Spek Teknis
Spek Teknis
SPESIFIKASI TEKNIS
A. PETUNJUK UMUM
(1)
Sifat pekerjaan
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan GEDUNG PERPUSTAKAAN
Balikpapan secara keseluruhan, hal-hal yang memerlukan perhatian adalah
Konstruksi bangunan, agar para pengguna gedung ini merasa aman dan
nyaman.
Tercakup dalam pengertian pekerjaan struktur disini, adalah meliputi
pembangunan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan dan penyediaan
tenaga kerja, material, alat-alat pelaksanaan, pekerjaan sementara dan segala
sesuatu yang secara permanen atau temporer diperlukan dalam
pembangunan, penyelesaian dan pemeliharaan,ditentukan dalam Kontrak.
b.
c.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
64
d.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
65
C. SETTING OUT
(1)
Lokasi proyek ini telah disurvey/diukur oleh pihak Pemilik Proyek dengan
hasil sebagaimana tertera dalam gambar Rencana yang diberikan kepada
Kontraktor pada saat pemberian surat Perintah Kerja.
(2)
(3)
Kontraktor wajib memberi report tertulis tentang hasil survey ulang yang
dilakukannya.
Bila terjadi perbedaan-perbedaan, maka semua perbedaan tadi wajib
dilaporkan kepada Engineer untuk menentukan langkah selanjutnya, sedang
peng-koreksian gambar pengukuran harus dilakukan oleh kontraktor dengan
diperiksa dan disetujui Engineer.
(4)
Sebagai patokan dasar dari ketinggian lantai bangunan, maka peil Arsitektur
lantai dasar ditentukan ketinggiannya adalah 0.00 cm dari tanah dasar.
(5)
Posisi, ketinggian, dan letak bangunan harus sesuai dengan gambar rencana,
dengan tidak ada bagian yang menyimpang dari posisi dan poros-poros
bangunan.
(6)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
66
D.
L I NGK UP P EK E RJ AAN
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
PEMADATAN
VIII.
IX.
X.
PEKERJAAN BEKISTING
XI.
XII.
XIII.
PEKERJAAN RAILING
XVI.
XVII
PEKERJAAN DINDING
XX.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
67
DAN PENGUNCI
XXI.
PEKERJAAN ATAP
XXII.
PEKERJAAN PLAFOND
PEKERJAAN SANITARY
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
68
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
69
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
70
(5) Permukaan dasar galian pondasi harus bersih dan bebas dari materialmaterial yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam
mendukung beban yang direncanakan. Kondisi dari dasar galian ini, bila
dianggap perlu harus diperiksa oleh Engineer.
(6) Semua perubahan volume dalam pekerjaan penggalian pondasi yang
diakibatkan modifikasi rencana pondasi, dapat mempengaruhi jumlah nilai
pekerjaan untuk pekerjaan-pekerjaan galian, beton, bekisting, dan urugan
kembali, tetap didasarkan pada harga satuan pekerjaan yang tercantum
dalam Bill of Quantities.
(7) Bila kondisi tanah pada kedalaman rencana ternyata tidak baik dari segi
daya dukung tanah, Engineer dapat memerintahkan penggalian diteruskan
atau memperbaiki kondisi tanah tadi dengan batu pecah atau lapisan koral
tebal 15 cm yang dipadatkan dengan baik.
(8) Bila Kontraktor melakukan penggalian pondasi melebihi kedalaman rencana
atau ukuran lebar yang melebihi ukuran rencana, maka terhadap dasar galian
pondasi ataupun dinding galian pondasi harus dilakukan langkah perbaikan
dengan lapisan gravel seperti tersebut di atas atau memperbesar dimensinya,
dengan beban biaya Kontraktor sendiri.
URUGAN
(1)
(2)
Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, urugan kembali dari galian pondasi
baru dapat dimulai paling cepat 48 jam setelah pembongkaran bekisting
beton pondasi selesai dilakukan.
(3)
Material untuk urugan kembali bekas galian pondasi harus bermutu baik
untuk bahan urugan, yang didapat dari bekas galian itu sendiri ataupun
mendatangkan dari tempat lain yang kesemuanya harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Engineer. Urugan harus dilakukan dengan
lapis demi lapis yang dipadatkan dengan baik, dan tebal lapisan maximum
30 cm. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis
yang disetujui Engineer, dengan pemadatan minimumnya mencapai nilai 90
% standart proctor.
(4)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
71
VII.PEMADATAN
(1)
(2)
(3)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
72
Pasal 2
SEMEN
(1)
Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semen yang digunakan adalah semen
Type I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti
ketentuan SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang digunakan harus merupakan
produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Engineer terlebih
dahulu.
(2)
(3)
Engineer berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima
atau tidak semen-semen tersebut.
(4)
(5)
Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya.
Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
73
(6)
(1)
Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pemasangan dan
grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar
yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti
minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau), Kadar Silt (lanau)
yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan
beratnya. Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau
5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1,5 % atau 15 gr/lt.
(2)
(3)
Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari
suatu sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam
mutu beton walaupun telah digunakan semen yang sama telah disetujui;
maka air dari sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan test
tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test
tadi dapat dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari waktu
pengerasannya. Dallam keadaan ditolak ini, Pemborong diwajibkan mencari
sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui Engineer.
Pasal 4
AGREGAT HALUS (PASIR)
(1)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
74
(2)
(3)
(4)
Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir
hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
(5)
Pasir yang ditolak oleh Engineer, harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Engineer
mengenai mutu dan jumlahnya.
(6)
Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
subtansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5 %.
(7)
Pasal 5
AGREGAT KASAR (KORAL)
(1)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air
yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat,
tidak porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral
harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang
dikehendaki, mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7.5 atau
bila diselidiki dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SNI T-151991-03 dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus
disingkirkan.
(2)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
75
(3)
(1)
Penggunaan bahan admixture harus dengan harus dengan ijin tertulis dari
Engineer, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari
adukan beton yang dibuat.
Pasal 7
BAJA TULANGAN
(1)
(2)
(3)
Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu beton baja yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk dari Engineer. Batang percobaan diambil dengan
disaksikan Engineer sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis
baik mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan
terhadap mutu baja yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan
panjang setiap benda uji adalah 100 cm.
Pasal 8
TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL
(1)
(2)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
76
(3)
Semen dengan type dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang
berbeda pula. Semen dalam kantung-kantung harus ditumpuk dengan tinggi
tumpukan tidak lebih dari 13 kantung untuk periode sampai dengan 30 hari,
atau tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk periode-periode yang lebih
panjang. Semen harus secepatnya digunakan segera setelah tiba dilapangan
dan pengambilannya dari tempat penyimpanannya harus berurutan hingga
dapat dihindari tersimpannya semen secara lama. Semen yang sudah rusak
atau terkena lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan.
(4)
(5)
(6)
terpisah
dengan
Pasal 9
PERBANDINGAN ADUKAN
(1)
(2)
(3)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
77
(5)
(6)
Pada penggunaan adukan beton ready mix, Kontraktor harus mendapat ijin
lebih dahulu dari Engineer, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama
dan alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Kontraktor
tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply benar-benar
memenuhi syarat-syarat dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas
dan kualitas yang kontinu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang
harus dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan, dan Engineer akan
menolak supply beton ready mix bilamana diragukan kualitasnya. Semua
resiko dan biaya sebagai akibat dari hal tersebut di atas, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 10
TESTING
(1)
(2)
Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh Engineer untuk dapat
dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi,
dan juga untuk menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan
termasuk menentukan perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton.
(3)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
78
Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran,
dan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
Toleransi dalam kekentalan adukan harus dalam batas-batas sebagai berikut
: 10 mm untuk nilai Slump yang ditentukan kurang dari 80 mm
5 mm untuk nilai Slump yang ditentukan 80 mm atau lebih
Nilai Slump yang disebutkan dalam 10.(4) harus dicapai dalam pelaksanaan
sesungguhnya di pelaksanaan pengecoran.
(5)
Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu
yang disyaratkan, maka Engineer berhak untuk memerintahkan hal-hal
sebagai berikut :
a.
Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
b.
Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.
c.
Non-destructive testing.
d.
Core drilling.
e.
Test-test lain yang dianggap relevan dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03 harus tetap diikuti.
Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,
maka Engineer berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan
tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
(6)
(7)
(1)
Kontraktor
harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat
pengaduk mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi
baik; sehingga dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap
bagian dari komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum
dimasukkan ke dalam alat pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat
atau volume.
(2)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
79
(3)
Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaraan dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur.
Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga
kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang
menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau
diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat pengaduk yang ditempatkan
secara sentral, atau pada mixing plants, Kontraktor harus menyediakan
sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak
boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi
kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Engineer.
(4)
(5)
Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum
diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih
setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan
yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah
bersih, pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton mollen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan
normal.
(6)
(1)
Pasal 12
TRANSPORTASI
Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
80
Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
(3)
Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benarbenar merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang
diambil pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati
batas-batas toleransi yang ditentukan pada pasal 10.(4)
Pasal 13
PENGECORAN
(1)
(2)
Juga air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton
dicor, harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan
metode lain yang disetujui Engineer, untuk mencegah jangan sampai beton
yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3)
(4)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
81
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai
suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan
bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana
juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan
adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang
lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan
oleh pihak Engineer.
(10)
Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin
mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu
batas waktu yang disetujui Engineer terhitung mulai pengecorannya. Tidak
sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca
yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya
perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa dalam terjadi baik dalam
keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan
yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan
Engineer.
Pasal 14
PEMADATAN DAN ADUKAN BETON
(1)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
82
Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai
pengecoran dengan sedikitnya selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus
dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain
yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus
sama mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.
Pasal 15
PERBAIKAN BETON
(1)
(2)
Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benarbenar ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut halhal yang kurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan
finishing. Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan
ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting.
Tonjolan di permukaan beton harus dihilangkan.
