BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
CENTRAL DOGMA DNA, TRANSKRIPSI DAN TRANSLASI
Oleh :
Zulfa Ulinnuha
A1L011086
Agroteknologi B
zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini merupakan fungsi fenotipik, yang
dilaksanakan melalui ekspresi gen.
DNA sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga
organisme yang bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang berubah. Tanpa perubahan semacam ini, evolusi tidak akan
pernah berlangsung. Fungsi ini merupakan fungsi evolusioner, yang dilaksanakan
melalui peristiwa mutasi.
Mekanisme Replikasi Semikonservatif
Ada tiga cara teoretis replikasi DNA yang pernah diusulkan, yaitu
konservatif, semikonservatif, dan dispersif. Pada replikasi konservatif seluruh
tangga berpilin DNA awal tetap dipertahankan dan akan mengarahkan
pembentukan tangga berpilin baru. Pada replikasi semikonservatif tangga berpilin
mengalami pembukaan terlebih dahulu sehingga kedua untai polinukleotida akan
saling terpisah. Namun, masing-masing untai ini tetap dipertahankan dan akan
bertindak sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untai polinukleotida baru.
Sementara itu, pada replikasi dispersif kedua untai polinukleotida mengalami
fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-fragmen polinukleotida yang
terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen nukleotida baru sehingga fragmen
lama dan baru akan dijumpai berselang-seling di dalam tangga berpilin yang baru.
konservatif semikonservatif dispersive.
pada medium
15N
selama
beberapa
generasi,
kemudian
DNA yang diekstrak dari sel E. coli yang ditumbuhkan pada medium 15N
terlihat menempati dasar tabung. Selanjutnya, DNA yang diekstrak dari sel E.coli
yang pertama kali dipindahkan kembali ke medium 14N terlihat menempati
bagian tengah tabung. Pada generasi kedua setelah E.coli ditumbuhkan pada
medium 14N ternyata DNAnya menempati bagian tengah dan atas tabung. Ketika
E.coli telah ditumbuhkan selama beberapa generasi pada medium 14N, DNAnya
nampak makin banyak berada di bagian atas tabung, sedangkan DNA yang berada
di bagian tengah tabung tetap. Meselson dan Stahl menjelaskan bahwa pada
generasi 15N, atau dianggap sebagai generasi 0, DNAnya mempunyai kerapatan
tinggi. Kemudian, pada generasi 14N yang pertama, atau disebut sebagai generasi
1, DNAnya merupakan hibrid antara DNA dengan kerapatan tinggi dan rendah.
Pada generasi 2 DNA hibridnya masih ada, tetapi muncul pula DNA baru dengan
kerapatan rendah. Demikian seterusnya, DNA hibrid akan tetap jumlahnya,
sedangkan DNA baru dengan kerapatan rendah akan makin banyak dijumpai.
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa interpretasi data hasil percobaan sentrifugasi ini
jelas sejalan dengan cara pembentukan molekul DNA melalui replikasi
semikonservatif.
Pada percobaan Meselson dan Stahl ekstrak DNA yang diperoleh dari selsel E. coli berada dalam keadaan terfragmentasi sehingga replikasi molekul DNA
dalam bentuknya yang utuh sebenarnya belum diketahui. Replikasi DNA
kromosom dalam keadaan utuh _ yang pada prokariot ternyata berbentuk
melingkar atau sirkular _ baru dapat diamati menggunakan teknik autoradiografi
dan mikroskopi elektron. Dengan kedua teknik ini terlihat bahwa DNA berbagai
virus, khloroplas, dan mitokhondria melakukan replikasi yang dikenal sebagai
replikasi (theta) karena autoradiogramnya menghasilkan gambaran seperti huruf
Yunani tersebut. Selain replikasi , pada sejumlah bakteri dan organisme eukariot
dikenal pula replikasi yang dinamakan replikasi lingkaran menggulung (rolling
circle replication). Replikasi ini diawali dengan pemotongan ikatan fosfodiester
pada daerah tertentu yang menghasilkan ujung 3 dan ujung 5. Pembentukan
(sintesis) untai DNA baru terjadi dengan penambahan deoksinukleotida pada
ujung 3 yang diikuti oleh pelepasan ujung 5 dari lingkaran molekul DNA.
Sejalan dengan berlangsungnya replikasi di seputar lingkaran DNA, ujung 5 akan
makin terlepas dari lingkaran tersebut sehingga membentuk ekor yang makin
memanjang.
tidak terjadi pada urutan basa di sepanjang salah satu untai DNA. Jadi,
bisa saja urutan basa yang ditranskripsi terdapat berselang-seling di antara
kedua untai DNA.
3. Sintesis berlangsung dengan arah 5 3 seperti halnya arah sintesis
DNA.
4. Gugus 3- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan gugus 5- trifosfat
pada nukleotida berikutnya menghasilkan ikatan fosofodiester dengan
membebaskan dua atom pirofosfat anorganik (PPi). Reaksi ini jelas sama
dengan reaksi polimerisasi DNA. Hanya saja enzim yang bekerja
bukannya DNA polimerase, melainkan RNA polimerase. Perbedaan yang
sangat nyata di antara kedua enzim ini terletak pada kemampuan enzim
RNA polimerase untuk melakukan inisiasi sintesis RNA tanpa adanya
molekul primer.
Secara garis besar transkripsi berlangsung dalam empat tahap, yaitu
pengenalan promoter, inisiasi, elongasi, dan teminasi. Masing-masing tahap akan
dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
1) Pengenalan promoter
Agar molekul DNA dapat digunakan sebagai cetakan dalam sintesis RNA, kedua
untainya harus dipisahkan satu sama lain di tempat-tempat terjadinya penambahan
basa pada RNA. Selanjutnya, begitu penambahan basa selesai dilakukan, kedua
untai DNA segera menyatu kembali. Pemisahan kedua untai DNA pertama kali
terjadi di suatu tempat tertentu, yang merupakan tempat pengikatan enzim RNA
polimerase di sisi 5 (upstream) dari urutan basa penyandi (gen) yang akan
ditranskripsi. Tempat ini
dinamakan promoter.
2) Inisiasi
Setelah mengalami pengikatan oleh promoter, RNA polimerase akan terikat pada
suatu tempat di dekat promoter, yang dinamakan tempat awal polimerisasi atau
tapak inisiasi (initiation site). Tempat ini sering dinyatakan sebagai posisi +1
untuk gen yang akan ditranskripsi. Nukleosida trifosfat pertama akan diletakkan
di tapak inisiasi dan sintesis RNA pun segera dimulai.
3) Elongasi
transkripsi
tidak
harus
menunggu
selesainya
transkripsi
sebelumnya. Hal ini karena begitu RNA polimerase telah melakukan pemanjangan
50 hingga 60 nukleotida, promoter dapat mengikat RNA polimerase yang lain.
Pada gen-gen yang ditranskripsi dengan cepat reinisiasi transkripsi dapat terjadi
berulang-ulang sehingga gen tersebut akan terselubungi oleh sejumlah molekul
RNA dengan tingkat penyelesaian yang berbeda-beda.
Transkripsi pada Prokariot
Telah dikatakan di atas bahwa transkripsi merupakan proses sintesis RNA yang
dikatalisis oleh enzim RNA polimerase. Berikut ini akan diuraikan sekilas enzim
RNA polimerase pada prokariot, khususnya pada bakteri E.coli, promoter 70,
serta proses transkripsi pada organisme tersebut.
Gambar 1. Terminasi sintesis RNA menghasilkan ujung berbentuk batang dan kala
Tahapan transkripsi pada prokariot
Seperti proses transkripsi pada umumnya, transkripsi pada prokariot berlangsung
dalam empat tahap, yaitu pengikatan promoter, inisiasi, elongasi, dan teminasi. Di
bawah ini akan dijelaskan pula sekilas tentang pembukaan heliks, yang terjadi
antara tahap pengikatan promoter dan insiasi transkripsi.
Pengikatan promoter
Pada awalnya, RNA polimerase inti (2) mempunyai afinitas
nonspesifik terhadap DNA. Keadaan ini dikenal sebagai pengikatan longgar, dan
sifatnya cukup stabil. Namun, begitu faktor bergabung dengan enzim inti
tersebut hingga terbentuk holoenzim, terjadilah pengurangan afinitas nonspesifik
terhadap DNA hingga 20.000 kali. Sejalan dengan hal itu, faktor juga
meningkatkan pengikatan holoenzim pada tempat pengikatan promoter yang tepat
Inisiasi
Berbeda dengan sintesis DNA (Bab IV), sintesis RNA dapat berlangsung
tanpa adanya molekul primer. Oleh karena hampir semua tapak inisiasi transkripsi
berupa basa G atau A, maka nukleosida trifosfat pertama yang digunakan untuk
sintesis RNA adalah GTP atau ATP. Mula-mula RNA polimerase akan
menggabungkan dua nukleotida pertama dan membentuk ikatan fosfodiester di
antara kedua nukleotida tersebut. Selanjutnya, Sembilan basa pertama
ditambahkan tanpa disertai pergeseran RNA polimerase di sepanjang molekul
DNA. Pada akhir penambahan masing-masing basa ini akan terdapat peluang
yang nyata terjadinya aborsi untai RNA yang baru terbentuk itu. Proses inisiasi
abortif mempengaruhi laju transkripsi secara keseluruhan karena proses tersebut
memegang peranan utama dalam menentukan waktu yang dibutuhkan oleh RNA
polimerase untuk meninggalkan promoter dan memungkinkan RNA polimerase
lainnya menginisiasi putaran transkripsi berikutnya. Waktu minimum untuk
pengosongan promoter ini adalah 1 hingga 2 detik, suatu waktu yang relatif lama
bila dibandingkan dengan waktu untuk tahap-tahap transkripsi lainnya.
Elongasi
Jika inisiasi berhasil, RNA polimerase melepaskan faktor , dan bersamasama dengan DNA dan RNA nasen (RNA yang baru disintesis), akan membentuk
kompleks terner atau kompleks yang terdiri atas tiga komponen. Dengan adanya
kompleks terner ini RNA polimerase dapat berjalan di sepanjang molekul DNA.
Artinya, promoter akan ditinggalkannya untuk kemudian ditempati oleh
holoenzim RNA polimerase berikutnya sehingga terjadi reinisiasi transkripsi.
Bagian DNA yang mengalami pembukaan heliks, atau disebut dengan
gelembung transkripsi (transcription bubble), akan terlihat bergeser di
sepanjang molekul DNA sejalan dengan gerakan RNA polimerase. Panjang bagian
DNA yang mengalami pembukaan heliks tersebut relatif konstan, yakni sekitar 17
pb (Gambar 5.3), sedangkan ujung 5 molekul RNA yang disintesis akan
membentuk heliks hibrid dengan pita antisens DNA sepanjang lebih kurang 12 pb.
Ukuran ini ternyata tidak mencapai satu putaran heliks. RNA polimerase E. coli
bergerak dengan kecepatan rata-rata 40 nukleotida per detik. Akan tetapi, angka
ini dapat bervariasi sesuai dengan urutan lokal DNA (urutan DNA yang telah
dicapai oleh RNA polimerase). Tetap dipertahankannya bagian DNA yang
mengalami pembukaan heliks menunjukkan bahwa RNA polimerase membuka
oleh DNA cetakannya. Adakalanya terminator tersebut juga berupa struktur tusuk
konde tetapi tidak dikuti oleh urutan poli U.
Transkripsi pada Eukariot
Mekanisme transkripsi pada eukariot pada dasarnya menyerupai mekanisme
pada prokariot. Namun, begitu banyaknya polipeptida yang berkaitan dengan
mesin transkripsi pada eukariot menjadikan mekanisme tersebut jauh lebih
kompleks daripada mekanisme pada prokariot. Ada tiga macam kompleks RNA
polimerase, yang masing-masing diperlukan untuk transkripsi tipe-tipe gen
eukariot yang berbeda. Perbedaan ketiga macam RNA polimerase tersebut dapat
diketahui melalui pemurnian menggunakan teknik kromatografi dan elusi pada
konsentrasi garam yang berbeda. Masing-masing RNA polimerase mempunyai
sensitivitas yang berbeda terhadap toksin jamur -amanitin, dan hal ini dapat
digunakan untuk membedakan aktivitasnya satu sama lain. RNA polimerase I
(RNA Pol I) mentranskripsi sebagian besar gen rRNA. Enzim ini terdapat di
dalam nukleoli dan tidak sensitif terhadap -amanitin. RNA polimerase II
(RNA Pol II) mentranskripsi semua gen penyandi protein dan beberapa gen RNA
nuklear kecil (snRNA). Enzim ini terdapat di dalam nukleoplasma dan sangat
sensitif terhadap -amanitin. RNA polimerase III (RNA Pol III) mentranskripsi
gen-gen tRNA, 5S rRNA, U6 snRNA dan beberapa RNA kecil lainnya. Enzim ini
terdapat di dalam nukleoplasma dan agak sensitif terhadap -amanitin. Di
samping enzim-enzim nuklear tersebut, sel eukariot juga mempunyai RNA
polimerase lainnya di dalam mitokondria dan kloroplas.
Subunit-subunit RNA polimerase pada eukariot
Ketiga RNA polimerase pada eukariot merupakan enzim berukuran besar
yang terdiri atas 12 subunit atau lebih. Gen-gen yang menyandi dua subunit
terbesar mempunyai homologi satu sama lain. Sementara itu, ketiga RNA
polimerase eukariot membawa subunit-subunit yang mempunyai homologi
dengan subunit-subunit RNA polimerase inti pada E. coli (2). Subunit
terbesar RNA polimerase eukariot menyerupai subunit , sedangkan subunit
terbesar kedua menyerupai subunit , yang merupakan pusat katalitik RNA
Setelah sebuah sel dihasilkan dari mitosis, sintesis rRNA akan dimulai kembali
dan nukleoli yang kecil akan muncul pada lokasi kromosomal yang ditempati oleh
gen-gen rRNA. Selama sintesis rRNA berlangsung aktif, transkrip pra-rRNA
dikemas di sepanjang gen-gen rRNA dan jika divisualisasikan menggunakan
mikroskop elektron akan nampak sebagai struktur pohon natal. Di dalam
struktur ini transkrip-transkrip RNA dikemas dengan rapat di sepanjang molekul
DNA dan masing-masing muncul tegak lurus dari DNA. Transkrip yang pendek
dapat dilihat pada bagian awal gen tersebut. Transkrip akan makin bertambah
panjang pada bagian-bagian berikutnya untuk kemudian menghilang ketika
mencapai ujung unit transkripsi.
Promoter-promoter gen pra-rRNA pada mamalia mempunyai suatu daerah
control transkripsi bipartit, yang terdiri atas elemen inti atau core element dan
elemen control hulu atau upstream control element (UCE).
Selain UBF, terdapat faktor lain yang esensial untuk transkripsi RNA Pol I.
Faktor ini adalah faktor selektivitas atau selectivity factor (SL1), yang akan
berikatan dengan kompleks UBF-DNA dan kemudian menstabilkannya. SL1
berinteraksi dengan bagian hilir elemen inti yang bebas. Pengikatan kompleks
UBF-DNA oleh SL1 memungkinkan RNA Pol I untuk memasuki kompleks
tersebut dan melakukan inisiasi transkripsi.
Saat ini SL1 telah diketahui mengandung beberapa subunit, antara lain
berupa suatu protein yang dinamakan protein pengikat TATA atau TATAbinding protein (TBP). TBP diperlukan untuk inisiasi ketiga RNA polimerase
eukariot, dan nampaknya merupakan faktor penting dalam transkripsi eukariot.
Ketiga subunit SL1 lainnya dikenal sebagai faktor-faktor yang berasosiasi
dengan TBP atau TBP-associated factors (TAFs), dan di antara subunit tersebut
yang diperlukan untuk transkripsi RNA Pol I dinamakan TAF1s.
Pada Acanthamoeba, suatu eukariot sederhana, terdapat elemen kontrol
tunggal di daerah promoter gen rRNA yang terletak sekitar 12 hingga 72 pb ke
arah hulu dari titik awal transkripsi. Tempat ini akan diikat oleh faktor TIF-1,
yang homolog dengan SL1. Dengan pengikatan ini RNA Pol I akan dapat
melakukan inisiasi transkripsi. Pada waktu RNA Pol I bergerak di sepanjang
molekul DNA, faktor TIF-1 tetap terikat pada tempat semula sehingga
memungkinkan terjadinya inisiasi transkripsi oleh RNA Pol I yang lain, dan
beberapa putaran transkripsi dapat berlangsung. Oleh karena itu, mekanisme ini
dapat dilihat sebagai sistem kontrol transkripsi yang sangat sederhana. Di sisi lain,
untuk vertebrata nampaknya terdapat suatu UBF tambahan yang bertanggung
jawab atas pengikatan promoter oleh SL1 secara spesifik.
Gen-gen yang ditranskripsi oleh RNA Pol III
RNA Pol III terdapat di dalam nukleoplasma dan sekurang-kurangnya
terdiri atas 16 subunit yang berbeda. Enzim ini menyintesis prekursor tRNA, 5S
rRNA, serta berbagai snRNA dan RNA sitosolik. Transkrip pertama yang
dihasilkan dari gen-gen tRNA merupakan molekul prekursor yang akan diproses
menjadi RNA matang. Daerah kontrol transkripsi gen-gen tRNA terletak di
sebelah hilir tapak inisiasi transkripsi. Ada dua urutan yang sangat konservatif di
dalam gen tRNA, yaitu kotak A (5- TGGCNNAGTGG 3) dan kotak B (5GGTTCGANNCC 3). Kedua urutan ini juga menyandi urutan penting di dalam
tRNA sendiri, yang disebut dengan kala D (D-loop) dan kala TC. Hal ini
berarti bahwa urutan yang sangat konservatif di dalam tRNA juga merupakan
urutan promoter yang sangat konservatif.
Dua faktor pengikatan DNA yang kompleks telah diketahui memegang
peranan penting dalam inisiasi transkripsi tRNA oleh RNA Pol III (Gambar 5.7).
TFIIIC mengikat baik kotak A maupun kotak B di dalam promoter tRNA.
Sementara itu, TFIIIB mengikat daerah sejauh 50 pb ke arah hulu dari kotak A.
TFIIIB terdiri atas tiga subunit, yang salah satu di antaranya adalah TBP, suatu
faktor inisiasi umum yang diperlukan oleh ketiga RNA polimerase. Subunit yang
kedua dan ketiga masing-masing dinamakan BRF dan B. Faktor TFIIIB tidak
memiliki spesifisitas urutan sehingga tempat pengikatannya bergantung kepada
posisi pengikatan TFIIIC pada DNA. TFIIIB memungkinkan RNA Pol III untuk
melakukan inisiasi transkripsi. Begitu TFIIIB terikat, TFIIIC dapat dikeluarkan
tanpa mempengaruhi transkripsi. Oleh karena itu, TFIIIC dapat dilihat sebagai
faktor perakitan untuk penempatan faktor inisiasi TFIIIB.
RNA Pol III mentranskripsi gen 5S rRNA, yang merupakan satu-satunya
subunit rRNA yang ditranskripsi secara terpisah. Seperti halnya gen-gen rRNA
lainnya yang ditranskripsi oleh RNA Pol I, gen-gen 5S rRNA tersusun secara
tandem (berurutan) di dalam suatu rumpun gen. Pada manusia terdapat suatu
rumpun yang berisi sekitar 2.000 gen. Promoter gen 5S rRNA mengandung
daerah kontrol internal yang dinamakan kotak C. Letaknya sekitar 81 hingga 99
pb ke arah hilir dari tapak inisiasi transkripsi. Selain itu, terdapat juga kotak A
yang berada pada posisi sekitar +50 hingga +65.
Kotak C pada promoter 5S rRNA berperan sebagai tempat pengikatan
protein spesifik, yaitu TFIIIA (Gambar 5.8). TFIIIA bekerja sebagai faktor
perakitan yang memungkinkan TFIIIC berinteraksi dengan promoter 5S rRNA.
Sementara itu, kotak A akan menstabilkan pengikatan TFIIIC sehingga faktor ini
berikatan dengan DNA pada posisi yang relatif sama dengan posisi pengikatan
pada promoter tRNA. Begitu TFIIIC terikat pada DNA, TFIIIB dapat berinteraksi
dengan kompleks pengikatan tersebut dan memungkinkan RNA Pol III untuk
melakukan inisiasi transkripsi.
Banyak gen yang ditranskripsi oleh RNA Pol III bergantung kepada urutan
hulu untuk regulasi transkripsinya. Beberapa promoter seperti U6 snRNA dan
gen-gen RNA kecil dari virus Epstein-Barr hanya menggunakan urutan regulator
yang letaknya di sebelah hulu dari tapak inisiasi transkripsinya. Daerah penyandi
U6 snRNA mempunyai sebuah kotak A yang khas. Akan tetapi, urutan ini tidak
diperlukan untuk transkripsi. Daerah hulu pada U6 snRNA mengandung urutan
khas promoter RNA Pol II, yang meliputi kotak TATA pada posisi -30 hingga -23.
Promoter ini juga memiliki beberapa urutan di daerah hulu sebagai tempat
pengikatan faktor transkripsi lainnya seperti pada kebanyakan gen U RNA yang
ditranskripsi oleh RNA Pol II. Hal ini mendukung pendapat bahwa faktor-faktor
transkripsi umum dapat mengatur gen-gen yang ditranskripsi baik oleh RNA Pol
II maupun oleh RNA Pol III.
Terminasi transkripsi oleh RNA Pol III nampaknya hanya memerlukan
pengenalan polimerase berupa urutan nukleotida sederhana. Urutan ini terdiri atas
sekelompok residu dA yang efisiensi terminasinya dipengaruhi oleh urutan di
sekitarnya. Urutan 5- GCAAAAGC 3 merupakan sinyal terminasi yang efisien
untuk gen 5S rRNA pada Xenopus borealis.
sepasang basa ini letaknya di sebelah hilir dari kotak TATA dan identitasnya
tidaklah penting. Kotak TATA bekerja dengan cara yang sama dengan urutan -10
pada promoter E. coli dalam menempatkan RNA Pol II agar diperoleh inisiasi
transkripsi yang benar. Meskipun urutan di antara kotak TATA dan tapak inisiasi
transkripsi bukan merupakan urutan yang penting, jarak antara kedua tempat
tersebut ternyata penting. Hampir 50% tapak inisiasi transkripsi berupa residu A.
Beberapa gen eukariot tidak mempunyai kotak TATA tetapi memiliki suatu
elemen insiator, yang terletak di sekitar tapak inisiasi transkripsi. Namun,
beberapa promoter tidak memiliki baik kotak TATA maupun elemen inisiator.
Gen-gen semacam ini biasanya ditranskripsi dengan lambat, dan inisiasi
transkripsi dapat terjadi di tempat-tempat yang berbeda sepanjang 200 pb. Gengen ini sering kali mengandung daerah yang kaya GC sepanjang 20 hingga 50 pb
pada posisi 100 hingga 200 pb arah hulu dari tapak inisiasi transkripsi.
Aktivitas promoter basal yang rendah akan sangat ditingkatkan oleh
adanya elemen-elemen lain di sebelah hulu promoter. Elemen-elemen ini dijumpai
pada kebanyakan gen dengan tingkat ekspresi yang sangat bervariasi di antara
jaringan yang berbeda. Dua contoh yang umum adalah kotak SP1, yang terletak
di sebelah hulu dari banyak gen baik yang mempunyai maupun yang tidak
mempunyai kotak TATA, dan kotak CCAAT. Promoter dapat memiliki salah
satu, keduanya, atau bahkan banyak salinan urutan/kotak tersebut. Urutan yang
pada umumnya terletak 100 hingga 200 pb arah hulu dari promoter ini dinamakan
elemen regulator hulu atau upstream regulatory elements (UREs). UREs
memegang peranan penting dalam menjamin berlangsungnya transkripsi yang
efisien.
Transkripsi kebanyakan promoter eukariot dapat dipacu oleh elemen
kontrol yang letaknya beribu-ribu pasang basa dari tapak inisiasi transkripsi. Hal
ini pertama kali ditemukan pada genom virus SV40. Suatu urutan sepanjang kirakira 100 pb pada DNA virus ini dapat dengan nyata meningkatkan transkripsi dari
promoter basal. Urutan pemacu (enhancer) ini mempunyai panjang 100 hingga
200 pb dan mengandung banyak elemen yang menghasilkan aktivitas totalnya.
Pemacu dapat dijumpai pada sembarang sel atau hanya pada tipe sel tertentu.
Dengan makin banyaknya pemacu dan promoter yang ditemukan, terlihat bahwa
motif kedua elemen tersebut ternyata tumpang tindih, baik secara fisik maupun
fungsional. Dengan demikian, terdapat spektrum elemen regulator yang
sinambung, mulai dari elemen-elemen pemacu yang sangat panjang rentangnya
hingga elemen-elemen promoter yang pendek rentangnya.
Serangkaian faktor transkripsi basal yang kompleks telah diketahui
berikatan dengan promoter RNA Pol II dan bersama-sama melakukan inisiasi
transkripsi.
Pada promoter yang mengandung kotak TATA, TFIID merupakan faktor
pertama yang akan mengikat promoter tersebut. Faktor ini terdiri atas banyak
molekul protein, tetapi hanya salah satu di antaranya, yakni protein pengikat
TATA atau TATA-binding protein (TBP), yang akan berikatan dengan kotak
TATA. Seperti pada RNA Pol I, pada TFIID juga terdapat faktor-faktor yang
berasosiasi dengan TBP atau TBP-associated factors (TAFIIS). Pada sel-sel
mamalia TBP nampaknya akan berikatan dengan kotak TATA dan kemudian
bergabung dengan sekurang-kurangnya delapan TAFIIS untuk membentuk TFIID.
TBP dijumpai pada ketiga kompleks transkripsi eukariot (dalam SL1, TFIIIB, dan
TFIID), dan dapat dipastikan memegang peranan penting dalam inisiasi
transkripsi. TBP merupakan protein monomerik. Semua TBP eukariot mempunyai
domain yang terdiri atas 180 residu asam amino pada ujung C yang sangat
konservatif, dan dapat berfungsi sebagai molekul protein seutuhnya pada
transkripsi in vivo. Oleh karena itu, fungsi domain pada ujung N yang kurang
konservatif belum sepenuhnya diketahui. TBP mempunyai struktur fisik seperti
pelana, yang akan mengikat lekukan kecil molekul DNA pada kotak TATA dan
menghasilkan sudut 45 di antara kedua pasang basa pertama dan kedua pasang
basa terakhir dari 8pb elemen TATA. Mutasi TBP pada domain pengikatannya
dengan kotak TATA tetap mempertahankan fungsinya sebagai faktor transkripsi
untuk RNA Pol I dan RNA Pol III, tetapi menghalangi inisiasi transkripsi oleh
RNA Pol II. Hal ini menunjukkan bahwa RNA Pol I dan RNA Pol III
menggunakan TBP untuk inisiasi transkripsi, tetapi peranan TBP itu sendiri yang
sesungguhnya pada kompleks transkripsi tersebut masih belum jelas.
Faktor transkripsi berikutnya, TFIIA, akan mengikat TFIID dan
meningkatkan stabilitas pengikatan TFIID pada kotak TATA. TFIIA sekurang-
kurangnya tersusun dari tiga subunit. Pada studi transkripsi in vitro, yang
dilakukan dengan memurnikan TFIID, TFIIA ternyata menjadi tidak dibutuhkan
lagi. Namun, pada sel-sel yang utuh TFIIA nampaknya akan menghilangkan
pengaruh faktor-faktor penghambat yang berasosiasi dengan TFIID. Jadi,
pengikatan TFIIA pada TFIID rupanya akan mencegah masuknya faktor-faktor
penghambat tersebut sehingga proses transkripsi dapat berlanjut.
Begitu TFIID terikat dengan stabil pada DNA, faktor transkripsi lainnya,
yakni TFIIB, akan berikatan dengan TFIID. Faktor ini akan berperan sebagai
perantara yang memungkinkan masuknya RNA Pol II ke dalam kompleks inisiasi
transkripsi bersama dengan masuknya faktor berikutnya, TFIIF.
