Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
Beni Lastaro
Mentari Nur Ajizah
Pramita Nindi Apriliana
Restu Pamuji
P17420212090
P17420212112
P17420212119
P17420212121
Januari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cacat bawaan adalah suatu kelainan/cacat yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun
mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama
kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit
genetik, pengaruh lingkungan baik sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun
setelah terjadi pembuahan (bahan teratogenik).
Bila cacat bawaan terutama malformasi multipel disertai dengan retardasi mental dan
kelainan rajah tangan (dermataoglifi) memberikan kecurigaan kelainan genetik
(kromosomal). Penyakit genetik adalah penyakit yang terjadi akibat cacat bahan keturunan
pada saat sebelum dan sedang terjadi pembuahan. Penyakit genetik tidak selalu akibat
pewarisan dan diwariskan, dapat pula terjadi mutasi secara spontan yang dipengaruhi oleh
lingkungan. Penyakit infeksi dalam kandungan, pengaruh lingkungan seperti radiasi sinar
radioaktif dan kekurangan/kelebihan bahan nutrisi juga dapat menyebabkan cacat bawaan.
Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Diantaranya
meningokel dan ensefalokel.Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan bawaan di
mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak
atau tulang belakang.
Meningokel biasanya terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas.
Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis ( dalam
durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi
gangguan sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal.
Ensefalokel biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat kantong
berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak. Ensefalokel akan berkaitan dengan
kelainan mental yang berat meskipun sudah dilakukan operasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan Meningochele itu?
2. Bagaimana etiologi dari Meningochele?
3. Apa saja klasifikasi dari Meningochele itu?
4. Apa tanda dan gejala dari Meningochele?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Meningochele itu?
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA MENINGOCELE
A. Pengertian
1. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebrata yang tidak utuh
dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit.
2. Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui
meningocel dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis
ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat
dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri dari insisi meningokel dan
penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup. Hidrosefalus
kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase. (Prinsip
Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283)
karena
pertumbuhan
yang
abnormal
korda
spinalis
atau
penutupannya.
B. Etiologi
Menurut (Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002) penyebab spesifik dari
meningocel tidak diketahui. Banyak faktor seperti keturunan dan lingkungan diduga
terlibat dalam terjadinya defek ini. Berikut ini telah diduga sebagai faktor penyebab
1. kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat.
2. mengonsumsi klomifen dan asam valproat
3. dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan bahwa hampir 50 % defek tuba
neural dapat dicegah jika wanita yang bersangkutan meminum vitamin-vitamin
prakonsepsi, temasuk asam folat.
Namun ada beberapa pendapat lain yang diduga sebagai faktor penyebabnya anatara
lain:
1. Kelainan Genetik dan Kromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang
mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant traits) atau kadang-kadang
sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya
kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkahlangkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi
kedokteran ,maka telah dapat diperiksa kemingkinan adanya kelainan kromosom
selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan
Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik,
cacat tabung saraf akan terjadi. Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes, setelah
seorang kerabat dengan meningocel obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari demam
atau sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat
meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan mengandung bayi dengan
meningocel. Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan meningocel
tidak punya faktor risiko tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih belum
diketahui apa yang menyebabkan mayoritas kasus.
Beragam meningocel prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan
bukti luas dari strain tikus dengan meningocel menunjukkan dasar genetik untuk
kondisi. Seperti manusia lainnya penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis
(penyakit arteri koroner), meningocel kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa
gen dan faktor lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam
folat (folat) adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf.
Suplemen dari makanan ibu dengan folat dapat mengurangi kejadian cacat
tabung saraf sekitar 70 %, dan juga dapat mengurangi keparahan cacat ini ketika
mereka terjadi. Tidak diketahui bagaimana atau mengapa asam folat mempunyai efek
ini. Meningocel tidak mengikuti pola-pola langsung hereditas seperti distrofi otot
atau penyakit darah.
D. Klasifikasi
1. Spina bifida Okulta
Merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak
terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak
menonjol .spina bifida okulta merupakan cacat arkus vertebra dengan kegagalan
fusi pascaerior lamina vertebralis dan seringkali tanpa prosesus spinosus. Spina
bifida olkuta merupakan temuan terpisah dan tidak bermakna pada sekitar 20%
pemerikasaan radiografis tulang belakang.
2. Meningokel
Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung jawab
untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningokel
memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel karena korda spinalis
tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah meningens yang menonjol
melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di
bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya meningen, sumsum tulang belakang
dan cairan serebrospinal. Meningokel seperti kantung di pinggang, tapi disini
14. Fraktur patologis pada 25% penderita meningocel, disebabkan karena kelemahan
atau penyakit pada tulang.
15. Defisiensi growth hormon
16. Alergi karet alami (latex)
Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya
mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis atau akar
saraf yang terkena.
F. Pathway
Peningkatan AFP Penurunan asam folat
Spina bifi
Perubahan proses
keluarga
Nyeri akut
Prosedur
pembedahan
Ekstremitas bawah
Resiko tinggi
infeksi
(diastematomielia)
Penurunan motilitas usus
Saraf terjepit
Mielodisplasia
Paralisis kelumpuhan
inkontinensia alvi
Resiko kerusakan
integritas kulit
rektum
bawah)
Kerusakan neuromuskuler
Inkontinensia ani
Kerusakan
H.
mobilitas
fisik
G. Komplikasi
Komplikasi yang lain dari meningocel yang berkaitan dengan kelahiran antara lain
adalah :
1. Paralisis cerebri
2. Retardasi mental
3. Atrofi optic
4. Epilepsi
5. Osteo porosis
6. Fraktur (akibat penurunan massa otot)
7. Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.
8. (Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)
Infeksi urinarius sangat lazim pada pasien inkontinen. Meningitis dengan organisme
campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus. Pada beberapa
kasus, filum terminale medulla spinalis tertambat atau terbelah oleh spur tulang
(diastematomielia), yang dapat menimbulkan kelemahan tungkai progresif pada
pertumbuhan. Sendi charcot dapat terjadi dengan disorganisasi pergelangan kaki, lutut
atau coxae yang tak nyeri.( Pincus.Catzel,1994)
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Perawatan pra-bedah
a) Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril yang
direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi
kasa yang tidak melekat, misalnya telfa untuk mencegah jaringan syaraf
yang terpapar menjadi kering.
b) Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada
mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada
beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk
mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang
basah.
c) Suatu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan spingter anal
akan dilakukan oleh fisioterapist.
d) Lingkaran oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
b. Perawatan pasca bedah
a) Perawatan pasca bedah neonatus umum
b) Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.
c) Jika ada drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk
menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya
tekanan negatif dalam wadah. Cairan akan berhenti berdrainase sekitar 2
atau 3 hari pasca bedah, dimana pada saat ini drain dapat diangkat.
Pembalut luka kemungkinan akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi yang
teratur, hingga jahitan diangkat 10 12 hari setelah pembedahan.
d) Akibat kelumpuhan anggota gerak bawah, maka rentang gerakan pasif
yang penuh dilakukan setiap hari. Harus dijaga agar kulit di atas perinium
dan bokong tetap utuh dan pergantian popok yang teratur dengan
pembersihan dan pengeringan yang seksama merupakan hal yang penting.
e) Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot dasar
panggul dan harus diusahakan pemakaian sabuk pada bokong .
f) Lingkaran kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu.
Seringkali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan
cacad spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan
hidrosefalus
maka
(Rosa.M.Sacharin,1996)
harus
diberikan
terapi
yang
sesuai.
STUDI KASUS
An.B adalah anak dari pasangan Tn.W dan Ny.S yang lahir pada tanggal 17 desember
2013 pervagina yang mengalami keluhan suka menangis dan rewel karena terdapat benjolan
di kepala. Kemudian pada tanggal 21 januari 2014 dibawa ke RSUD Ajibarang Ruang Nuri
Kamar 5 C. Setelah diperiksa ternyata menderita meningochele kemudian dirawat di ruang
Nuri.
A. PENGKAJIAN
Nama Pengkaji : Kelompok 7
Hari, Tanggal
: Kamis, 22 Januari 2013
Waktu
: 07.30 WIB
Tempat
: RSUD Ajibarang Ruang Nuri Kamar 5 C
Nara Sumber
: Keluarga dan RM
1. Identitas
a. Identitas anak
Nama
: An. B
TTL
: Banyumas, 17 Desember 2013
Usia
: 1 bulan
Jenis Kelamin
: Laki- laki
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa
Alamat
: Desa Sukorejo 10/1, Banyumas.
No. RM
: 908767
Diagnosa Medis : Meningochele
Tanggal Masuk : Rabu, 21 Januari 2013
Pendidikan
:Pekerjaan
:b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Ny. S
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Desa Sukorejo 10/1, Banyumas.
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Hub.dengan Anak : Ibu Kandung
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di kepala.
b. Keluhan Tambahan
Anak sering menangis dan rewel.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Anak B lahir pada tanggal 17 Desember 2013 di RSUD Ajibarang Anak lahir dengan
jalan pervaginam, pada saat lahir ternyata terdapat benjolan di kepala.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
Ny. S mengatakan ketika hamil umur 1 bulan dia pernah meminum obat batuk.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
: Sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV
: RR : 26 x/menit
T
: 36.5 0C
N
: 100 x/menit
2. Pemeriksaan Head to toe
a. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris / arah antara hidung dan mata menjauh, konjungtiva anemi
dan sklera pucat.
b. Sistem pendengaran
Daun telinga kanan kiri simetris, bentuk telinga simetris, tidak ada cairan yang
keluar.
c. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih terdapat abstraksi pada angkal hidung (nafas mulut)
d. Sistem kardiovaskuler
tidak ada distensi vena jugularis, sirkulasi jantung : tidak ada kelainan
bunyi jantung, tidak ada nyeri tekan.
e. Sistem saraf
f. Sistem urogenital
Tidak terjadi perubahan pola berkemih, anak bak 5 6x/hari, genital
bersih tidak ada luka
g. Sistem pencernaan
makanan apapun.
h. Sistem integumen
Keadaan rambut bersih, tidak mudah dicabut warna hitam, kuku bersih
dan pendek
i. Sistem Endokrin
Tidak terdapat gangren, anak tidak tremor,
kelenjar thyroid
D. ANALISA DATA
PRE OP
NO
1.
DATA FOKUS
DS : Terdapat benjolan di kepala.
PROBLEM
ETIOLOGI
Gangguan mobilitas Kerusakan
bebas
DS : Ibu pasien mengatakan sedih Koping
melihat keadaan anaknya sekarang.
tidak efektif
neuromuskuler
keluarga Krisis situasi (anak
dengan defek fisik)
POST OP
NO
1.
2.
DATA FOKUS
PROBLEM
DS : Ibu pasien mengatakan anaknya Nyeri akut
ETIOLOGI
Agen injury
sering rewel.
DO : Pasien
sering
menangis.
DS :
Resiko Infeksi
DO : Terdapat luka operasi di daerah
Prosedur
fisik
kepala.
pembedahan
DS : Ibu Pasien mengatakan belum Kurang pengetahuan Kurang terpaparnya
3.
F. INTERVENSI
NO
DX
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
TT
DX.I
:gangguan Setelah
dilakukan
selama
tindakan NIC :
Exercise therapy :
3x24
jam
ambulation
kerusakan
diharapkan
neuromuskular
Indikator
Memverbalisasika
n perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
TTV dalam batas
normal
Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi
(walker)
Awal Akhir
2
5
Monitor
respon
fisik, emosi
Ajarkan
pada
keluarga
untuk
sering
merubah
posisi pasien
Indikator skala:
Dx2.
keluarga
selama
3x24
Dukungan
jam keluarga
efektif b.d krisis diharapkan koping keluarga menguat -Yakinkan keluarga akan
situasi
memberikan
perawatan
Aw Akhir
al
2
2
4
4
pasien
-Selesaikan
beban
terbaik
prognosis
psikologis
keluarga
-Berikam harapan yang
realistic
-Tingkatkan
saling
hubungan
percaya
dengan
mengambil keputusan
Indikator skala:
3.
pasien.
Manajemen Nyeri/
Paint management
Lakukan
pengkajian
Awal
Akhir
wajah
Perubahan
pada 2
nadi 2
frekuansi
pernafasan
Perubahan
keluarga
(Heart Rate)
Perubahan tekanan
darah
Indikator skala:
nyeri
secara
komprehensif
(lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Kontrol lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Berikan analgetik
untuk
4.
Dx4.
Infeksi
berhubungan
dengan
mengurangi
nyeri
Tingkatkan istirahat
Monitor vital sign
Infection control:
Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Cuci tangan setiap
pembedahan
Indikator
Awa
Akhir
l
Memonitor
faktor 2
resiko
dari
lingkungan
Kontrol
resiko 2
yang efektif
Menggunakan
2
Dx5.
baju,
tangan
sebagai
alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
untuk
selama pemasangan
mengontrol
2
alat
Ganti
letak
IV
dan
line
perifer
mengancam
dengan
petunjuk umum
Tingktkan
intake
nutrisi
Berikan
terapi
DISEASE PROCESS
tindakan
sarung
Pengetahuan
sesudah
kperawtan
Gunakan
kesehatan
Indikator skala:
5.
dan
dukungan personal
resiko
Menghindari
1.
2.
3.
4.
5.
sebelum
operasi meningkat.
Berikan
penilaian
tentang
tingkat
berhubungan
pengetahuan pasien
dengan
tentang
terpaparnya
informasi.
penyakit
Indikator
Awal
2
proses penyakit
Mendeskripsikan
faktor penyebab
2
Kolaborasi
aktif
tim
yang
Akhir spesifik
Identifikasi
4
kemungkinan
Mendeskripsikan
dengan
proses
penyebab,
dengan
atau
kesehatan
pengobatan
dalam
gambarkan rasional
rekomendasi
manajemen
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak ada
Sedikit
Sedang
Berat
Penuh
terapi/
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapat
second
tepat
atau
diindikasikan
Eksporasi
kemungkinan
sumber
atau
dukungan,
dengan
untuk
melaporkan
pemberi
pada
perawatan
kesehatan,
dengan
tim
kesehatan
lain,
dengan
yang
tepat
cara
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Staf Pengajar IlmuKesehatan Anak. 1985.Ilmu kesehatan anak volume 3. FKUI : Jakarta.
Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC: Jakarta.
Rendle, John Dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi 6 Jilid 2. Bina Rupa Aksara:
Jakara
Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC: Jakarta.
Diane M. Fraser. Dkk. 2009.Myles Buku Ajar Kebidanan. EGC: Jakarta.