(3)
(1)
Lokasi dan type dari construction joints harus sesuai dengan pada gambar
rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer. Penambahan construction
joint yang dikehendaki Kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus
mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu. Penentuan letak joint tadi
harus memperhatikan pola gaya-gaya yang bekerja ataupun untuk
menghindari terjadinya retak.
(2)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
83
Pasal 1
UMUM
(1)
Pasal 2
MATERIAL
(1)
Material untuk bekisting dapat dibuat dari tripleks 9 mm, kayu, besi, atau
material lain yang disetujui oleh Engineer. Semua type material tadi bila
digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas
dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai
dimensi yang direncanakan.
(2)
(1)
(2)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
84
(1)
(2)
Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan nonstaining mineral oil dengan sepengetahuan Engineer. Pelumasan tadi harus
dilakukan dengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar
pondasi dan juga pembesian.
Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus
dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
Pasal 5
PEMBONGKARAN BEKISTING
(1)
Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Engineer, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak
terganggunya kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan
langkah perbaikan, bila perlu bekisting harus secepatnya dibongkar segera
setelah beton mempunyai kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting
untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus segera dibongkar
setelah beton mempunyai kekakuan untuk mencegah berubahnya bentuk
permukaan beton. Bilamana diperlukan perbaikan pada bidang atas beton
yang miring, maka perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan
dengan langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
(2)
Untuk kondisi-kondisi dimana plat dan balok yang masih ada sistim lantai
diatasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan
Engineer, dimana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta
umur beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
85
Pasal 1
UMUM
(1)
(1)
Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara
beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses
pengecoran beton.
Pasal 3
PEMBENGKOKAN
(1)
Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh
Kontraktor dan disetujui Engineer. Semua proses pembengkokan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam
SK-SNI
T-15-1991-03. Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan
apabila telah mendapat ijin dari Engineer.
Pasal 4
PELURUSAN
(1)
(1)
Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
86
didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran.
Pengikat dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting
dalam hal beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan
didudukan pada blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang
mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya harus menjamin
didapatnya permukaan beton yang baik.
Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak berubah
bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.
Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan
tidak diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton,
Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus
mengawasi dan memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau
berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus
cepat diperbaiki sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut.
Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan,
atau antar tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam
sebagaimana yang ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
Pasal 6
SELIMUT BETON
(1)
Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete cover)
sebagaimana gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer.
Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 20
mm.
Pasal 7
SAMBUNGAN LEWATAN (SPLICING)
(1)
(2)
Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain
dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh
Engineer. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi
tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered).
Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari
batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap
memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam
SK-SNI T-15-1991-03 terkecuali ditentukan lain.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
87
XII.
Pasal 2
Pengeboran Tiang Bor Beton
Lubang-lubang harus dibor sampai kedalaman seperti yang ditunjukkan dalam
gambar atau ditentukan berdasarkan pengujian hasil pengeboran. Semua lubang harus
diperiksa, bilamana diameter dasar lubang kurang dari setengah diameter yang
ditentukan, pekerjaan tersebut akan ditolak.
Sebelum pengecoran beton, semua lubang tersebut harus ditutup
sedemikian rupa hingga keutuhan lubang dapat terjamin. Dasar selubung
(casing) harus dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari
30 cm di bawah permukaan beton selama penarikan dan operasi
penempatan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Sampai kedalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus digetarkan dengan
alat penggetar. Sebelum pengecoran, semua bahan lepas yang terdapat lubang bor
harus dibersihkan. Air bekas pengeboran tidak diperbolehkan masuk kedalam lubang.
Sebelum pengecoran, semua air yang terdapat dalam lubang bor harus
dipompa keluar. Selubung (casing) harus digetarkan pada saat pencabutan
untuk menghindari menempelnya beton pada dinding casing. Pengecoran
beton dan pemasangan baja tulangan tidak diijinkan sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pasal 3
Pengecoran Beton
Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi beton. Dimanapun
beton digunakan harus dicor kedalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton
harus dicor melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan
sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi lubang.
Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi tanah
kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir
pemotongan berada dibawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
88
pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air
tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.
Pasal 4
Pengecoran Beton di Bawah Air
Bilamana pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur, semua bahan lunak
dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah
disetujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipe yang diisi dari sebuah corong
diatasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit dibawah permukaan beton baru
dalam tiang bor sampai diatas elevasi air/Lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi
lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa
tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah
sumbat harus ditempatkan didepat beton yang dimasukkan pertama kali
dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.
Pasal 5
Penanganan Kepala Tiang Bor Beton
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter diatas elevasi yang akan
dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian
puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang
cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur
diatasnya.
Pasal 6
Tiang Bor Beton yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga
dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang
bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan diluar toleransi
harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
2.
L AT E RAL L OA D T E ST
Pas a l 1
P er s y ar ata n Umu m
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
89
Pas a l 2
Sta ndar d L o ad T est
Beban percobaan lateral total harus sebesar 200% dari beban desain lateral dan
dilakukan sesuai standar ASTM D 3966-81 dengan cyclic loading.
