Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang seksama.
Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, rumah sakit juga merupakan
tempat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit, yang disebut dengan infeksi
nosokomial. Ruangan yang potensial untuk terjadi penularan antara lain kamar operasi,
ruang perawatan, ruang UGD, ruang umum. Upaya pengelolaan sanitasi rumah sakit
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat rumah sakit adalah sebagai
sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Salah satu upaya sanitasi
lingkungan rumah sakit dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme adalah kegiatan
disinfeksi dan sterilisasi. r
Dalam sterilisasi, suatu benda dibebaskan dari suatu mikroorganisme secara kimiawi atau
secara fisika ; sedangkan dalam disinfeksi, infektifitas potensial dari benda/material yang
dirusak/dibinasakan dengan menggunakan germicidal agents.s
Perbedaan antara disinfektan dengan antiseptik : dalam disinfektan, efektif terhadap
semua jenis mikroba (membunuh semua atau hampir semua mikroorganisme patogenik,
tetapi karena toksin terhadap jarungan hidup maka hanya dipergunakan untuk bendabenda mati ; sedangkan antiseptik hanya membunuh organisme patogen. s
Pembahasan
Sterilisasi digambarkan sebagai suatu proses merusak atau mengeliminasi seluruh bentuk
mikroba hidup dan membawanya ke fasilitas kesehatan dengan metode fisika atau kimia. i
Sterilisasi merupakan suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen
beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, steam,
panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia. e
Jenis peralatan yang dapat disterilkan : e
(1) Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lainlain.
(2) Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lainlain.
(3) Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga
lambung, drain dan lain-lain.
(4) Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan
lain-lain.
(5) Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan
lain-lain.
(6) Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lainlain.
(7) Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang infus dan lain-lain.
(8) Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi,
baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.
Pelaksanaan : e
(1)
(2)
Sterilisasi dengan cara steam. Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam
autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obatobatan dan lain-lain.
(3)
Sterilisasi
dengan
cara
panas
kering
Sterilisasi
dengan
cara
menggunakan
bahan
kimia
Sterilisasi adalah satu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat
kesehatan termasuk endospora bakteri, sterilisasi ini merupakan cara yang paling aman
dan yang paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan langsung
dengan darah atau jaringan dibawah kulit yang secara normal bersifat steril. Sterilisasi
alat-alat kedokteran diperoleh dengan lima cara utama: panas, gas, filtrasi, radiasi, dan
bahan pensteril kimia. Setiap negara mempunyai pendekatannya dan peraturannya sendiri
yang mengatur prosedur sterilisasi yang aman dan efektif.
Cara sterilisasi : d
1. Secara fisik :
a. Pemanasan
Pada pemanasan dengan oven dibutuhkan panas setinggi 150-170 C dengan
waktu yang lebih lama dari autoklaf. Sebagai gambaran untuk mematikan
spora dibutuhkan waktu dua jam dengan suhu 180 C. d
1. Pemanasan Keringe
a. Udara Panas Oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak
lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk,
kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas
kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat
bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan
yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam
sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan
penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan.
Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh
oleh suhu sampai 121C (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan
setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode
yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis
minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama
sekali.
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini
berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang
terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan
waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah
tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121C selama 12
menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering membutuhkan pemaparan pada suhu
150C sampai 170C selama 1-4 jam.
Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160C paling cepat 1 jam,
tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak
bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi
kelembaban dan faktor lain.
Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap
destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah
yang betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering.
Ini jelas bahwa perhatian harus diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas
kering untuk produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan
metode sterilisasi standar.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan
mungkin gas atau elektrik gas.
