Anda di halaman 1dari 18

PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA

NEGARA DALAM BERBAGAI ASPEK


KEHIDUPAN
Makalah PKN

Oleh
M.ARSYAD LABIB A
MADRASAH ALIYAH NEGERI
SURABAYA
2015

PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA


NEGARA DALAM BERBAGAI ASPEK
KEHIDUPAN

A. PENDAHULUAN
Sebagai warga Indonesia yang telah merdeka lebih dari 50 tahun,
apakah kita sudah merasakan hak-haknya yang diberikan oleh negara
dengan baik ? Pertanyaan yang sering muncul manakala kita renungi
dari perjalanan bangsa dan negara Indonesia yang diperingati pada
setiap tanggal 17 Agustus. Memang perlu waktu dan pemikiran yang
mendalam jika memperhatikan Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
di dalam batang tubuh UUD 1945 yang memiliki cita moral dan cita
hukum yang ingi diwujudkan dari sebuah negara yang dilahirkan.
Pada Alinea II Pembukaan UUD 1945, dengan jelas tertulis dan
perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Salah satu
makna yang dapat kita tangkap dalam alinea tersebut adalah bahwa
kemerdekaan yang dicapai adalah bukanlah akhir perjuangan, tetapi
harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang merdeka,
bersatu , berdaulat, adil dan makmur.
Untuk mewujudkan hal tersebut, peran penyelenggara negara
sangat penting dalam membuat kebijakan dan strategi-strategi
pencapaianya. Peran penyelenggara negara maupun pemerintahan
baik di pusat maupun di daerah, hendaknya fokus sebagaimana
diamanatkan di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut. Karena jika
penyelenggara negara/pemerintah salah dalam membuat strategi dan
kebijakan, hal ini akan berakibat langsung terhadap warganya untuk
bisa menikmati hak-haknya sebagai warga negara.

B.KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA


1. Rakyat Dalam Suatu Negara
Rakyat di dalam suatu negara, yaitu meliputi semua orang yang
bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk
pada kekusaan negara itu. Awal rakyat di dalam suatu negara,
bermula hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang
berasal dari satu nenek moyang yang masih memiliki hubungan
pertalian darah. Namun dalam perkembangan berikutnya, tahun
demi tahun berjalan banyak pula pendatang yang berasal dari
nenek moyang berbeda.
2

Dalam perkembangan dewasa ini, faktor bertempat tinggal


bersama ikut menentukan apakah seseorang termasuk dalam
pengertian rakyat daripada negara itu. Adapun rakyat di dalam
suatu negara dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hubungannya dengan daerah tertentu di dalam
suatu negara, yaitu dapat dibedakan penduduk dan bukan
penduduk.

Penduduk, adalah mereka yang bertempat tinggal atau


berdomisili di dalam suatu wilayah negara (menetap) untuk
jangka waktu yang lama. Secara sosiologis, penduduk adalah
semua orang yang pada suatu waktu mendiami wilayah
negara. Biasanya, penduduk adalah mereka yang lahir secara
turun-temurun dan besar di dalam suatu negara. Di
Indonesia,
penduduk
yang
memiliki
status
kewarganegaraan disebut sebagai Warga Negara Indonesia
(WNI) yang ditandai dengan kepemilikan Akte Lahir atau
Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi yang telah berumur 17
tahun ke atas. Warga Negara Asing (WNA) yang menetap di
Indonesia karena suatu pekerjaan, juga disebut sebagai
penduduk.

Bukan Penduduk, adalah mereka yang berada di dalam


suatu wilayah negara hanya untuk sementara waktu (tidak
menetap). Contoh : para turis mancanegara atau tamu-tamu
instansi tertentu di dalam suatu negara.

b. Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah negaranya,


yaitu warga negara dan bukan warga negara.

Warga Negara, adalah mereka yang berdasarkan hukum


tertentu merupakan anggota dari suatu negara, dengan status
kewarganegaraan warga negara asli atau warga negara
keturunan asing. Warga negara juga dapat diperoleh
berdasarkan suatu undang-undang atau perjanjian yang
diakui sebagai warga negara (melalui proses naturalisasi).

Bukan Warga Negara (orang asing), adalah mereka yang


berada pada suatu negara tetapi secara hukum tidak menjadi
anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada
pemerintah di mana mereka berada. Contoh : Duta Besar,
Konsuler, Kontraktor Asing, dan sebagainya).