Pas a l 3
P er al a tan un tuk P em be ba na n
Pe m be ba na n dil a ku ka n de ngan s u atu j ack ya ng m em p unyai
k ap as it a s ti da k b oleh le bi h kec il da ri 1 25% d ar i be ba n mak s im u m
yan g d it e ra pk an . Se la nj ut n ya Kon tr a kt or ha rus menga j u kan
t e rl ebi h da hu l u re nca na pl atf orm da n k on s tr uk s i u nut k l oa d t e s t i n i
u nt uk me ndap a t per se tuj ua n Di re ks i / Penga wa s Lap an ga n.
Pas a l 4
P er al a tan unt uk P eng u kur an Se tt l e ment
Tanda dengan jelas semua dial gauges, skala, dan titik referensi dengan
angka atau tulisan agar memudahkan dan mendapatkan pencatatan yang
akurat. Susun semua gauge, skala, atau titik referensi dengan kokoh
sehingga tidak bergerak relatif terhadap penahan selama test.
Satu alat pencatat yang lain dan terpisah menggunakan kabel, cermin dan
skala harus disediakan sesuai dengan ASTM D 3968-90. Susun cermin dan
skala pada bagian tengah atas pile yang ditest atau pada suatu bracket yang
disusun sepanjang garis dari beban yang diberikan pada sisi pile yang ditest
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
90
dengan skala sepanjang garis beban yang diberikan. Regangkan kawat atau
material lain yang ekivalen, tegaklurus terhadap garis pemberian beban dan
melewati permukaan skala. Letakkan kawat tidak lebih dari 25 mm dari
muka skala dan penyokong, pasang alat yang cocok untuk menjaga
tegangan kawat sepanjang test sedemikian hingga jika kawat ditarik, kawat
akan kembali ke posisi semula. Jika skala dan kawat diletakkan pada pile
di sisi yang berlawanan terhadap titik pemberian beban, ruang yang cukup
bebas harus disediakan antara pile dan kawat untuk mengantisipasi
pergerakan lateral pile.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
Lama
Pembebanan
10
10
10
10
10
20
20
10
10
10
10
20
20
10
10
10
10
10
20
20
20
60
10
10
10
10
Pembacaan Perpindahan
Lateral (menit)
0-5-10
0-5-10-15-20
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10-15-20
0-5-10-15-20
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10-15-20
0-5-10-15-20
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10-15-20
0-5-10-15-20
0-5-10-15-20
0-10-20-3040-50-60
0-5-10
0-5-10
0-5-10
0-5-10
91
Pas a l 6
Pr os e dur P embac a an
Pembacaan harus dilakukan sesuai prosedur berikut:
- Sebelum dan sesudah setiap penambahan beban
- Sebelum dan sesudah setiap penurunan beban
- Setiap 5 menit
- Pada saat beban puncak (200%) pembacaan dilakukan
sebagai berikut:
i. Setiap 10 menit untuk 2 jam pertama
ii. Setiap jam kemudian hingga selama 10 jam
iii.Sesudah itu dilakukan setiap 1 jam
Pas a l 7
K r it eri a F ai l ure
Tes dianggap telah mencapai failure apabila perpindahan maksimum lateral melebihi
12 mm pada beban maksimum sebesar dua kali beban desain.
Pas a l 8
K e gag al an Pe kerj aan
Apabila terjadi kegagalan pada tiang pada saat tes dilakukan, penambahan
tiang pada lokasi yang berdekatan sebagaimana ditentukan oleh Engineer
harus dilakukan dan dites kembali jika dianggap penting oleh Engineer.
Dalam kasus ini, kontraktor harus melakukan pemasangan tiang lagi guna
memastikan keamanan struktur yang dilakukan dengan menggunakan
rejected piles. Semua jenis pekerjaan ini dilakukan dengan tanggungan
kontraktor.
Apabila pekerjaan tes tiang gagal untuk mencapai beban kerja (full W.L),
maka 2 (dua) buah tes lebih lanjut harus dilakukan oleh Kontraktor dengan
tiang yang lain pada lokasi yang sama yang dipilih oleh Engineer, dengan
tanggungan Kontraktor.
Pas a l 9
P embe rs i ha n
Ko nt ra kt o r ha rus
m e mi nda hka n dan
m e ngel ua r ka n s em ua
r er un tu ha n, da n s isa -s is a ba han -ba han la i nn ya ke l ua r l ok as i ke
t e mpa t yan g d i tu n j uk oleh M a na ge r Kons t r uks i d en ga n t a np a
t a mba ha n bia ya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
92
3.
T E S T I ANG DI NAM I K
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
93
XIII.PEKERJAAN RAILING
(1)
Lingkup Pekerjaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
94
2.
a.
b.
Persyaratan Bahan
a.
Tangga
Terbuat dari bahan Stainless Steel (SS) H 950 mm &
(SS) H 840 mm dengan tebal 1.2 mm ex Hessel atau
produk setara & Finishing dipoles, dan disetujui oleh
Direksi Pengawas.
-
b.
3.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
95
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
(2)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
96
A.V. 1941
Peraturan/ persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Pemerintah Daerah setempat.
Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah setempat.
Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin, peralatan dan
material tersebut dibuat.
Peraturan/ persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia.
(3)
(4)
(5)
(6)
Biaya perizinan dan pengetesan untuk bahan-bahan dan peralatanperalatan yang dipasang.
Biaya keur dan biaya tanggungan instalasi.
Semua biaya yang diakibatkannya dan biaya resiko pecah/rusaknya
sanitary fixtures.
Biaya penyimpanan/gudang untuk sanitary fixtures.
Biaya penyambungan PAM.
(1)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
97
(2)
(3)
(1)
Waktu Pelaksanaan
Lamanya waktu pelaksanaan pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan
disesuaikan dengan tahap-tahap pembangunan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
(2)
Material
-
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
98
(3)
(4)
Gambar-gambar Perencanaan
Di dalam gambar-gambar perencanaan ini tidak dimaksudkan menunjukkan
semua pipa-pipa, fitting-fitting, katup-katup dan fixture secara terperinci.
Semua bagian-bagian tersebut di atas walaupun tidak digambarkan atau
disebutkan secara spesifik harus disesuaikan dan dipasang oleh Kontraktor,
apabila diperlukan, agar instalasi ini lengkap dan dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan pelaksanaan yang wajar.
(5)
Gambar-gambar Kerja
Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu berada di site/
lapangan. Termasuk perubahan-perubahan atau usulan-usulan dan lain
sebagainya. Selama pelaksanaan instalasi ini berjalan, Kontraktor harus
memberikan tanda-tanda dengan pensil/ tinta merah pada set gambar atas
segala perubahannya, penghapusan atau penambahan pada instalasi tersebut.
(6)
Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus membuat gambar instalasi secara mendetail (Shop
Drawing) untuk disetujui oleh Direksi, juga harus menyerahkan Gambar
Pelaksanaan (As Built Drawing) yang meliputi denah, instalasi yang
terpasang, detail pemasangan, detail peralatan dari seluruh instalasi di atas/
digambar dikertas kalkir.
Pelaksanaan pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang umum berlaku
dan mengikuti Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1979.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
99
(7)
Contoh-contoh Barang
Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan, kepada Direksi Lapangan atau brosur-brosur dari alatalat tersebut dan menunggu persetujuan dari Direksi Lapangan sebelum alatalat tersebut dipasang.
Bila bahan-bahan tersebut diragukan kualitasnya akan dikirimkan ke kantor
penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong/ Kontraktor.
Bila ternyata terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/ tidak
bisa dipakai oleh Direksi Lapangan, maka Pemborong harus mengangkut
bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari,
harus sudah tidak ada di lapangan (site).
(8)
Tenaga Pelaksanaan
Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang/ tenaga-tenaga
ahli dalam bidangnya (Skilled Labour), agar dapat memberikan hasil kerja
yang terbaik dan rapi.
Untuk pelaksanaan, khusus Pemborong harus memberikan surat pernyataan
yang membuktikan bahwa tukang-tukangnya yang melaksanakan pekerjaan
tersebut memang mempunyai pengalaman dan kecakapan.
Kontraktor wajib mempunyai PAS INSTALATUR yang dikeluarkan oleh
PDAM setempat sesuai dengan Domisili dengan Pemborong/ Kontraktor
tersebut.
(9)
Pengamanan
Kontraktor bertanggung jawab atas pencegahan bahan/ peralatan-peralatan
untuk instalasi ini dari pencurian atau kerusakan.
Bahan-bahan/ peralatan-peralatan yang hilang atau rusak harus diganti oleh
Kontraktor tersebut tanpa tambahan biaya.
(10)
Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Pemborong diwajibkan mengadakan
koordinasi dengan Pemborong lain yang mengerjakan pekerjaan Struktur,
Elektrikal, Interior dan sebagainya, sehingga kemungkinan terjadinya
kesalahan-kesalahan dalam pemasangan dapat diperkecil/ dihilangkan.
Pasal 4
PENGECATAN DAN LABEL
(1)
semua pipa-pipa yang tidak tertanam didalam tembok/ tanah harus diberi
tanda-tanda dengan mengecat pipa-pipa tersebut dengan warna 2 (dua) lapis
bahan anti karat dan tanda arah aliran warna akan ditentukan kemudian
(kecuali pipa PVC).
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
100
(2)
Semua pipa-pipa yang akan ditanam didalam tanah harus dilapisi berturutturut lapisan aspal, lapisan goni dan lapisan aspal/ plinkote minyak.
(3)
Pipa-pipa air yang tidak tertanam didalam bagian bangunan harus dicat
dengan lapisan cat dasar yang tahan karat dan kemudian difinish dengan cat
finish.
Sebelum dilakukan pengecatan/ pelapisan dengan bahan anti karat, semua
bagian pipa harus dibersihkan dari kotoran, lemak dan karat dengan
menggunakan alat yang sesuai dengan untuk itu.
