Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN AIR
(PNA 206)
ACARA III
DEBIT AIR SALURAN IRIGASI

Nama
NIM

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Oleh
: Ropiah
: A1A0050019

Rekan Kerja :
Nia Kurnia
(A1A005001)
Rudin Maryanto
(A1A005004)
Adrian Widyasmoko
(A1A005018)
Shinta Puspitasari AS (A1A005026)
M. Jusuf Randi
(A1A005027)
Irmantoro
(AIA005028)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRONOMI
LABORATORIUM AGRONOMI
PURWOKERTO
2007

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kandungan unsur hara di dalam
tanah, tanaman hanya dapat tumbuh dengan subur apabila ia memperoleh cukup
air. Pemberian air yang mencukupi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan
tanaman. Setiap tanaman akan mencoba manyerap air secukupnya dari tanah
tempatnya tumbuh. Jika tanah menjadi kering dan kelembabannya menurun
hingga dibawah suatu limit, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Untuk
menjamin pertumbuhannya maka perlu dilakukan pengairan buatan yang sesuai
dengan kebutuhan.
Perubahan kondisi permukaan air sungai dapat diketahui dengan
melakukan pengamatan terhadap permukaan air sungai. Dalam persoalan
pengendalian sungai, data mengenai permukaan air sungai yang sudah
dikorelasikan dengan curah hujan dapat digunakan untuk membantu mengadakan
penyelidikan tentang upaya pengelakan banjir, peramalan banjir, juga untuk
kebutuhan pengairan irigasi lahan pertanaman. Irigas merupakan faktor penujang
yang penting dalam usaha pembangunan pertanian. Fasilitas irigasi yang memadai
bukan saja akan meningkatkan hasil produksi pertanian dan tingkat pendapatan
petaninya, tetapi juga perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah diharapkan dapat memahami dan mengukur
debit air pada jaringan irigasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Debit air adalah suatu koefisien yang menyatakan banayknya air yang
mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per
detik. Debit air merupakan jumlah air total yang tersedia baik di waduk, sungai,
jaringan irigasi. Pengukuran debit air sangat penting untuk dasar perhitungan dalam
perencanaan dimensi dan kekuatan waduk, kekuatan jaringan irigasi (bangunan dan
saluran), serta bangunan pengendali banjir.
Irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air
tanah maupun air permukaan, untuk menujang pertanian. Air dalam kehidupan
tanaman berfungsi sebagai penjamin kelangsunagn proses fisiologi dan biologi
pertumbuhannya, yaitu :
1. Untuk pemakaian konsumtif (evapotranspirasi)
2. Untuk proses asimilasi
3. Sebagai pelarut unsur-unsur hara
4. Sebagai media untuk pengangkut unsur-unsur di dalam tubuh tanaman
5. Sebagai pengatur tegangan sel (turgor)
6. Sebagai bagian dari tanaman itu sendiri
Air irigasi di areal pertanian, selain berfungsi sebagai penjamin
kelangsungan proses fisiologi dan biologi bagi tnaman, juga berfungsi untuk :
1. Memberikan kelembaban yang diperlukan pada tanah tempat tumbuhnya
tanaman.
2. Pencucian garam-garam di dalam tanah
3. Melindungi tanah terhadap bahaya kekeringan di musim kemarau
4. Menyuburkan tanah dan memudahkan pengolahannya
Air untuk keperluan pertanian (irigasi) pada umumnya bersumber dari
sungai, danau/waduk, dan air tanah. Masing-masing sumber air irigasi ini memiliki
sifat atau ciri-ciri tertentu, berupa keunggulan maupun kelemahan. Sungai merupakan
sumber air utama untuk kepentingan pertanian. Oleh karena itu sebelum

dikembangkan menjadi sumber air irigasi harus dilakukan penyelidikan terlebih


dahulu guna memperoleh data tentang kuantitas dalam penyediaan air serta kualitas
airnya. Pada umumnya debit air sungai sangat tegantung pada musim dan lokasinya.
Debit air sungai dapat dihitung berdasarkan rumus :
Q=VxA
dimana,
Q

= debit air (liter/detik)

= kecepatan aliran air rata-rata (meter/detik)

= luas penampang melintang yang basah yang dipasang pada jalur aliran
(meter2)
Danau adalah tandon-air alami berupa cekungan permukaan tanah yang

mengumpulkan air hujan. Sedangakan waduk adalah danau buatan yang dibangun
untuk menampung kelebihan air hujan selama musim penghujan agar dapat
dimanfaatkan pada musim kemarau. Air danau waduk, selain untuk keperluan irigasi,
dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan pengendalian banjir, pembangkit energi
(PLTA), budidaya perikanan dan pariwisata.
Dalam pemberian air, perlu diperhatikan kebutuan air dari setiap jenis
tanaman, demikian pula tahap pertumbuhan tanaman. Misal tanamana padi tidak
selalu digenangi secara terus-menerus, pada saat tertentu diawal pertumbuhannya
membutuhkan air bayak, pada saat menyiang pemberian air perlu dikurangi dan pada
saat panen dikeringkan.
Penghitungan debit air bagi pertanaman ada 3 macam, yaitu :
1. Crop water requirement : debit air yang digunakan untuk evapotranspirasi dan
air hilang melalui perkolasi.
2. Farm water requirement : debit air yang diperlukan untuk suatu luasan petak
persawahan.
3. Irrigation water requirement : debit air yang harus dimasukkan ke jaringan
irigasi melalui pintu pengambilan utama di daerah sumber air.

