Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
CEPHALOPELVIC DISPORPOTION
Oleh :
Irene
11-2013-197
Pembimbing:
dr. Wahyu Jatmiko, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
: Irene
Tanda tangan :
NIM
: 11.2013.197
Dr pembimbing / penguji
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. MM
Umur : 35 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIIPiA0)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalirejo RT. 04/ RW.03, Undaan,
Kudus
Nama suami
: Tn. AS
Umur
: 37 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
A. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 24 Maret 2015 Pukul 12.50 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak siang hari.
Wanita berusia 35 tahun, hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang
yang dirasakan sejak 5 jam SMRS. Saat datang, pasien belum mengeluarkan cairan
bening atapun lendir darah dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dapat
dirasakan.
Pasien mengatakan ini kehamilan yang kedua. Pasien tidak mengeluh mual, muntah,
pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. Buang air besar dan buang air kecil
lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan.
Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama
kehamilan. Riwayat operasi sectio cesaria kurang lebih 12 tahun yang lalu karena
panggul sempit.
Riwayat Menstruasi:
Menarche
: 12 tahun
Dismenorrhea
: (+)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali pada usia 22 tahun, selama 13 tahun.
Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Anak
Umur
Tahun
Jenis
ke
1
Kehamilan
9 bulan
Persalinan
2003
Persalinan
Section
9 blulan
Hamil ini
Penolong
Jenis Kelamin
Hidup
Berat
dokter
perempuan
/ Mati
Hidup
Lahir
4300gr
caesaria
: 1 Juli 2014
HPL
: 8 April 2015
Riwayat Kontrasepsi:
( - ) Pil KB
( - ) IUD
3
( - ) Suntikan 3 bulan
( - ) Lain-lain
( + ) Susuk KB
Terakhir kontrasepsi : 2013
Riwayat Antenatal Care:
Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke dokter.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
Umur
Jenis kelamin
Keadaan
Penyebab
kesehatan
meninggal
Ayah
60 tahun
Laki-laki
Hidup
Ibu
58 tahun
Perempuan
Hidup
Suami
37 tahun
Laki-laki
Hidup
Ya
-
Tidak
Hubungan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
4
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 22x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,6oC
Tinggi Badan
: 162 cm
Berat
: 88 kg
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal ()
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi
: warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi
: sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi
: sonor +/+
Auskultasi
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
Batas atas
Batas kiri
Batas kanan
Auskultasi
: bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Palpasi
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Submandibula
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Aspek kejiwaan
Tingkah laku
: tenang
Alam perasaan
: biasa
Proses pikir
: wajar
C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
PPV
: (-)
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher (pukul 15.30)
1 cm, KK (+), effacement 25%
bagian bawah janin kepala, hodge I
7
: 8,5 cm
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium, 24 Maret 2015 (pukul 14.48)
Darah rutin
Hemoglobin
11,4 g/dL
Leukosit
12,68 ribu
Eosinofil%
2,80 %
Basofil%
0,2 %
Neutrofil %
74,20 %
(N: 50-70)
Limfosit%
16.40 %
(N: 25-40)
Monosit%
6,40 %
(N: 2-8)
MCV
86 fL
(N: 80-100)
MCH
29 pg
(N: 26-34)
MCHC
33 g %
(N: 32-36)
Hematokrit
34,40 %
Trombosit
249.000
(N: 150.000-440.000)
Eritrosit
4,0 juta
RDW
15,4 %
PDW
12,8 fl
(N: 10-18)
MPV
11,0 m3
(N: 1-3)
(N: 0-1)
(N: 30-43)
Golongan darah/Rh
B/+
Waktu perdarahan/BT
1,0 menit
(N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT
5,0 menit
(N: 2-6)
E. RINGKASAN (RESUME)
Wanita 35 tahun, GIIPIA0, hamil 38 minggu, datang dengan keluhan perut kencang 5
jam SMRS. Belum keluar apa-apa dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih
dirasakan. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata
tidak kabur. Buang air besar dan buang air kecil lancar. Pasien mengatakan rutin
memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan. Pasien tidak memiliki riwayat
tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama kehamilan. Riwayat
operasi
sectio
: 1 Juli 2014
HPL
: 8 April 2015
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 22x/menit (abdomino-torakal)
Suhu
: 36,6oC
Tinggi Badan
: 150 cm
Berat
: 88 kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Payudara
Abdomen
: membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (-), striae albicans (-)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
DJJ
His
PPV
: (-)
: 8,5 cm
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
Golongan darah /
11,4 g/dL
12,68 ribu
34,40 %
249.000
4.0 juta
B/+
rhesus
Waktu perdarahan / BT
Waktu pembekuan / CT
1,0 menit
5,0 menit
(N:13)
(N:26)
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
: pukul 15.30
GIIPIA0, Umur 35 tahun, hamil 38 minggu
Anak I, hidup intrauterine
Presentasi kepala U, PUKI
Inpartu kala I fase laten
Cephalopelvic Disporpotion
10
: dubia ad malam
: ad bonam
: ad bonam
Infus RL 30 tpm
Cefotaxime 2 x 1gram IV
Amoxan 3x1 gr
Hemafort 2x1
Vitamin C 1x1
Tradil 2x1
Cek Hb post operasi
Tidur bantal tinggi
Puasa
11
J. FOLLOW UP
24 Maret 2015 Pukul 23.00 Post Operasi
S: O:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 18x/menit
HR
: 88x/menit
T
: 36,8oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Plasenta
: manual, lengkap
Perdarahan kala IV 100cc
A: PIIA0 Post Sectio Caesarea atas indikasi CPD
P:
- Infus RL 20 tpm
Cefotaxime 2 x 1gram IV
Amoxan 3x1 gr
Hemafort 2x1
Vitamin C 1x1
Tradil 2x1
Cek Hb post operasi
Tidur bantal tinggi
Puasa
25 Maret Pukul 07.00
S: Nyeri pada luka bekas operasi.