(4)
Pasal 5
PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR BERSIH
(1)
(2)
(3)
Pada setiap pipa penyatu yang disambungkan pada tiap-tiap fixtures atau
equipment harus dipasang valves sesuai dengan gambar. Semua valves
ukuran dia. < 2,5" digunakan screwed class 10 K, dan ukuran > 2,5"
digunakan flanged class 10 K.
Merk : Kitazawa, Toyo atau setaraf.
(4)
1 1/4"-Mak. 7 feet.
1,5" -Mak 9 feet.
2"- Mak. 10 feet.
3"- Mak. 12 feet.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
101
(5)
(6)
(7)
(8)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
102
Sebelum dipasang, selama pemasangan dan sesudah dipasang pipapipa dan accessoriesnya, terutama bagian dalamnya harus dijaga agar
tetap bersih dan harus diperiksa setiap saat terhadap kerusakan dan
kotoran.
Harus disediakan automatic release valve pada tempat-tempat
tertinggi untuk mengeluarkan udara secara otomatis dan pada tempat
terendah harus dipasangkan katup blow off berikut pemipaannya
menuju ke saluran air hujan terdekat.
(9)
Sambungan Pipa
a.
b.
c.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
103
d.
e.
f.
Pada sambungan ulir, terlebih dahulu harus dilapisi dengan readlead cement, kemudian dibalut dengan menggunakan pintalan
serabut kain atau pipa khusus.
g.
h.
Sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar sudut
maksimum yang ditentukan oleh pabrik pipa yang bersangkutan
(maksimum deflection allowed).
(10)
(11)
Fitting
a.
b.
Flange
Jenis : Forged Steel Flange
Kelas : 150 psi
c.
Flange bolt
Jenis : Commercial Bolt
Pasal 6
PERSYARATAN PERALATAN BANTU
(1)
Katup Penutup
Jenis : Bronze valve, hand-wheel operated
Stem : Non-rising (air bersih) rising stem (air cond.)
rising stem (air cond)
Kelas : 150 psi
Standard: (B.S.), (JIS), (ANSI), (ASTM).
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
104
(2)
Katup Searah
Jenis : Swing Y pattern bronze
Arah aliran: Horizontal atau vertikal bergantung posisi pipa
Kelas : 150 psi
Katup searah harus type anti water hummer.
(3)
(4)
(5)
(6)
Strainer
Jenis :
Screen :
Kelas :
Merk :
Y pattern bronze
Stainless steel
150 psi
Kitazawa, Toyo atau setaraf.
(7)
Flexible Connection
Jenis : Spool type flexible rubber
Bentuk: Spherical
Kelas : 150 psi
Merk : Proco, Tozen, atau setaraf.
(8)
Pressure gauge
Jenis : Bourdon, dial-gage
Fluida kerja: Air
Dial size: 10 cm
Range : 1 - 1 0 atm
Merk : Nagano,Yamamoto atau setaraf
(9)
Flow Meter
Jenis : Direct-reading impact-tube
Range : 10 - 100 gpm
Tekanan kerja: 5 atm
Ketelitian: + 5%
(10)
Thermometer
Jenis : Mercury expansion
Mounting: Pipa
Range : 10 - 40 centrigrade
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
105
b.
c.
d.
e.
Pengujian dilakukan pada pipa utama sebelum pipa tersebut ditanam dalam
tanah atau didalam bagian bangunan.
f.
g.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
106
Pasal 8.
K E T E NT UA N PE NGGA NT UNG P I P A , K ONS TR UK SI & PE R SY A R A T A N
PEMIPAAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
Double nepple, elbow, bend, tee, reduct, socket dan lainnya, dengan jenis
material yang sama.
Kelas atau type dari fitting harus equivalent dengan type dari pipa
tembaganya.
Pasal 10
PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR KOTOR & AIR BEKAS
(1)
Lingkup Pekerjaan
-
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
107
Pemasangan instalasi pipa air kotor dan air bekas harus dilaksanakan
sesuai dengan ukuran dan lokasi yang telah ditentukan didalam
gambar kerja.
Pipa yang digunakan harus dari jenis poly vinyl chloride (P.V.C)
klas/ kualitas terbaik (clase A.W.) tidak rapuh, merk : WAVIN atau
setaraf (SII Standard), khusus pipa menyeberangi jalan atau parkir
harus dilindungi pipa Galvanized Steel Pipe (GSP). Untuk vent dan
semua fittingnya menggunakan pipa PVC dengan bentuk sambungan
monolit (solit), sambungan dengan las tidak dibenarkan untuk
dipakai.
b.
c.
d.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
108
e.
f.
g.
Pipa vertikal utama dari instalasi air kotor dan air bekas
dengan ukuran yang sama, diteruskan ke atap sebagai vent
yang dengan pipa-pipa vent vertikal lainnya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
109
i.
j.
Semua pipa dan fitting yang dipakai dalam pekerjaan ini harus dari
satu merk dan mengikuti standard yang sama.
k.
Fittings terbuat dari bahan yang sama dengan jenis bahan pipa dan
merupakan cetakan pabrik.
l.