Warga negara dan bukan warga memiliki hak dan kewajiban


yang berbeda. Contoh : warga negara dapat memiliki tanah
atau mengikuti pemilu, suatu hak yang tidak dimiliki oleh orang
yang bukan warga negara.

2. Asas Kewarganegaraan
2

Dalam menentukan status kewarganegaraan lazim digunakan


stelsel aktif dan pasif. Menurut stelsel aktif, seseorang akan
menjadi warga negara suatu negara dengan melakukan tindakantindakan hukum tertentu secara aktif. Sedangkan menurut stelsel
pasif, seseorang dengan sendirinya menjadi warga negara tanpa
harus melakukan tindakan hukum tertentu
Berkaitan dengan stelsel tersebut diatas, seseorang dalam suatu
negara pada dasarnya memiliki hak opsi dan hak repudiasi. Hak
Opsi adalah hak untuk memilik suatu kewarganegaraan (dalam
stelsel aktif). Sedangkan Hak Repudiasi adalah hak untuk
menolak suatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
Sedangkan penentuan Kewarganegaraan dapat dibedakan
menurut Asas Ius Sanguinis dan Asas Ius Soli.
a. Ius Soli, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut daerah atau negara tempat di mana ia
dilahirkan. Contoh: Seseorang yang dilahirkan di negara
A maka ia akan menjadi warga negara A, walaupun orang
tuanya adalah warga negara B. Asas ini dianut oleh
negara Inggris, Mesir, Amerika, dan lain-lain.
b.

Ius Sanguinis, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan


seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari
orang
yang
bersangkutan.
Jadi,
yang
menentukan
kewarganegaraan seseorang ialah kewarganegaraan orang
tuanya, dengan tidak mengindahkan di mana ia sendiri
dan orang tuanya berada dan dilahirkan. Contoh:
Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orang
tuanya warga negara B, maka orang tersebut tetap
menjadi warga negara B (dianut oleh negara RRC).

Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan


di beberapa negara, baik yang menerapkan asas ius soli
maupun ius sanguinis, dapat menimbulkan dua kemungkinan
yaitu apatride dan bipatride.
a. Apatride, adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak
mempunyai kewarganegaraan. Contoh: Seorang keturunan
bangsa A (ius soli) lahir di negara B (ius sanguinis). Maka
orang tersebut tidaklah menjadi warga negara A dan juga
tidak dapat menjadi warga negara B. Dengan demikian,
orang
tersebut
tidak
mempunyai
kewarganegaraan
(apatride).
b. Bipatride, adalah
adanya
seorang
penduduk
yang
mempunyai dua macam kewarganegaraan sekaligus
(kewarganegaraan rangkap). Contoh: Seorang keturunan
bangsa B (ius sanguinis) lahir di negara A (ius soli). Oleh
karena ia keturunan bangsa B maka dianggap sebagai
warga negara B. Akan tetapi, negara A juga menganggap
warga negaranya karena berdasarkan tempat lahirnya.

3. Penduduk dan Warga Negara Indonesia


Rakyat sebagai penghuni negara, mempunyai peranan
penting dalam merencanakan, mengelola, dan mewujudkan
tujuan negara. Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk
maupun warga negara, secara konstitusional tercantum dalam
pasal 26 Undang-Undang Dasar 1945 perihal Warga Negara
dan Penduduk.
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.
c. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan undangundang.
Di dalam penjelasan UUD 1945, yang dimaksud dengan
orang-orang bangsa lain adalah orang-orang peranakan
Belanda, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab yang
bertempat kedudukan di Indonesia, mengakui Indonesia
sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara
Republik Indonesia. Mereka ini dapat menjadi warga negara.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, bahwa
yang dimaksud orang-orang banga Indonesia asli adalah
orang-orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia
sejak
kelahirannya
dan
tidak
pernah
menerima
kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, penduduk di
Indonesia, berdasarkan Indische Staatsregeling (Peraturan
Ketatanegaraan Hindia Belanda) tahun 1927, terbagi dalam
3 golongan, yaitu seperti berikut ini :

Golongan Eropa, yang terdiri atas:


1. Bangsa Belanda,
2. bukan Bangsa Belanda, tetapi orang yang asalnya dari Eropa
3. Bangsa
Jepang
(untuk
kepentingan
hubungan
perdagangan)
4. Orang-orang yang berasal dari negara lain yang hukum
keluarganya sama dengan hukum keluarga Belanda
(Amerika, Australia, Rusia, dan Afrika Selatan), dan
keturunan mereka yang tersebut di atas.

