Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan terhadap hal-hal tertentu , akan menempatkan hal
tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih
menghargai kekayaan material dari pada kehormatan, maka mereka yang lebih banyak
mempunyai kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan fihak-fihak lain. Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat
(stratifikasi sosial), yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
berbeda-beda secara vertikal.
Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial berbeda-beda dan banyak sekali. Stratifikasi tersebut
tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis dan lain sebagainya.
Stratifikasi Sosial mulai ada ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam
suatu organisasi sosial, misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih
bersahaja. Untuk lebih jelasnya, pembahasan tentang Stratifikasi Sosial akan dijelaskan secara
terperinci pada bagian selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,dapat diambil sebuah masalah yang akan dikaji dalam
makalah ini diantaranya :
1. Apa pengertian Stratifikasi Sosial ?
2. Apa penyebab terjadinya Stratifikasi Sosial ?
3. Bagaimanakah sistem Stratifikasi Sosial ?
BAB II
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin stratum (tunggal)
atau strata (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan
sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa
defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
b. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam
suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori
dari
sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang
kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang
digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya: Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu
hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap
dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orangorang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di
mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai
kedudukan yang tinggi.
Mengenai sumber dasar dari terbentuknya stratifikasi dalam masyarakat adalah suku bangsa
(etnis) dan unsur sosial. Stratifikasi yang terbentuk bersumber dari etnis apabila ada dua atau
lebih grup etnis, di mana grup etnis yang satu menguasai grup etnis yang lainnya dalam waktu
yang relatif lama. Sedangkan stratifikasi yang terbentuk dari sumber sosial, karena adanya
tuntutan masyarakat terhadap faktor-faktor sosial tertentu. Faktor-faktor sosial itu merupakan
ukuran yang biasanya ditetapkan masyarakat berdasarkan sistem nilai yang dipandang berharga.
Faktor-faktor sosial yang berharga itu kemudian dimasukkan pada level tertentu sesuai dengan
tinggi rendahnya suatu daya guna yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa ciri umum tentang Faktor-faktor yang menentukan adanya stratifikasi sosial,
yaitu antara lain :
1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya
strata dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan srrorang dalam
masyarakat.
2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai Dokter, Dosen, buruh atau pekerja
teknis dan sebagainya; semuanya ini sangat mentukan status seseorang dalam masyarakat.
3. Kesalahan seseoran dalam beragama; jika seseorang sungguh-sungguh penuh dengan
ketulusan dalam menjalankan agamanya , maka status seseorang tadi akan dipandang lebih
tinggi oleh masyarakat.
4. Status atas dasar keturunan, artinya keturunan dari orang yang dianggap terhormat ( ningrat )
merupakan ciri seseoarang yang memiliki status tinggi dalam masyarakat.
5. Status atas dasar jenis kelamin dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua
umurnya lebih dihormati dan dipandang tinggi statusnya dalam masyarakat. Begitu juga jenis
kelamin; laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam keluarga dan
masyarakat.
3
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan
kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demkian. Pembedaan atas lapisan
merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk
meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, dapatlah pokok-pokok sebagai berikut yaitu
sebagai brikut :
1. Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem pertengahan dalam masyarakat.
Sistem demikian hanya mempuyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi
obyek penyelidikan.
2. Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam rung lingkup unsur-unsur sebagai berikut :
a) Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan,
keselamatan, wewenang dan sebagainya;
b) Sistem pertentangan yang diciptakan
warga-warga
masyarakat
(prestise
dan
penghargaan);
c) Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan;
d) Lambang-lambang status, seperti misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan sebagainya;
e) Mudah atau sukarnya bertukar status;
f) Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki
g)
h)
i)
j)
C. Sistem Stratifikasi
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat
tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah
dari status satu kestatus yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Misalnya seorang yang
berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi tokoh agama jika ia mampu
meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya. Seorang anak buruh tani dapat
mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi presiden sekalipun, apabila ia rajin
belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu. Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat
mencapai status presiden.
4
Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota
masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri
untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan
kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat
pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya.
Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita
yang tinggi.
Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah
kestatus satu kestatus lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan
untuk dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran
atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan
kasta seperti di india misalnya:
a. Keanggotaan pada kasta diperoleh karna warisan/kelahiran. Anak yang lahir memperolah
kedudukan orang tuany.
b. Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karna seseorang takmungkin
mengubah kedudukannya, kecuali bika ia dikeluarkan dari kastanya.
c. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta,
identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta
dan lain sebagainya.
f. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Sistem kasta di India telah ada berabad-abad yang lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa
india adalah yati; sedangkan sistemnya disebut varna. Menurut kitab Rig-veda dan kitab-kitab
brahmana, dalam masyarakat india kuno dijumpai empat varna yang tersusun dari atas kebawah.
Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatra, Vaicya dan Sudra.
D. Dasar Stratifikasi Sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah , terdapat lapisan yang jumlahnya relatif
banyak. Biasanya lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai
oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka
5
yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin
kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai menggolongkan-golongkan anggota-anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan masyarakat adalah sebagai berikut :
1
Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termausk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat padad rumah yang bersangkutan,
mobil peribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang di
demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walau tidak halal.
Ukuran diatas tidaklah bersipat limitatif, karna masih ada ukuran-uakuaran lain yang dapat
digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran diatas amat menentukan sebagai timbulnya sistem
lapisan pada masyarakat tertentu.
E. Kelas-kelas Sosial
Timbulnya kelas sosial
Coba perhatikan, apakah sama antara kelompok sosial atas dengan kelompok
sosial
bawah?
Tentu
beda
bukan!
Stratifikasi
sosial
berbeda.
Kelompok
sosial
atas
akan
kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu dengan uang. Prestise atau gengsi
menjadi bagian dari hidupnya. Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi, sehingga
tidak segan menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut.
Di dalam tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social clas). Seperti yang
sering terjadi dengan berbagai istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas, tidak selalu
mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukankedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut
class-system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu
diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah
paralel dengan pengetian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah,
kekuasaan atau dasar lainnya.
Adapula yang mengunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur
ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok
kedudukan (status group). Selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pemdedaan yang tegas
antara kelas dan kelompok kedudukan.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan
sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang
bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi
dengan mengunakan kecakapannya. Disamping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya
golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan Stand.
Pada beberapa masyarakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali. Karena orangorang dari kelas tersebut memperoleh hak dan kewjiban yang di lindungi oleh hukum positif
masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu seringkali mempunyai kesadaran
dan konsepsi yang jelas seluruh sususan lapisan dalam masyarakat. Misalnya di Inggris, ada
istilah-istilah tertentu seperti commoners bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan.
Sebagaian besar warga masyarakat Inggris, menyadari bahwa orang-orang nobility berada diatas
commoners (sesuai dengan adat istiadat)
Apabila pengertian kelas ditinjau serta lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai
beberapa kriteria yang tradisional, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6) Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan kriteria tersebut diatas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup yang
tertentu (life-chances)bagi anggotanya. Misalnya, keselamatan atas hidup dan harta benda,
kebebasan, standar hidup yang tinggi dan sebagainya, yang dalam arti-arti tertentu tidak dipunyai
oleh warga kelas-kelas lainnya. Kecuali itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tigkah laku hidup
masing-masing warganya (life-style). Karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai
perbedaan dalam kesepakatan-kesepakatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu.
F.
1.
Kedudukan (Status)
Kedudukan Kadang-kadang dibedakan pengertiannya dengan kedudukan sosial ( social
status ). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan
dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta
kewajiban-kewaibannya. Untuk lebih mudah mendapatkan pengertia, ke dua istilah tersebut di
atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan saja.
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan
demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan, oleh karena seseorang bisanya
ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnaya
sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Seperti Kedudukan Tuan A sebagai
warga masyarakat, merupakan kombinasi dari segenab kedudukanya sebagai guru, kepala
sekolah,ketua rukun tetangga dst.
Mayarakat pada umumnya mengembangkan dua macam Kedudukan yaitu :
8
Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankansuatu
peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu dan
pengetahuan. Keduanya takdapat dipisah-pisahkan, karna yang satu tergantung pada yang lain
dan sbaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana
halnya dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur perillaku
seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dan perilaku
orang-orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada masyarakat, merupakan
hubungan antara peranan- peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma
9
yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang lelaki berjalan bersama
seorang wanita.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan
kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur
statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyusuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki
suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal,
yaitu :
1
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
10
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini, satusatunya kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah
karena kelahiran atau keturunan. Contoh:
-
Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak bias pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bias pindah kedudukan
di posisi kulit putih.
11
kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa kedudukan dan peranan yang di anggap
tertinggi oleh setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang di anggap terpenting
secara memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas dan memahami uraian di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan sebagai
berikut:
1. Selama dalam satu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti
mempunyai sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem lapisan
dalam masyarakat. Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan istilah
socil stratification yang merupakan pembedaan penduduk atau nasyarakat ke dalam kelaskelas secara bertingkat (secara hirarkis).
2. Sistem lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya (dalam proses pertubuhan
masyarakat itu) tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Sifat Sistem lapisan dalam masyarakat dapat tertutup dan dapat pula terbuka. yang
bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang
lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau kebawah. Sebaliknya di dalam system terbuka,
setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri
naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke
lapisan di bawahnya.
B . Saran
Bagi masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan perubahan kebudayaan terlebih
harus memfilter jika pengaruhnya dari luar, karena perubahan ini datang nya dari budaya luar
atau karena pengaruh teknologi yang nantinya bisa menghilangkan kebudayaan kita sendiri. Dan
13
memang perubahan sosial terjadi dengan cepat jika kita tinggalnya di perkotaan dan lambat
terjadinya yang tinggal dipedesaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 1992; Sosiologi Skematika, teori dan Terapan, PT. Bumi Aksara, Ahmadi,
Abu.2007.Sosiologi Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu.2007.Sosiologi Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.
B. Horton Paul dkk, Sosiologi, Jakarta:PT Erlangga, 1999
Khafi Syatra Abdul, Buku Pintar Sosiologi, Yogyakarta: PT. Garailmu, 2010
Syamsir dan Burmawi.2003.Buku Ajar:Pengantar Sosiologi.Padang:UNP
Soekanto Soerjono, 1990; Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persaja, Jakarta.
14