Semua pipa tegak harus dijangkar kuat pada tiap jarak 2,5 m
maksimum. Untuk pipa mendatar harus ditumpu/ digantung kuat pada
jarak maksimum 2 m.
m.
n.
o.
Pipa vent tegak yang keluar dari permukaan tanah harus mempunyai
ketinggian 2,5 m dan diujung pipa tersebut dipasang Tee.
p.
Pengujian dari seluruh sistim pemipaan air kotor/ bekas ini dilakukan
setelah pemasangan selesai dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
CM/ Perencana.
q.
r.
s.
t.
Pada bagian bawah dari pipa tegak ke pipa datar harus diberi
penumpu/ support dan pipa datar lainnya diberi penggantung.
Pasal 11
PERSYARATAN SAMBUNGAN PIPA AIR KOTOR
(1)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
110
(2)
Sambungan harus mampu menahan tekanan air kotor sebesar tinggi kolom
air dari pipa terendam sampai ke titik ujung atap pipa vent stack.
(3)
Sambungan antara pipa dan arah yang berbeda harus menggunakan Long
Radius Elbow dan/ atau combination WYE.
(4)
Fitting yang digunakan harus dari jenis Injection moulded fitting, fitting
dari jenis welded fitting tidak diperkenankan untuk dipakai.
Pasal 12
PENGUJIAN SISTEM PEMIPAAN AIR KOTOR & VENT
(1)
(2)
Seluruh sistem pemipaan diisi dengan air sampai ke lubang pipa vent yang
tertinggi.
(3)
Bila selama 60 menit penurunan permukaan air tidak lebih dari 10 cm,
pengujian dinyatakan berhasil.
(4)
Bila penurunan permukaan air melebihi batas yang telah ditentukan maka Kontraktor
harus segera memperbaiki dan pengujian harus diulang kembali.
Pasal 13
PEMASANGAN INSTALASI AIR HUJAN
(1)
Seluruh bak kontrol untuk air hujan tidak termasuk dalam skope ini
(masuk pekerjaan sipil/ arsitektur).
(2)
Pipa yang digunakan harus PVC pipe dari clase AW dengan solvent cement.
Merk : Ruchika, Wavin, Pralon atau setaraf.
Roof drain ttype cast iron drain.
(3)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
111
Pasal 14
GROUND RESERVOIR
Reservoir bawah dengan kapasitas 18.2 m 3 , terbuat dari beton bertulang kedap air,
dengan perlengkapan pipa pengisi lengkap dengan float kontrol, pipa vent peluap,
pipa keluar dari jenis GIP, manhole, float valve dari stainless steel, tangga
pengontrol, elektroda water level kontrol.
Reservoir harus diuji terhadap kemungkinan kebocoran. Semua peralatan harus
dapat berfungsi dengan baik.
Pasal 15
PETUNJUK KERJA DAN PETUNJUK PEMELIHARAAN INSTALASI
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
serta
mengatasi
112
Pasal 16
PENGUJIAN INSTALASI, RUNNING TEST DAN COMMISSIONING
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Harus dilakukan oleh tenaga ahli dari penjual mesin/peralatan tersebut yang
mana telah mendapat pendidikan khusus untuk itu dari pabrik pembuat
mesin tersebut.
(7)
Harus disaksikan oleh Pemberi Tugas, CM/ Team Pengawas dan badan lain
yang berwenang.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
113
XV.PEKERJAAN DINDING
(1)
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
2.
3.
Persyaratan bahan
a.
b.
c.
d.
e.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
114
(2)
2.
3.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
a.
b.
c.
d.
Campuran (agregate) untuk plester harus dipilih yang benarbenar bersih dan bebas dari segala macam kotoran, harus
bersih dan melalui ayakan 1,6 - 2,0 mm.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
115
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
116
XVI.PEKERJAAN LANTAI
A.Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai Bangunan
1.
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan bahan
a.
b.
c.
d.
Bahanpengisi
siar
berwarna/ibagrout/Titlegrout.
e.
f.
dari
grout
semen
g.
h.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
117
3.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
118
m.
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
a.
b.
c.
d.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
119
3.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
120
(1)
3.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
-
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
Harus diperhatikan semua sambungan dalam pemasangan klosklos, baut, angkur-angkur dan penguat lain yang diperlukan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
121
(3)
d.
Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan sikusiku satu sama lain sisi-sisinya dan dilapangan sudah dalam
keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan, kecuali bila
ditentukan lain.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Lingkup Pekerjaan
a.
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang
digunakan dalam pelaksanaan, hingga dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.
b.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
122
(4)
2.
Persyaratan Bahan
Bahan Panel
Untuk panel digunakan bahan kaca yang memenuhi persyaratan
dalam PUBI 82 pasal 63 dan SII 0819-78. Digunakan kaca rayband
tebal 5 mm.
3.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
123
2.
Persyaratan Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
124
c.
d.
e.
f.
g.
h.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
125
(2)
Lingkup Pekerjaan
1.
Yang termasuk pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahanbahan, perlengkapan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan hingga dapat tercapainya hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2.
