Agar dapat mengetahui cara pencegahan, ada baiknya jika kita terlebih dahulu mengetahui bagaimana timbulnya
suatu penyakit. Para ahli epidemiologi membagi menjadi 3 bagaimana timbulnya suatu penyakit. Bentuk terebut
adalah :
1. The Epidemiologic Triangle : terdapat tiga faktor yaitu agen, induk semang, dan lingkungan yang saling
mempengaruhi
2. The Web of Causation : suatu penyakit timbul akibat serangkaian proses sebab dan akibat
3. The Wheel : tidak menekankan terhadap agen melainkan faktor-faktor lain yang berperan terhadap timbulnya
suatu penyakit
Setelah mengetahui bagaimana suatu penyakit timbul, kita dapat melakukan pencegahan. Berdasarkan kapan
seorang dokter melakukan upaya pencegahan, terdapat 3 tingkat pencegahan atau level of prevention yang terdiri
dari :
1. Pencegahan Primer (Primary Prevention) :
Pencegahan awal dengan cara menghindari faktor-faktor risiko yang ada seperti melaksanakan imunisasi penyakit
menular, menganjurkan masyarakat berhenti merokok, pemeriksaan dini virus hepatitis B, dan sebagainya
2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention) :
tingkat pencegahan ini dilakukan dengan cara melakukan deteksi dini suatu penyakit saat penyakit itu belum timbul.
Hal ini dilakukan agar jika ternyata ditemukan suatu kelainan, maka dapat dilakukan pengobatan dini yang
menghentikan penyebaran penyakit lebih lanjut
3. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention) :
tingkat pencegahan dengan cara melakukan tindakan klinis langsung yang bertujuan mencegahan kerusakan lebih
lanjut dan mengurangi komplikasi setelah penyakit itu dideteksi.
Pada anak hingga usia 2 tahun, sebaiknya lebih ditingkatkan pencegahan tingkat primer. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan cara mengikuti program imunisasi. Di Indonesia, terdapat suatu program yang dinamakan Pekan
Imunisasi Nasional (PIN) dimana terdapat suatu pekan pada saat balita umur 0-59 bulan yang bertempat tinggal di
Indonesia mendapat 2 tetes vaksin polio oral.
Ternyata, hingga anak usia 2 tahun, tidak hanya vaksin polio yang harus diberikan. Jika merujuk kepada Red Book
yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics, hingga usia 2 tahun imunisasi yang harus diberikan adalah
imunisasi Hepatitis B, DTaP (Diphteria, Tetanus, Pertussis), H. Influenza type b, Polio, MMR (Measles, Mumps,
Rubella), dan Varicella.
PROMOTIF
Promotif adalah upaya untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar guna menunrunkan tingkat
masyarakat yang terserang penyakit khususnya pada anak balita. Pada awalnya, pelayanan kesehatan hanya
bersifat kuratif atau hanya pengobatan untuk penyakitnya. Tetapi semakin berkembangnya pengetahuan, pihak
medis merasa perlu adanya pelayanan yang bersifat preventif, promotif, dan rehabilitatif.
Teknis pelayanan bersifat promotif ini adalah dengan memberikan penjelasan mengenai penyakit/penyebab sakitnya
supaya tidak kambuh lagi, yaitu dalam bentuk penyuluhan kesehatan yang bersifat konseling. Saat ini dikenal
penyuluhan yang dinamakan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Penyuluhan ini adalah
komunikasi dua arah yang ditujukan pada keluarga penderita, khususnya untuk membantu pelayanan penderita
sebagai consumer yang sedang dirawat di rumah sakit. Tujuan dari PKMRS adalah :
1. Untuk penderita dan keluarga
memberikan pengetahuan tentang penyakitnya supaya mau bekerja sama dengan instasi yang ada dalam proses
penyembuhan. Selain itu dapat juga mencegah kekambuhan, penularan, dan menjelaskan kepada keluarganya yang
lain agar tidak terjangkit penyakit yang sama.
2. Untuk petugas / rumah sakit :
dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan pelayanan rumah sakit terhadap pasien.
Metoda dan media penyuluhan terdiri dari:
1. Langsung : wawancara, diskusi, demonstrasi, diskusi terfokus, dan ceramah
2. Tak Langsung : menggunakan media seperti video, poster, leaflet, kaset, dan lainnya
REHABILITATIF
Rehabilitasi medis adalah proses pelayanan medis yang bertujuan mengembangkan kesanggupan fungsional dan
psikologik seseorang dan kalau perlu mengembangkan mekanisme kompensatorik sehingga memungkinkan bebas
dari ketergantungan dan dapat menjalani kehidupan secara aktif di masyarakat.
