OLEH
NOVITA INDRI NONE
120114085
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi dan persaingan bebas sekarang ini, kecenderungan
terhadap peningkatan gangguan jiwa semakin besar hal ini disebabkan karena
stressor dalam kehidupan semakin kompleks. Sejalan dengan hal ini
kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diharapkan untuk
dapat mengatasi hal tersebut, baik di lingkungan pendidikan keperawatan
maupun pelayanan, baik formal maupun informal (Suliswati, 2005).
Menurut World Health Organization (2001) dikutip dari Yosep (2010)
masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi
masalah yang sangat serius, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang
didunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran,
perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial dari
orang tersebut. Sedangkan menurut Muslim (2002), gangguan jiwa
merupakan sindrom atau pola prilaku atau psikologi seseorang yang secara
klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan sesuatu gejala
penderitaan ( distress ) di dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia.
Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu
bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku
manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri sebagai kiatnya. Secara
jiwa
mempunyai
sifat-sifat
yang
harmonis
(serasi)
dan
Rumah Sakit dan harus mengidentifikasi kekuatan keluarga seperti cinta dan
perhatian sebagai sumber bagi klien (Sheila dkk, 2008).
Menurut Mujiyono (2008), dukungan keluarga selama ini kurang pada
anggota keluarga yang sedang sakit diakibatkan keluarga yang terlalu sibuk
dengan urusannya maing-masing, acuh tak acuh karena kurang mengerti
dengan penyakit yang dialami klien serta yang paling penting yaitu ekonomi
yang rendah, yang mengakibatkan klien merasa diabaikan dan kurang
mendapatkan perhatian keluarga., sehingga untuk kembali pulih pada keadaan
semula sangat lambat dan membutuhkan waktu yang lama.
Walaupun manusia dalam kondisi yang sehat selalu berupaya agar
hubungannya dengan orang lain dapat terjalin secara harmonis oleh suatu
kondisi tertentu hubungan ini dapat mengalami gangguan. Klien dengan
gangguan jiwa sering gagal mendapatkan kebutuhan sosialnya oleh karena
ketidakmampuan klien hidup dalam kelompoknya atau klien gagal
beradaptasi, serta gagal menerima diri sendiri sehingga diupayakan berbagai
macam terapi yang bertujuan untuk menyembuhkan atau mengembalikan
keadaan klien pada kehidupan sosialnya (Keliat, 2006).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalaha Apakah ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada pasien
menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang Manado ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan
sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L.
Ratumbuysang Manado.
2.
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan
sosialisasi pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit
Prof.V.L. Ratumbuysang Manado.
b. Diketahuinya dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi pada
pasien
menarik
diri
di
Poliklinik
Rumah
Sakit
Prof.V.L.
Ratumbuysang Manado.
D. Manfaat Penelitian
1.
2.
Bagi Perawat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi
perawat dalam meningkatkan kemampuan untuk memberikan asuhan
keperawatan profesional khususnya bagi pasien gangguan jiwa.
3.
Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman, wawasan,
dan ilmu pengeetahuan serta dapat mengetahui tentang seberapa besar
dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa khususnya pasien menarik
diri.
4.
Bagi Keluarga
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi
sehingga keluarga dapat meningkatkan dukungannya pada anggota
keluarga yang sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Tentang Keluarga
1.
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suamiistri, atau suami-istri dan anaknya. Yang berada dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Suprajitno,2004).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
karena hubungan darah, hubungan perkawinan dengan keterikatan aturan
dan emosional serta mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Marilyn Friedman,1998).
Keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok
dapat
menimbulkan,
mencegah,
mengabaikan
atau
memperbaiki
oleh
para
professional
perawatan
kesehatan.
kemampuan
anggota
keluarga
untuk
masalah
kesehatan
keluarga,
kesehatan
merupakan
sosialisasi
adalah
merupakan
kesanggupan
atau
Merupakan
cara
yang
paling
meyakinkan
untuk
2.
Etiologi (Dermawan,2013)
a. Faktor Predisposisi
1). Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial
yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
2). Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan
komunikasi
dalam
keluarga
merupakan
faktor
yang
menghambat
untuk
berhubungan
dengan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. (Setiadi,2007).
Dukungan
Kemampuan
Keluarga
Sosialisasi
Ket :
B. Hipotesa Penelitian
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi
pada pasien menarik diri di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L.
Ratumbuysang Manado.
Ho
Definisi
Variabel
Alat Ukur
Independen
Operasional
Dukungan
keluarga
Dukungan
membangun atau
Keluarga
meningkatkan
Kuesioner
dapat
Kriteria Objektif
1. Baik: (apabila
Skala
Ordinal
2. Kurang:
harga
diri
seseorang
dan
25 %).
menyediakan
hubungan
interaksi
yang
saling memuaskan
sehingga
mempengaruhi
perilaku seseorang
untuk berubah.
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Kriteria Objektif
Skala
Dependen :
Operasional
Kesanggupan atau Kuesioner
Kemampuan
kecakapan
sosialisasi
seseorang
menjalani
hubungan
2. Kurang:
saling
berkomunikasi
atau
1. Baik: (apabila
25 %).
berinteraksi
BAB IV
METODE PENELITIAN
Ordina
l
A. Desain Penelitian
Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah observasional
analitik, dengan mengunakan rancangan Cross Sectional (potong lintang),
dimana semua data yang menyangkut variabel penelitian
diukur dan di
kumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu
(Setiadi 2013).
Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Rumah Sakit Prof.V.L.
Ratumbuysang Manado.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November Desember 2015.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga dari anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa khususnya pada klien menarik
diri yang datang di Poliklinik Rumah Sakit Prof. V.L. Ratumbuysang
Manado.
2.
Sampel
Sampel
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
n :
N
1 + N (d)2
232
n : 1 + 232 (0,1)2
n :
232
3,32
n : 70
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat signifikan (0,1).
D. Jenis Data
1.
Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang diisi langsung
oleh responden yang dilakukan oleh peneliti.
2.
Data Sekunder
Data yang diperoleh dari buku rekam medis Poliklinik Rumah Sakit Prof.
V.L. Ratumbuysang Manado tentang jumlah kunjungan keluarga.
E. Cara Penelitian
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilaksanakan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
Menentukan Sampel.
4.
5.
6.
F. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan objek manusia,
penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian meliputi :
1.
menandatangani lembar
Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu saja yang akan disajikan atau dilampirkan sebagai hasil riset
(Nursalam, 2009). Kerahasiaan mengacu pada tanggung jawab peneliti
untuk melindungi semua data yang di kumpulkan dalam ligkup projek,
dari pemberitahuan kepada yang lain (Dorrothy & Marie, 2000). Individu
yang
setuju
berpartisipasi
dalam
riset
mempunyai
hak
untuk