Istilah swasembada pangan mulai kita kenl sejak tahun l964 waktu Institut
Pertanian Bogor dengan persetujuan dinas pertanian rakyat dalam skala kecil (25-50
ha) melakukan proyek Swasembada bahan makanan dengan mengerahkan anggota
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor di Karawang Kulon
Kabupaten Karawang Kulon dan Kabupaten
Karawang.
Swasembada pangan
berarti kita mampu mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan bermacammacam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai dan diperlukan
masyarakat indonesia dengn kemampun yang dimiliki dan pengeyahuan lebih yang
dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang kebutuhan
pangan.
Pengertian swasembada pangan ini sesuai atau berpacu pada landasan
hukum yaitu undang-undang nomor 7 tahun l996 mengamanatkan pembangunan
pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama
masyarakat bertanggungjawab
Hal 1
sekarang ini anggaran di sektor pertanian tidak terlalu besar. Untuk APBN terakhir
hanya sebesar Rp.9 triliun.
Kebijakan Desentralisasi sehingga program swasembada pangan terabaikan. Isuisu lainnya juga membuat kebijakan ini tidak optimal, karena alasan partisipasi
rakyat dan mekanisme pasar sudah berjalan, artinya petani sudah menyadari mana
komoditas yang menguntungkan maka mereka akan menanamnya. Ketika ada
permintaan tinggi maka mereka secara otomatis akan memenuhi supplynya tetapi
kenyataannya berbeda petani indonesia masih perlu dibimbing yang sejalan dengan
program pemerintah.
Hingga saat ini upaya pemerintah dalam nencapai swasembada pangan terus
digalakkan, hal ini mengingat ketergantungan masyarakat indonesia cukup besar
terhadap beras sebagai makanan pokok dan sumber karbohidrat. Sebagaimana
disebutkan sebelumnya pada tahun 1950 konsumsi beras nasional senagai sumber
karbohidrat baru sekitar 53% sedangkan tahun 20 mencapai sekitar 95%
Upaya pemerintah sendiri dalam pencapaian Swasembada pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2005-2025 yakni periode l (2005-2009)
melalui kementerian pertanian menunjukkan prestasi yang sangat baik antara lain
peningkatan produksi padi dari 57,l6 juta ton tahun 2007 menjadi 60,33 juta ton pada
tahun 2008 atau meningkat sebesar 3,69% sehingga terjadi surplus 3,l7 juta ton
Gabah Kering Giling.
Hal 2
program upsus ini lebih diarahkan kepada lahan-lahan kosong yang tidak ditanam.
Sejalan dengan program swasembada pangan ini makan pemerintah
Kabupaten Indramayu melakukan upaya percepatan swasembada pangan dalam
mendukung kedaulatan pangan melalui kegiatan bimbingan teknis pendampingan
penyuluhan bagi babinsa dan pengeshan programa penyuluhan dan kegiatan ini
merupakan tindak lanjut kesepakatan kerjasama antara Menteri Pertanian dengan
Kepala Staf Angkatan Darat dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.
Tujuan kegiatan bimbingan teknis ini adalah memberikan pengetahuan dasar
tentang metodologi penyulhan, program nasional dengan menitikberatkan pada tiga
komoditas yakni padi, jagung dan kedelai serta pola kerjasama yang akan dibangun
bersama dengan penyuluh yang ada di desa-desa sehingga tercipta sinergitas
antara Penyuluh, Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Kelompok Tani dalam
mewujudkan swasembada pangan.
Selain itu upaya yang diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Indramayu
melakukan
perluasan
terhadap
tanaman
kedelai
seluas
200
ha
dengan
tidak dipakai dengan metode tumpangsari. Selain padi dipilihnya komoditas kedelai
ini dikarenakan tanaman kacang kedeai cocok dengan potensi yang dikembangkan
didaerah Kabupaten Indramayu karena selain mudah perawatannya tanaman
kedelai juga hemat air sehingga pada musim kemarau terhindar dari gagal panen.
Budidaya tanaman kedelai ini pula sangat diminati petani karena cocok
dikembangkan di daerah tadah hujan.
Upaya-upaya khusus yang dilakukan untuk menghasilkan produksi kedelai
yang baik adalah:
1.
2.
3.
4.
Hal 4