Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
PUTU DESI YULISTINA
0702105045
SEJARAH HEMODIALISIS
Pengertian mengenai dialisis sudah diketahui sejak lama sewaktu
terdapat wabah kolera pada tahun 1890 yang dilakukan dengan memasukan
cairan bikarbonat kedalam rongga peritoneum. Kemudian tahun 1913 dimulai
dengan penggunaan istilah artificial kidney (ginjal buatan) oleh Abel dkk dari
Amerika. Mereka membuat tabung dari bahan kolodion, mendialisis binatang
percobaan yang kemudian mati karena hipersensitivitas terhadap hirudin yang
dibuat dari kepala pacet yang digerus. Di tahun 1935 heparin dapat
dimurnikan dan bersamaan dengan itu juga dapat dikembangkan selulosa
regenerasi. Sewaktu perang dunia ke-2 di Belanda, Willem Kolf tahun 19421943 membuat mesin dialysis yang berupa drum yang berputar (rotating
drum) dalam air dializat untuk pengobatan gagal ginjal akut/ GGA. Setelah
masa sekarang ini maka hemodialisis lebih berkembang lagi. Pada saat
perang Korea banyak korban perang dapat tertolong dari komplikasi GGA.
Kolf kemudian mengembangkan dializer koil sekali pakai pada tahun 1956
yang dijual ke Travanol (sampai tahun 1985 masih dipakai di Indonesia).
Tahun 1960-an Kill mengembangkan flat plate flow dialyser (dipakai sampai
tahun 1960-an, dapat dilihat di RSCM). Shunt eksternal Quinton- Schriber
mulai dipakai untuk dialysis gagal ginjal kronik pada tahun 1959. Baru pada
tahun 1965 dikembangkan fistula arteriovenous internal oleh Brescevia dan
Cimino.
Ginjal Hollow fiber baru dibuat dan diuji coba pada tahun 1967 dan
tahun 1974 sudah ditemukan dialyser dengan luas permukaan yang besar.
Perkembangan dialyser amat pesat dengan pemakaian selulosa yang
dimodifikasi, membrane sintetik yang mempunyai klirens dan filtrasi yang
besar.
B.
DEFINISI HEMODIALISIS
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Hemodialisis berasal dari bahas
Yunani hemo berarti darah dan dialisis berarti pemisahan atau filtrasi.
Haemodialisis merupakan salah satu dari terapi penggganti ginjal, yang
digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut
maupun kronik.
Secara klinis hemodialisis adalah suatu proses pemisahan zat-zat tertentu
(toksik) dari darah melalui membran semipermeabel buatan (artificial) di
dalam ginjal buatan yang disebut dialiser, dan selanjutnya dibuang melalui
cairan dialisis yang disebut dialisat.
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut
dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara
arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan.
C.
Indikasi:
Klien dengan syndrome uremik/azotemia (gagal ginjal akut dan kronik),
ureum > 200 mg/dl dan kreatinin > 1,5 mg/dl
Hiperkalemia, kadar kalium > 5,0 mEq/L
Asidosis, pH darah < 7,1
Kelebihan cairan
Dehidrasi berat
Keracunan barbiturate
Leptospirosis
Kontraindikasi:
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk terapi dialisis, akan tetapi manfaat
terapi dialisis perlu dipertimbangkan lagi pada pasien dengan sindrom
hepato-renal, sirosishepatis yang lanjut dengan ensefalopati dan pada
keganasan lanjut.
D.
vena subclavia:
klien
merasa
lebih
nyaman
dan
melewati membran. Dializer ada yang memiliki high efficiency atau high
flux. Dializer high efificiency adalah dializer yang mempunyai luas
permukaan membran yang besar. Dializer high flux adalah dializer yang
mempunyai pori-pori besar yang dapat melewatkan. Molekul yang lebih
besar, dan mempunyai permiabilitas terhadap air yang tinggi. Ada 3 tipe
dializer yang siap pakai, steril dan bersifat disposibel yaitu bentuk hollowfiber (capillary) dializer, parallel flat dializer dan coil dializer. Setiap
dializer mempunyai karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas
proses eliminasi dan menjaga keselamatan penderita. Yang banyak beredar
dipasaran adalah bentuk hollowfiber dengan membran selulosa.
4. Dialisat
Larutan dialisat biasanya disiapkan dalam bentuk konsentrasi yang
mengandung buffer bikarbonat atau asetat.
Dialisat Asetat
Dialisat Asetat masih banyak digunakan untuk dialisat karena dapat
diproduksi dengan mudah dalam kemasan yang mengandung berbagai
macam elemen. Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat
standard untuk mengoreksi asidosis uremikum dan untuk mengimbangi
kehilangan bikarbonat secara difusi selama HD. Dialisat asetat tersedia
dalam bentuk konsentrat yang cair dan relatif stabil. Dibandingkan
dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat harganya lebih murah
tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek samping yang sering seperti
mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan
hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu,
intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin. Kemudian seiring
berkembangnya waktu, larutan bicarbonate lebih banyak digunakan
karena lebih fisiologis, dapat mengontrol asidosis dengan lebih
baik,lebih sedikit menimbulkan efek dan komplikasi.
Dialisat Bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan
asam dan larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak termasuk
dalam konsentrat bikarbonat oleh karena konsentrasi yang tinggi dari
kalsium, magnesium dan bikarbonat dapat membentuk kalsium dan
Secara difusi
Proses difusi adalah proses pergerakan spontan dan pasif zat terlarut.
Molekul zat terlarut dari kompartemen darah akan berpindah kedalam
kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati
membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Cairan dialisis dan darah
yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zat terlarut
berpindah dari konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi yang rendah
Tekanan
positif
mendorong
cairan
menyeberangi
membrane.
b. Tekanan negative
Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane. Tekanan
negative menarik cairan keluar dari darah.
c. Tekanan Osmotik
Tekanan Osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan
yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan
tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut tinggi akan menarik cairan
dari larutan lain yang konsentrasinya lebih rendah sehingga
menyebabkan membrane permiabel terhadap air (dari konsentrasi
rendah kekonsentrasi tinggi). Dimisalkan ada 2 larutan A dan B
dipisahkan
oleh
membran
semipermiabel,
bila
larutan
Persiapan
Persiapan Alat
Dialiser ( ginjal buatan)
AVBL
Set Infus
NaCl (cairan fisiologis) ( 2-3 fflashf)
Spuit 1 cc,5 cc, 20 cc, 30 cc
Heparin injeksi ( + 2000 Unit)
Jarum punksi :
- Jarum metal (AV. Fistula G.16, 15, 14) 1 1 inch.
- Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16, 15, 14) 1 1 inchi.
Penapung cairan ( Wadah)
Anestesi local (lidocain, procain)
Kapas Alkohol
Kassa
Desinfektan (alcohol bethadin)
Klem arteri (mosquito) 2 buah.
Klem desimfektam
Bak kecil + mangkuk kecil
Duk (biasa,split, bolong)
Sarung tangan
Plester
pengalas karet atau plastic
Persiapan lingkungan
Lingkungan disiapkan agar nyaman dan tenang
Jaga privacy klien
Atur tempat tidur sesuai dengan kenyamanan pasien
Persiapan Klien
Jelaskan prosedur tindakan hemodialisis
Timbang berat badan klien
Anjurkan pasien mencuci tangan
Atur posisi klien agar memudahkan tindakan dan nyaman untuk klien
Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum
Persiapan perawat
Perawat membaca order atau catatan medik klien
Perawat mencuci tangan
Perawat memakai sarung tangan dan masker.
2. Prosedur Tindakan
Penatalaksanaan hemodialisis dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1)
Persiapan alat-alat
1 buah set steril dialysis terdiri dari :
- Kain alas dan set steril kain 1 buah
- Kassa 5 buah, tuffer 1 buah
- 1 buah mangkok kecil berisi NaCL 0.9%
- 1 pasang sarung tangan
- 1 buah 5 CC berisi NaCL 0.9%
- 1 buah spuit insulin isi lidocain 0.5 CC
- 1 buah arteri klem
- 2 buah AV fistula
Pengawasan Mesin :
Pengawasan sirkulasi darah diluar ekstrakorporeal blood monitoring:
- Pengawasan kecepatan aliran darah
- Pengawasan terhadap tekanan:
Arteri: bila alarm berbunyi pada aterial druk berarti tekanan
darah rendah, lihat aliran darah pada inlet.
Venous pressure: dilihat dari indicator (hati-hati bila tinggi),
bila tinggi periksa outlet, bila rendah periksa sensor
vena.
Pengawasan heparin pump.
Pengawasan terhadap sirkulasi dialisat monitoring
- Low temperature atau high temperature
- Low conductivity atau high conductivity
- Transmembrane pressure
- Positive pressure
- Kebocoran dializer (blood leak)
Perhatikan kelancaran aliran darah pada cimino/graft.
Perhatikan sambungan yang terdapat pada :
- AV Fistula dengan selang arteri
- Selang arteri dengan dializer dan sebaliknya, kalau perlu
dikembangkan.
Berikan pasien posisi tidur yang nyaman.
Perhatikan edema pada : muka, punggung tangan, asites, mata kaki dan
daerah dorsum pedis :
- Jika edema (+) tidak disertai sesak nafas maka lakukan dialysis
sesuai dengan program tarik air (UFG = ultrafiltrasi goal). Cara
perhitungan tarik air: selisih berat badan, dating berat badan
standar + jumlah intake yang masuk (minum, infuse, transfuse dan
sonde).
- Jika edema ++ atau lebih, dengan disertai sesak nafas maka
lakukan tarik air (sequential ultrafiltrasi) pada awal dialysis.
Perhatikan pemakaian oksigen :
- Apakah oksigen masih ada (lihat pada jarum petunjuk)
- Perhatikan bila pada angka petunjuk oksigen, apakah sudah sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Perhatikan gambaran EKG monitor jika ada kelainan direkam dan
beritahu pada dokter yang merawat pasien / dokter jaga.
2.
Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik oleh karena punksi selama HD
Ditandai dengan:
DS: Klien mengeluh nyeri pada daerah punksi
DO: Ekspresi wajah meringis dan gelisah.
3.
DO:
4.
PK : Hemoragic
Ditandai dengan:
DS: Klien mengeluh pusing
DO:
Darah merembes dari daerah punksi
Klien tampak pucat, akral dingin
Nadi tidak teraba,
TD sampai dengan 60/PP
5.
6.
7.
8.
1.
Hipotensi
Penyebab:
a.
b.
Ultrafiltrasi berlebihan
c.
Obat-obatan anti-hipertensi
Gejala:
a. Lemas, berkeringat, pandangan kabur berkunang-kunang
b. Kadang-kadang mual, muntah, sesak
c. Sakit dada.
Penanganan:
a.
b.
c.
d.
e.
selang
darah
diisi
dengan
NaCL
0.9%
dan
disirkulasikan.
-
Heparin tetap dijalankan agar tidak ada sisa bekuan darah dalam
selang
Pencegahan:
-
3. Sakit Kepala
Penyebab:
a. Tekanan darah naik
b. Ketakutan
Penanganan:
a. Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100 RMP
b. Observasi tanda-tanda vital (terutama tensi dan nadi)
c. Jika tensi tinggi, beritahu dokter.
d. Kompres es diatas kepala
e. Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialysis kembali
seperti semula secara bertahap.
f. Mencai penyebab sakit kepala : cairan dialisat asetat, minum kopi
atau ada masalah.
Pencegahan:
a. Mengganti cairan dialisat sesuai dengan persetujuan dokter
b. Anjurkan pasien untuk mengurangi kopi.
c. Memberikan kedekatan pada pasien untuk meningkatkan masalah
yang sedang dihadapi.
4. Demam disertai menggigil
Penyebab:
a. Reaksi pirogen
b. Reaksi transfuse
c. Kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.
Penanganan:
a.
b.
Berikan selimut
c.
d.
5. Nyeri Dada
Penyebab:
a. Minum obat jantung tidak teratur
b. Program HD yang terlalu cepat.
Penanganan:
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Pasang EKG monitor
c. Beritahu dokter untuk pemberian terapi
Pencegahan:
a. Minum obat jantung secara teratur
b. Anjurkan pasien untuk control ke dokter secara teratur.
6. Gatal-gatal
Penyebab:
a. Jadwal dialysis yang tidak teratur (Toksin Uremia kurang tedialisis).
b. Sedang transfuse / sesudah transfuse
c. Kulit kering
Penanganan:
a. Gosoklah dengan talk/balsam/krim khusus untuk gatal
b. Jika karena transfuse beritahu dokter untuk pemberian avil 1 ml/TV.
Pencegahan:
a. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet.
b. Anjurkan pasien taat dalam menjalani hemodialisis sesuai dengan
program.
c. Anjurkan pasien selalu menjaga kebersihan badan.
d. Usahakan pada saat sirkulasi waktunya agak lama.
7. Perdarahan cimino setelah dialysis :
Penyebab:
a. Tempat tusukan membesar
b. Masa pembekuan darah lama
c. Dosis heparin yang berlebihan.
b.
c.
d.
Oedema.
Hipertensi
Penatalaksanaan:
Hipotensi
Mulut dan lidah kering, kadang kadang suara serak atau parau.
Penatalaksanaan
Gelisah
Lemas
Penatalaksanaan:
HD tanpa kalium
(2) Hipokalemia
Tanda dan gejala:
Penatalaksanaan:
4. EVALUASI
Dx 1
Dx 2
Dx 3
Dx 4
Dx 5
Dx 6
pasien terpenuhi
Dx 7 : Infeksi tidak terjadi
Dx 8 : Cemas pasien berkurang