O:
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 64x/menit
T
: 37,5oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (-)
12
Abdomen
TFU
PPV
Ekstremitas
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
: 2 Jari di bawah pusat
: Lochea (+)
: Akral hangat, edema (-)
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 18x/menit
HR
: 76x/menit
T
: 36,5oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (+)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (+), kontraksi uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A: PIIA0 Post Sectio Caesarea hari ke-3 atas indikasi CPD
P: Amoxan 3x 500 gr
Hemafort 2x1
Pospargin 2x1
Kaltrofen 2x1
Mobilisasi
Pasien pulang
PROGNOSIS :
Passage
: ad bonam
Passanger
: ad bonam
Power
: ad bona
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
1
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara
bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali. 1-3
ETIOLOGI
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit 1
JANIN YANG BESAR
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas 1
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. 1
KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
1. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung, muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu), dan dagu menjadi
bagian presentasinya. Faktor predisposisi presentasi muka: 3-5
a. Malformasi janin
b. Berat badan lahir < 1500 g
c. Polihidramnion
d. Postmaturitas
e. Multiparitas
Pada pemeriksaan dalam, dengan pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir
orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
16
17
Kala II: Pada pembukaan lengkap bila dagu berada di anterior, persalinan vaginal
dilanjutkan seperti persalinan presentasi belakang kepala.
Bedah sesar dilakukan apabila setelah pembukaan lengkap posisi dagu masih
posterior, didapatkan tanda-tanda disproporsi, atau indikasi obstetri lainnya. 3-5
2. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan
sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Bila menetap, janin
dengan presentasi ini tidak dapat dilahirkan oleh karena besarnya diaeter
oksipitomental yang harus melalui panggul. Janin dengan ukuran kecil dan
punggungnya berada di posterior atau ukuran panggul yang sedemikian luas mungkin
masih dapat dilahirkan pervaginam. 3-5
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan
dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun
besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung, tetapi tidak teraba dagu atau mulut janin.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, maka akan erjadi
molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk
caput succedaneum di daerah dahi. 3-5
18
Sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan secara bedah sesar
untuk menghindari manipulasi vaginal yang sangat meningkatkan mortalitas perinatal.
Jika dibandingkan presentasi belakang kepala, persalinan vaginal pada presentasi dahi
akan meningkatkan prolaps tali pusat (5 kali), ruptura uteri (17 kali), transfusi darah
(3 kali), infeksi pascapersalinan (5 kali), dan kematian perinatal (2 kali).
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah harus dilakukan
dengan sangat hati-hati dan tidak boleh dilakukan bila tidak terjadi penurunan kepala
atau dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul. Presentasi dahi yang menetap atau
dengan selaput ketuban yang sudah pecah sebaiknya dilakukan bedah sesar untuk
melahirkannya. Jangan melahirkan menggunakan bantuan ekstraksi vakum, forseps,
atau simpisiotomi karena hanya akan meningkatkan mordibitas dan mortalitas.
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. 5,6
Klasifikasi panggul sempit :
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif
20
Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
-
Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
21
22
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga
panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus. 5,6
23
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi ibu
atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan
percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal
ini, pimpinan persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan
pada bekas seksio sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio
sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya
dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil
ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang
berarti tidak bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm. Jika
jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing. Oleh karena itu,
biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul.
Distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber ischii dan diameter
sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga sempit.
Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio sesarea,
24
yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang cukup
luas. 1-3
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan
seksio sesarea
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif), antara lain:
-
His
Lancarnya pembukaan
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relatif dilakukan partus percobaan. 1-3
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC; 2005.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Prawirohardjo S. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri fisiologi. Bandung: Elemen; 1983.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri patologi. Bandung: Elstar; 1982.
6. Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri patologi. EGC: Jakarta; 2005.
26