Golongan Timur Asing, yang terdir atas :


1. Golongan Cina (Tionghoa), dan
2. Golongan Timur Asing bukan Cina (orang Arab, India,
Pakistan, Mesir, dan lain-lain).

Golongan Bumiputera (Indonesia), yang meliputi:


1. Orang-orang
Indonesia asli serta keturunannya yang tidak
memasuki golongan rakyat lain, dan
2

2. Orang yang mula-mula termasuk golongan rakyat lain, lalu


masuk dan menyesuaikan hidupnya dengan golongan Indonesia asli.
Berikut ini adalah yang menjadi warga negara Indonesia
berdasarkan peraturan perundangan yang pernah berlaku di
Indonesia :
N
o
1.

Peraturan
Perundangan
Undang-Undang
Repulbik
Indonesia
Nomor 3 Tahun
1946

2.

Hasil Konferensi
Meja Bundar
(KMB) Tahun
1949

Uraian / Keterangan
a. Penduduk Asli dalam daerah RI, termasuk anakanak dari penduduk asli itu.
b. Isteri seorang warga negara.
c. Keturunan dari seorang warga negara yang kawin
dengan wanita warga negara Asing.
d. Anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orang
tuanya tidak diketahui dengan cara yang sah.
e. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari
setelah
ayahnya,
yang
mempunyai
kewarganegaraan Indonesia, meninggal.
f. Orang bukan penduduk asli yang paling akhir
bertempat tinggal di Indonesia selama 5 (lima)
tahun berturut-turut, dan telah berumur 21 tahun
atau telah kawin. Dalam hal ini, bila berkeberatan
menjadi warga negara Indonesia, ia boleh
menolak dengan keterangan bahwa ia adalah
warga negara dari negara lain.
g. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan
jalan pewarganegaraan (naturalisasi).
a. Penduduk asli Indonesia, yaitu mereka yang
dahulu termasuk golongan Bumiputera dan
berkedudukan di wilayah RI. Apabila mereka lahir
di luar Indonesia dan bertempat tinggal di negeri
Belanda atau di luar daerah peserta Uni
(Indonesia - Belanda); maka mereka berhak
memilih kewarganegaraan Belanda dalam waktu
dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949.
b. Orang Indonesia, kawulanegara Belanda, yang
bertempat tinggal di Suriname atau Antilen
(koloni Belanda). Akan tetapi, jika mereka lahir di
luar Kerajaan Belanda, mereka berhak memilih
kewarganegaraan Belanda dalam waktu dua
tahun setelah tanggal 27 Desember 1949.
c. Orang Cina dan Arab yang lahir di Indonesia atau
sedikitnya bertempat tinggall enam bulan di
wilayah RI dan dalam waktu dua tahun sesudah
tanggal 27 Desember 1949 menyatakan memilih
menjadi warga negara Indonesia.
d. Orang Belanda yang dilahirkan di wilayah RI atau
sedikitnya bertempat tinggal enam bulan di

wilayah RI
dan yang dalam waktu dua
tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949
menyatakan memilih warga negara Indonesia.,

3.

Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 62
Tahun 1958

4.

UndangUndang
Nomor 12
Tahun 2006
tentang
Kewarganega
raan
Republik
Indonesia

e. Orang asing (kawula negara Belanda)


bukan orang Belanda yang lahir di
Indonesia dan bertempat tinggal di RI,
dan yang dalam waktu dua tahun
sesudah tanggal 27 Desember 1949
tidak
menolak
kewarganegaraan
Indonesia.
a. Mereka yang telah menjadi warga
negara
berdasarkan
UU/Peraturan/
perjanjian yang berlaku surut,
b. Mereka yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan dalam UU No.
62 tahun 1958 yakni seperti berikut :
1) Pada waktu lahirnya mempunyai
hubungan
kekeluargaan
dengan
seorang warga negara Indonesia
(misalnya, ayahnya WNI),
2) Lahir dalam waktu 300 hari, setelah
ayahnya meninggal dunia dan ayah
itu pada waktu meninggal dunia
adalah warga negara RI,
3) Lahir dalam wilayah RI selama
orangtuanya tidak diketahui.
4) Memperoleh
kewarganegaraan
RI
menurut UU No. 62 tahun 1958.
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan/atau berdasarkan
perjanjian Pemerintah Republik Indonesia
dengan negara lain sebelum UndangUndang ini berlaku sudah menjadi Warga
Negara Indonesia;
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia;
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing;
d. Yang lahir dari perkawinan yang sah dari
seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia;
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah
dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
tetapi
ayahnya
tidak
mempunyai
kewarganegaraan atau hukum negara asal
ayahnya
tidak
memberikan
2

kewargaanegaraan kepada anak tersebut;


f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300
(tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan
ayahnya warga negara Indonesia;
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah
dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah
dari seorang ibu warga negara asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara
Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan
itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik
Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di
wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. Anak yang lahir di wilayah negara Republik
Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewargane-garaan atau tidak
diketahui keberadaannya.
l. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara
Republik Indonesia dari seorang ayah dan
ibu Warga Negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan.
m. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah
dikabulkan
permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau
ibunya
meninggal
dunia
sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia.

C. KEDUDUKAN
WARGA
NEGARA
PEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

DAN

1. Kedudukan Warga Negara


Kedudukan warga negara di dalam suatu negara, sangat
penting statusnya terkait dengan hak dan kewajiban yang
dimiliki
sebagai
warga
negara.
Karena
perbedaan
status/kedudukan
sebagai
warga
negara
sangat
berpengaruh terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki baik

yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial budaya


maupun hankam.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar warga negara
adalah juga penduduk negara itu, dan ada juga sebagian
kecil yang tidak menjadi penduduk karena orang itu bertempat
tinggal di luar negeri. Contoh: seorang mahasiswa yang sedang
belajar di luar negeri atau tenaga kerja yang sedang bekerja
di luar negeri.

2. Hak dan Kewajiban Dasar Warga Negara


Hak-hak Dasar Warga Negara

Kewajiban Dasar Warga Negara

Hak dasar sebagai suatu bangsa yang


merdeka dan berdaulat serta bebas
dari segala macam bentuk
penjajahan (Pembukaan UUD
1945, alinea I), dan hak dasar
sebagai warga negara dalam
berbagai bidang kehidupan,
antara lain :
a. menyatakan
diri
sebagai
warga negara dan penduduk
Indonesia
atau
ingin
menjadi warga negara suatu
negara (Pasal 26),
b. bersamaan
kedudukan
di
dalam
hukum
dan
pemerintahan (Pasal 27 ayat
(1)),
c. memperoleh pekerjaan dan
penghi-dupan
yang
layak
(Pasa127 ayat (2)),
d. kemerdekaan
berserikat,
berkumpul,
mengeluarkan
pikiran lisan dan tuli-san
(Pasal 28),
e. Mempertahankan hidup dan
kehidu-pannya sebagai hak
asasi manusia (Pasal 28A)
f. jaminan memeluk salah satu
agama dan pelaksanaan ajaran
agamanya
masing-masing
(Pasal 29 ayat (2)),
g. ikut
serta
dalam
usaha
pertahanan dan keamanan
negara (Pasal 30),
h. mendapat pendidikan (Pasal
31),

Kewajiban
dasar
sebagai
warga negara dalam berbagai
bidang kehidupan, antara lain
:
a. menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan
dan
keadilan
(Pembukaan UUD 1945, alinea
I),
b. menghargai
nilai-nilai
persatuan, kemerdekaan
dan
kedaulatan
bangsa
(Pembukaan UUD 1945, alinea
II),
c. menjunjung
tinggi
dan
setia kepada konstitusi
negara dan dasar negara
(Pembukaan UUD 1945, alinea
IV),
d. setia
membayar
pajak
untuk negara (Pasal 23
ayat 2),
e. wajib menjunjung tinggi
hukum dan pemerintahan
dengan
tidak
ada
kecualinya (Pasal 27 ayat 1),
f. wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan
dan
keamanan negara (Pasal
30 ayat (1)),
g. wajib
menghormati
bendera negara Indonesia
sang merah putih (Pasal
35),
h. wajib
bahasa

