Anda di halaman 1dari 6

Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences (2013) 14, 191-194

Antibiotik pada otitis media supuratif kronis :


Sebuah studi bakteriologis
Abstract : Objective : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mikroorganisme penyebab
otitis media supuratif kronis (OMSK) dan untuk memperkirakan kerentanan mereka terhadap
agen antibiotik.
Materials and Method : Seratus enam puluh empat (164) pasien dengan unilateral
atau bilateral otitis media supuratif kronis aktif dipelajari secara prospektif. Mereka
mengalami discharge telinga kronis dan belum menerima antibiotik selama 5 hari
sebelumnya. Swab diambil dari semua pasien, dan dikirim ke Departemen Mikrobiologi
untuk diproses. Spesimen yang dikultur dan diisolasi diidentifikasi dengan menggunakan
teknik mikrobiologi standar. Uji sensitivitas antibiotik terhadap isolat ditentukan dengan
cakram antibiotik standar menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer.
Result : Penelitian ini menganalisa organisme penyebab dan sensitivitas mereka
terhadap berbagai antibiotik. Organisme utama yang terisolasi adalah Methicillin sensitif
Staphylococcus aureus [MSSA] (45,1%) diikuti oleh Pseudomonas aeruginosa (19,5%).
Sensitivitas S. aureus (MSSA) adalah 79.7% terhadap ciprofloxacin, 69% untuk
kotrimoksazol, dan 82,5% untuk gentamisin sedangkan sensitivitas P. aeruginosa adalah
100% untuk ceftazidime, 84,4% untuk ciprofloxacin, 90,6% untuk gentamisin, dan 78,1%
untuk Piperasilin. Mayoritas dari isolat P. aeruginosa resisten terhadap polymixin B (71,9%),
sedangkan 50% dari S. aureus (MSSA) menunjukkan resistensi terhadap Ampisilin. Semua
isolat Methicillin resistant S. aureus (MRSA) menunjukkan resistensi 100% terhadap
Ampisilin, Augmentin dan sefalotin. Di antara preparat antibiotik topikal telinga yang
tersedia, kami menemukan gentamisin dan ciprofloxacin sebagai pilihan terbaik.
Conclusion : Studi tentang pola mikroba dan sensitivitasnya terhadap antibiotik
menentukan prevalensi organisme bakteri penyebab OMSK pada daerah tertentu. Hal ini
berguna untuk memulai terapi empiris otitis media dan mengurangi komplikasi dengan
menghasilkan outcome yang baik, dengan demikian munculnya strain resisten dapat dicegah.
Kata kunci : otitis media supuratif kronis, sensitivitas antibiotik, antibiotik topikal, discharge
telinga
1. Introduction
2. Otitis media supuratif kronis
( OMSK ) didefinisikan sebagai
inflamasi kronik pada telinga
tengah dan rongga mastoid, yang
menunjukkan adanya discharge
telinga berulang atau otore melalui
membran timpani yang perforasi.
Penyakit ini umumnya dimulai
pada masa anak-anak1,2 dengan
adanya perforasi membran timpani
akibat infeksi akut pada telinga
tengah, yang dikenal sebagai otitis
media akut (OMA), atau sebagai
sekuel dari bentuk yang lebih
ringan otitis media (misalnya OM
serosa).3-5 Infeksi dapat terjadi

selama 6 tahun pertama kehidupan


anak, dengan puncaknya sekitar
usia 2 tahun.6 Batas waktu suatu
OMA menjadi OMSK masih
kontroversial. Umumnya, pasien
dengan perforasi timpani yang
terus
mengeluarkan
cairan
berlendir dalam waktu 6 minggu7
sampai 3 bulan, meskipun dalam
pengobatan medis, disebut sebagai
kasus OMSK. Otitis media
supuratif kronis (OMSK) adalah
infeksi yang biasa ditemui dari
tengah telinga di seluruh dunia.
Pada tahun 1990, sekitar 28.000
kematian di seluruh dunia dan
sebagian besar di antara negaranegara berkembang disebabkan

Antibiotik pada otitis media supuratif kronis: Sebuah studi bakteriologis

karena otitis media.8,9 Kematian


dan cacat akibat otitis media
terutama terkait dengan komplikasi
OMSK,10 terutama abses otak.11
Data populasi memperkirakan
kejadiannya di negara berkembang
berkisar dari 0,24% di Thailand
sampai 1,8% di Afrika. Di Korea
Selatan, 10,4% dari kejadian
OMSK mengalami komplikasi.12
3. Otitis media supuratif kronis
(OMSK) telah dijadikan sebagai
masalah seluruh negara. Misalnya,
pemerintah
Amerika
Serikat
menghabiskan lebih dari 2 miliar
dolar setiap tahun untuk mengobati
infeksi telinga akut dan kronis.13 Di
negara-negara
berkembang,
masalah ini terus menjadi beban
yang berat, dengan prevalensi
infeksi telinga kronis mencapai 72
kasus per 1.000.14
4. Jadi kasus OMSK yang tidak
terobati
dapat
mengakibatkan
berbagai komplikasi. Hal ini
mungkin
terkait
dengan
penyebaran bakteri ke struktur
yang berdekatan dengan telinga
atau kerusakan lokal di tengah
telinga itu sendiri. Komplikasi
seperti otore persisten, mastoiditis,
labyrinthitis, kelumpuhan saraf
wajah sampai abses intrakranial
yang
lebih
serius
atau
15-17
thromboses.
Jadi pengetahuan
tentang pola infeksi lokal sangat
penting untuk melakukan terapi
yang efikasi terhadap penyakit ini.
Tujuan dari manajemen ini adalah
untuk mencapai kesembuhan,
telinga yang kering, memberantas
penyakit
dan
meningkatkan
pendengaran.
5. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui profil
mikroba (aerobik dan anaerobik)
dan antibiograms pada pasien
OMSK yang aktif di kalangan
penduduk Saudi. OMSK adalah
masalah umum di Arab Saudi dan

sering terjadi terutama pada


populasi yang tinggal di daerah
yang terpencil.
6. Methods
7. Penelitian ini dilakukan pada
pasien rawat jalan di Departemen
dari
Telinga,
Hidung
dan
Tenggorokan
(THT)
selama
periode satu setengah (11/2) tahun
= dari bulan September 2011
sampai Februari 2013. Dalam
penelitian prospektif ini, total
seratus enam puluh empat (164)
pasien yang terlibat. Semua pasien
mengalami perforasi membran
timpani dengan discharge purulen
yang aktif. Detail riwayat klinis
pasien seperti usia, jenis kelamin,
durasi keluarnya discharge dari
telinga dan pengobatan antibiotik
juga diambil. Hanya pasien yang
tidak menerima terapi antibiotik
(topikal atau sistemik) dalam waktu
5 hari sebelumnya yang dilibatkan
dalam penelitian tersebut. Single
use Mini-tip swab kultur yang
digunakan
untuk
mengambil
mikroflora telinga tengah yang
melewati
perforasi
membran
timpani. Dilakukan perawatan
ekstra pada saat pengambilan
spesimen
untuk
menghindari
kontaminasi permukaan dan hasil
swab dibawa ke departemen
mikrobiologi rumah sakit untuk
dikultur
dan
dilakukan
uji
sensitivitas. Sebanyak 164 hasil
swab yang diambil dari 164 pasien,
diproses secara aerob dan anaerob
untuk isolasi bakteri aerob dan
anaerob menggunakan prosedur
mikrobiologi
standar.
Semua
organisme terisolasi diidentifikasi
sesuai dengan metode mikrobiologi
standar.
8. Uji sensitivitas antibiotik dilakukan
dengan
menggunakan
teknik
Kirby-Bauer difusi cakram pada
2

Antibiotik pada otitis media supuratif kronis: Sebuah studi bakteriologis

9.

Muller-Hinton agar dan cakram


antibiotik
komersial
(Oxoid,
Inggris Raya) digunakan untuk uji
antimikroba.18 antimikroba cakram
Antibiotik yang digunakan adalah:
Penisilin G (10U), Ampisilin (10
lg),
Augmentin
(30
lg),
Trimethoprim-Sulphamethoxazole
(1,25 / 23,75 lg), Sefalotin (30 lg),
Polymixin B (300 U), Ceftazidime
(30 lg), Piperasilin (100 lg),
Kloramfenikol
(30
lg),
Ciprofloxacin (5 lg), Amikacin (30
lg), Gentamisin (10 lg), Neomycin
(30 lg) dan Bacitracin (10 U).
Selain antibiotik standar, pengujian
juga dilakukan khusus untuk
Gentamisin,
Neomycin,
Kloramfenikol dan Bacitracin yang
tersedia secara lokal sebagai obat
antibiotik topikal tetes telinga.
Antibiotik disc diinkubasi pada
suhu 37o C dalam waktu semalam.
Diameter zona inhibisi diukur dan
dicatat sebagai resisten atau sensitif
menurut kriteria interpretasi dari
National Committee for Clinical
Laboratory Standards (NCCLS).19

