BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Amdal
AMDAL adalah salah satu studi yang mengidentifikasi, memprediksi,
menginterpretasi dan mengkomunikasikan pengaruh dari suatu kegiatan manusia
terhadap lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dikenal
istilah Analisis mengenai Dampak Lingkungan yang disingkat dengan AMDAL yang
berarti hasil studi mengenai dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Di
samping pengertian tersebut, dewasa ini dikenal pengertian :
a. AMDAL Kegiatan Terpadu/Multi Sektor yaitu hasil studi mengenai dampak
penting kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari
satu instansi yang bertanggung jawab.
b. AMDAL Kawasan yaitu hasil studi dampak penting suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
dan menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab.
c. AMDAL Regional yaitu hasil studi dampak penting suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
zona rencana pengembangan wilayah sesuai rencana umum tata ruang daerah dan
melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Bagi
kegiatan yang diragukan dampak pentingnya, dilakukan proses penapisan untuk
memastikan apakah kegiatan tersebut berdampak penting atau tidak. Bagi rencana
kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya, dalam rangka menunjang
pembangunan yang berwawasan lingkungan diharuskan melakukan upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL).
AMDAL merupakan keseluruhan proses yang meliputi penyusunan berturut-turut :
6
1) Kerangka Acuan bagi penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (KAANDAL).
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
3) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
4) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Jadi pengertian AMDAL di sini dapat berarti proses studi dan dapat pula berarti
hasil studi. Dengan ditetapkannya PP 51 tahun 1993 tentang AMDAL, tidak terdapat
lagi ketentuan tentang AMDAL bagi kegiatan yang sudah berjalan yang dikenal
dengan SEMDAL. Namun demikian bagi kegiatan bidang kesehatan yang semula
ditetapkan wajib SEMDAL tapi hingga saat ini belum membuat SEMDAL,
Departemen Kesehatan akan mengeluarkan ketentuan khusus yang mewajibkan
pembuatan standard operating procedure pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang dituangkan dalam rencana teknis pengelolaan lingkungan dan rencana teknis
pemantauan lingkungan, sebagai pengganti kewajiban pembuatan SEMDAL. Dampak
lingkungan adalah perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pada
mulanya dampak lingkungan digambarkan sebagai adanya benturan antara dua
kepentingan yaitu kepentingan antara perlunya pelaksanaan kegiatan dan kepentingan
usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Benturan kepentingan tersebut
hanyalah mencerminkan adanya dampak yang merugikan (negatif) saja. Dalam
perkembangannya kemudian, yang dianalisis bukan hanya dampak negatifnya saja tapi
juga dampak positif suatu kegiatan dengan bobot analisis yang sama. Sedangkan
dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan
oleh suatu kegiatan. Berkenaan dengan dampak lingkungan suatu kegiatan ada dua hal
pokok yang perlu dipahami yaitu :
a. Dampak setiap kegiatan bersifat khas dan unik (site specific), artinya dampak
lingkungan suatu kegiatan hanya berlaku untuk ekosistem tertentu dan kelompok
sosial tertentu yang menghuni ruang dan waktu tertentu. Asumsi ini berangkat dari
suatu pengertian bahwa AMDAL hanya terfokus pada ruang tertentu dan kurun
waktu tertentu yang dihipotesakan terkena dampak suatu kegiatan. Implikasi dari
asumsi ini adalah walaupun jenis kegiatannya sama, dampak yang ditimbulkan
akan berbeda bila berada di ruang yang berbeda.
7
b. Dampak suatu kegiatan bersifat kompleks. Asumsi ini berangkat dari pengertian
bahwa, setiap komponen lingkungan satu sama lain saling terkait. Perubahan atau
tekanan yang dialami oleh satu komponen lingkungan akan mempengaruhi
komponen lainnya. Hubungan sebab akibat ini semakin sulit ditelusuri apabila
dampak yang ditimbulkan pada suatu komponen bersifat kumulatif dan baru
tampak setelah kurun waktu yang cukup lama. Implikasi hal ini adalah bahwa
studi AMDAL harus dilakukan secara lintas disiplin sesuai dengan karakteristik
dampak yang ditimbulkan. Jadi diperlukan spesialis yang mengkaji masingmasing disiplin dari aspek yang terkait dan ahli analisis sistim yang
mengintegrasikan hasil kajian para spesialis dalam kesatuan analisis.
2. Manfaat AMDAL
Telah disebutkan terdahulu bahwa AMDAL diperlukan
bagi proses
8
f. Pelaksanaan pemantauan lingkungan yang diperlukan bagi penilaian ataupun
pengawasan pelaksana pengelolaan lingkungan.
3. Penyusun Kegiatan
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa
konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus
telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar
minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 09/2000.
4. Pelaku Kegiatan
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai
AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai AMDAL
adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat
berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi
pengelola
lingkungan
hidup
Propinsi,
dan
di
tingkat
9
Sesuai dengan definisi lingkungan yang berlaku di Indonesia (Undangundang No. 4 Tahun 1982) komponen lingkungan yang ditelaah dalam studi AMDAL
bagi suatu kegiatan meliputi komponen lingkungan fisik kimia, komponen lingkungan
hayati dan komponen sosial ekonomi dan sosial budaya. Secara umum langkahlangkah pelaksanaan studi AMDAL secara berurutan dapat digambarkan pada diagram
alir sebagai berikut :
10
3) Pengenalan keadaan umum lokasi kegiatan (pra survai).
4) Penentuan ruang lingkup studi (scoping).
5) Penyusunan rencana kerja/usulan teknis.
b. Langkah kedua : Pengumpulan dan penyusunan informasi mengenai kegiatan yang
akan dikaji (pemerian kegiatan), sekurang-kurangnya memuat :
1) Nama dan alamat pemrakarsa kegiatan.
2) Status, jenis, tujuan, dan kegunaan kegiatan.
3) Lokasi kegiatan.
4) Hasil (output) dan umur kegiatan.
5) Uraian kegiatan mulai dari fase persiapan sampai operasi.
6) Perkiraan biaya.
7) Rencana operasional atau alur proses kegiatan.
8) Rincian mengenai limbah kegiatan.
9) Uraian tentang sistim pengelolaan limbah.
c. Langkah ketiga : Penentuan rona lingkungan awal dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang kondisi lingkungan fisik, biologis, dan sosial di wilayah yang
diperkirakan terkena dampak kegiatan, meliputi kegiatan :
1) Menetapkan komponen lingkungan yang akan dikaji.
2) Menetapkan
metodologi
pengukuran
setiap
komponen
lingkungan
11
e. Langkah kelima : Evaluasi dampak lingkungan dan alternative pengelolaannya,
meliputi :
1) Penentuan hubungan sebab akibat antara komponen rencana kegiatan dan
komponen lingkungan dengan dampak yang mungkin ditimbulkan.
2) Uraian alternatif pengelolaan dampak lingkungan.
Dari langkah-langkah tersebut kemudian disusun laporan hasil studi yang
berbentuk beberapa dokumen yang meliputi : KA ANDAL, ANDAL, serta RKL/RPL.
Diagram alir penyampaian dokumen AMDAL terlampir
Diagram 2.
Alur Pemrosesan Dokumen AMDAL Rumah Sakit
12
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993, laporan hasil studi AMDAL
harus disusun dalam bentuk dokumen sebagai berikut :
2.4.1
2.4.2
13
a.
Lingkungan Rumah Sakit harus mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan
pagar yang kuat dan tida memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar
b.
c.
yang cukup
Tidak becek, tidak berdebu dan tidak terdapat genangan air serta dibuat landai
menuju kesaluran terbuka/tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan
d.
e.
Ruang bayi:
1) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur
b. Ruang Dewasa
1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur
2) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur
Ruang dan bangunan harus bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat dan
binatang penganggu lainnya. Lantai harus selalu bersih, tingkat kebersihan lantai untuk
ruang operasi 0-5 kuman/cm2 dan untuk ruang perawata 5-10 kuman/cm2. Mutu
udara memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
14
e.
2)
3)
Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan
4)
b.
2)
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang
dan mudah dibersihkan
3)
Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat
cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap da kamar karyawan
harus tersedia kamar mandi.
4)
Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal)
5)
Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainnya
6)
7)
8)
Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus terpisah
9)
Toilet dan kamar mandi karyawan harus terpisah dengan toilet pengunjung
10)
Toilet pengunjung harus terletak ditempat yag mudah terjangkau dan ada
petunjuk arah.
11)
12)
Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk
15
13)
c.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10
meter dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3
bagian telah terisi sampah
f)
Sampah radio aktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
16
d) Sampah
farmasi
dikembalikan
kepada
distributor,
bila
tidak
d.
e.
f.
g.
17
1.
Organisasi
Sesuai dengan PP 51 tahun 1993, satuan kerja yang bertanggung jawab dalam
penatalaksanaan AMDAL adalah Komisi AMDAL Bidang Kesehatan yang berstatus
pusat (perijinan atau pemilikannya) adalah Komisi AMDAL Pusat Departemen
Kesehatan yang pembentukannya ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
041/MENKES/SK/I/1989 , dan telah diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.280/MENKES/SK/I/1993 . Dalam rangka pelaksanaan PP 51 tahun
1993 keanggotaan Komisi AMDAL Departemen Kesehatan akan ditambah dengan
wakil-wakil dari Badan Pertanahan Nasional dan Badan Koordinasi Penanaman
Modal. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi AMDAL Departemen Kesehatan
melakukan hubungan kerja dengan instansi yang bertanggung jawab dalam Rumah
Sakit dalam hal ini Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Hubungan kerja tersebut
lebih lanjut akan diuraikan dalam tata cara penyampaian dokumen AMDAL Rumah
Sakit.
Komisi AMDAL Departemen Kesehatan diketuai oleh Direktur Jenderal PPM
PLP dengan pertimbangan bahwa urusan pengelolaan lingkungan secara fungsional
menjadi tanggung jawab Direktur Jenderal PPM PLP. Adapun anggota Komisi
AMDAL Departemen Kesehatan terdiri dari pejabat di lingkungan unit utama
Departemen Kesehatan yang tugas pokoknya berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan maupun berkaitan dengan kegiatan bidang kesehatan yang wajib AMDAL.
Para pejabat tersebut terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
18
k.
l.
o.
p.
2.
q.
r.
b.
c.
Menilai ANDAL.
d.
e.
f.
g.
h.
oleh Tim Teknis AMDAL yang anggotanya terdiri dari tenaga-tenaga yang
berkualifikasi AMDAL B yang berasal dari unit kerja di lingkungan Departemen
Kesehatan yang terkait dengan AMDAL.
B. Perundang-undangan
19
1.
2.
3.
Subdit Surveillance, Direktorat Epidemiologi & Imunisasi, Ditjen P2M & PLP, Depk
es RI 1990.PEDOMAN SURVEILLANCE DAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSO
KOMIAL, Jakarta
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP 03/
MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan