HORDEOLUM
Oleh:
Nidia Purwadianti
(0910311015)
Preseptor:
dr. Sylvia Dewi Anwar
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
HORDEOLUM
Definisi
Hordeolum adalah infeksi satu atau lebih kelenjar pada palpebra. Bila
kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan yang disebut
Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan pada praktik kedokteran. Prevalensi hordeolum tidak diketahui
karena pada kebanyakan kasus tidak dilaporkan. Insidensi tidak tergantung
pada ras dan jenis kelamin. Hordeolum lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan pada anak-anak, kemungkinan karena tingkat hormon
androgenik yang lebih tinggi (dan peningkatan viskositas sebum). Namun,
hordeolum dapat terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus,
hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya.3,4
Etiologi
Etiologi dari hordeolum adalah infeksi oleh bakteri Staphylococcus
aureus pada 90-95% kasus hordeolum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh
Staphylococcus epidermidis.5
Faktor Risiko
Faktor risiko hordeolum adalah sebagai berikut:
-
Patogenesis
Patogenesis
terjadinya
hordeolum
eksternum
diawali
dengan
Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang terdapat pada hordeolum diantaranya adalah:
-
Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejalagejala
dan
manifestasi
klinis
yang
ditemukan
pada
pemeriksaan
oftalmologis.
Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum diantaranya adalah:
1) Kalazion
Merupakan peradangan kronik, fokal, dan steril dari kelenjar
Meibom yang tersumbat. Gejalanya terdapat peradangan ringan,
terdapat benjolan yang tidak hiperemis dan tidak nyeri.6
Gambar 4. Kalazion
2) Selulitis preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi pada kelopak mata dan jaringan
lunak periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut
dan edema. Dapat disertai dengan konjungtivitis dan penurunan
visus. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi akibat penyebaran lokal
dari sinusitis atau dakriosistitis, dari infeksi okular eksternal, atau
trauma pada kelopak mata.7
Gambar 6. Dakriosistitis
Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.3
Terapi hordeolum meliputi terapi non farmakologi, farmakologi, dan terapi
pembedahan.
a) Non farmakologi
-
b) Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24
jam tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke
sekitar daerah hordeolum.
1) Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata
untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang
ringan.
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat.
Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4
kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau
cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari
selama 7 hari.
c) Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat
drainase pada hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
yang bila:
-
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An. CR / Perempuan / 10 tahun
b. MR
: 4059
c. Pekerjaan/Pendidikan : Siswa sekolah dasar
d. Alamat
: Parak Laweh
2. Latar belakang sosial ekonomi demografi lingkungan keluarga :
Status perkawinan
: Belum menikah
Jumlah saudara
: 1 orang
Status ekonomi keluarga : Mampu
Kondisi rumah
:
Listrik ada
3. Keluhan utama : Benjolan di kelopak mata kanan sejak dua hari yang lalu.
4. Riwayat penyakit sekarang:
Bengkak pertama kali muncul di bagian bawah mata kanan satu minggu yang
lalu, bengkak lalu mengecil dan kemudian muncul pembengkakan di kelopak
mata kanan pada dua hari yang lalu. Pasien belum memberikan obat pada
bagian mata yang sakit.
Demam sejak dua hari yang lalu, demam terus-menerus dan tidak tinggi.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
8. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: CMC
Nadi
: 88x/ menit
Nafas
: 22x/menit
Suhu
: 37,50C
BB
: kg
TB
: cm
BMI
:%
Status Gizi
: Gizi cukup
Mata
:
Status Oftalmologikus
Status Oftalmikus
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi
Reflek fundus
Silia/ Supersilia
OD
Tidak dilakukan
-
OS
Tidak dilakukan
-
Aparat lakrimalis
Konjungtiva tarsalis
(-)
Udem (-), Hiperemis (-)
Udem (-), Hiperemis (-)
Hordeolum (-)
Khalazion (-)
Lakrimasi normal
Hiperemis (-), Papil (-),
Konjungtiva forniks
Konjungtiva bulbi
Folikel (-)
Khemosis (-)
Hiperemis (+), Injeksi
Folikel (-)
Khemosis (-)
Hiperemis (-), Injeksi
Palpebra superior
Palpebra inferior
Margo palpebral
Sclera
Kornea
Kamera okuli anterior
Iris
Pupil
Lensa
Korpus vitreum
Fundus
Papil optikus
Retina
Macula
Aa/Vv retina
Tekanan bulbus okuli
Gerakan bulbus okuli
Bening
Tidak diperiksa
Rugae (+), coklat
Bulat, diameter 3 mm,
Bening
Tidak diperiksa
Rugae (+), Coklat
Bulat, diameter 3 mm,
reflex (+)
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
reflek (+)
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Normal palpasi
Bebas kesegala arah
Normal palpasi
Bebas kesegala arah
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Anggota gerak
: akral hangat
: Hordeolum eksterna OD
Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi.
Bila benjolan timbul kembali, kompres dengan air hangat 4-6 kali sehari
selama 15 menit tiap kalinya untuk mencegah kekambuhan.
b. Farmakologis
-
: Nidia Purwadianti
Pro
: Chiwel Riandani
Umur : 10 tahun
Alamat : Parak Laweh
No. VIII
No. I
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Lids and Lacrimal Apparatus. In:
General Ophthalmology. 18th ed. 2013. p.67-8.
2. Ilyas Sidarta, Yulianti Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata. 4 th ed. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI ; 2013.
3. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Interventions for acute internal
hordeolum. Cochrane Database of Systematic Reviews 2013.
4. American Academy of Ophthalmology. Infectious diseases of the external
eye: clinical aspects. In:External Disease and Cornea. 8. San Francisco, CA:
LEO; 2006-2007.
5. Destafeno JJ, Kodsi SR, Primack JD. Recurrent Staphylococcus aureus
chalazia in hyperimmunoglobulinemia E (Job's) syndrome. Am J Ophthalmol.
Dec 2004;138(6):1057-8.
6. Lederman C, Miller M. Hordeola and chalazia. Pediatr Rev. Aug
1999;20(8):283-4.
7. Babar TF, Zaman M, Khan MN, Khan MD. Risk factors of preseptal and
orbital cellulitis. J Coll Physicians Surg Pak. Jan 2009;19(1):39-42.