PENDAHULUAN
Pengembangan strategi mengajar bertolak dari pengertian
mengajar sebagai usaha untuk memberikan bimbingan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan belajar. Pandangan tersebut pada hakekatnya
memberi tekanan utama pada pengoptimalan kegiatan pembelajaran.
Proses pembelajaran tidak semata-mata berorientasi pada hasil yang
akan diperoleh tetapi berorientasi kepada proses. Artinya makin tinggi
kualitas berlangsungnya proses pembelajaran makin tinggi pula hasil
yang akan dicapai.
Salah satu masalah yang sering dijumpai dalam proses
mengajar di sekolah adalah kurangnya waktu dalam pencapaian tujuan
pembelajaran sehingga belum memberikan ketuntasan sebagaimana
yang diharapkan. Padahal efektifitas dalam pencapaian tujuan
pembelajaran merupakan hal yang sangat diharapkan dalam proses
belajar mengajar. Oleh sebab itu, penggunaan dan penerapan mobil
pembelajaran yang efektif dan efisien sangat menentukan berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Untuk
menetapkan suatu model pmbelajaraan yang efektif dan efisien,
diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor antara lain:
materi pelajaran yang akan diajarkan, tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, siswa yang akan diajar serta situasi dan kondisi kelas.
Menginformasikan fakta dan konsep dalam setiap konsep belajar
mengajar melalui metode ceramah yang selalu diterapkan selama ini
akan menjadikan siswa sekedar pendengar pasif dalam kelas.
Sebaliknya, guru sebagai sumber sebagaimana mestinya dan umpan
balik dari guru terhadap hasil belajar siswa tidak terlaksana dengan baik.
Sebaliknya, tidak sedikit pula keuntungan yang dapat diperoleh dengan
penerapan model pembelajaran pemberian kuis diantaranya adalah
siswa diberikan sejumlah soal atau latihan untuk dikerjakan di kelas atau
dirumah, kemudian dibahas bersama rekan-rekannya di dalam maupun di
luar kelas. Keuntungan lainnya adalah siswa dilatih untuk bekerja secara
mandiri atau berkelompok dengan tujuan jika ada siswa yang masih perlu
keterangan untuk memecahkan atau menyelesaikan soal yang diberikan
dapat bertanya kepada temannya. Pada akhirnya guru mempunyai
kesempatan untuk menolong siswa secara individual atau kelompok
dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah pada waktu
mengajar dan siswa memperoleh informasi secara berulang tentang
kemajuan belajar yang telah dicapainya serta mengoreksi kesalahan
dalam belajar (Engkoswara, 1988).
Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Interval Nilai
Kategori
Frekuensi
Siklus
I
II
8.1 10.0
6.6 8.0
5.6 6.5
4.1 5.5
0 - 4.0
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
0
11
9
10
0
8
17
5
0
0
0
36.7
30
33.3
0
26.7
56.7
16.6
0
0
30
30
100
100
Jumlah
Persentase (%)
Siklus
I
II
Perilaku yang di
amati
1. siswa yang hadir
2. Siswa yang bertanya saat
Guru menjelaskan materi
3. Siswa yang bertanya setelah
Diberi kesempatan
4. siswa yang diberi tanggapan
Tentang materi pelajaran
5. Siswa yang menjawab jika guru
Mengajukan pertanyaan
6. Siswa yang menjawab pertanyaan siswa yang lain
Frekuensi
Siklus
Persentase (%)
Siklus
II
II
30
30
100
100
6,7
26,7
10
10
33,3
6.7
10
15
10
50
17
13.3
56,7
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. E. 1989. Pokok-pokok Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang: Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP. Ujung Pandang.
Achsin, A. 1985. Beberapa Metode Belajar Mengajar. Ujung Pandang. IKIP. Ujung Pandang.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Dan Penilaian Hasil Belajara. Jakarta. Bina
Aksara.
Kock, H. 1989. Saya Guru yang Baik. Yogyakarta. Kanisius.
Roestiyah, N. K. 1989. Didaktik Metodik. Jakarta. Rineka Cipta.
........................... 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Bina Aksara.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.