Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata latin yaitu bio (hidup), teknos (teknologi =
penerapan) dan logos (ilmu). Bioteknologi adalah suatu teknik modern untuk
mengubah bahan mentah melalui transformasi biologi sehingga menjadi produk
yang berguna. Supriatna (1992) memberi batasan tentang arti bioteknologi secara
lengkap, yakni: pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan kerekayasaan terhadap
organisme, system atau proses biologis untuk menghasilkan dan atau
meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi
kepentingan hidup manusia.
Bioteknologi dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bioteknologi modern dan
bioteknologi konvensional. Salah satu contoh dari bioeknologi konvensional
adalah pembuatan tape ini. Dan salah satu contoh dari bioteknologi modern adalah
rekayasa genetika. Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adanya benda biologi
berupa benda mikroorganisme tumbuhan atau hewan, adanya pendayagunaan
secara teknologi dan industri, dan produk yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi
dan pemurnian. Generasi pertama adalah bioteknologi sederhana yaitu
penggunaan mikroba yangmasih secara tradisional dalam produksi makanan dan
tanaman ataupun pengawetanmakanan, sebagai contoh yaitu pembuatan tempe,
tape, cuka, dan lain-lain. Generasi kedua adalah proses berlangsung dalam
keadaan tidak steril, sebagai contoh pembuatan komposdan produksi bahan kimia.
Generasi ketiga adalah proses dalam keadaan tidak steril, sebagaicontoh produkasi
antibiotic dan hormon. Generasi keempat adalah generasi bioteknologi baru,
sebagai contoh produksi insulin.
Menurut beberapa informasi, sangat banyak manfaat bioteknologi ini bagi
kehidupan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan hidupnya,
antara lain untuk memerangi kelaparan, mengatasi kelangkaan sumber daya
energi, mengurangi pencemaran lingkungan dan masih banyak lagi. Penggunaan
bioteknologi guna menigkatkan produksi peternakan meliputi teknologi produksi,
seperti inseminasi buatan, embrio transfer, kriopreservasi embrio, fertilisasi in
vitro, sexing sperma maupun embrio, cloning dan splitting. Kedua rekayasa
Jenis-jenis Bioteknologi
Bioteknologi juga memiliki beberapa jenis atau cabang ilmu yang
vaksin, antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon pertumbuhan. Contoh vaksin
untuk ternak yaitu vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin
NCD untuk mengobati penyakit tetelo pada unggas, dan vaksin untuk penyakit flu
burung.
d. Penggabungan nukleus dengan sel telur : Nukleus yang telah diisolasi dari
sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain yang telah
dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus
identik dengan domba pendonor.
e. Pemasukan sel telur kedalam rahim : Sel telur dimasukkan ke dalam rahim
domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang mampu bertahan dan
berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba
yang mirip dengan domba pendonor nucleus.
(2) Teknik Inseminasi Buatan
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau
teknik untuk memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih
dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina
dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun.
Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Memperbaiki mutu genetika ternak,
2. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas
dalam jangka waktu yang lebih lama,
3. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur,
4. Mencegah penularan dan penyebaran penyakit kelamin.
(3) Transfer Embrio
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer
embrio tidak hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi
betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Teknik TE ini,
betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio
yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang
tidak perlu bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting. Embrio yang akan
ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang steril
(tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan
vagina dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%.
Embrio yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau
dibekukan untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain.
(4) Teknologi Transgenik
Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan
sangat menarik karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena
biologi yang spesifik (Pinkert, 1994). Teknologi transgenik pada hewan dilakukan
dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang
telah mengalami pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan
produk dari hewan ternak seperti daging susu, dan telur.
Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba
transgenik. Jadi DNA domba ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor
VIII (merupakan protein pembeku darah). Berkat penyusupan gen tersebut,
domba menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan
untuk menolong penderita hemophilia. Rekayasa genetika juga dapat melestarikan
spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam
dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini disebut
surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hampir punah di
Australia. Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1. Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2. Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan
bertahun-tahun meskipun induknya sudah mati.
3. Jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplantasi.
(5)
Kriopreservasi Embrio
Kriopreservasi merupakan komponen bioteknologi yang memiliki peranan
yang sangat besar dan menentukan kemajuan teknologi transfer embrio. Hal ini
dikaitkan dengan kemampuannya dalam mempertahankan viabilitas embrio beku
dalam waktu yang tidak terbatas sehingga sewaktu-waktu dapat ditransfer ketika
betina resipien telah tersedia, serta dapat didistribusi ke berbagai tempat secara
luas. Dengan kata lain, Kriopreservasi merupakan suatu proses penghentian
sementara kegiatan metabolism sel tanpa mematikan sel dimana proses hidup
dapat berlanjut setelah kriopreservasi dihentikan. Metode kriopreservasi dapat
dilakukan dengan dua cara yakni kriopreservasi secara bertahap dan
kriopreservasi secara cepat (vitrifikasi). Secara umum, mekanisme kriopreservasi
merupakan perubahan bentuk fisik timbal balik dari fase cair ke padat dan
kembali lagi ke fase cair. Mekanisme fisika kriopreservasi meliputi penurunan
temperatur pada tekanan normal disertai dengan dehidrasi sampai tingkat tertentu
dan mencapai temperatur jauh di bawah 0oC. Proses ini harus reversibel ke
kondisi
fisiologis
awal.
Tujuan
kriopreservasi
adalah
mempertahankan
Fertilisasi in Vitro
Fertilisasi In Vitro dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards (1997).
ovarium
dari
Rumah
Pemotongan
Hewan
(RPH),
2.4
saat ini. Konsep yang terbatas berfokus pada kesehatan biologis dari organisme
yang diklon dan pada kualitas kejiwaan dari hewan yang ditunjukkan akibat
intervensi manusia dalam hidupnya. Konsep yang luas juga mempertimbangkan
mengenai kesempatan hewan untuk menunjukkan spesifikasi jenis spesies yang
alami. Kedua perspektif ini menjadi dasar dari perdebatan tentang keselamatan
hewan, resiko yang dapat ditimbulkan dan juga segi etikanya.
a. Konsep terbatas
Konsep terbatas terbagi menjadi dua yaitu tentang sisi etika dan kejiwaan dari
hewan dan tentang kesehatan fisiologis dan biologis dari hewan. Sisi etika dan
kejiwaan hingga saat ini masih menjadi perdebatan karena tidak terdapat metode
untuk mengukur kejiwaan dari hewan. Sehingga umumnya banya dibahas
mengenai efek kesehatan fisik dan biologis hewan. Hal ini seringkali
menyebabkan berbagai masalah yang berkaitan dengan keselamatan hewan.
Masalah yang umunya terjadi adalah kehamilan yang terlambat atau terlalu dini,
kematian saat kelahiran, jarak kematian setelah kelahiran yang singkat, masa
hidup yang singkat, obesitas dan berbagai macam cacat tubuh.
b. Konsep luas
Konsep luas juga mencakup permasalahan pada kesehatan hewan tetapi juga
mempertimbangkan kealamian dari hewan dan sisi etika terhadap hewan.
Bioteknologi pada hewan dapat menimbulkan efek negatif terutama pada
kehidupan alamiah hewan. Proses kloning dan rekayasa ataupun in vitro
menyebabkan hewan tidak dapat hidup secara alami pada habitatnya. Fokus
masalah umunya terdapat pada proses perkawinan hewan yang tidak lagi terjadi
secara alami. Hal ini melanggar kode etik terhadap hewan. Selain itu, proses
perkawinan yang direkayasa oleh manusia dapat menghilangkan spesies-spesies
alami. Efek tersebut dapat menyebabkan kepunahan terhadap spesies-spesies
hewan tertentu. Bioteknologi pada hewan juga dapat menggangu keseimbangan
ekosistem lingkungan dan juga sistem rantai makanan. Selain itu, hewan hasil
rekayasa atau kloning kehilangan integritasnya sebagai hewan. Integritas yang
dimaksud yaitu hak untuk hidup secara alami yang tidak diperoleh hewan hasil
klon atau rekayasa. Hal ini dikarenakan hewan hasil bioteknologi tidak memiliki
kesempatan untuk hidup seperti hewan lainnya, contohnya: hidup di laboratorium,
makanan diatur ilmuan, proses perkawinan yang direkayasa, dsb.
c. Resiko pada kesehatan manusia
Produk pangan hewani hasil bioteknologi menjadi perdebatan dalam kalangan
masyarakat. Konsumsi produk hewani hasil bioteknologi dapat menyebabkan
alergi pada manusia. Selain itu juga diperkirakan dapat mengubah susunan genetik
manusia apabila gen yang direkayasa tersebut menyisip pada gen manusia.
Penyisipan gen ini dapat menyebabkan berbagai macam efek mutasi pada fisik
manusia, salah satu contohnya adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
dikenal dengan kanker. Dampak lain dari mutasi adalah cacat lahir pada keturunan
berikutnya yang disebabkan karena gen yang menyisip juga diturunkan ke bayi
dan diekspresikan.
d. Resiko pada lingkungan dan sosio ekonomi
Resiko bioteknologi hewan terhadap lingkungan
yaitu
menggangu
keseimbangan alam. Resiko utama adalah kepunahan dari jenis hewan alami, hal
DAFTAR PUSTAKA
Gordon I. 1994. Laboratory Production of cattle embryos. Cab International
Walingford.