Anda di halaman 1dari 16

Redundant Array of

Independent Disks

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Data Warehouse


Dosen Pengampu : Djalal Er RiyantoS.Si, M.Cs

Disusun Oleh:
DANU PERMADI RENDRA
24010312130128

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep RAID pertama kali didefinisikan pada tahun 1988, ketika
sekelompok ilmuwan komputer di Universitas California Berkeley,
(David Patterson, Garth Gibson, dan Randy Katz) menerbitkan makalah
berjudul A Kasus Redundant Array Inexpensive Disk (RAID).
Kelompok ini mengamati bahwa kecepatan CPU komputer dan
ukuran memori tumbuh secara eksponensial, sedangkan performa I / O
meningkat pada tingkat yang jauh lebih lambat. Kecuali performa I / O
dapat meningkat secara signifikan, sistem komputer tidak akan
mampu mengambil keuntungan penuh dari meningkatnya CPU cepat
dan kinerja memori.
Pada saat itu, produsen hard drive menangani masalah ini dengan
merancang dan membangun Besar Mahal Single Disk (SLED). performa
I / O masih belum menjaga sebagai mekanik keterbatasan yang
melekat

pada

hard

drive

secara

signifikan

lebih

lambat

bila

dibandingkan dengan sirkuit elektronik.


Untuk mengatasi keterbatasan ini, para ilmuwan UC Berkley
mengusulkan bahwa daripada menyimpan semua data pada satu disk
drive (dengan hanya satu spindle), mengapa tidak menggabungkan
beberapa disk murah (dengan banyak spindle) dan jalur data (split
data pada beberapa drive ), sehingga membaca atau menulis dapat
dilakukan secara paralel. Untuk menyederhanakan I / O manajemen,
controller khusus akan digunakan untuk memfasilitasi striping dan
sekarang ini beberapa drive ke komputer host sebagai satu drive logis
besar. Mereka memperkirakan perbaikan kinerja akan menjadi urutan
besarnya lebih besar daripada menggunakan sleds.
Masalah dengan pendekatan ini adalah bahwa disk drive PC
murah kecil waktu itu kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan

SLED itu. Sebuah artefak striping data melalui beberapa drive adalah
bahwa jika satu drive gagal, semua data pada drive lain tidak dapat
digunakan lagi. Akan analog dengan menghapus setiap 3 atau 4
kalimat keluar dari sebuah buku, maka tidak tahu apa urutan kalimatkalimat yang ditulis masuk Untuk senyawa masalah ini, dengan
menggabungkan beberapa drive bersama, kemungkinan satu drive
gagal meningkat secara dramatis.
Untuk mengatasi perangkap ini, para ilmuwan yang diusulkan
menambahkan drive tambahan ke grup RAID untuk menyimpan
informasi yang berlebihan. Pikiran itu, jika satu drive gagal, drive lain
dalam kelompok akan berisi informasi yang hilang, yang kemudian
dapat digunakan untuk menumbuhkan kehilangan informasi. Karena
semua informasi itu masih tersedia, pengguna akhir tidak akan pernah
terpengaruh dengan down time dan membangun kembali bisa
dilakukan di latar belakang. Jika pengguna meminta informasi yang
belum dibangun kembali, data bisa direkonstruksi pada terbang dan
pengguna akhir tetap tidak akan tahu tentang hal itu.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan RAID ?
2. Apa saja konfigurasi konfigurasi yang ada di RAID dan karakteristiknya ?
3. Bagaimana implementasi dari RAID ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Menyelesaikan tugas makalahmata kuliah Data Warehouse.
2. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan RAID
(reduntdant array of index).
3. Agar mahasiswa memahami konfigurasi dan karakteristik yang ada pada RAID.
4. Agar mahasiswa memahami dan mengerti bagaimana implementasi dari RAID.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian RAID
RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent
Disks merujuk kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data
komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi
kesalahan pada media penyimpanan komputer (utamanya adalah hard
disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik
itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat
keras RAID terpisah. Kata "RAID" juga memiliki beberapa
singkatan Redundant Array of InexpensiveDisks, Redundant Array
of Independent Drives, dan juga Redundant Array of Inexpensive
Drives. Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam
beberapa hard diskterpisah. RAID didesain untuk meningkatkan
keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O dari hard disk.
Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa
skema, yang disebut dengan "RAID Level". Pada awalnya, ada lima
buah RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan
waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni dengan menggabungkan
beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan
beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID menggabungkan beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah
unit logis penyimpanan, dengan menggunakan perangkat
lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras umumnya
didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara
sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara
kerja skema RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak
umumnya diimplementasikan di dalam level sistem operasi, dan tentu
saja menjadikan beberapa hard disk menjadi sebuah kesatuan logis
yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
2.2 RAID Level

Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang
disebut dengan RAID Level. Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama
kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni
dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga mengimplementasikan
beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID. Kelima level tersebut
adalah:

RAID level pertama: mirroring

RAID level kedua : Koreksi kesalahan dengan menggunakan kode Humming.

RAID level ketiga : Pengecekan terhadap disk tunggal dalam sebuah kelompok disk.

RAID level keempat: Pembacaan dan penulisan secara independen

RAID level kelima : Menyebarkan data dan paritas ke semua drive (tidak ada
pengecekan terhadap disk tunggal)
Saat ini RAID terbagi menjadi 8 level yang berbeda, mulai dari RAID 0 sampai

dengan RAID 6 ditambah RAID level 0+1 dan 1+0. Setiap level bukan merupakan
hubungan hirarki tetapi perbedaan pada desain Arsitektur. Pembagian level tersebut :

2.2.1 RAID 0
Juga dikenal dengan modus stripping. Membutuhkan minimal 2
harddisk.

Sistemnya

adalah

menggabungkan

kapasitas

dari

beberapa harddisk. Sehingga secara logikal hanya "terlihat" sebuah


harddisk

dengan

kapasitas

yang

besar

(jumlah

kapasitas

keseluruhan harddisk).
Pada awalnya, RAID 0, digunakan untuk membentuk sebuah
partisi yang sangat besar dari beberapa harddisk dengan biaya yang
efisien. Misalnya:
Kita membutuhkan suatu partisi dengan ukuran 500GB. Harga
sebuah harddisk berukuran 100GB adalah Rp.500.000,- sedangkan
harga harddisk berukuran 500GB adalah Rp.5.000.000,-. Nah, kita
dapat membetuk suatu partisi berukuran 500GB dari 5 unit harddisk

berukuran 100GB dengan menggunakan RAID 0. Tentunya skenario


ini

lebih

murah

Rp.500.000,-

karena

memakan

Rp.2.500.000,-.

biaya

Lebih

lebih

murah

murah:

daripada

harus

membeli harddisk yang berukuran 500GB. Itulah kenapa pada


awalnya disebut redundant array of inexpensive disk. Contoh lain:
Pada saat ini ukuran harddisk terbesar yang tersedia di pasaran
adalah 500GB, sedangkan kita membutuhkan suatu partisi dengan
ukuran 2TB. Nah, kita dapat membeli 4 unit harddisk berkapasitas
500GB dan mengkonfigurasinya dengan RAID 0, sehingga kita dapat
memiliki suatu partisi berkururan 2TB tanpa harus menunggu
harddisk dengan kapasitas sebesar itu tersedia di pasar.
Data yang ditulis pada harddisk-harddisk tersebut terbagi-bagi
menjadi

fragmen-fragmen.

Dimana

fragmen-fragmen

tersebut

disebar di seluruh harddisk. Sehingga, jika salah satu harddisk


mengalami kerusakan fisik, maka data tidak dapat dibaca sama
sekali. Namun ada keuntungan dengan adanya fragmen-fragmen
ini: kecepatan. Data bisa diakses lebih cepat dengan RAID 0, karena
saat

komputer

membaca

sebuah

fragmen

di

satu

harddisk,

komputer juga dapat membaca fragmen lain di harddisk lainnya.

2.2.2 RAID 1

Biasa disebut dengan modus mirroring. Membutuhkan minimal


2 harddisk. Sistemnya adalah menyalin isi sebuah harddisk ke
harddisk lain dengan tujuan: jika salah satu harddisk rusak secara
fisik, maka data tetap dapat diakses dari harddisk lainnya. Contoh:
Sebuah server memiliki 2 unit harddisk yang berkapasitas
masing-masing 80GB dan dikonfigurasi RAID 1. Setelah beberapa
tahun, salah satu harddisknya mengalami kerusakan fisik. Namun
data pada harddisk lainnya masih dapat dibaca, sehingga data
masih dapat diselamatkan selama bukan semua harddisk yang
mengalami kerusakan fisik secara bersamaan.

2.2.3 RAID 2
RAID

2,

juga

menggunakan

sistem

stripping.

Namun

ditambahkan tiga harddisk lagi untuk pariti hamming, sehingga data


menjadi lebih reliable. Karena itu, jumlah harddisk yang dibutuhkan
adalah minimal 5 (n+3, n > 1). Ketiga harddisk terakhir digunakan
untuk menyimpan hamming code dari hasil perhitungan tiap bit-bit
yang ada di harddisk lainnya. Contoh:
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E)
dengan

ukuran

yang

sama,

masing-masing

40GB.

Jika

kita

mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka


kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A

dan B). Sedangkan harddisk C, D, dan E tidak digunakan untuk


penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi
pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi
kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A atau B), maka
data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode
hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.

2.2.4 RAID 3
RAID

3,

juga

menggunakan

sistem

stripping.

Juga

menggunakan harddisk tambahan untuk reliability, namun hanya


ditambahkan sebuah harddisk lagi untuk parity.. Karena itu, jumlah
harddisk yang dibutuhkan adalah minimal 3 (n+1 ; n > 1). Harddisk
terakhir digunakan untuk menyimpan parity dari hasil perhitungan
tiap bit-bit yang ada di harddisk lainnya. Contoh kasus:
Kita memiliki 4 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, dan D)
dengan

ukuran

yang

sama,

masing-masing

40GB.

Jika

kita

mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 3, maka


kapasitas yang didapat adalah: 3 x 40GB = 120GB. Sedangkan
harddisk D tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan
hanya untuk menyimpan informasi parity dari ketiga harddisk
lainnya: A, B, dan C. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu
harddisk utama (A, B, atau C), maka data tetap dapat dibaca
dengan memperhitungkan parity yang ada di harddisk D. Namun,
jika harddisk D yang mengalami kerusakan, maka data tetap dapat
dibaca dari ketiga harddisk lainnya.

2.2.5 RAID 4
Sama dengan sistem RAID 3, namun menggunakan parity dari
tiap block harddisk, bukan bit. Kebutuhan harddisk minimalnya juga
sama, 3 (n+1 ; n >1).

2.2.6 RAID 5
RAID 5 pada dasarnya sama dengan RAID 4, namun dengan
pariti yang terdistribusi. Yakni, tidak menggunakan harddisk khusus
untuk menyimpan paritinya, namun paritinya tersebut disebar ke
seluruh harddisk. Kebutuhan harddisk minimalnya juga sama, 3
(n+1 ; n >1).
Hal ini dilakukan untuk mempercepat akses dan menghindari
bottleneck yang terjadi karena akses harddisk tidak terfokus kepada
kumpulan harddisk yang berisi data saja.

2.2.7 RAID 6
Secara umum adalah peningkatan dari RAID 5, yakni dengan
penambahan parity menjadi 2 (p+q). Sehingga jumlah harddisk
minimalnya adalah 4 (n+2 ; n > 1). Dengan adanya penambahan
pariti sekunder ini, maka kerusakan dua buah harddisk pada saat
yang bersamaan masih dapat ditoleransi. Misalnya jika sebuah
harddisk mengalami kerusakan, saat proses pertukaran harddisk
tersebut terjadi kerusakan lagi di salah satu harddisk yang lain,
maka hal ini masih dapat ditoleransi dan tidak mengakibatkan
kerusakan data di harddisk bersistem RAID 6.

2.2.8 RAID level 0+1 dan 1+0

RAID level 0+1 dan 1+0 ini merupakan kombinasi dari RAID
level 0 dan 1. RAID level 0 memiliki kinerja yang baik, sedangkan
RAID level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya
kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk
di-strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain,
menghasilkan strip-strip data yang sama. Kombinasi lainnya yaitu
RAID 1+0, di mana disk-disk di-mirror secara berpasangan, dan
kemudian

hasil

pasangan

mirrornya

di-strip.

RAID

1+0

ini

mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1.


Sebagai contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh
strip-nya tidak dapat diakses, hanya sebagian strip saja yang dapat
diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal tersebut tidak
dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat diakses,
yaitu disk-disk selain dari disk yang gagal.
2.3 Karakteristik
Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :
1. RAID adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem
tunggal disk.
2. Data didistribusikan ke drive fisik array.
3. Kapasitas redunant disk digunakan untuk menyimpan informasi
paritas, yang menjamin recoveribility data ketika terjadi masalah
atau kegagalan disk.

2.4 Implementasi
Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer
server, tapi bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di
dalam

workstation

umumnya

digunakan

dalam

komputer

yang

digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan


penyuntingan video/audio. Implementasi RAID, selain secara hardware
(dengan RAID controller) juga dapat dilakukan secara software,
misalnya pada Microsoft Windows NT 4.0.

Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring (penyalinan


data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data ke
beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi
data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat
dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik
fault tolerance/toleransi kesalahan).
Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah satu
atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari
kebutuhan sistem. Tujuan utama penggunaan RAID adalah untuk
meningkatkan

keandalan/reliabilitas

yang

sangat

penting

untuk

melindungi informasi yang sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis,


seperti halnya basis data, atau bahkan meningkatkan kinerja, yang
sangat penting untuk beberapa pekerjaan, seperti halnya untuk
menyajikan video on demand ke banyak penonton secara sekaligus.
Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh
yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang
mungkin terjadi saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya
akan

mengalami

kesalahan,

tapi

dengan

menggunakan

teknik

pengecekan kesalahan, sistem komputer secara keseluruhan dibuat


lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan tersebut
dan akhirnya selamat dari kerusakan yang fatal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merupakan
organisasi disk memori yang mampu menangani beberapa disk dengan sistem akses
paralel dan redudansi ditambahkan untuk meningkatkan reliabilitas / kehandalan.
Konsep kunci dari RAID meliputi mirroring (penyalinan data ke lebih dari satu buah hard
disk), striping (pemecahan data ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di
mana redundansi data disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat
dideteksi dan mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault
tolerance/toleransi kesalahan).
RAID dapat dibagi menjadi 8 level, yaitu level 0, level 1, level 2, level 3, level 4,
level 5, level 6, level 0+1 dan 1+0. Dengan nesting level RAID menjadi lebih banyak dan
berkembang.

Setiap

level

tersebut

memiliki

kelebihan

dan

kekurangannya.

Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer server, tapi bisa juga
digunakan di dalam workstation.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/RAID
https://thekicker96.wordpress.com/perkembangan-raid/
http://oobelix7.blogspot.com/2012/10/cara-kerja-raid.html
http://mata-cyber.blogspot.com/2014/07/pengertian-lengkap-dan-levelraid-penyimpanan-memori.html
http://adha.ms/p/85/mari-belajar-raid/

Anda mungkin juga menyukai