Beberapa
waktu
dan
suhu
yang
umum
digunakan
pada
oven
170C
(340
F)
sampai
jam
160C
(320
F)
sampai
jam
150C
(300
2,5
jam
140C
(285
jam
F)
F)
sampai
sampai
Autoclav uap adalah standar emas dalam sterilisasi, dan memberikan sterilisasi
yang aman, sederhana dan handal. Tetapi, walaupun nilainya yang sudah terbukti
itu, autoclav memiliki beberapa kelemahan. Antara lain tidak sesuai untuk sterilisasi
alat-alat yang tidak tahan panas dan air/kelembaban, perlunya memvalidasi putaran
autoclav untuk sesuatu isi/muatan tertentu, dan penggunaan bioindicator untuk
memantau kinerja dalam setiap isi/muatan. h
Sterilisasi dengan udara panas kering mencakup sejumlah cara yang sifatnya tidak
ada air dari lingkungan pemanas itu. Keperluan mensterilkan dengan panas yang
kering di rumah-rumah sakit menurun tajam dengan mulai digunakannya jarum
suntik yang sekali buang, tapi masih tetap berguna untuk mensterilkan gelas dan
logam. Panas yang kering cenderung kurang efektif daripada panas yang basah dan
memerlukan waktu yang lebih lama dan suhu yang lebih tinggi. Karet, plastik dan
bahan-bahan yang menguap atau menyala pada suhu pensterilan (kira-kira 160
sampai 180C) tidak sesuai untuk jenis sterilisasi ini. h
b. Minyak dan penangas lain
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan
mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 162C.
larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan
sebagai pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah.
Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan
untuk memelihara cat penutup.
c. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas,
filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur,
gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan
pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan metode
ini.
Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat
ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah
lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati.
Setelah
pendinginan,
ampul
harus
segera
diisi
dan
disegel.
2. Panas lembabe
a) Uap bertekanan
Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini
merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena
dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameterparameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan
monitoring
dilakukan
sekali
dalam
satu
siklus
yang
divalidasi.
Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121C dibawah tekanan
15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan bila
suhu sterilisasi berbeda dari 121C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121C dengan
waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara
dengan hasil pada 121C pada waktu tertentu.
Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum
memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk
sterilisasi larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan
mata, bahan-bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan
dan benda-benda karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini
adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas
dan kelembaban.
Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk yang dibuat
dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120C mampu membunuh secara
cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu menit. Uap
jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan
tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh
kering yaitu :
Suhu
Panas tersembunyi yang berlimpah
Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121C selama 12
menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai
121C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu ini. Secara umum larutan
dalam botol 100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara
10-15
menit.
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan
cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara
sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian
mikroorganisme oleh panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda
dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme yang paling penting adalah
proses
oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah tekanan
paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121C dalam jaringan
tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah home pressure
cooker.
Peralatan Sterilisasi Uap f
Secara luas, metode sterilisasi panas adalah autoclave, terkadang disebut converter.
Autoclave umumnya digunakan dengan panas uap sampai 121-134 C (250273 F).
Untuk mencapai sterilitas, dibutuhkan waktu paling sedikit 15 menit pada suhu 121 C
(250 F) atau selama 3 menit pada suhu 134 C (273 F). f
Design dan Control pada Autoclave g
Untuk keefektifitasan autoclave melawan spora bakteri dan virus maka dibutuhkan halhal berikut :
Uap harus memiliki kontak langsng dengan material yang akan disterilkan
Membuat vakum agar dapat mengganti seluruh udara yang awalnya terdapat pada
autoclave dan menggantikannya dengan uap
Efisiensi dari proses sterilisasi tergantung pada dua faktor. Salah satunya adalah thermal
death time, misalnya waktu mikroba terpapar partikel temperatur sebelum semuanya
mati. Faktor yang kedua adalah thermal death point atau suhu dimana seluruh mikroba
mati.
Penguapan dan tekanan ditransfer ke dalam organisme untuk membunuhnya. Sejumlah
tekanan negative digunakan untuk menyedot seluruh kantong udara, saat penetrasi uap
maksimal dengan aplikasi tekanan positif
Tipe cycle yang digunakan pada autoclave:
1. Cycle untuk tenunan
2. Cycle untuk plastik dan gelas kaca laboratorium
3. Cycle utama biasanya untuk barang bekas pakai
yang
berkembang
ke
bentuk
vegetatif
selama
masa
istirahat.
fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari 15 ml larutan obat untuk injeksi
intratekal atau gastro intestinal sehingga tidak dibuat dengan metode ini.
d). Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi
jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benarbenar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah
sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi
menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol,
1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi
bahan-bahan logam
3.Cara Bukan Panas e
a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di
udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan
secara eksklusif pada 253,7 nm .
Sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu
penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan
penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama
penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi pada
permukaan yang dipaparkan.
b. Aksi letal
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom
dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya
keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan
perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme
atau metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh
utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan
lapisan
absorpsi
kuat
dalam
rentang
gelombang
UV
yang
panjang.
c. Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif
seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis
elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar
gamma mempunyai keuntungan mutlak karena tidak menyebabkan kerusakan
mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini adalah di hentikan dari, mekanik
elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang dipercepat adalah
kemampuannya
memberikan
output
laju
doisis
yang
lebih
seragam.
radiasi, yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor kontrol dalam
sterilisasi radiasi selama dengan waktu iradiasi. Monitoring dan kotrol proses sangat
sederhana, tetapi kehati-hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator
sterilisasi.
Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan bahan-bahan
formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi adalah factor
yang harus diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat dipengaruhi oleh radiasi,
mungkin tidak dengan segera dilakukan penanganan tetapi setelah stabilitas produk
dapat dipengaruhi. Untuk bahan-bahan medis dan plastik, perubahan dari sterilisasi
etilen oksida ke sterilisasi radiasi membutuhkan penentuan efek radiasi jangka pendek
dan jangka panjang, dan kadang membutuhkan modifikasi produksi bahan plastik dan
karet
untuk
membuatnya
sesuai
dengan
sterilisasi
radiasi.
radioaktif seperti kobalt 60 atau sesium 137 adalah yang paling sering digunakan
sebagai sumber energi sterilisasi adhesi elektromagnetik. Radiasi partikel atau
molekul termasuk daftar partikel yang steril.
Satu-satunya sekarang yang digunakan untuk sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah
sakit dan laboratorium. Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi industri
manggunakan radiasi, termasuk penjelasan singkatnya. Beberapa informasi mengenai
efek sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan.
Prinsip bermuatan negatif sepeti elektron yang berinteraksi langsung dengan bahan
menyebabkan ionisasi seperti elektron elektromagnetik menyebabkan ionisasi pada
mekanisme yang bervariasi yang menghasilkan perpindahan suatu orbital elektron
dengan mekanisme jumlah tertentu dari energi yang ditransfer dalam insiden sinar
gamma. Perpindahan elektron ini kemudian bentindak sebagai partikel beta dalam
reduksi. Oleh sebab itu baik partikel maupun elektromagnetik, dipertimbangkan
sebagai
radiasi
ionisasi
yang
berbeda
dengan
radiasi
sinar
ultraviolet.
untuk industry besar dalam jumlah besar, seperti jarum suntik dan semprit sekali
pakai, alat infuse. d
polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan lain
termasuk memban logam.
Larutan dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora bakteri dengan melalui filter
bakteri, filter bakteri tidak membebaskan larutan dari virus. Bagaimanapun alat ini tidak
mengurangi jumlah dan adanya virus, secara prinsip oleh adsorbsi pada dinding filter dan
penghilangan partikel besar dari bahan yang mengandung virus.
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau bahan biologi
yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda dengan metode filtrasi lain, filter bakteri
ditujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi ini membutuhkan penggunaan
teknik aseptik yang benar. Sediaan obat yang disterilkan dengan metode ini dibutuhkan
yang mengandung bahan, bakteristatik, kecuali dinyatakan lain. Larutan yang ditujukan
untuk injeksi intratekal atau merupakan larutan dosis tunggal intravena dengan volume
lebih dari 15 ml, tidak boleh ditambahkan bahan bakterisida.
Paraffin cair dan minyak lain, tidak disterilkan dengan metode ini karena dapat
meningkatkan permeabilitas dari filter bakteri. Untuk membuat larutan bebas dari bakteri
dan steril, filter dengan berbagai tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari
silikon murni (diatomaccus atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas fritled. Karena alatalat ini mudah dibersihkan filter seitz yang menggunakan lapisan asbes dan filter-glass
mungkin lebih berguna untuk farmasis.
Filter dengan pori yang lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa filtrasi sangat
lambat untuk tujuan praktis. Dengan meningkatnya kekentalan dari lilin filter sangat
menghasilkan filtrasi yang efektif, tetapi kekurangannya adalah banyak dari bahan aktif
larutan dihilangkan oleh adsorbsi pada lilin.
Bagaimanapun, dengan mengatur ukuran pori dan kekentalan dari filter sampai optimum.
Filter dapat menjadi sangat efisien dan sangat cepat. Faktor lain dari filter bakteri yaitu
keseimbangan permukaan antara bahan dari filter dengan bakteri dari larutan, tekanan
yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listrik dan filter, pH dari bahan yang disaring dan
absorpsi dari protein dan bahan lain.
Filter seitz e
Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah besi.
Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah digunakan
dan untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada
pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alkohol pekat tidak
mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang mengandung
alcohol dengan jumlah besar. Filter ini mampu dengan kapasitas volume dari 30 ml
hingga lebih 100 ml.
Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada
filtrat. Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas dari
garamnya dan dapat menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak
pituitary, epinefrin, dan apomorphin. Hal ini dapat diatasi dengan perawatan pertama
dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan kemudian dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat, membuat larutan
tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan ayakan dari nilon atau
sutra, di bawah lapisan filter sebelum menempatkan lapisan di dalam filter atau sebuah
fritted glass dapat ditempelkan pada saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter
seitz
juga
cenderung
menghilangkan
substrat
dari
filtrate
dengan
absorpsi.
Filter Swinny e
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri
dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter
swinny di bungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada
spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan
pada sal spoit.
Filter Fritted-Glass e
Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk, tombol
bulat dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk menempatkan
ukuran dari bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan
berkembangnya ukuran. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan
didalam gelas pirex seperti corong Buchner.
Filter Berkefeld dan Mandler e
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat. Berkefeld disusun
juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif. Tersedia dalam
beberapa prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam air dalam Bekerfeld atau
Mandler.
Filter Selas e
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak menyerang
silika. Karena masing-masing partikel meliputi filter semata-mata bersama selama proses
manufaktur, ada bahaya kecil partikel-partikel dari filter jauh dalam larutan.
Filter Candles-Pasteur-Chamberland e
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca dengan
pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
3.Sterilisasi Secara Kimia e
Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori
dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang
terkristal akan dibunuh.
Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan
menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert,
dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya
thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen
oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau
gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen
oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%,
angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata).
Tetapi
mikroorganisme
muncul
peningkatan
resistensinya
dengan
penurunan
menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam
bahan sterilisasi.
Sisa gas dihilangkan dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang
difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah
digunakan untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk
sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen.
Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit dimana
dilakukan teknik aseptis.
Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran
dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar.
Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel
spora
dan
vegetatif.
Sterilisasi
dilakukan
dalam
ruang/chamber
sterilisasi.
Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion
klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan baju-baju
medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam
laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus
dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat
dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan
perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas,
suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung
pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan
pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain
khusus pada bahan pengemas.
Mekanisme aksi etilen oksida
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan
mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi
ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina,
karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah
dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa
reproduksi.
Metoda dekontaminasi :
Biasanya cukup dengan cara dibersihkan saja
Didisinfeksi bila diketahui ada risiko infeksi
Pilihan proses :
Pembersihan dengan tangan memakai deterjen
Pembersihan secara otomatis, disinfeksi dengan panas
Disinfektan
Saat ini, alat sterilisasi telah dikontrol secara otamatis dengan computer dengan sistem
backup yang tidak meninggalkan celah untuk kesalahan. Secara teori, kita dapat
mencapai 100 persen sterilisasi, tapi dalam kenyataan di lapangan untuk mencapai hal
tersebut sangatlah sulit. Menurut guideline dari BGA (German Ministry of Health): a
Level A
Level B
90C/1
menit
sporanya
93C/10
menit
Level C
Level D
105C/5
menit
antraks
121C/20
menit
Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi
dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun
akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit
mengalami infeksi yang baru selama dirawat 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia,
penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan
bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat.
Suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila
memenuhi beberapa kriteria/batasan tertentu : b
1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik
dari infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi
dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam
sejak mulai perawatan.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti
infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu
lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Faktor Endogen :
Faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti umur, sex, dan penyakit
penyerta
Faktor Eksogen :
Faktor di luar penderita, seperti lama penderita dirawat di rumah sakit,
kelompok yang merawat penderita, lingkungan, peralatan, dan teknik medis
yang dilakukan
Pencucian tangan rutin selama kegiatan perawatan pasien dianjurkan menggunakan air
bersih yang mengalir dengan menggunakan sabun. Sedangkan untuk tindakan-tindakan
lain khususnya tindakan insersi diperlukan antiseptik. Penggunaan air dan sabun serta
antiseptik dapat menghilangkan kuman-kuman dan kotoran. Penelitian Casewell &
Philips (1977) menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan air (tanpa sabun) dapat
menghilangkan kurang dari 98% Klebsiella, sedangkan dengan menggunakan sabun
dapat menghilangkan lebih dari 98% Klebsiella. Penelitian EJ.L. Lowbury et al
menunjukkan bahwa mencuci tangan menggunakan sabun dapat mengurangi jumlah
Staphylococcus aureus rata-rata 99,7% dan Pseudomonas aeruginosa 99,8%. Sedangkan
Ada 2 kategori organisme yang ada di kulit, yaitu organisme residen ( flora
normal ),seperti : S. aureus, diphteroids ( tidak hilang secara permanen ), dan organisme
transien (karena kontak), contoh : E. Colli (mudah dihilangkan dengan cuci tangan
efektif). Yang harus digunakan untuk mencuci tangan adalah dekontaminasi tangan rutin
dengan sabun dan air mengalir dan desinfeksi kulit ( hibiscrub, handyclean ). n
Desinfektan merupakan suatu bahan yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan suatu mikroorganisme, terutama mikroba atau bakteri yang patogen atau
membahayakan yang terdapat pada benda mati seperti alat-alat injeksi dan operasi, lantai
dan air minum atau kolam renang (klor, karbon,lisol, formalin, dan sebagainya sedangkan
antiseptik adalah bahan atau zatyang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan hidup, khususnya di atas kulit dan selaput lendir (mulut,
tenggorokan dan sebagainya).
Antiseptika dan desinfektansia dapat merusak sel bakteri dengan cara koagulasi atau
denaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel mengalami lisis yaitu
mengubah struktur membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran sel. o
Kandungan hibiscrub adalah klorheksidin glukonat. Indikasi penggunaannya adalah
sebagai : disinfeksi tangan sebelum melakukan pembedahan, antiseptik sebagai pencuci
tangan pada ruangan rumah sakit, antiseptik kulit seluruh tubuh untuk pasien sebelum
dan sesudah operasi. Efek samping dari hibiscrub ini kadang-kadang terjadi reaksi kulit
iritatif, dan sangat jarang reaksi alergi yang umum terjadi. Dosis penggunaannya adalah
sebagai berikut :
2. Lapisan dinding dan langit-langit harus terbuat dari bahan yang keras, tidak
berpori, kedap air, dan tidak mudah kotor.
3. Berwarna putih terang, dan tidak memantulkan cahaya serta mudah dibersihkan.
4. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah menghantarkan listrik,
dan mudah dibersihkan.
5. Tinggi langit-langit antara 2,7-3,3 meter dari lantai
6. Pintu lebar minimal 1,2 meter dan tinggi 2,1 meter.
7. Setiap pintu ruang operasi harus ada kaca tembus pandang sehingga orang dari
luar dapat melihat kedalam tanpa harus masuk.
8. Lampu penerangan yang digunakan adalah lampu pijar putih, sedangkan lampu
operasi biasanya lampu khusus yang merupakan satu sistem yang terdiri dari
beberapa lampu.
9. Sistem ventilasi sebaiknya menggunakan sistem pengatur suhu sentral (AC
sentral).
10. Suhu diusahakan 22-25 C dengan kelembaban 50-60 %
11. Semua pintu harus dalam keadaan tertutup.
12. Semua Peralatan di dalam ruang operasi harus mobile, yaitu mempunyai roda dan
terbuat
dari
stainless
steel
sehingga
mudah
dibersihkan
(Kepmenkes
No.1204/Menkes/SK/X/2004)
Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah pembersihan secara
menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai Sterilisasi kamar operasi dapat dengan cara : t
1) Pemakaian sinar ultra violet, yang dinyalakan selama 24 jam.
2) Memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai alat (foging).
Waktu yang dibutuhkan lebih pendek dibandingkan dengan pemakaian ultra
violet, yaitu kurang lebih 1 jam untuk menyemprotkan cairan, dan 1 jam
kemudian baru dapat dipakai.
Untuk menjaga kebersihan dan kesterilan kamar operasi, pengendalian lingkungan harus
sesuai prosedur. Pintu kamar operasi harus selalu menutup. Ventilasi kamar operasi diatur
searah. Udara bersih mengalir dari atas dan dikeluarkan ke bawah. Pergantian udara
sebesar 25 x volume ruangan per jam, 3 diantaranya adalah "fresh air". Kamar operasi
diatur dengan tekanan positif. Suhu tidak boleh lebih dari 240 C. Jika lebih dari itu, kulit
pasien yang ditutup handuk steril akan cenderung berkeringat sehingga memungkinkan
peningkatan jumlah kuman dalam pori-pori kulit. Kelembaban udara ruangan tidak boleh
lebih dari 50%, karena jika lebih, jamur akan mudah tumbuh. Alat operasi dilakukan
pencucian (cleaning) - (dekontaminasi) sterilisasi. Pembersihan kamar operasi
dilakukan saat antara 2 operasi. Setiap hari kamar operasi harus selalu dibersihkan, walau
tidak terpakai. Pembersihan besar dilakukan 1 minggu sekali. Urutan pembersihan mulai
dari tempat yang bersih baru menuju tempat kotor. u
Penutup
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat
bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar
90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang
teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar
mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali. Pengaturan udara yang baik
sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring
udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang
dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik
akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu,
rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan
pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi
air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk
mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi
disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. q
Daftar Pustaka
a
Anonim,
2007.
CSSD.
Available
from
http://id.wiki.detik.com/wiki/CSSD#Peranan_CSSD_dalam_Rumah_Sakit
(Accessed : November, 7th 2009)
Trlatmodjo, Pudjarwoto, 1993. Sterilitas Udara Ruang Operasi dan Peralatan Bedah serta
Higiene Petugas Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Available from :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06PengendalianInfeksiPersahabatan082.pdf
/06PengendalianInfeksiPersahabatan082.html
(Accessed : November, 11th
2009)
Harnawatiaj,
2008.
Sterilisasi.
Available
from
http://www.blogpribadi.com/2009/07/sterilisasi-secara-fisika.html (Accessed
November, 11th 2009)
:
:
:
:
Chew, MR John, 2002. E.P.I.C. Terbitan 2 - Mei 2002, Praktek-praktek Mendasar dalam
Pengendalian Infeksi, Sebuah Prakarsa dari Badan Penasihat Pencegahan Infeksi
AnsellCares, Pertemuan Kedua Dewan Penasihat Pengendalian Infeksi-Singapura,
10 Maret 2002. Available from :
http://docs.google.com/gview?
a=v&q=cache:yiS_1A2ywQEJ:stage.ansell.roadhouse.com.au/downloads/609/E
pic%2520Newsletter%2520Indonesian%2520Ver
%25202.pdf+Pertemuan+Kedua+Dewan+Penasihat+Pengendalian+Infeksi&hl
=id&gl=id&sig=AFQjCNFbZifHwrOUIe6vseVMn1pD684gIA
(Accessed
:
November, 7th 2009)
Rutala, William A.,et all, 2008. Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare
Facilities,
2008.
Available
from
:
http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf
(Accessed : November, 7th 2009)
Musadad, D. A., dkk, 1993. Kebiasaan Cuci Tangan Petugas Rumah Sakit dalam
Pencegahan
Infeksi
Nosokomial.
Available
from
:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12KebiasaanCuciTangan082.pdf/12Kebiasa
anCuciTangan082.html (Accessed : November, 7th 2009)
Anonim,
2009.
Antibacterial
soap.
Available
http://en.wikipedia.org/wiki/Antibacterial_soap#Ingredients
November, 7th 2009)
from
(Accessed
:
:
Anonim,
2009.
Hibiscrub.
Available
from
:
http://medicastore.com/obat/2666/HIBISCRUB.html (Accessed : November, 12th
2009)
:
:
Arminsih, Ririn, 2000. Efektivitas Sterilisasi dan Disinfeksi Kamar Operasi dan Ruang
UGD di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok. Available from :
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=76594&lokasi=lokal
(Accessed : November, 12th 2009)
Anonim,
2009.
Sterilisasi
dan
Disinfeksi.
Available
from
:
http://dedistikes.blogspot.com/2009/02/sterilisasi-dan-disinfeksi.html (Accessed :
November, 8th 2009)
Ayni, Tutuk Nur, 2009. Sterilitas Udara Ruang Operasi Bedah Saraf RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung. Available from : http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/kedokteran/sterilitas-udara-ruang-operasi-bedah-saraf-rsud-dr-h-abdulmoeloek-bandar-l (Accessed : November, 12th 2009)