Persyaratan Bahan
1.
Semua hardware dalam pekerjaan ini, dari produk yang bermutu baik,
seragam dalam pemilihan warnanya serta dari bahan-bahan yang telah
disetujui Direksi Pengawas.
2.
3.
b.
c.
Peralatan
dari
seluruh
daun
pintu
yang
telah
disyaratkan/ditentukan dalam gambar, dipasang peralatanperalatan dari merk Schlage, Falcon, Curbin atau merk lain,
antara lain :
Flush Bolt type/serie FB 007 dari Satin Stainless Steel
Door Guard type/serie DG 005 dari Polish Chromium
Door Stop type/serie 431 dari alumunium
Door viewer type/serie DV 004 dari Brass
Rack Bolt type/serie WB 006 dari Brass
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
126
(3)
d.
e.
f.
g.
Syarat-syarat Pelaksanaan
1.
2.
3.
Engsel atas dipasang tidak lebih dari 20 cm (as) dari sisi atas pintu
kebawah. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari
permukaan lantai keatas.
Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
4.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
127
XIX.PEKERJAAN ATAP
A.PEKERJAAN RANGKA ATAP
(1)
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
a. -
c.
3.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
128
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
129
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan,
contoh-contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang
akan digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan
persetujuan konsultan perencana dan konsultan pengawas.
a.
b.
c.
Bahan
: Genteng Metal
Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau
berjamur, tahan terhadap perubahan cuaca, dan dapat
mereduksi udara panas dan suara hujan.
Spesifikasi bahan :
Ukuran seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan
gambar rencana, dan sesuai persetujuan konsultan pengawas.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
130
d.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a.
b.
c.
XX.PEKERJAAN PLAFOND
(1).
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
a.
b.
c.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
131
4.
Persyaratan Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
132
XXI.PEKERJAAN PENGECATAN
(1)
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan Bahan
a.
b.
c.
d.
Cat dasar
Digunakan jenis alkali Pimer (untuk dinding/beton
bagian dalam)
Digunakan jenis Sealer (untuk dinding/beton bagian
luar)
Lapisan cat dasar dilakukan minimal 1 lapis sampai rata
dan sama tebalnya.
e.
f.
g.
h.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
133
3.
(2)
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Lingkup Pekerjaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Meliputi pengecatan permukaan kosen kayu, daun pintu dan
daerah service serta permukaan kayu yang tampak sesuai yang
ditentukan/ ditunjukkan dalam detail gambar.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
134
2.
3.
Persyaratan Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
135
f.
g.
h.
i.
j.
XXI.MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
INSTALASI LISTRIK
1.1.
Persyaratan Umum
(1)
(2)
(3)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
136
(4)
(5)
Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari penyesuaianpenyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-catatan tersebut
harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir) As Built Drawing
dan harus diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.
(6)
(7)
(8)
(9)
(10) Pengawas
Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaannya. Kontraktor
wajib menempatkan pengawas untuk mengawasi pekerjaannya sendiri.
Penanggung jawab pelaksana pekerjaan harus selalu berada di tempat
pekerjaan dan dapat mengambil keputusan demi kelancaran pekerjaan.
(11) Commisioning & Testing
a. Pemborong pekerjaan instalasi harus dilakukan testing dan pengukuran
yang dianggap perlu untuk memeriksa, mengetahui apakah seluruh
instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi persyaratan yang berlaku.
b. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab pemborong. Hal ini
termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
137
1.2.
1.2.1. Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi semua bahan, peralatan, tenaga kerja,
pemasangan, pengujian, perbaikan selama masa pemeliharaan dan trainning
bagi calon operator.
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan sistem distribusi daya listrik
-
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
138
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
139
- Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi
pipa Galvanized.
- Kabel yang menyebrang jalur selokan, dilindungi pipa galvanized
atau pipa beton.
- Galian untuk tempat kabel harus bersih dari bahan-bahan yang
dapat merusak isolasi kabel, seperti batu, abu, kotoran bahan
kimia, dll.
- Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara
langsung, harus menggunakan peralatan khusus unrtuk
penyambungan kabel dalam tanah.
3.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
140
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
141
4. Untuk menyatakan sistem telah dijalankan dengan push button atau dengan
saklar, ataupun dengan Time Switch menyatakan sistem on dengan warna
merah.
5.Untuk menyatakan sistem telah off dengan warna hijau.
XXIII.PEKERJAAN SANITAIR
(1)
Pekerjaan Sanitair
1.
2.
Lingkup Pekerjaan
a.
b.
Persyaratan bahan
a.
Pemasangan Closet
Closet duduk pada Toilet digunakan produk TOTO, type C 721
PV 1, atau dari merk lain yang setara dan disetujui Direksi
Pengawas,warna ditentukan kemudian.
b.
c.
e.
Urinoir digunakan merk TOTO & KIA type U-57M atau KIA,
warna standard atau dapat digunakan dari merk lain yang
setara dan disetujui Direksi Pengawas.
f.
g.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
142
h.
4.
Syarat-syarat Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
143