juga berupa bantuan pemodalan serta tempat penyimpanan dan
pengolahan (demplot).
Diungkapkan Nana, saat ini Pemkab Sumedang memiliki lahan tembakau seluas 2.500 hektare
dengan 201 kelompok yang setiap kelompoknya memiliki anggota sekitar 25 orang, cukup
membantu petani tembakau dengan mengucurkan dana bagi hasil cukai hasil tembakau
(DBHCHT) melalui kelompok tani. Ini sangat membantu dalam hal budidaya dan permodalan
kelompok tani, ujar Nana sambil menyebutkan bahwa total PAD (pendapatan asli daerah)
Sumedang pada 2010 yang mencapai Rp 54 miliar itu sebesar Rp 4,1 miliar berasal dari
DBHCHT.
Sementara Wakil Ketua Umum Budidoyo Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI)
mengatakan produksi tembakau relatif rendah sehingga belum bisa memenuhi permintaan
tembakau yang tinggi. "Saat ini permintaan tembakau mencapai 200.000-240.000 ton/tahun
sedangkan produksi rata-rata tembakau pertahun hanya 160.000-180 ribu ton, karenanya
Indonesia masih mengimpor tembakau dari Turki, Madagaskar dan Cina, ujar Budiono.
Untuk meningkatkan produksi, sekarang ini AMTI bekerjasama dengan APTI berupaya
meningkatkan produktivitas dan kualitas tembakau melalui penerapan Good Agronomic Practice
(GAP). Dalam program ini pihaknya melakukan pembukaan lahan demplot ini di beberapa
daerah sebagai langkah uji coba.
"Yang sudah diterapkan itu di Rembang, Sumenep, Pamekasan, Jombang dan sekarang di
Sumedang. Untuk Sumedang, baru diterapkan sekarang di Desa Jembarwangi, Kec. Tomo
dengan lahan seluas 3 hektare, terang Budiono.
Salah seorang petani tembakau dari Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Rohmana (60)
mengatakan kebanyakan petani di desanya lebih memilih menanam tembakau karena
menguntungkan dibandingkan menanam padi. Terlebih pada musim kemarau seperti saat ini
dimana padi sulit tumbuh sedangkan tembakau bisa tumbuh baik.
"Keuntungan menanam tembakau bisa 3 kali lipat dari padi. Selain itu dalam setahun kami
mennam padi sekali di musim hujan, kalau musim kemarau seperti sekarang ini kami bisa
menamam tembakau 3 kali ," ujar Rohmana.
Dijelaskannya, hanya dengan luas lahan sekitar setengah hektar, dia bisa menghasilkan omzet
sekitar Rp 15 juta/musim, sedangkan ongkos produksinya sekitar Rp 7 juta, maka pendapatan
bersih bisa mencapai Rp 8 juta.
"Keuntungan sebesar itu dengan perhitungan harga jual tembakau sekitar Rp 3 ribu sampai Rp 5
ribu. Kalau sekarang per batang hanya terjual Rp 1.500 sampai Rp 2.500". Tapi dengan harga
sekarang kami masih ada untung," ujar Rohmana. (A-87/A-108)***
Sumber : pikiran-rakyat.com | File : | Dibaca : 295 x