menghormati
negara
bahasa
2

i. mengembangkan
Indonesia (Pasal 36),
kebudayaan nasio-nal (Pasal i. wajib menjunjung tinggi
32),
lambang negara Garuda
j. berhak
dalam
Pancasila
dengan
mengembangkan
usahasemboyan
Bhinneka
usaha
bidang
ekonomi
Tunggal Ika (Pasal 36A),
(Pasal 33) dan
j. wajib menghormati lagu
k. memperoleh
jaminan
kebang-saan
Indonesia
pemeliharaan
dari
Raya (Pasal 36B).
pemerintah
sebagai
fakir
miskin (Pasal 34).
Berikut ini contoh hak dan kewajiban warga negara Indonesia
dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
a. Hak dibidang politik, misalnya mempunyai hak untuk memilih
dipilih, mendirikan dan memasuki suatu organisasi sosial
politik, dan ikut serta dalam pemerintahan.
b. Hak di bidang pendidikan, misalnya mempunyai hak untuk
memperoleh pendidikan, mengembangkan karir pendidikan,
mendirikan lembaga pendidikan swasta, dan ikut serta
menangani pendidikan.
c. Hak di bidang ekonomi, misalnya setiap warga negara
mempunyai hak untuk memperoleh pekerjaan, memperoleh
penghidupan yang layak, hak memiliki barang, dan hak untuk
berusaha.
d. Hak di bidang sosial budaya, misalnya setiap warga negara
Indonesia mempunyai hak untuk mendapat pelayanan sosial,
kesehatan, pendidikan penerangan hak untuk mengembangkan
bahasa, adat-istiadat dan budaya daerah masing-masing, dan
hak untuk mendirikan lembaga sosial budaya.

3. Pewarganegaraan di Indonesia
Menurut Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 yang
dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
adalah sebagai berikut :
a. Mereka yang menjadi warga negara menurut undangundang / peraturan/ perjanjian yang terlebih dahulu telah
berlaku (berlaku surut),
b. Kelahiran (asas ius soli),
c. Adopsi melalui Pengadilan Negeri (menyangkut anak
orang asing di bawah umur 5 tahun),
d. Anak-anak di luar perkawinan dari seorang wanita
Indonesia,
e. Pewarganegaraan (naturalisasi),
f. Setiap orang asing kawin dengan seorang laki-laki
Indonesia,
g. Anak-anak yang belum berumur 18 tahun / belum kawin mengikuti
ayah atau ibunya (asas ius sanguinis),
2

h. Anak orang asing dan tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayah
atau ibunya yang orang asing itu dapat menjadi warga negara RI setelah
berumur 21 tahun atau sudah kawin melalui pernyataan.
Apabila ada orang asing yang ingin menjadi warga negara
Indonesia melalui proses naturalisasi, ia harus mengajukan permohonan
kepada Menteri Kehakiman melalui kantor pengadilan negeri setempat di
mana ia tinggal atau Kantor Kedutaan Besar RI bagi di luar
negeri. Permohonan ini harus ditulis di atas materai dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Pengadilan negeri atau perwakilan diplomatik RI berwenang untuk
memeriksa syarat-syarat dan menguji pemohonan tentang
kecakapannya berbahasa Indonesia dan penguasaan sejarah Indonesia.
Karena permohonan demikian merupakan syarat formal, maka Menteri
Kehakiman dapat menolak atau mengabulkan permohonan
tersebut dengan persetujuan Presiden. Apabila ditolak, ia dapat
mengajukan kembali permohonannya di lain waktu, tapi bila dikabulkan
maka ia harus mengucapkan sumpah atau janji setia di hadapan
Pengadilan Negeri atau Perwakilan Diplomatik RI.
Selanjutnya, pewarganegaraan akan diumumkan oleh
Menteri Kehakiman dalam Berita Negara. Apabila dalam
waktu 3 bulan setelah hari ditetapkan SK Menteri
Kehakiman si pemohon tidak mengucapkan sumpah/janji
setia, maka keputusan itu dengan sendirinya batal (demi
hukum).
Dalam
memperoleh kewarganegaraan selain melalui
cara naturalisasi, dapat juga dengan cara berikut :
a. Kelahiran, yaitu pada dasarnya siapa saja yang lahir di
Indonesia adaiah warga negara RI (asas ius soli),
b. Pengangkatan, yaitu pengangkatan anak berusia lima
tahun ke bawah secara sah (adopsi) oleh orang tua
angkatnya maka anak tersebut dapat memperolehi
kewarganegaraan RI,
c. Dikabulkan permohonannya, yaitu permohonan yang
dikabulkan oleh Menteri Kehakiman seperti orang asing
yang lahir dan bertempat tinggal di wilayah RI tetapi tidak
mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan
ayahnya.
d. Akibat perkawinan, yaitu suatu perkawinan antara warga
asing dengan pria WNI. Dalam hal ini si istri akan
memperoleh kewarganegaraan Indonesia. Apabila prianya
warga negara asing sedangkan wanitanya WNI, maka
wanita (istri) tesebut akan kehilangan kewarganegaraan
RI bila dalam waktu 1(satu) tahun setelah perkawinan
tidak menyatakan menjadi Warga Negara Republik
Indonesia.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006


2

Syarat Syarat Dalam Memperoleh Kewarganegaraan


Indonesia
Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut: :
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal
di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima )
tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh)
tahun tidak berturut-turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau
lebih;
f. Jika
dengan
memperoleh
Kewarganegaraan
Republik
Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh
melalui pewarganegaraan atau naturalisasi, yaitu kepada orang
asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau
dengan
alasan
kepentingan
negara
dapat
diberi
Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah
memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut
mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006


Tata Cara Dalam Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
a. Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh
pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas
bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri, berkas
permohonan disampaikan kepada Pejabat ;
b. Menteri meneruskan permohonan yang disertai dengan
pertimbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak permohonan diterima;
c. Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
d. Presiden
mengabulkan
atau
menolak
permohonan
pewarganegaraan yang ditetapkan
dengan Keputusan
2

e.

f.

g.

h.

i.

j.
k.

Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak


permohonan diterima oleh Menteri dan diberitahukan kepada
pemohon paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
Keputusan Presiden ditetapkan;
Penolakan
permohonan pewarganegaraan harus disertai
alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang
bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
permohonan diterima oleh Menteri ;
Keputusan
Presiden
mengenai
pengabulan
terhadap
permohonan Pewargane-garaan berlaku efektif terhitung sejak
tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia.
Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak Keputusan
Presiden dikirim kepada pemohon, Pejabat memanggil
pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia;
Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu
yang telah ditentukan ternyata pemohon tidak hadir tanpa
alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut batal demi
hukum;
Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan
sebagai
akibat
kelalaian
Pejabat,
pemohon
dapat
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan
Pejabat lain yang ditunjuk Menteri;
Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dilakukan di
hadapan Pejabat; dan pejabat tersebut membuat berita acara
pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia;
Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia, Pejabat
menyampaikan berita acara pengucapan sumpah atau
pernyataan janji setia kepada Menteri.

l. Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia,


pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat
keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia ;
m. Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan dan
berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia
dari Pejabat, menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik
Indonesia seseorang yang memperoleh kewarganegaraan ;
n. Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh
kewarganegaraan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

4. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia


Berdasarkan UndangUndang Nomor 62 Tahun
1958
a. Kawin dengan seorang
laki-laki asing;
b. Putusnya
perkawinan
seorang wanita asing
dengan laki-laki warga
negara Indonesia;
c. Anak yang orang tuanya
kehilangan
kewarganegaraan
Indonesia;
d. Memperoleh
kewarganegaraan
lain
karena kemauan sendiri,
e. Tidak
menolak
atau
melepas-kan
kewarganegaraan lain;
f. Diakui oleh orang orang
asing sebagai anaknya;
g. Diangkat anak secara sah
oleh seorang orang asing;
h. Dinyatakan
hilang
kewargane-garaannya
oleh menteri kehaki-man
dengan
persetujuan
dewan menteri;
i. Masuk dalam dinas asing
tanpa izin lebih dahulu dari
menteri kehakiman Republik
Indonesia;
j. Mengangkat
sumpah
atau menyatakan janji
setia
kepada
negara
asing;
k. Turut
serta
dalam
pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatane-garaan
untuk suatu negara asing;
l. Mempunyai paspor dari
negara asing; dan
m. Bertempat
tinggal
di
luar negeri selama 5
tahun
berturut-turut

Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2006
a. Memperoleh kewarganegaraan lain
atas kemauannya sendiri;
b. Tidak
menolak
atau
tidak
melepaskan kewarganegaraan lain,
sedangkan
orang
yang
bersangkutan
mendapat
kesempatan untuk itu;
c. Dinyatakan
hilang
kewarganegaraannya oleh Presiden
atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18
(delapan belas) tahun, bertempat
tinggal di luar negeri, dan dengan
dinyatakan hilang Kewarganegaraan
Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan;
d. Masuk dalam dinas tentara asing
tanpa izin terlebih dahulu dari
Presiden;
e. Secara sukarela masuk dalam dinas
negara asing, yang jabatan dalam
dinas semacam itu di Indonesia
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan hanya dapat
dijabat
oleh
Warga
Negara
Indonesia;
f. Secara
sukarela
mengangkat
sumpah atau menyatakan janji setia
kepada negara asing atau bagian
dari negara asing tersebut;
g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta
dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu
negara asing;
h. Mempunyai paspor atau surat yang
bersifat paspor dari negara asing
atau surat yang dapat diartikan
sebagai tanda kewarganegaraan
yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya;
i. Bertempat tinggal di luar wilayah
negara Republik Indonesia selama 5
2

dengan
tidak
menyatakan
keinginannya
untuk
tetap men-jadi warga
negara
Indonesia
kecuali jika ia ada dalam
dinas negara Republik
Indonesia.

