Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(AKBC 361)
Dosen Pengasuh:
Drs. Maya Istyadji, M.Pd
Oleh:
M. Wahyu Noviani (A1C309048)
Nama Ortu
: - Ayah
- Ibu
: H. Mahyuni
: Hj. Rabiatul Adawiah
Alamat Ortu : Jl. Pematang panjang km. 6 Rt.2 Kec. Sei Tabuk Kab. Banjar
Pekerjaan
: - Ayah
: PNS
- Ibu
: PNS
saya mulai merasakan bahwa sangatlah nyaman jika saya belajar dengan sungguhsungguh dan kelak nantinya dapat menjadi seorang guru yang baik.
3. Ketika itu saya kelas XI SMA. Guru saya, salah satu pengasuh mata pelajaran
masuk kelas, bertanya jawab sebentar dan kemudian meminta ketua kelas kami
menulis materi pelajaran di papan tulis untuk kami. Kemudian guru tersebut
meninggalkan ruang kelas. Kami menulis materi pelajaran sebagaimana yang
ditulis oleh ketua kelas di papan tulis. Ketika waktu untuk pelajaran tersebut
tersisa 10 menit lagi, guru kembali ke kelas dan berkata , Anak-anak pelajaran
kita hari ini kita akhiri sampai di sini, pelajari baik-baik materi yang baru kalian
catat. Materi ini adalah materi penting. Kemudian beliau mengucapkan salam
dan bergegas meninggalkan ruang kelas untuk mengajar di kelas yang lain.
Selama dua semester, saya masih ingat bahwa guru mata pelajaran tersebut
hanya beberapa kali menjelaskan materi pelajaran kepada kami. Selebihnya, kami
hanya mencatat materi yang dituliskan oleh ketua kelas di papan tulis. Namun,
tidak pernah sedikit pun terlintas dalam pikiran kami untuk protes terhadap model
pembelajaran yang demikian. Pada saat itu, saya, mungkin juga teman-teman
saya, berpikir bahwa cara seperti itu adalah salah satu cara mengajar. Oh begitu
mudah menjadi guru begitu saya pernah berpikir.
Pada suatu hari, Saya menyadari bahwa adalah suatu kekeliruan jika
seorang guru hanya bisa meminta ketua kelas menulis materi pelajaran di papan
tulis atau mendiktekan materi pelajaran kepada siswa hingga jam pelajaran
berakhir. Kiranya, untuk menjadi seorang guru dibutuhkan kompetensikompetensi tertentu seperti kompetensi akademik, kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Saya menanamkan sebuah tekad
di dalam hati, andai nanti saya menjadi guru, saya tidak akan mengulangi
kekeliruan seperti mendiktekan materi pelajaran, menulis materi di papan tulis
tanpa penjelasan apa-apa, mengabaikan pertanyaan siswa, kurang menghargai
jawaban siswa, dan hal-hal lainnya yang merupakan kekeliruan dalam sebuah
pembelajaran. Saya akan menunjukkan bahwa menjadi guru tidaklah segampang
yang pernah dibayangkan orang. begitulah pangalaman yang pernah saya rasakan
ketika masih menjadi seorang siswa.
4. Selama fase persiapan menjadi guru, pada semester sebelumnya saya sudah
mengambil mata kuliah PPL 1 dan PPL 2, pada mata kuliah PPL 1, saya mengakui
bahwa pada saat saya dilatih menjadi seorang pengajar, potensi saya untuk
menjadi seorang pengajar sangatlah kurang. Kemudian pada saat saya melakukan
kegiatan pengalaman praktek lapangan (PPL 2), yaitu menjadi seorang guru
pemula dan menghadapi siswa-siswa tingkat menengah. Pada saat itu saya belum
pernah mengalami menjadi seorang pengajar yang berada di depan kelas, saya
merasakan bahwa terdapat beban yang begitu berat yang harus saya hadapi
sendiri. Pada suatu hari, pada saat itu saya menjadi petugas piket harian di ruang
tamu dan berbicara dengan beberapa guru mata pelajaran, guru tersebut berkata
kepada saya bahwa untuk menjadi seorang guru kamu perlu beranggapan bahwa
semua siswa di dalam kelas tidak lebih pintar dari kamu, anggap saja kamulah
orang yang paling pintar di dalam kelas. Perkataan guru tersebut sangatlah
melekat di dalam ingatan saya, saya pun beranggapan bahwa untuk menjadi orang
yang paling pintar di dalam kelas saya harus banyak belajar.
Ketika hari dimana saya pertama kali melakukan praktek mengajar di dalam
kelas, saya telah siap untuk mengatasi apapun pertanyaan yang akan di lontarkan
oleh para siswa karena telah menguasai materi yang akan disampaikan. Meskipun
begitu, hal pertama yang saya rasakan adalah gugup, bagaimana saya bisa
mengajar dengan baik dalam 2 jam pelajaran ?, bagaimana jika pelajaran yang
akan saya sampaikan telah habis sebelum berakhir jam pelajaran untuk mata
pelajaran saya, apa yang harus saya lakukan ?, untuk itu saya memulai pelajaran
dengan santai karena apabila terlalu cepat maka nanti siswa akan sulit memahami
pelajaran yang akan saya sampaikan, karena telah menguasai pelajaran yang akan
saya sampaikan hari ini, rasa gugup itu pun mulai menghilang beriringan dengan
waktu saya mengajar di dalam kelas. Kemudian setelah habis mata pelajaran dan
saya pun keluar dari ruang kelas saya kembali teringat perkataan guru
sebelumnya, yaitu saya haruslah menjadi orang yang lebih pintar di dalam kelas.
Adapun kendala lain yang saya hadapi ialah bagaimana agar siswa menjadi
termotivasi dan memperhatikan pelajaran yang saya sampaikan, setiap sub
pembahasan yang telah saya sampaikan, saya akan menyuruh siswa untuk
bertanya apakah materi itu dapat dimengerti atau ada bagian-bagian yang kurang
dipahami, selain itu saya juga memberikan beberapa selingan yang nantinya akan
membuat siswa tidak bosan pada saat di dalam kelas, dan kendala yang terakhir
berupa menangani siswa yang memang tidak memiliki niat untuk belajar, mungkin
ini merupakan kendala yang sangat besar, karena siswa yang tidak memiliki niat
untuk belajar akan mengganggu siswa di sekitar tempat duduknya untuk
bermainmain dan lepas dari pembelajaran. Hal pertama yang saya lakukan untuk
menangani siswa tersebut ialah pada saat awal masuk di dalam kelas, saya
mencoba siswa untuk mengingat pelajaran yang telah saya sampaikan di
pertemuan sebelumnya dengan beberapa pertanyaan dan saya pun menunjuk siswa
yang menurut saya niatnya untuk belajar itu kurang. Kemudian di tengah-tengah
pelajaran, saya pun juga meminta siswa tersebut untuk meenjawab pertnyaan dari
saya. Dengan begitu, siswa yang awalnya tidak memiliki niat untuk belajar dapat
di tangani.