Tipe atau jenis irigasi bermacam-macam dan dapat dibeda-bedakan


berdasarkan beberapa sudut pandangan. Berdasarkan cara penyampaian airnya ke
areal pertanaman/persawahan, irigasi dibedakan atas irigasi aliran dan aliran angkat.
Berdasarkan cara pemberian airnya pada tanaman, irigasi dibedakan atas irigasi
permukaan, irigasi curah dan irigasi bawah tanah. Sedangkan berdasarkan teknik
bangunananya dibedakan atas irigasi teknis, irigasi semi teknis, dan irigasi sederhana.

V. PEMBAHASAN
Debit air adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang
mengalir dari suatu sumber per satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per
detik. Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai macam acara, antara lain:
1. Pengukuran debit dengan bendung
2. Pengukuran berdasarkan kerapatan larutan obat
3. Pengukuran berdasarkan kecepatan aliran dan luas penampang melintang;
dalam hal ini untuk mengkur kecepatan arus digunakan pelampung atau
pengukur arus dengan kincir
4. Pengukuran dengan menggunakan alat-alat tertentu seperti pengukur arus
gelombang supersonis dan sebagainya.
Kecepatan aliran air di sungai ataupun di saluran irigasi sering kali tidak
seragam, antara suatu saat atau antara satu tempat dengan tempat lain, oleh kerenanya
digunakan angka kecepatan rata-rata. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai
faktor atau gaya yang mempengaruhinya. Kecepatan aliran terbesar umumnya
terdapat pada bagian permukaan disektor tengah penampang. Untuk mengukur
kecepatan ini, dua cara dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan pelampung atau
menggunakan alat ukur arus (current-meter). Jika menggunakan pelampung, angka
kecepatan aliran merupakan hasil bagi jarak tempuh pelampung (D, dalam satuan
meter) terhadap waktu yang digunakannya (t, dalam satuan detik).
Pengukuran kecepatan aliran air dengan menggunakan pelampung ini
mudah dilakukan, tetapi relatif kurang teliti. Pengukuran yang lebih teliti dapat
dilakukan dengan menggunakan alat ukur arus. Alat ini berkerja berdasarkan prinsip
hubungan linier antara perputaran baling-baling atau kincir dengan kecepatan aliran
air pada penampang.
Debit air ini akan berpengaruh terhadap jumlah air yang dimasukan dalam
petak lahan. Debit ini akan berbeda pada setiap saluran irigasi. Hal ini dikarenakan
berbagai faktor, diantaranya infiltrasi, evaporasi dan juga kebocoran pada saluran

yang dilalui. Infiltasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah. Pengaruhnya
terhadap debit air adalah air yang lewat dari saluran primer kemungkinan akan
berkurang jumlahnya akibat infiltrasi ini.

Evaporasi adalah proses menguapnya air

menjdi gas. Evaporasi ini terjadi karena pemanasan oleh sinar matahari sehingga air
menguap. Debit air akan semakin berkurang sampai pada saluran yang paling dekat
pada lahan pertanaman. Kebocoran pipa pada saluran irigasi juga akan mengurangi
debit air yang masuk pada petakan sawah.
Dengan mengetahui debit air pada sumber irigasi, seperti misalnya sungai,
akan dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lahan pertanaman.
Pelemparan sterofoam atau gabus kemudian dihitung waktunya hingga mencapai
jarak sekitar 100 meter adalah untuk mengetahui rata-rata waktu yang dibutuhkan
atau kecepatan aliran air. Kecepatan ini yang nantinya bisa dipergunakan untuk
menghitung kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk mengairi petak sawah, misalnya
tanaman padi, hingga mencapai ketinggian tertentu sesuai denagn stadia
pertumbuhannya.
Kedalaman sumber irigasi (sungai) dipengaruhi oleh konsentrasi partikel,
dalam hal ini adalah lumpur yang dibawa oleh air. Kedalaman lumpur ini akan
mengendap dan menyebabkan saluran irigasi menjadi dangkal. Pendangkalan saluran
ini akan mempengarui kecepatan air yang melaluinya.
Di Indonesia, pembangunan dan pemeliharaan irigasi teknis diselenggarakan
oleh pemerintah (departeman PU) kecuali saluran tersier diserahkan pada petani.
Pembagian diatur secara cermat dan dengan menggunakan bangunan-bangunan ukur,
sehingga penggunaan air menjadi hemat dan adil. Air dari bendungan atau waduk
diangkut melalui saluran induk atau saluran primer, dari sini dibagi-bagi ke saluran
sekunder, selanjutnya dibagi-bagi lagi ke saluran tesier, baru kemudian dari saluran
tersier dialirkan ke petak-petak sawah.
Daerah yang mendapat air dari saluran primer disebut daerah primer atau
daerah induk, yang mendapat air dari saluran sekunder disebut daerah sekunder atau
daerah cabang, sedangkan daerah mendapat air dari saluran tersier disebut daerah

