Anda di halaman 1dari 5

JENIS-JENIS KOROSI

Menurut Kennet dan Chamberlain, 1991 korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi
elektro kimia dengan lingkungannya. Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan
bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang
kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan
logam besi dengan terbentuknya karat oksida.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan
laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan
sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Anode {Fe(s) Fe2(aq)+ 2 e} x 2
Katode O2(g)+ 4H(aq)+ 4 e 2 H2O(l)
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H(aq) 2 Fe2+ + 2 H2O(l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini, ,yaitu E0 sel =
+1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi
karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H 2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk, di anode kemudian
teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe2(aq)+ O2 (g) + H2O(l) 2 Fe2O3x H2O + 8 H (aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi elektron
dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam
lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam kompleks
hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena
kompleks kalium heksasianoferat (III). Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab
lapisan senyawa besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara
maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang
besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambat karena hasil oksidasi Al 2O3, yang melapisinya tidak
bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek
elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron
(katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atomatom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut.
Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap
electron-elektron yang tertinggal pada logam.

Jenis-jenis Korosi
1. Uniform / General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

Gambar Uniform Corrosion pada kaleng minuman


Korosi menyeluruh (uniform corrosion) adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi memyeluruh akan terjadi
pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi menyeluruh
berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk
korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung,
antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
Mekanisme Uniform Corrosion dimulai dengan distribusi seragam dari reaktan katodik atas
seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion
hydrogen dan pada lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7) terjadi reduksi oksigen. Kedua reaksi
tersebut berlangsung secara seragam dan tidak ada lokasi preferensial. Katoda dan anoda terletak secara
acak dan bergantian bereaksi dengan waktu.
2. Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik)

Gambar Korosi Galvanic pada Sambungan Baut


Galvanic atau bimetallic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam
yang berbeda berkontak secara langsung atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial tersebut
akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. shg Salah satu dari logam tersebut akan

mengalami korosi, sedangkan logam lainnya akan terlindungi dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih rendah dan logam yang tidak mengalami
korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
Perbedaan potensial tersebut dapat berasal dari fasa fasa, batas batas butir, impurity dan
bagian bagian lain. Dengan demikian akan terbentuk suatu anoda dan katoda lokal pada permukaan
logam tersebut. Selanjutnya terjadi aliran elektron dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang
lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena
kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit
menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga
terbentuklah sumur - sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan. Korosi galvanic
corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas.

Gambar Mekanisme Korosi Galvani


3. Selective leaching Corrosion

adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah satu unsur paduan yang
lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya
korosi selective leaching diawali dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu
unsur pemadu yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang

potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan
tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
Dalam kasus dezinfication dari kuningan, seng terlarut dari paduan tembaga-seng
meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh.

Gambar mekanisme Selective Leaching Corrosion


4. Crevice Corrosion (Korosi Celah)

5.
Gambar Korosi Celah pada sambungan pipa
Korosi celah mengacu pada serangan local pada permukaan logam atau berbatasan langsung dengan
celah antara dua permukaan yang bergabung. Celah dapat terbentuk antara dua logam atau logam
dengan non logam. Celah tidak terbentuk ketika kedua logam tahan akan korosi. Kerusakan yang
disebabkan oleh korosi atau celah biasanya dibatasi pada satu logam diwilayah lokal dalam permukaan

yang bergabung. Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa
kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi
dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi
klorida lebih rendah.

Gambar mekanisme korosi celah

Anda mungkin juga menyukai