10. Result
11. Usia rata-rata pasien adalah 25
tahun, dengan kisaran antara 20-47
tahun (Tabel 1). Dari 164 pasien
yang terdaftar dalam penelitian ini,
ada 148 (90,2%) isolat. Sembilan
puluh empat (94) pasien (63,5%)
memiliki
organisme
tunggal
terisolasi dari hasil kultur sekret
telinga tengah, sedangkan 54
pasien yang tersisa memiliki dua
atau
lebih
organisme
yang
terisolasi. Hanya ada enam belas
pasien (9,8%) yang hasil kultur
steril tanpa bakteri terisolasi (Tabel
2). Organisme kausal yang paling
umum terisolasi adalah Methicillin
sensitif Staphylococcus aureus
[MSSA] (45,1%), diikuti oleh
Pseudomonas aeruginosa (19,5%),

Methicillin resistent S. aureus


(MRSA),
Coagulase
negatif
Staphylococcus, Proteus mirabilis
dan Escherichia coli (Tabel 2).
Sensitivitas antimikroba yang diuji
menunjukkan hasil untuk enam
organisme yang paling umum
ditemukan (Tabel 3). Dari empat
antibiotik yang tersedia pada
umumnya sebagai obat tetes telinga
topikal,
gentamisin
memiliki
tingkat
kerentanan
tertinggi
(88,3%) untuk semua isolat yang
diuji, diikuti oleh kloramfenikol
(72,4%). Neomycin menunjukkan
sensitivitas 74,3% terhadap bakteri
gram negatif sedangkan isolat
MSSA, MRSA dan Koagulase
negatif
Staphylococcus
menunjukkan 78,8% kerentanan
pada Bacitracin.
12.
13.

14. Discussion
15. Otitis media supuratif kronis dan
komplikasinya adalah kondisi yang
paling umum ditemukan oleh
otologists dan dokter umum. Otitis
media supuratif kronis adalah
peradangan persisten telinga tengah
atau rongga mastoid, yang ditandai
dengan keluarnya discharge telinga
berulang atau persisten melalui
perforasi membrane.20 Melalui
perforasi membran timpani, bakteri
dapat masuk ke telinga tengah
melalui saluran telinga eksternal.
Infeksi mukosa telinga tengah
yang berulang akan menghasilkan
discharge telinga. Otitis media
supuratif kronis adalah suatu
kondisi klinis yang umum dan
berpotensi berbahaya dan sulit
3

Antibiotik pada otitis media supuratif kronis: Sebuah studi bakteriologis

untuk diobati karena organisme


yang menginfeksi
umumnya
sering resisten terhadap banyak
antibiotik.21 Kasus OMSK yang
tidak diobati dapat menimbulkan
berbagai komplikasi. Hal ini
berhubungan dengan penyebaran
bakteri ke struktur yang berdekatan
dengan telinga atau kerusakan lokal
di telinga tengah itu sendiri.
Berbagai komplikasi seperti otorea
persisten, mastoiditis, labyrinthitis,
kelumpuhan saraf wajah sampai
abses intrakranial yang lebih serius
atau trombosis.15,16
16.
17.

18.
19. Pengobatan
perlu
dilakukan
secepat mungkin dan seefektif
mungkin
untuk
menghindari
terjadinya komplikasi. Pengobatan
pada kondisi ini dapat dilakukan
dengan terapi yang diarahkan untuk
eradikasi
organisme
patogen
22
aerobik dan anaerobik. Kasuskasus yang resisten terhadap
pengobatan
mungkin
perlu
tindakan pembedahan.
20. Pengobatan utama untuk OMSK
terdiri dari dua tahap: ear toilet
(dengan
suction/membersihkan
telinga dari debris dan discharge)
kemudian dengan agen antimikroba
topikal dan sistemik. Penggunaan
terapi antibiotik biasanya dimulai
secara empiris sebelum ada hasil
kultur mikrobiologi. Pemilihan
antibiotik dipengaruhi oleh tingkat