Pelayanan rehabilitasi medis mencakup:
a. Fisioterapi, pengobatan dengan menggunakan latihan-latihan fisik; terutama menyangkut gangguan motorik kasar.
b. Ortotik-prostetiki, pelayanan dalam hal pembuatan alat-alat bantu dan alat-alat pengganti
c. Terapi okupasi, latihan-latihan ketrampilan dan latihan koordinasi dari otot-otot motorik halus.
d. Psikologi, membantu penderita yang mengalami gangguan psikis dan melakukan pemeriksaan/tes psikologi
maupun perkembangan sosial anak.
e. Terapi wicara, memberikan latihan-latihan pada pasien yang mengalami gangguan bicara/tidak mampu bicara.
f. Pembimbing Sosial Medis(PMS), membantu penderita dalam hal yang menjadi masalah-masalah sosial yang
dihadapi selama sakit.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan pada dasarnya
perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif
pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha
anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan
kehidupan sehari-hari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati
pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa yang
diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang
anak berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan dengan memperluas hingga
dua kata.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses perkembangan bahasa anak :
Ekspresi kalimat seru
Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat untuk mendapatkan
benda
Mengoceh selama bermain
Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
Menirukan suara lingkungan
Berusaha untuk bernyanyi
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak disesuaikan dengan penyebab kelainan
tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang
terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan
terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki
gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara
kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.
Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku,
sedangkan gangguannya bicaranya akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.
Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk aktifitas fisiknya, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan
bahasa. Bila anak mengalami deprivasi yang berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut,
maka akibatnya perkembangannya mengalami hambatan.
Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan konseling terhadap orang tua
demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi
wicara merupakan bantuan yang sangat penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra
sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya
hubungan gangguan ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak. Dalam perjalanan tata laksana
gangguan bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk selalu memberikan motivasi terhadap anak atas
perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan.
sikap dan tingkah laku anak-anak yang berbeda-beda tersebut, terkadang kita juga
menjumpai beberapa anak yang memiliki karakter, sikap dan tingkah laku yang
agak berbeda dari kebanyakan anak-anak. Hal ini terkadang kurang di perhatikan
dan disadari oleh kita semua. KIta hanya tahu bahwa anak itu bodoh dan tidak
memiliki kemampuan, tanpa kita berfikir dan sadari mungkin saja anak itu
mengalami gangguan tumbuh kembang atau mengalami cedera otak.
Berikut sedikit informasi tentang beberapa gangguan tumbuh kembang anak yang
sering terjadi dan penyebabnya.
1. Mental Retardasi (MR)
MR (keterbelakangan mental) adalah suatu keadaan dimana kemampuan intelektual
di bawah rata-rata dan di sertai dengan penurunan perilaku adaptasi dan
manivestasinya selama masa perkembangan. Biasanya kelihatan saat umur anak di
atas 3 tahun.
MR dapat di klasifikasikan menjadi 3 :
a. Educable (mampu untuk di didik) = IQ 50 s/d 75.
b. Try Enable (mampu untuk di latih) = IQ 25 s/d 49.
c. Custodial (mampu rawat) = IQ 0 s/d 24.
Penyebab MR (Mental Retardasi) adalah :
Pre Natal (saat kehamilan) : anoxia (kurang oksigen), infeksi ibu seperti
toksoplasma rubella, sipilis, kekurangan gizi.
Natal (saat kelahiran) : anoxia, prematur, lahir dengan di vakum, dll.
Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun) : anoxia, trauma kepala, kuarang gizi,
dll.
2. Down Sindrome
Down Sindrome adalah gangguan mental syndrome akibat dari jumlah kromosom
yang tidak normal dan memiliki ciri yang khas seperti wajah mongoloid. 90% kasus
di sebabkan karena kelebihan kromosom ke-21, perpindahan komponen kromosom
21 pindah ke kromosom yang lain sehingga pada manusia normal mempunyai 2
garis kromosom yang sama (linear) menjadi tidak seimbang karena salah satu
kromosomnya menjadi 47 (pada normalnya 46).
Penyebab yang lainnya adalah faktor usia pada saat ibu hamil. Berdasarkan
penelitian dimana usia ibu melahirkan >= 40 tahun lebih beresiko melahirkan anak
dengan down syndrome dari pada ibu-ibu muda.
3. Autis
Autis adalah gangguan tumbuh kembang anak pada masa kanak-kanak dengan
karakteristik sebagai berikut :
6. Cerebral Palsy
CP (Cerebral Palsy) adalah kelainan anggota gerak yang di sebabkan oleh gangguan
otak/cidera otak yang sifatnya tidak progresif, sehingga berdampak pada sistem
motorik anak.
Penyebabnya :
a. Prenatal (saat kehamilan)
Infeksi seperti : Rubella, toksoplasma, cipilis.
Anoxia (kekurangan oksigen).
Trauma kehamilan.
b. Natal (saat kelahiran)
Prematur
Lahir dengan divakum
Anoxia
c. Post Natal (saat pertumbuhan 0-3 tahun)
Trauma kepala
Anoxia
CP (Cerebral Palsy) ada beberapa macam, yaitu :
- CP Spastik : kerusakan terjadi di otak besar.
- CP Atetoik : lokasi gangguan ada di otak besar.
- CP Ataksia : terjadi gangguan pada otak kecil.
- CP Flaccid : gangguan pada otot.