Setelah RNA Pol II terikat pada kompleks inisiasi transkripsi, tiga faktor
lainnya, masing-masing TFIIE, TFIIH, dan TFIIJ, segera berasosiasi dengan
kompleks tersebut. Ketiga faktor ini diperlukan untuk transkripsi in vitro dan
penggabungannya dengan kompleks tersebut terjadi melalui urutan tertentu. Di
antara ketiga faktor tersebut, TFIIH merupakan molekul protein terbesar yang
sekurang-kurangnya terdiri atas lima subunit. TFIIH mempunyai aktivitas kinase
dan helikase. Aktivasi oleh TFIIH akan menyebabkan fosforilasi domain ujung C
atau carboxyl-terminal domain (CTD) pada RNA Pol II sehingga terbentuk
kompleks RNA Pol II yang siap untuk diproses dan meninggalkan daerah
promoter. Dengan demikian, TFIIH nampaknya mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam kontrol elongasi transkripsi. Komponen-komponen TFIIH juga
penting dalam mekanisme perbaikan DNA dan dalam fosforilasi kompleks kinase
yang mengatur daur sel.
Pada kebanyakan promoter RNA Pol II yang tidak memiliki kotak TATA
terdapat suatu elemen inisiator yang letaknya tumpang tindih dengan tapak inisiasi
transkripsi. Rupanya pada promoter semacam ini TBP dimasukkan ke promoter
oleh suatu protein pengikat DNA yang terikat pada elemen inisiator. TBP
kemudian memasukkan faktor-faktor transkripsi lainnya beserta RNA Pol II
dengan cara seperti pada promoter yang mempunyai kotak TATA.
Struktur faktor transkripsi pada eukariot
basic. Leusin-leusin pada domain leucine zipper tersusun dalam struktur -heliks
(Gambar 5.11). Domain HLH mempunyai struktur yang menyerupai domain
leucine zipper, kecuali dalam hal adanya suatu kala rantai polipeptida yang
memisahkan kedua -heliks protein monomeriknya. Seperti halnya leucine zipper,
motif HLH sering kali dijumpai berdekatan dengan domain basic yang
memerlukan dimerisasi dalam pengikatan DNA.
Domain aktivasi transkripsi dapat berupa domain aktivasi asam, domain
kaya glutamin, atau domain kaya prolin. Domain aktivasi asam mengandung
banyak sekali residu asam amino yang bersifat asam sehingga sering disebut juga
dengan gumpalan asam atau gumpalan negatif. Masih belum diketahui dengan
pasti gambaran struktur lainya yang diperlukan oleh domain ini agar dapat
berfungsi sebagai domain aktivasi transkripsi yang efisien. Domain kaya glutamin
pertama kali ditemukan pada faktor transkripsi SP1. Pada domain ini banyak
sekali ditemukan residu glutamin. Begitu juga, pada domain kaya prolin banyak
sekali ditemukan residu prolin.
Regulasi transkripsi dapat terjadi melalui interaksi tidak langsung dengan
fungsi suatu faktor transkripsi, antara lain dengan blokade tempat pengikatan
faktor transkripsi pada DNA (seperti pada kebanyakan represor prokariot),
pembentukan kompleks pengikatan non-DNA (misalnya protein inhibitor Id yang
tidak mempunyai domain pengikatan DNA akan menggangu interaksi protein
HLH dengan DNA), dan blokade domain aktivasi faktor transkripsi meskipun
pengikatannya pada DNA tetap berlangsung (misalnya Gal80 akan menutupi
domain aktivasi faktor transkrispi Gal4 pada khamir). Di samping itu,
penghambatan transkripsi dapat juga terjadi secara langsung karena adanya
domain tertentu pada represor. Sebagai contoh, suatu domain reseptor hormon
tiroid pada mamalia akan menekan transkripsi apabila tidak ada hormon tiroid dan
akan mengaktifkannya apabila terikat pada hormon tersebut. Begitu pula, produk
gen tumor Wilms berupa protein WT1 yang akan menekan tumor, mempunyai
domain represor spesifik yang banyak mengandung prolin.
C. Translasi
Prosesing RNA
Bila dibandingkan dengan transkripsi, translasi merupakan proses yang lebih
rumit karena melibatkan fungsi berbagai makromolekul. Oleh karena kebanyakan
di antara makromolekul ini terdapat dalam jumlah besar di dalam sel, maka sistem
translasi menjadi bagian utama mesin metabolisme pada tiap sel. Makromolekul
yang harus berperan dalam proses translasi tersebut meliputi
1. Lebih dari 50 polipeptida serta 3 hingga 5 molekul RNA di dalam tiap
ribosom
2. Sekurang-kurangnya 20 macam enzim aminoasil-tRNA sintetase yang
akan mengaktifkan asam amino
3. Empat puluh hingga 60 molekul tRNA yang berbeda
4. Sedikitnya 9 protein terlarut yang terlibat dalam inisiasi, elongasi, dan
terminasi polipeptida.
Ribosom
Translasi, atau pada hakekatnya sintesis protein, berlangsung di dalam
ribosom, suatu struktur organel yang banyak terdapat di dalam sitoplasma.
Ribosom terdiri atas dua subunit, besar dan kecil, yang akan menyatu selama
inisiasi translasi dan terpisah ketika translasi telah selesai. Ukuran ribosom sering
dinyatakan atas dasar laju pengendapannya selama sentrifugasi sebagai satuan
yang disebut satuan Svedberg (S). Pada kebanyakan prokariot ribosom
mempunyai ukuran 70S, sedangkan pada eukariot biasanya sekitar 80S.
Tiap ribosom mempunyai dua tempat pengikatan tRNA, yang masing-masing
dinamakan tapak aminoasil (tapak A) dan tapak peptidil (tapak P). Molekul
aminoasil-tRNA yang baru memasuki ribosom akan terikat di tapak A, sedangkan
molekul tRNA yang membawa rantai polipeptida yang sedang diperpanjang
terikat di tapak P.
Gambaran penting sintesis protein adalah bahwa proses ini berlangsung
dengan arah tertentu sebagai berikut.
1. Molekul mRNA ditranslasi dengan arah 5 3, tetapi tidak dari ujung 5
hingga ujung 3.
2. Polipeptida disintesis dari ujung amino ke ujung karboksil dengan
menambahkan asam-asam amino satu demi satu ke ujung karboksil.
Sebagai contoh, sintesis protein yang mempunyai urutan NH2-Met-Pro- . .
yang letaknya tidak terlalu jauh dari pasangan basa yang menyisip (adisi). Rangka
baca yang baru ini akan menghasilkan urutan asam amino yang masih sama
fungsinya dengan urutan sebelum terjadi mutasi. Dengan perkataan lain, mutasi
balik terjadi karena efek mutasi awal akibat penambahan basa ditekan oleh mutasi
kedua akibat pengurangan basa sehingga mutasi yang kedua ini disebut juga
sebagai mutasi penekan (suppressor mutation).
berpengaruh terhadap fungsi proteinnya. Jika dua strain mutan T4 yang satu sama
lain mengalami mutasi berbeda di dalam bagian protein rIIB disilangkan melalui
infeksi campuran pada suatu inang, maka T4 tipe liar akan diperoleh sebagai hasil
rekombinasi genetik antara kedua tempat mutasi yang berbeda itu. Akan tetapi,
ketika kedua strain mutan rIIB yang disilangkan merupakan strain-strain yang
diseleksi secara acak (tidak harus mengalami mutasi yang berbeda), ternyata tidak
selalu diperoleh tipe liar. Hasil ini menunjukkan bahwa strain-strain mutan dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu strain + dan strain -. Dalam hal ini, strain +
tidak harus selalu mutan adisi, dan strain tidak harus selalu mutan delesi.
Namun, sekali kita menggunakan tanda + untuk mutan adisi berarti strain + adalah
mutan adisi. Begitu pula sebaliknya, sekali kita gunakan tanda + untuk mutan
delesi berarti strain + adalah mutan delesi.
Persilangan antara strain + dan strain hanya menghasilkan rekombinasi
berupa fenotipe tipe liar, sedangkan persilangan antara sesama + atau sesama
tidak pernah menghasilkan tipe liar. Hal ini karena persilangan sesama + atau
sesama akan menyebabkan adisi atau delesi ganda sehingga selalu menghasilkan
fenotipe mutan. Sementara itu, persilangan antara starin + dan akan
menyebabkan terjadinya mutasi penekan (adisi ditekan oleh delesi atau delesi
ditekan oleh adisi) atau hanya menghasilkan mutasi pada urutan asam amino yang
tidak berpengaruh terhadap fungsi protein sehingga diperoleh fenotipe tipe liar.
Seandainya, kode genetik berupa duplet, maka akan terjadi pemulihan rangka
baca hasil persilangan tersebut. Kenyataannya tidak demikian. Pemulihan rangka
baca akibat mutasi penekan justru terjadi apabila persilangan dilakukan antara
strain + dan strain -.
Apabila kode genetik berupa triplet, maka persilangan teoretis sesama +
atau sesama akan menghasilkan fenotipe mutan, sesuai dengan hasil
kenyataannya. Namun, rekombinasi antara tiga + atau tiga - akan menghasilkan
tipe liar. Hal ini memperlihatkan bahwa kode genetik terdiri atas tiga basa.
Susanto,
Agus
Hery.
2013.
Transkripsi.
http://biomol.edublogs.org/files/2010/02/BAB-V-TRANSKRIPSI.pdf,
diakses pada 16 Oktober 2013
Susanto
Agus
Hery.
2013.
Translasi.
http://biomol.edublogs.org/files/2010/02/BAB-VI-TRANSLASI.pdf.
Diakses pada 16 Oktober 2013