tersier atau daerah ranting. Luas daerah ranting atau luas wilayah layanan untuk
setiap saluran tersier diatur sebagai berikut :
1. maksimum 100 hektar di daerah pegunungan
2. maksimum 200 hektar di daerah bukit
3. maksimum 300 hektar di daerah dataran rendah
Irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air
tanah maupun air permukaan, untuk menujang pertanian. Ruang lingkup atau bidang
tugas irigasi meliputi empat pekerjaan pokok sebagai berikut:
1. Pengadaan/pengembangan sumber-sumber air alamiah dan penggunaannya
2. Pengaliran air dari daerah sumber ke areal pertanian yng membutuhkan
3. Pemberian dan pembagian air areal pertanian sampai ke tingakat uasaha atani
4. Pembuangan kelebiah air dari areal pertanian secara teratur dan terkendali
(drainase)
Air untuk keperluan irigasi haruslah air yang baik. Air irigasi yang baik
adalah air irigasi yang dapat memenuhi segala fungsi tanpa menimbulkan efek
samping yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman serta merusak struktur dan
kesuburan tanah. Baik buruknya kualitas air irigasi sangat ditentukan oleh kandungan
garam-garam yang terlarut dan jenis lumpur yang dibawanya. Kedua bahan tersebut
dapat memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap pertumbuhana tanaman
maupun tanah pertanian.
Pada umumnya air irigasi memberikan pengaruh positif terhadap tanaman,
garam-garam yang terlarut di dalamnya merupakan unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhannya. Namun demikian, air irigasi dapat pula berpengaruh negatif atau
meracuni tanaman, yakni jika kandungan garam-garam yang telarut di dalamnya
terdapat dalam jumlah yang berlebihan. Kandungan garam kalsium (Ca), magnesium
(Mg), natrium (Na), dan kalium (K) atau garam total dalam jumlah berlebihan dapat
mengurangi aktivitas osmotik tanaman, menghambat penyerapan air dan unsur hara
dari dalam tanah.

Secara umum, air irigasi yang baik, berkualitas tinggi, harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
2. Tidak mengandung zat-zat yang dapat meracuni tanaman, yakni kandungan
garam dan unsur-unsur tertentu yang terlarut di dalamnya terdapat dalam
jumlah yang berlebihan
3. Memiliki pH sekitar 4 - 9, pH normal 6 - 8
4. Memiliki suhu optimal antara 250 300, suhu yang terlalu rendah kurang baik
untuk tanaman padi
5. Lumpur yang dibawanya bertekstur sedang dan berstruktur remah serta
banyak mengandung unsur hara.
6. bila air sumber berwarna keruh karena kandungan lumpurnya, maka yang
baik adalah yang berwarna kuning, coklat, atau hitam; bila berwarna putih
atau keabu-abuan berarti banyak mengandung kapur, aluminium atau belerang
dan tidak baik untuk irigasi.
Debit merupakan tolok ukur utama dalam menganalisis suplai air, untuk
mengetahui tingkat ketersediaan atau volume air. Oleh karenannya pengukuran debit
air merupakan unsur pekerjaan yang sangat penting dalam setiap bentuk tindakan
pengelolaan sumber daya air dalam proyek irigasi.

VI. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
1. Debit air adalah suatu koefisien yang menyatakan banayknya air yang
mengalir dari suatu sumber perstuan waktu, biasanya diukur daalm satuan liter
per detik
2. Dengan mengetahui debit air pada sumber irigasi, seperti misalnya sungai,
akan dapat diketahui waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lahan
pertanaman
3. Debit air dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya infiltrasi, evaporasi dan
juga kebocoran pada saluran yang dilalui
4. Debit air sungai dapat dihitung berdasarkan rumus :
Q = cV x A
5. debit air pada sluran irigasi dalam praktikum adalah.
B. Saran
Diharapkan asisten agar lebih mengawasi dan membimbing jalannya praktikum,
agar praktikan tidak bingung dengan apa yang dikerjakan dan praktikum dapat
berlangsung dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad B, Sofyan, Bahrin Samad, dan Husainy Azharny. 1980. Ilmu Iklim dan
Pengairan. Jakarta : Yasa Guna.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisus: Yogyakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Pertanian Iridasi. Jakarta : Bumi Aksara.
Rismunandar. 1984. Air, Fungsi, dan Kegunaannya bagi Pertanian. Bandung : Sinar
Baru.
Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Jakrata : Bhatara Karya Aksara.
Soemarwoto, Otto. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Bandung : Rajawali
Sutedjo, Mul Mulyani dan A.G. kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta :
Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai