Anda di halaman 1dari 17

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Nomer salinan
Diberikan kepada
Tanggal Pemberian

DISUSUN OLEH

Nama
MANAGEMENT
REPRESENTATIVE
Tanggal :

DISAHKAN OLEH

Nama
DIREKTUR. PPNS
Tanggal :

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

. PENDAHULUAN
1.1 Profil Perusahaan
Nama

: Jurusan Desain Manufaktur

Alamat

: Jl. Teknik Kimia, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

No. Telepon

: 085649101243

Fax

: 085649101243

E-mail

: soekartogagas@gmail.com

Bidang Usaha

: Jasa dan produk

1.2. Struktur Organisasi

Direktur

Sekretaris

Bendahara

Manager Represntative

KABAG ISO

KABAG Las

KABAG Konstruksi

KABAG CNC

KABAG SG

KABAG

:
1.3 Ruang Lingkup
Manual Sistem Manajemen Jurusan Desain Manufaktur ini dibuat untuk memenuhi semua
persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 : 2007 yang terkait
dengan kegiatan utama yang dilakukan di Jurusan Desain Manufaktur.
1.4 Standar dan Peraturan Sistem Manajemen PT. Sehat Farmasi
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001: 2007

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

2. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN


2.1 Kepemimpinan dan Komitmen
Pengurus Jurusan Teknik Desain Manufaktur harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan sumber daya yang memadai. Pengurus harus
menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam :
a. Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan / Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) kerja pada posisi yang dapat menentukan keputusan jurusan.
b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam
penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi.
e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Komitmen dan kebijakan tersebut pada butir a sampai dengan e diadakan peninjauan ulang secara teratur
minimal sekali dalam setahun. Setiap tingkat pimpinan dalam jurusan harus menunjukkan komitmen
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan
dan dikembangkan di jurusan Teknik Desain Manufaktur. Setiap tenaga kerja, mahasiswa serta orang lain
yang berada di tempat kerja yaitu di lingkungan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya khususnya di
jurusan Teknik Desain Manufaktur harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja.
2.2 Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)
Peninjauan awal kondisi keselamatan dan kesehatan kerja saat ini dilakukan dengan:
a. Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan Pedoman ini.
b. Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan jurusan.
c. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar keselamatan dan
kesehatan kerja.
d. Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan jurusan dan kampus lain yang
lebih baik.

02

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

e. Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan gangguan serta penilaian
sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya yang disediakan.
Hasil peninjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bahan masukan dalam perencanaan dan
pengembangan Sistem Manajemen K3 untuk Jurusan Teknik Desain Manufaktur.
2.3 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh senat
atau pengurus jurusan Teknik Desain Manufaktur yang memuat keseluruhan visi dan tujuan jurusan,
komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang
mencakup kegiatan jurusan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional. Kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja,
teknisi dan mahasiswa yang kemudian harus dijelaskan, disosialisasikan serta disebarluaskan kepada semua
mahasiswa, teknisi, pemasok dan pelanggan khususnya yang berada di lingkup jurusan Teknik Desain
Manufaktur. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam
rangka peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
3. PERENCANAAN
Program studi Design Manufacture PPNS harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan

harus

memuat

tujuan, sasaran dan indikator

kinerja yang

ditetapkan

dengan

mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai dengan
persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
3.1 Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
Seluruh bahaya potensial dari aktivitas pekerja secara rutin dan non rutin pada area kerja
yang dilihat dari tingkah laku, kemampuan dan faktor pekerja yang lain serta bahaya potensial
dari infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat kerja pada

seluruh bengkel praktikum pada

program studi Design Manufacture PPNS diidentifikasi dan dievaluasi oleh Kabag ISO dan Legal,

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

untuk memastikan tujuan dan sasaran K3 sesuai dengan bahaya potensial dan resiko di PPNS.
Tinjauan bahaya potensial dan resiko akan dilaksanakan bila terjadi perubahan proses dan atau
perubahan perundangan yang berarti atau muncul perkembangan unit usaha yang baru. Kabag
ISO dan Legal bersama Kabag K3 bertanggung jawab untuk membuat, menyusun dan memeriksa
daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3.
Manajemen Representatif K3 mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko
serta daftar resiko penting K3. Setelah melakukan identifikasi dan penilaian resiko, maka Kabag ISO
dan Legal bersama Kabag K3 melakukan pengendalian resiko.
Prosedur terkait :
1. Prosedur Identifikasi Bahaya.
2. Prosedur Penilaian Resiko, dan
3. Prosedur Pengendalian Resiko
3.2 Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya
Perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang dapat diterapkan di PPNS terutama
pada progam studi Design Manufacture akan diidentifikasi dan ditinjau ulang pemenuhannya oleh
Kabag ISO dan Legal untuk memastikan komitmen dalam kebijakan K3 terpenuhi. Direktur
PPNS menentukan persyaratan K3 lainnya yang secara umum akan diterjemahkan sebagai standar
atau kode perusahaan serta persyaratan K3 dari konsumen untuk diterapkan dalam Sistem
Manajemen K3 PPNS. Persyaratan perundang-undangan akan ditinjau ulang oleh Kabag ISO dan
Legal dalam rangka tinjauan ulang identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko dalam
menanggapi adanya perubahan perundang-undangan atau perubahan proses atau perubahan
perundang-undangan dan pekerjaan atau proyek dengan bidang yang baru. Kabag ISO dan
Legal akan mengakses serta memelihara hubungan

dengan instansi-instansi pemerintah yang

terkait dan sumber informasi lainnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh manajemen puncak
atau Kabag ISO dan Legal itu sendiri.
Prosedur terkait :
Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Lainnya.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

3.3 Tujuan dan Sasaran


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) pada progam studi Design Manufacture
menetapkan, menerapkan, dan memelihara tujuan K3 yang terdokumentasi pada setiap fungsi
dan tingkatan yang relevan di dalamnya. Tujuan ini harus dapat diukur, diterapkan dan
konsisten dengan kebijakan K3, termasuk komitmen pencegahan terhadap kecelakaan dan PAK
(Penyakit Akibat Kerja) untuk disesuaikan dengan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang
berlaku, untuk perbaikan berlanjut. Tujuan ini dengan mempertimbangkan pilihan teknologi,
keuangan, operasional dan usaha, serta pandangan pihakpihak yang berkepentingan.
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) pada progam studi Design Manufacture
menetapkan, menerapkan dan memelihara semua program untuk mencapai tujuan. Program
program ini meliputi :
1. Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai tujuan pada tiap-tiap fungsi dan
tingkatan yang relevan.
2. Tahapan dan jangka waktu tujuan yang akan diraih .
Program dapat ditinjau secara teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Kabag
ISO dan Legal untuk memastikan tujuan dapat tercapai.
3.4 Indikator Kinerja
Dalam rangka menetapkan tujuan dan sasaran K3, PPNS pada progam studi Design
Manufacture menetapkan suatu indikator kinerja yang terukur sebagai dasar penilaian kinerja
K3 dan sebagai informasi keberhasilan pencapaian SMK3 yaitu:
Tidak tejadi kecelakaan kerja yang menimbulkan hilangnya jam kerja selama kurun
waktu jumlah jam tertentu didalam satu tahun (jumlah jam kerja efektif 1490 dalam satu
tahun, atau dihitung sejak dimulainya program SMK3).
3.5 Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung.
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) pada progam studi Design Manufacture
menyusun rencana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dengan:
1. Menunjuk tanggung jawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai fungsi dan
tingkatan manajemen PPNS

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

2. Menetapkan sarana dan jangka waktu pencapaian.


4. PENERAPAN
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja di Design Manufactur harus menunjuk
personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan.
4.1 Jaminan Kemampuan
4.1.1 Sumber Daya Manusia,
Design Manufactur harus menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana dan dana
yang memadai dan dengan sesuai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan. Dalam menyediakan
sumber daya tersebut Designn Manufactur harus membuat prosedur yang dapat memantau manfaat
yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan. Dalam penerapan Sistem Manajemen K3
yang efektif perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.
b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen
perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan.
c. Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif.
d. Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan saran dari para ahli.
e. Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja secara aktif.

4.1.2 Integrasi.
Design Manufactur dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 ke dalam sistem
manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut terdapat pertentangan dengan
tujuan dan prioritas perusahaan, maka:
a. Tujuan dan prioritas Sistem Manajemen K3 harus diutamakan.
b. Penyatuan Sistem Manajemen K3 dengan sistem manajemen perusahaan dilakukan secara
selaras dan seimbang.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

4.1.3 Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat


Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua pihak dalam
perusahaan ikut berperan serta dalam menciptakan budaya perusahaan yang mendukung sehingga
mampu memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen K3. Oleh sebab itu maka perusahaan
harus:
a. Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan
tanggung gugat keselamatan dan kesehatan kerja dan wewenang untuk bertindak dan
menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, tenaga kerja, kontraktor
dan subkontraktor dan pengunjung.
b. Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung
jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program keselamatan dan
kesehatan kerja.
c. Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau
kejadian-kejadian lainnya.

Tanggung jawab pengurus terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah:


a. KABAG & ISO Design Manufactur yang ditunjuk untuk bertanggungjawab harus memastikan
bahwa Sistem Manajemen K3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh
setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan.
b. Pengurus Design Manufactur harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya
yang berharga yang dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan bertanggung
jawab dalam menerapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen K3.

4.1.4 Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran


Pengurus Design Manufactur harus menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja melalui konsultasi dan dengan melibatkan tenaga kerja maupun pihak
lain yang terkait di dalam penerapannya, pengembangan dan pemeliharaan Sistem
Manajemen K3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

Tenaga kerja harus memahami serta mendukung tujuan dan sarana Sistem Manajemen
K3, dan perlu disadarkan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomik, radiasi, biologis, dan
psikologis yang mungkin dapat menciderai dan melukai tenaga kerja pada saat bekerja
maupun selesai bekerja serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat
mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
4.1.5 Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen K3 yang efektif ditentukan oleh
kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di Design Manufactur. Pelatihan
merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Prosedur untuk melakukan identifikasi
standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia. Standar
kompetensi kerja keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikembangkan dengan:
a. Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada.
b. Memeriksa uraian tugas dan jabatan.
c. Menganalisis tugas kerja.
d. Menganalisa hasil inspeksi dan audit.
e. Meninjau ulang laporan insiden.
Setelah penilaian kemampuan gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan
dilaksanakan, program pelatihan harus dikembangkan sesuai dengan hasil penilaiannya.
Prosedur pendokumentasian pelatihan yang telah dilaksanakan dan dievaluasi efektivitasnya
harus ditetapkan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan ke dalam rangkaian kegiatan
perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja tenaga kerja serta pelatihan.
4.2 Kegiatan Pendukung
4.2.1 Komunikasi
Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam
penerapan Sistem Manajemen K3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja dan semua
pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi dan mendorong penerimaan serta
pemahaman umum dalam upaya Design Manufactur untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

Design Manufactur harus mempunyai prosedur yang menjamin bahwa informasi keselamatan
dan kesehatan kerja terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. Ketentuan dalam
prosedur tersebut harus dapat menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:
a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, pemantauan, audit dan tinjauan ulang
manajemen pada semua pihak yang bertanggungjawab dan memiliki andil dalam kinerja Design
Manufactur.
b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi keselamatan dan kesehatan kerja yang terkait
dari luar perusahaan.
c. Menjamin bahwa informasi yang terkait dikomunikasikan kepada orang-orang di luar perusahaan
yang membutuhkannya.
4.2.2 Pelaporan Prosedur
Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan untuk
menjamin bahwa Sistem Manajemen K3 dipantau dan kinerjanya telah ditingkatkan. Prosedur
pelaporan internal pada Design Manufactur perlu ditetapkan untuk menangani hal-hal sebagai
berikut:
a. Pelaporan terjadinya insiden
b. Pelaporan ketidaksesuaian
c. Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
d. Pelaporan identifikasi sumber bahaya
Prosedur pelaporan eksternal perlu ditetapkan untuk menangani:
a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundangan-undangan.
b. Pelaporan kepada pemegang saham.
4.2.3 Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen dan harus dibuat
sesuai dengan kebutuhan Design Manufactur. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus
ditentukan dan didokumentasikan serta diperbaharui apabila diperlukan. Perusahaan harus dengan
jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

Pendokumentasian Sistem Manajemen K3 mendukung kesadaran tenaga kerja dalam


rangka mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja.
Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan Design
Manufactur. Apabila unsur Sistem Manajemen K3 terintegrasikan dengan sistem manajemen
perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian Sistem Manajemen K3 harus diintegrasikan
dalam keseluruhan dokumentasi yang ada. Design Manufactur harus mengatur dan memelihara
kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk:
a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab, dan prosedur.
d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain dari
sistem manajemen perusahaan.
e. Menunjukkan bahwa unsur-unsur Sistem Manajemen K3 yang sesuai untuk perusahaan telah
diterapkan.
4.2.4 Pengendalian Dokumen
Design Manufactur harus menjamin bahwa setiap dokumen harus:
a. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di
perusahaan.
b. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi.
c. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel yang berwenang.
d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu.
e. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.
f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.
4.2.5 Pencatatan dan Manajemen Informasi
Pencatatan dan manajemen informasi merupakan sarana bagi Design Manufactur
untuk menunjukkan kesesuaian penerapan Sistem Manajemen K3 dan harus mencakup:
a. Persyaratan eksternal/peraturan perundangan dan internal/indikator kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

b. Izin kerja bagi personel.


c. Risiko dan sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, serta
peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan
proses produksi.
d. Kegiatan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan.
f. Pemantauan secara berkala.
g. Rincian insiden, keluhan dan tindak lanjut.
h. Identifikasi produk termasuk komposisinya.
i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor.
j. Audit dan peninjauan ulang Sistem Manajemen K3.
4.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian risiko
Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan
tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan
pengendalian untuk menurunkan tingkat risiko yang terjadi.
4.3.1 Identifikasi Sumber Bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
4.3.2 Penilaian Risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat
risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
4.3.3 Design Manufactur harus dapat merencanakan manajemen dan pengendalian kegiatan-kegiatan,
produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini
dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat
kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode:

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene


dan sanitasi.
b. Pendidikan dan pelatihan.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus insentif, penghargaan
dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.
e. Penegakan hukum.
4.3.4 Perancangan (Design) dan Rekayasa
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus
dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. Setiap tahap dari siklus perancangan
meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian harus dikaitkan
dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Personel yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan
diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan
Sistem Manajemen K3.

4.3.5 Pengendalian Administratif


Prosedur dan instruksi kerja yang terdokumentasi pada saat dibuat harus
mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan. Rancangan
dan tinjauan ulang prosedur hanya dapat dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi
kerja dengan melibatkan para pelaksana. Personel harus dilatih agar memiliki kompetensi
kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur harus ditinjau ulang secara berkala terutama
jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan.
4.3.6 Tinjauan Ulang Kontrak
Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin
kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang
ditentukan.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

4.3.7

Pembelian
Sistem pembelian barang dan jasa termasuk di dalamnya prosedur pemeliharaan
barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa
serta mitra kerja perusahaan dan harus memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, Design Manufactur harus
menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai
identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4.3.8

Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana


Design Manufactur harus memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keadaan pada saat kejadian yang
sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel yang
memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus
dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang.

4.3.9

Prosedur Menghadapi Insiden


Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden Design Manufactur
harus memiliki prosedur yang meliputi:
a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai dengan kapasitas
perusahaan sampai mendapat pertolongan medis.
b. Proses perawatan lanjutan.

4.3.10 Prosedur Rencana Pemulihan


Design Manufactur harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk
mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami
trauma akurat.
5. PENGUKURAN DAN EVALUASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

PPNS memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi penerapan peraturan
yang ada. Sistem Manajemen K3 dan hasilnya dianalisa untuk menentukan tingkat keberhasilan dan
unruk melakukan tindakan perbaikan.
5.1 Inspeksi dan Pengujian
PPNS menetapkan dan menerapkan prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan sesuai
tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. Frukuensi inspeksi dan pengujian sesuai dengan
obyeknya. Prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan secara umum meliputi:
a. Harus dilakukan oleh Kabag atau teknisi yang mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup.
b. Peralatan dan metode pengujian yang memadai digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya
standar keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Hasil inspeksi, pengujian dan pemantauan yang telah dilakukan disimpan oleh pihak-pihak yang
terkait.
d. Tindakan perbaikan dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian dengan peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja dari hasil inspeksi, pengujian dan pemantauan.
e. Penyelidikan yang memadai dilaksanakan untuk menemukan inti permasalahan dari suatu
insiden.
f. Hasil temuan dianalisa dan dilakukan tinjuan ulang.
5.2 Audit Sistem Manajemen K3
Audit Sistem Manajemen K3 dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan
penerapan Sistem Manajemen K3. Audit dilaksanakan secara sistematik dan pihak yang independen
yang memiliki kompetensi kerja. Frekuensi audit ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit
sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan ditempat kerja. Hasil audit tersebut digunakan
dalam proses tinjauan ulang manajemen.

5.3 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku

01
10 September
2014

Halaman

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang Sistem
Manajemen K3 didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan
pencegahan serta untuk menjamin sistem pelaksanaanya berjalan efektif.
6. Tinjauan Ulang dan Peningkatan Oleh Pihak Manajemen
Kabag Iso dan Legal melaksanakan tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 secara berkala untuk
menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja. Ruang lingkup tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 dapat mengatasi masalah serta dampak yang
akan ditimbulkan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada seluruh kegiatan praktikum. Tinjauan
ulang Sistem Manajemen K3 meliputi:
a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.
d. Evaluasi efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk memperbaiki sistem
Manajemen K3 sesuai dengan:
1. Perubahan peraturan perundangan.
2. Tuntutan dari Dinas Pendidikan atau Instansi yang terkait.
3. Perubahan struktur organisasi PPNS.
4. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta budaya masyarakat.
5. Pengalaman yang didapat dari kecelakaan yang telah terjadi.
6. Umpan balik khususnya dari mahasiswa Design Manufaktur.

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA

02
No.Dokumen
No. Revisi

MANUAL

Tgl. Berlaku
Halaman

01
10 September
2014

Anda mungkin juga menyukai