(lima) tahun terus-menerus bukan


dalam rangka dinas negara, tanpa
alasan yang sah dan dengan sengaja
tidak
menyatakan
keinginannya
untuk tetap menjadi Warga Negara
Indonesia sebelum jangka waktu 5
(lima) tahun itu berakhir, dan setiap
5 (lima) tahun berikutnya yang
bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi
Warga Negara Indonesia kepada
Perwakilan Republik Indonesia yang
wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal yang bersangkutan padahal
perwakilan
Republik
Indonesia
tersebut
telah
memberitahukan
secara
tertulis
kepada
yang
bersangkutan,
sepanjang
yang
bersang-kutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.

D. PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM


KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA
1. Makna Persamaan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sadari bahwa setiap manusia
selain kodratnya sebagai makhluk pribadi adalah juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, sangat merasakan
bantuan, pertolongan dan bantuan dari orang lain. Untuk
mewujudkan dirinya sebagai makhluk sosial tersebut, maka timbul
perasaan dan sikap ingin dihormati dan dihargai orang lain. Dengan
dihormati dan dihargai tersebut, maka setiap manusia merasakan
adanya pengakuan dari orang lain, dari kelompok atau masyarakat
sekitar.
Penting bagi setiap manusia untuk dapat mengembangkan sikap
hormat dan menghargai orang lain agar di dalam kehidupannya
terwujud kerukunan dan kerja sama yang baik sehingga tercapai
keingin kedamaian dan ketenteram hidup. Karena setiap manusia
sangat mendambakan suasana kehidupan yang akrab, ramah dan
penuh kedamaian.
Di negara-negara berkembang pada umumnya (termasuk
Indonesia), memaknai persamaan hidup lebih bersifat kultural
karena faktor adat istiadat dan budaya yang diterapkan secara
turun temurun. Rasa penghormatan dan penghargaan tulus yang
2

kita terima, terutama pada masyarakat di pedesaan yang masih


menjaga dan memelihara dengan baik adat-istiadat dan budaya
mereka. Namun di kota-kota besar pada umumnya dengan
masyarakatnya yang sudah sangat kompleks (heterogen) dan multi
kultural, tentu tidak banyak yang diharapkan.

2. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)


Dalam kehidupan bangsa Indonesia secara kultural bahwa
jaminan terhadap persamaan hidup telah tertanam dalam-dalam
melalui adat dan budaya daerah yang relatif memiliki nilai-nilai
yang hampir sama. Kehidupan masyarakat yang bersahaja dan
sangat bersahabat dengan sesama, yaitu saling menghargai dan
menghormati sampai sekarang masih nampak dalam perisai
lambang burung Garuda Pancasila Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini
menandakan bahwa dalam kurun waktu perjalanan hidup bangsa
Indonesia hingga saat ini, masalah perbedaan suku, agama, ras dan
antar golongan tidaklah menjadi penghalang dalam pergaulan
hidup, akan tetapi justru sebaliknya mampu menjadi perekat dalam
kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang.
Beberapa nilai kultural bangsa Indonesia yang patut kita
lestarikan dalam upaya memberikan jaminan persamaan hidup
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, antara
lain :
a. Nilai Religius
Realitas kehidupan bangsa Indonesia sejak jaman nenek
moyang hingga sekarang ini sarat dengan nilai-nilai religius,
meskipun disadari bahwa tata cara ritual dan bentuk-bentuk
yang disembah berbeda. Ada sebagian masyarakat yang
menganut persembahan ritual dengan perantara roh (animisme),
melalui benda-benda/pohon-pohon tertentu (dinamisme), kepada
dewa-dewa (pantheisme) dan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(monteisme).
Esensi nilai religius, sangat menghargai persamaan hidup dan
memberi jaminan kepada umatnya bahwa setiap manusia
diciptakan adalah sama dihadapan yang kuasa/Tuhan.
Sedangkan yang membedakan adalah derajat ilmu pengetahuan,
adab, dan keimanan dari setiap masing-masing manusia.
b. Nilai Gotong Royong
Pada sebagian masyarakat Indonesia, nilai-nilai gotong
royong masih sangat kuat dipertahankan sebagai wujud
kepedulian dan mau membantu sesama. Bentuk perbuatan
gotong royong seperti ; membantu dalam membangun rumah,
bersama-sama membuat jembatan, menolong yang kena musibah
bencana alam, menjaga keamanan bersama (ronda/siskamling)
dan sebagainya, merupakan wujud jaminan persamaan hidup
2