keberhasilannya, resistensi bakteri,


keamanan, risiko toksisitas dan
biaya. Pengetahuan tentang pola
mikroorganisme
lokal
dan
sensitivitas antibiotik penting untuk
memperkirakan efektivitas dan
penghematan biaya pengobatan.
Kultur mikrobiologi menghasilkan
berbagai macam organisme yang
bervariasi tergantung pada iklim,
populasi pasien dan antibiotik apa
yang baru-baru ini telah atau belum
digunakan. Beberapa penelitian
telah melaporkan organisme yang
berbeda dalam proporsi yang
berbeda.17 Studi kami menunjukkan
bahwa infeksi OMSK aktif pada
populasi
Saudi
terutama
disebabkan
S.
aureus,
P.
aeruginosa
diikuti
oleh
P.
mirabilis. Temuan serupa telah
dilaporkan oleh Gehanno.21 S.
aureus (MSSA) adalah organisme
yang paling umum terisolasi,
meskipun berbagai studi di
berbagai negara telah menunjukkan
P. aeruginosa
lebih
sering
ditemukan.16 Hasil penelitian kami
menunjukkan dominasi S. aureus
diikuti oleh P. aeruginosa, sesuai
dengan hasil penelitian lainnya.21,23
Temuan ini sesuai dengan pola
infeksi OMSK di wilayah tropis.
Pola kerentanan antibiotik MSSA
menunjukkan bahwa 82% sensitif
terhadap gentamisin, ~80% adalah
sensitif terhadap ciprofloxacin dan
79.7%
untuk
Bacitracin.
Sensitivitas
antimikroba
P.
aeruginosa dari hasil penelitian
kami
menunjukkan
bahwa
sensitivitas ceftazidime 100%,
Gentamisin ~91%, Ciprofloxacin
~85% dan Piperasilin 78%.
Sebelumnya amoksisilin/ampisilin
sering
digunakan
daripada
kuinolon untuk infeksi telinga
tengah akut dan kronis. Namun
penelitian sekarang ini jelas
menunjukkan perubahan perilaku
4

Antibiotik pada otitis media supuratif kronis: Sebuah studi bakteriologis

mikroorganisme, yang lebih peka


terhadap kuinolon, sefalosporin dan
gentamisin. Dokter juga sebaiknya
menghindari penggunaan kuinolon
karena efek samping nya pada
tulang rawan dalam pertumbuhan
anak-anak dalam pemakaian lama,
namun telah dilaporkan bahwa
kuinolon dapat digunakan jika
diperlukan pada anak-anak tanpa
perlu
dikhawatirkan.24,25
Jadi
penggunaan ciprofloxacin telah
dilaporkan baik untuk terapi
empiris maupun topikal. Di antara
antibiotik topikal yang paling
umum tersedia gentamisin telah
menunjukkan
hasil
yang
menjanjikan setelah ciprofloxacin.
Ditambah lagi keuntungan dari
tetes telinga ciprofloxacin lebih
tidak bersifat ototoksik dibanding
gentamisin.26
Masih
ada
kontroversi tentang pernyataan
ototoksisitas
penggunaan
aminoglikosida
(gentamisin)
topikal sedangkan penggunaan
sistemik aminoglikosida telah
dikenal memiliki efek merusak
telinga dalam. Di lain sisi, fakta
bahwa proses perjalanan penyakit
pada
OMSK
memang
menyebabkan
sensorineural
hearing loss26 telah menunjukkan
kesimpulan
keuntungan
dari
pemberian topikal aminoglikosida
24.
25.

pada pengobatan OMSK dan dalam


pencegahan
komplikasi
lebih
penting daripada efek samping
ototoksik yang mungkin terjadi.
Melihat tingginya prevalensi S.
aureus dan P. aeruginosa yang
rentan
terhadap
kuinolon
(ciprofloxacin) dan sefalosporin
(ceftazidime),
tetes
telinga
ciprofloxacin atau terapi sistemik
ciprofloxacin, piperasilin atau
ceftazidime
dapat
digunakan
dengan
aman
pada
semua
kelompok
umur.
Namun
penggunaan obat-obatan tersebut
yang
tidak
rasional
dapat
menyebabkan munculnya resistensi
terutama pada S. aureus dan P.
aeruginosa, 27 seperti pada hasil
penelitian sebelumnya, karena itu
penggunaan
antibiotik
harus
digunakan secara rasional pada
semua jenis otitis media.
21. Studi tentang pola mikroba dan
sensitivitas antibiotik menentukan
prevalensi organisme bakteri yang
paling sering menyebabkan OMSK
di daerah tertentu untuk memulai
terapi empiris otitis media dan
komplikasinya untuk mendapatkan
outcome yang baik, dan dengan
demikian munculnya strain yang
resisten dapat dicegah.
22.
23.
26.

Antibiotik pada otitis media supuratif kronis: Sebuah studi bakteriologis

27.

28.
29.

30.
31.
32.

Anda mungkin juga menyukai