Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIKERJAKAN OLEH
NAMA
NIRM
: 207141015
maupun
secara
oligopolies
dikaitkan
dengan
kemampuan
keuangan,kemampuan akses pasokan atau permintaan barang dan atau jasa tertentu.
Dalam hal ini, pengertian Posisi Dominan diartikan secara luas, lebih luas daripada
sekedar pemilikan pangsa pasar yang melebihi jumlah atau prosentase tertentu yang
ditetapkan undang-undang.
Pengaturan larangan Posisi Dominan lebih lanjut ditetapkan dalam Pasal 25 UU
Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan sebagai berikut :
1) Pelaku Usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk :
a. Menetapkan syarat-syarat
perdagangan
dengan
tujuan
untuk
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
75% atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
bertindak
sendiri
atas
dasar
kemampuan
sendiri
untuk
mengendalikan pasar.
Beberapa Pengadilan di Negara-negara Common Law, seperti Amerika Serikat
dan Australia, dalam mendeskripsikan Posisi Dominan suatu pelaku usaha kemudian
mengaitkannya juga dengan istilah kekuatan pasar. Kekuatan pasar merupakan suatu
konsep yang realatif. Setiap pelaku usaha di suatu pasar mempunyai kekuatan dari
yang kecil sampai ke yang besar ( substansial). Pelaku usaha yang mempunyai
kekuatan pasar substansial (substantial market powe) secara unilateral dapat menaikan
harga produknya di atas tingkat harga yang kompetitif dalam waktu yang cukup lama
1 M.Hawin, Penyalahgunaan Posisi Dominan Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
Makalah disampaikan pada seminar Nasaional tentang Hukum Persaingan Usaha di
Indonesia dan Perkembangannya, Kerjasama antara CICODS, Magister Hukum Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada dan GTZ Republik Federal Jerman, di Auditorium Pascasarjana
UGM, 18 Desember 2008.
2
dengan meraih keuntungan eksesif. Pelaku usaha yang tidak mempunyai substantial
market power harus membutuhkan pelaku usaha lain dengan cara membuat perjanjain
kolusif (collusive dealing) untuk dapat melakukan hal yang sama.
Pengertian kekuatan pasar juga relatif bila ditafsirkan oleh para ekonom dalam
dunia persaingan usaha. Lawrence A. Sullivan & Warren S.Grimes mengatakan bahwa
Market Power or Monopoly Power is the power to raise prices significantly above the
competitive level without loosing all of ones business. Sementara Dennis W. Carlton &
Jeffrey M. Perloff berpendapat bahwa Market Power is the ability to price profitably
above the competitive level or above marginal cost. Di samping itu ahli ekonomi yang
lain Herbert Hovenkamp mendefinisikan bahwa, Market Power is the ability of a firm to
increase its profits by reducing output and charging more than a competitive for its
products.
Dengan demikian kekuatan pasar memang menunjukkan bahwa kemampuan
melakukan berbagai hal diatas merupakan indikator bahwa pelaku usaha atau
perusahaan yang memiliki posisi dominan yang mungkin melakukan exercise atau
penggunanaan posisi dominan yang dimilikinya. Dengan kata lain bahwa menggunakan
posisi dominan juga bukan mutlak pelanggaran dan akan dilihat dari dampak yang
ditimbulkan oleh penggunaan posisi dominan itu terhadap persaingan usaha ataupun
dampaknya terhadap pasar atau pesaingnya.
Dalam menilai penyalahgunaan posisi dominan maka menurut Pasal 1 angka 4
UU No. 5/1999 nampak menampung baik ukuran yang dipakai oleh ECJ dan ukuran
yang dipakai baik di Amerika Serikat maupun Australia. Menurut pasal ini, pemegang
posisi dominan harus tidak mempunyai pesaing yang berarti atau mempunyai posisi
tertinggi di antara pesaingnya dalam kemampuan keuangan,kemampuan akses pada
pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau
permintaan barang atau jasa.
pemasok. Hal ini telah digambarkan pada kasus diatas yang telah diputus pada tahun
2005 oleh KPPU.
Dari keseluruhan ini, listing fee dan minus margin dianggap amat memberatkan
dan merugikan. Listing fee merupakan biaya dalam memasok produk baru ke tiap gerai
Carrefour. Hal ini berfungsi sebagai jaminan bila barang tidak laku. Listing fee hanya
diterapkan sekali dan tidak dikembalikan bahkan bila pemasok tersebut tidak lagi
menjual produknya di gerai Carrefour. Besar listing fee berbeda antara pemasok kecil
dan pemasok besar. Hanya paritel besar yang bisa menerapkan listing fee.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa terdapat adanya korelasi positif antara market
power paritel dimana penghasilan Carrefour pada 2004 dari listing fee mencapai Rp. 25
Miliar. Listing fee yang semula dimaksudkan sebagai jaminan apabila produk pemasok
tidak laku atau sebagai salah satu sarana pendistribusian tempat yang terbatas yang
dimilik paritel, dalam perkembangannya justru dijadikan sebagai salah satu metode
untuk mengalihkan keuntungan yang dimiliki pemasok kepada paritel secara tidak
langsung. Listing fee juga bisa menjadi instrument paritel raksasa untuk menekan
paritel berskala lebih kecil yang menjadi pesaing untuk meningkatkan biaya
marjinalnya(marginal cost).4
Minus margin merupakan jaminan pemasok bahwa harga jual produk mereka
paling murah. Bila Carrefour mendapati bukti tertulis pesaingnnya dapat menjual produk
yang sama dengan harga lebih rendah, Carrefour meminta kompensasi dari pemasok.
Ini jadi jaminan produk yang dijual di Carrefour lebih murah ketimbang ditempat lain.
Seperti lising fee, minus margin juga jadi instrument ampuh menekan pesaing,selain
bentuk pengalihan keuntungan pemasok ke peritel. Pada 2004, Carrefour meraih Rp.
1,9 Miliar dari denda minus margin 99 pemasok.
Carrefour dinyatakan terbukti melanggar pasal 19 huruf a UU No.5/1999. Fakta
ini menunjukkan, market power yang dimiliki hypermarket bisa menekan pemasok lewat
pendiktean standarisasi. Lewat standardisasi inilah ritel modern menguasai pasar
4 Anna Maria Tri Anggraini,Penyalahgunaan Posisi Tawar yang Dominan dalam perspektif
Hukum Persaingan Usaha Jurnal Legislasi Indonesia,Vol 10.,No.4(Desember 2013): hal 392.
5
dengan mempraktikan perjanjian jual-beli tidak fair, membentuk harga kartel, mendepak
perusahaan lokal dari pasar, dan membeli komoditas pemasok dengan harga
supermurah. Misalnya, Wal-Mart di AS memanfaatkan suplai berlebih untuk mendepak
penyuplai lama dan menekan harga pisang dari 1,08 euro (2002) menjadi 0,74 euro
(2004).
Akibatnya, petani pisang di Kostarika sebagai penyuplai merugi dan tak bisa
membayar buruh dengan upah minimum. Sebab, tiap 1 Dollar Amerika Serikat harga
pisang di Kostarika 57% jatuh ke korporasi, termasuk ritel. Artinya, standardisasi juga
bisa merugikan petani. Market power ini makin mekar karena disokong sistem rantai
pangan (agrifood chain).
Sistem ini menghubungkan mata rantai sejak gen sampai rak-rak di supermarket
tanpa ada titik-titik penjualan. Tidak ada price discovery. Ayam misalnya, mulai dari
pembiakan hingga pemrosesan sama sekali tidak melibatkan penjualan. Ayam ini hanya
ditukar dengan uang saat muncul di supermarket. Artinya, sektor ini mulai produksi,
perdagangan, pengolahan hingga ritel-tak hanya terindustrialisasi dan mengglobal,
tetapi juga terkonsentrasi di tangan segelintir korporasi transnasional.
Dengan demikian terlihat bahwa penggunaan market power atau kekuatan pasar
yang tidak secara jelas dapat dirasakan antara pemasok lolak dan peritel ketika mereka
mengadakan perjanjian bisnis diantara mereka. Berdasarkan fakta diatas, penggunaan
market power oleh ritel modern seharusnya jadi dasar bagi KPPU buat menyusun
pedoman yang mengatur mengenai permasalahan penerapan berbagai tambahan
biaya bagi pemasok yang dirasakan memberatkan pemasok. Dengan cara ini
kemungkinan bahwa penyalahgunaan kekuatan pasar atau penyalahgunaan posisi
Dominan atau bahkan abused of dominant bargaining position dapat ditekan atau kalau
perlu diatur sebaik-baik nya untuk mennghindari penyalahgunaan.
DAFTAR PUSTAKA
I. Jurnal
Anggraini Anna Maria Tri, Penyalahgunaan Posisi Tawar yang Dominan dalam
perspektif
Hukum
Persaingan
Usaha
Jurnal
Legislasi
Indonesia,Vol
II. Internet
http://suar.okezone.com/read/2009/05/05/58/216627/ritel-modern, diakses
tanggal 21 januari 2015.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21702/carrefour-bantah-dominasipangsa-pasar-ritel, diakses tanggal 21 januari 2015.