dengan tidak membeda-bedakan status sosial maupun suku,


agama, ras dan antar golongan.
Esensi nilai gotong royong adalah adanya keinginan kuat
dalam setiap anggota masyarakat dalam meringankan beban
orang lain, sehingga mampu hidup mandiri layaknya masyarakat
lain.
c. Nilai Ramah Tamah
Kebiasaan dalam pergaulan hidup yang mengembangkan
sopan santun dan ramah tamah, merupakan salah satu ciri khas
bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Salah satu keunggulan dan sekaligus kebanggaan
warisan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang harus
dilestarikan kepada generasi penerus bangsa adalah sikap sopan
dan ramah kepada siapapun tamu yang hadir yang memiliki
itikad baik. Banyak bangsa lain jika berkunjung ke tempattempat wisata atau ke daerah-daerah tertentu di Indonesia
sangat terkesan dengan sikap sopan dan ramah tamah tersebut.
d. Nilai Kerelaan Berkorban dan Cinta Tanah Air
Melalui nilai-nilai semangat rela berkorban dan cinta tanah
air, bangsa Indonesia telah teruji selama penjajahan berlangsung
dalam merebut kemerdekaan. Rela berkorban dan cinta tanah
air, merupakan wujud ketulusan pengorbanan seseorang dalam
bentuk harta benda maupun nyawa untuk kepentingan harga
diri, harkat martabat bangsa dan negara.
Esensi rela berkorban dan cinta tanah air dalam jaminan
persamaan hidup adalah bahwa dalam kehidupan manusia ada
rasa kebanggaan yang mendalam jika sanggup melakukan
pengorbanan untuk kepentingan orang lain atau bangsa dan
negara sebagai wujud rasa cinta yang tulus dan mendalam.

3. Jaminan Persamaan Hidup Dalam Konstitusi Negara


Masa penjajahan yang telah berlangsung sejak jaman Belanda
(lk.350 tahun) dan jaman Jepang (lk.3,5 tahun), telah membuka
mata seluruh masyarakat dan pemimpin bangsa Indonesia agar
mampu menata kehidupan bangsa yang merdeka dan berdaulat
serta sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang beradab. Perjuangan
panjang dalam merebut kemerdekaan tanpa kenal lelah dan
pantang menyerah, telah membawa sebuah tonggak kemerdekaan
sebagai pintu gerbang menuju kejayaan bangsa dan negara
Indonesia untuk mencapai cita-cita masyarakat adil makmur yang
berkelanjutan.
Mengingat konstruksi yang dibangun oleh bangsa Indonesia
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
bersumber dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, maka sudah menjadi
kewajiban negara untuk mampu memberikan jaminan persamaan
hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2

Jaminan persamaan hidup warga negara di dalam konstitusi negara,


dapat disebutkan antara lain :
a. Pembukaan UUD 1945
Pada alinea 1 Pembukaan UUD 1945, disebutkan bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat tersebut mengandung makna adanya pengakuan
jaminan persamaan hidup bagi bangsa beradab manapun di
dunia ini, karena tidak satupun bangsa yang mau dijajah oleh
bangsa lain. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi baik
internal maupun eksternal untuk memperoleh jaminan
persamaan hidup di dunia, bangsa Indonesia telah melakukan
berbagai upaya-upaya nyata untuk mendorong bangsa-bangsa
lain terutama di Asia dan Afrika untuk memperoleh hak
kemerdekaannya. Hal ini dilakukan melalui banyaknya hubungan
bilateral dan kerja sama multilateral dalam wadah Gerakan
Negara-Negara non Blok, ASEAN, PBB dan sebagainya.
b. Sila-Sila Pancasila
Pengakuan jaminan persamaan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, juga
telah dirumuskan secara filosofis dalam dasar negara Pancasila
melalui sila-sila Pancasila sebagai berikut :
c. UUD 1945 dan Peraturan Perundangan Lainnya
Bila memperhatikan komitmen bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan negara yang ingin mewujudkan jaminan
persaman hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, sudah sangat jelas bahwa hal tersebut ingin
segera diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guna lebih
mempertajam
keinginan
penyelenggara
negara
dalam
memberikan jaminan persamaan hidup bagi warganya, berikut
ini dapat dilihat pada pasal-pasal UUD 1945 dan peraturan
perundangan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai