Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia seyogyanya harus dimulai
sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dan sangat tergantung kepada
kesejahteraan ibu termasuk kesehatan dan keselamatan reproduksinya. Oleh
karena itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah
satu program penuntas.
Angka kematian bayi merupakan kematian bayi yang terjadi pada umur
yang dihitung sejak lahir sampai 12 bulan kelahiran didapatkan kurang dari 7 per
1000 kelahiran hidup di Amerika. Lebih dari 60 % dari kematian ini terjadi pada
periode neonatal Pada tahun 1987. angka kematian bayi paling rendah dimiliki
oleh Jepang yaitu 5 per 1000 kelahiran hidup. negara Skandinavia sebesar 5,8-8,4
per 1000 dan paling tinggi di negara-negara berkembang sebesar 30-150 per 1000
kelahiran hidup.3 Penyebab paling sering kematian neonatal adalah asfiksia
perinatal, prematuritas. Respiratory Distress Syndrome (RDS), malformasi
kongenital dan infeksi.
Walaupun sosial ekonomi. budaya. dan mungkin faktor geografis
berpengaruh pada kematian perinatal, cara-cara pencegahan seperti pendidikan
kesehatan. prenatal care, nutrisi, dukungan sosial, identifikasi faktor resiko, dan
kepedulian obstetris dapat mengurangi kematian perinatal. Jumlah bayi berat
badan rendah (BBLR) merupakan penentu utama angka kematian neonatal dan
bersama dengan anomali kongenital yang bersifat letal juga menentukan angka
kematian bayi.
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor
risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada
usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi.
BBLR merupakan bayi yang mempunyai berat lahir kurang dari 2500
gram. Jika dihubungkan dengan usia gestasi, bayi ini bisa termasuk bayi dengan
Kecil Masa Kehamilan (KMK). Sesuai Masa Kehamilan (SMK) atau Besar Masa

Kehamilan (BMK) bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram,
digolongkan sebagai Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dan bayi dengan
berat badan kurang dari 1000 gram disebut Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah
(BBLASR).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Neonatal
Periode neonatal merupakan waktu yang sangat peka bagi bayi karena
akan melengkapi penyesuaian fisiologis agar dapat bidup secara ekstrauterin.
Angka

morbiditas

dan

mortalitas

yang

tinggi

memperlihatkan

adanya

ketidakmampuan untuk hidup selama periode ini. Kematian yang terjadi pada
tahun pertama dua pertiganya merupakan bayi baru lahir.
Peralihan bayi intrauterin menjadi ekstrauterin menimbulkan banyak
perubahan biokimia dan fisiologis. Karena tidak ada bubungan lagi dengan
sirkulasi maternal melalui plasenta fungsi paru bayi baru lahir diaktifkan untuk
keperluan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang cukup. Organ-organ bayi
akan berfungsi, traktus gastrointestinal untuk penyerapan makanan, fungsi ginjal
untuk ekskresi hasil metabolisme dan menjaga keseimbangan asam basa, fungsi
hepar untuk mengekskresi zat-zat toksik dan fungsi dari sistem imunologi untuk
melindungi tubuh melawan infeksi. Karena tidak melalui sistem plasenta lagi,
sistem kardiovaskuler dan endokrin neonatal juga menyesuaikan fungsinya
sendiri.
Pada lingkungan intrauterin, janin tidak perlu memproduksi panas untuk
menjaga temperatur tubuhnya. Janin dikelilingi oleh cairan amnion yang dengan
temperatur hanya 0,2C dari temperatur tubuh. Karena itu, tidak ada kebilangan
panas akibat radiasi atau evaporasi dan kehilangan panas secara konduksi dan
konveksi dari kulit janin tidak terlalu banyak. Temperatur tubuh janin tidak
meningkat karena panas yang diproduksi akan hilang karena konveksi melalui
aliran darah pada plasenta. Penurunan aliran darah plasenta akan menimbulkan
peningkatan temperatur janin. Hal ini terjadi pada bayi dengan KMK yang
memiliki aliran darah plasenta yang kecil, yang biasanya lahir dengan temperatur
rektal sebesar 38-38,5C. Pada bayi baru lahir terjadi penurunan temperatur tubuh
secara cepat dan signifikan karena kehilangan panas terjadi dengan mudah sekali
dan bayi memiliki keterbatasan untuk memproduksi panas pada lingkungan yang
dingin. Kecepatan kehilangan panas dikaitkan dengan perbandingan luas

permukaan tubuh dengan volume tubuh. Bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg
memiliki perbandingan permukaan tubuh terhadap volume tubuh tiga kali lipat
lebih besar daripada orang dewasa dan bayi prematur dengan berat lahir 1500
memiliki rasio empat kali lebih besar. Kulit bayi memiliki konduktasi lebih besar
daripada orang dewasa sehingga konsekuensinya akan lebih banyak kehilangan
panas per unit permukaan tubuhnya. Dari sekian hal di atas, banyak masalah bayi
baru lahir yang dihubungkan dengan ketidakmampuan penyesuaian diri untuk
hidup seperti asfiksia, kelahiran prematur dan anomali kongenital yang
mengancam hidup.
2.2 Penilaian Bayi Baru Lahir
Apgar Scores
Pada tahun 1953. Virginia Apgar memperkenalkan penilaian yang
sitematik dan sederhana depresi neurologis dan stres intapartum yang terjadi saat
kelahiran. Lima variabel yang digunakan adalah denyut jantung, pernapasan,
tonus otot, refleks, dan warna kulit yang dievaluasi pada 1 dan 5 menit setelah
lahir dan masing-masing variabel memiljki nilai 0 sampai 2 seperti pada tabel skor
Apgar. Hasil penilaian didapat dengan menjumlahkan nilai dari masing-masing
variabel. Walaupun skor Apgar bermanfaat untuk mengetahui atau menilai respon
bayi baru lahir, skor ini juga memiliki keterbatasan karena beberapa faktor selain
asfiksia juga dapat berpengaruh, yaitu penyakit pada susunan saraf pusat, penyakit
otot kongenital, prematuritas, sepsis atau obat dari ibunya, seperti, obat anestesi,
sedatif, opiat dan penyalahgunaan obat. Jika ditemukan skor yang sangat rendah
maka dilanjutkan dengan resusitasi, penilaian dilanjutkan setiap 5 menit sampai
didapat skor Apgar sebesar 7.
Maturitas Neonatus
Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus sangat
penting karena :
1. Pengetahuan ini penting untuk penetalaksanaan tiap neonatus terutama
bayi BBLR secara individu.

2. Faktor maturasi bayi sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas


perinatal.
3. Pengetahuan ini sangat penting untuk menilai tingkat perkembangan bayi
prematur.
4. Penelitian fisiologis neonatus dilakukan dengan mempertimbangkan
lamanya masa gestasi.
Sampai sekarang ternyata berat badan lahir tidak memuaskan bila
digunakan sebagai indeks maturasi neonatus. Karena itu para ahli mencoba
menciptakan beberapa cara untuk menaksir umur atau lamanya masa gestasi bayi
pada saat bayi tersebut dilahirkan.
Cara yang digunakan adalah :
1.

Menghitung lamanya gestasi dengan menggunakan perhitungan hari


pertama haid terakhir (HPHT). Keterangan yang tepat mengenai HPHT akan
dapat digunakan untuk menentukan masa gestasi dengan tepat pula. Tetapi
pengalaman menunjukkan bahwa senantiasa dapat terjadi kekeliruan dalam
penentuan HPHT. Menurut Finnstrom (1970), walaupun HPHT dapat diingat
oleh ibu, biasanya masih ada kesalahan lebih kurang 1 minggu daripada masa
gestasi sebenarnya. Dalam menggunakan HPHT untuk menghitung masa
gestasi, harus waspada terhadap tanggal HPHT yang dapat salah, selalu ada
variasi waktu antara HPHT dan ovulasi, kemungkinan terjadinya 'time lag'
antara koitus yang menyebabkan kehamilan dan ovulasi atau antara ovulasi
dengan koitus.

2.

Penilaian ukuran antropometrik


a.

Berat badan lahir (BBL). BBL merupakan indeks yang terburuk


untuk menentukan masa gestasi neonatus. Hal ini disebabkan BBL sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor. BBL kurang atau sama dengan 2500 gram
tidak dapat dipandang sebagai unit yang homogen. Bayi BBLR dapat
merupakan bayi prematur murni atau karena kecil masa kehamilan.

b.

Ukuran antropometrik lainnya, yaitu crown heel length, lingkaran


kepala, diameter oksipitofrontal, diameter biparetal dan panjang badan.

c.

Pemeriksaan radiologis.
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui lamanya gestasi dengan meneliti
pusat epifisis.

d.

Pemeriksaan dengan mengukur motor conduction velocity dari


nervus ulnaris.

e.

Pemeriksaan EEG.

f.

Penilaian karakter fisik.


Penilaian karakteristik fisik luar dari beberapa alat tubuh ternyata
mempunyai hubungan dengan maturitas bayi. Dari semua kriteria
eksternal yang dapat dinilai dapat menentukan masa gestasi neonatus.
Kriteria tersebut adalah bentuk puting susu, ukuran mammae, plantar
crease, rambut kepala, transparansi kulit, membran pupil, kuku dan tulang
rawan telinga. Beberapa ahli menggunakan skor terhadap kriteria eksternal
ini dan korelasi antara skor dengan masa gestasinya. Dikenal beberapa
sistem skor, yaitu sistem skor Farr (1966), Finnstrom (1972) dan sistem
skor Dubowitz yang merupakan kombinasi sistem skor kriteria eksternal
dan kriteria neurologis.

g.

Penilaian kriteria neurologis.


Telah lama diketahui bahwa beberapa kriteria neurologis atau refleks
tertentu baru timbul pada suatu masa gestasi. Berdasarkan hal itu para ahli
mencoba memperkirakan masa gestasi neonatus dengan mencari korelasi
antara kriteria neurologis dengan lamanya gestasi.

h.

Penilaian menurut Dubowitz.


Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil
penilaian fisik eksternal dan neurologis. Kriteria neurologis diberikan skor,
demikian pula kriteria fisik eksternal. Jumlah skor fisik dan neurologis
dipadukan, kemudian dengan menggunakan grafik regresi linier dicari
masa gestasinya.
Ketika usia gestasi ditentukan dari HPHT didapat berumur 37-42 minggu,

bayi yang lahir tersebut dianggap aterm. Bayi preterm apabila berumur kurang
dari 37 minggu dan post term bila dengan dengan masa gestasi berumur lebih dari
42 minggu.

Pertumbuhan janin untuk suatu masa gestasi dikatakan baik kalau berat
badannya sesuai dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Agar
dapat dilihat apakah bayi itu mengalami retardasi pertumbuhan atau tidak, harus
dimiliki baku berat badan untuk tiap masa gestasi. Lubchenco (1963) merupakan
orang pertama yang mencoba mencari korelasi antara berat badan dan masa
gestasi. Kurve ini dikenal dengan nama "Intrauterin Growth Curve". Lubchenco
mengatakan bahwa pertumbuhan janin itu normal kalau berat badannya terletak di
antara persentil ke-10 dan persenti1 ke-90, yang disebut sesuai untuk masa
kehamilan (SMK). Bila terletak di bawah persentil ke-10 disebut kecil masa
kehamilan (KMK) sedangkan bila terletak di atas persentil ke-90 disebut besar
masa kehamilan.
Dengan tanpa melihat masa gestasi, bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram disebut dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi dengan berat
badan lahir rendah, bisa termasuk KMK, SMK atau BMK, tergantung usia gestasi
saat lahir. Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1500 gram disebut bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR), dan bayi dengan berat lahir di bawah 1000 gram
disebut bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR).
2.3 Definisi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Bayi yang lahir kurang dari 37 minggu diukur dari hari pertama haid
terakhir dikenal dengan isti1ah preterm. Istilah prematur sering digunakan untuk
menunjukkan imaturitas. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah
premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah).
Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai atau karena bayi
tersebut termasuk dalam kecil masa kehamilan (KMK).
Pada Kongres European Perinatal Medicine ke II di London (1970)
diusulkan definisi berikut :
Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (257
hari).

Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kebamilan mulai 37 minggu sampai
42 minggu (259 hari sampai 293 hari).
Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih).
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan di atas, bayi BBLR dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu :
1.

Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bu1ansesuai untuk masa kehamilan (SMK).

2.

Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan.
Prematuritas dan intrauterine growth retardation (IUGR) dihubungkan

dengan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas neonatal Idealnya,


pengertian dari bayi dengan berat badan lahir rendah untuk populasi harus
berdasarkan data yang mungkin bersifat homogen secara genetjk dan sesuai
dengan lingkungan.
2.4 Insiden
Sejak tahun 1985, 6,7 % kelahiran hidup di Amerika Serikat lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram, untuk orang kulit hitam sebesar 12,4% lebih
dari dua kali insiden pada orang kulit putih (5,6%). Kejadian BBLR mengalami
penurunan hanya 14% sejak 1970 dibandingkan dengan angka kematian bayi yang
mengalami penurunan hingga 50%. Kira-kira 30% BBLR di Amerika Serikat
karena IUGR dan lahir setelah 37 minggu. Di negara berkembang kira-kira 70%
BBLR merupakan IUGR Bayi dengan IUGR memiliki tingkat kesakitan dan
kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan usia gestasi yang tepat.
Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari beberapa studi
kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14,6% di daerah pedesaan dan 17,5% di
Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR dengan

rentang 2,1%-17,2 %, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI 1991


angka BBLR sekitar 7,5 %.
BBLSR memiliki berat lahir kurang dari 1500 gram dan biasanya
prematur. Di Amerika Serikat pada tahun 1985 angka BBLSR sebesar 1,1% :
2,6% di antara orang kulit hitam dan 0,9% di antara orang kulit putih. Angka
BBLSR merupakan prediktor akurat untuk mengetahui angka kematian bayi.
BBLSR mencakup 50% dari kematian neonatal, kemampuan hidupnya sangat
berhubungan dengan berat lahir. Pada dekade 1980-an angka BBLSR mengalami
sedikit penurunan pada orang kulit putih dan peningkatan pada orang kulit hitam.
Asuhan perinatal dapat memperbaiki survival rate dari bayi ini. Bagaimanapun,
dibandingkan dengan bayi normal, BBLSR memiliki insiden lebih tinggi akan
mengalami rehospilatisasi selama satu tahun pertama kehidupan, karena
komplikasi prematuritas, infeksi, atau kelainan psikososial.
2.5 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelahiran Prematur dan Berat
Badan Lahir Rendah
Suatu hal yang sulit untuk memisahkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan prematuritas dalam hubungannya dengan IUGR. Korelasi yang kuat
ditemukan pada prematuritas dan IUGR adalah status sosial ekonomi yang
rendah. Pada keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah terdapat insiden
yang tinggi dalam kekurangan nutrisi maternal, anemia, asuhan prenatal yang
kurang, kecanduan obat, komplikasi obstetri, dan riwayat ibu dengan inefisiensi
reproduktif seperti infertilitas, abortus, prematur atau bayi dengan berat badan
lahir rendah. Hal lain yang ada hubungannya dengan masalah di atas adalah
kehamilan pada ibu yang yang masih berusia remaja, jarak kehamilan yang terlalu
dekat atau ibu telah memiliki lebih dari empat anak dari kehamilan sebelumnya.
Perbedaan sistematik dari pertumbuhan janin berhubungan dengan ibu, jumlah
kelahiran, berat saudara kandung, status sosial, kebiasaan merokok ibu dan faktorfaktor yang lain. Tingkat keragaman berat badan lahir dalam populasi dalam
kaitan dengan lingkungan ekstauterin dibandingkan dengan perbedaan genetik
dalam pertumbuban sulit untuk ditentukan.

Pada kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan
usia gestasi preterm secara umum dihubungkan dengan kondisi ketidakmampuan
uterus untuk mempertahankan janin, interperensi selama kehamilan, pelepasan
prematur plasenta atau karena pengaruh kontraksi uterus. IUGR dihubungkan
dengan sirkulasi dan efisiensi plasenta, perkembangan dan pertumbuban janin
atau dengan kondisi kesehatan dan nutrisi ibu.
2.6 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Dengan Prematuritas Murni
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan maka
makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan
dengan cara-cara yang kompleks serta penggunaan alat yang canggih, beberapa
gangguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat dikurangi. Dengan
demikian gejala sisa yang mungkin diderita di kemudian hari dapat dicegah.
Di negara maju angka kematian bayi prematur adalah sekitar 6-7 %
sedangkan di negara berkembang angka kematian ini meningkat 3 kali lipat.
Etiologi
1.

Faktor ibu.
- Penyakit.
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya, toksenia
gravidarum perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis. Penyakit lain
adalah nefritis akut, diabetes melitus atau tindakan operatif dapat menjadi
etiologi prematuritas.
- Usia.
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu di bawah 20 tahun
dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya yang terlalu dekat.
- Kebiasaan.
Pekeraan yang melelahkan, merokok.

2.

Faktor janin : Hidramnion, cacat bawaan, kehamilan ganda, ketuban pecah


dini.

3.

Keadaan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan karena keadaan
gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

10

Gambaran klinik
Makin muda umur kebamilan maka tanda-tanda imaturitas akan semakin
terlihat jelas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir kurang dari
2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm,
lingkaran kepala kurang dari 30 cm dan masa gestasi kurang dari 37 minggu.
Ukuran kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, Desensus testikulorm biasanya belum
sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya
tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang rawan telinga
belum sempurna elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mammae belum
sempurna demikian pula putting susu belum terbentuk dengan baik. Tangisnya
lemah dan pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea. Otot masih
hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut
dan kaki dalam fleksi, kepala menghadap ke satu jurusan. Frekuensi pernafasan
bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila
frekuensi pemafasan terus meningkat harus waspada dengan kemungkinan
terjadinya sindrom pernafasan idiopatik atau gangguan pemafasan karena sebab
lain dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks.
Masalah pada bayi prematur
Organ tubuh bayi prematur belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu.
bayi akan mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.
Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat
tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi
angka kematiannya. Masalah yang timbul pada bayi prematur sebagai berikut :
1.

Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit. Permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan
dengan berat badan, otot yang tidak aktif dan pusat pengaturan suhu tubuh
yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.

11

2.

Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada


BBLR. Hal ini disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah
dan tulang iga yang mudah melengkung. Penyakit pernapasan yang sering
diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi
pneumonia.

3.

Gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi, yaitu distensi abdomen


karena motilitas usus kurang, volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi
lemak, laktosa berkurang, sfingter kardioesofagus belum sempurna sehingga
mudah terjadi regurgitasi isi lambung ke esofagus.

4.

Immatur hepar memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi


vitamin K. Kemicterus terjadi pada 2,20% dari otopsi bayi prematur. Pada
BBLSR resiko akan semakin meningkat terutama jika mereka juga menderita
meningitis. Pada bayi ini kadar bilirubin sebesar 10 mg/dL mungkin
berbahaya.

5.

Fungsi ginjal yang belum sempurna sehingga produksi urin sedikit dan
urea clerance rendah.

6.

Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.

7.

Gangguan imunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang


karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.

8.

Perdarahan intraventrikuler : lebih dari 50% bayi prematur menderita


perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan karena bayi prematur sering
menderita apnea, asfiksia berat dan sindrom gangguan pemapasan. Akibatnya
bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan
aliran ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak
lagi karena tidak adanya auto regulasi serebral pada bayi prematur, sehingga
mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia
di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikellateralis antara nukleus
kaudatus dan ependim.

12

9.

Retrolental fibroplasia: kelainan ini terutama disebabkan oleh gangguan


oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen konsentrasi tinggi
maka akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah
bayi bernapas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah ini akan mengalami
vasodilatasi yang selanjutnya disusul dengan proiferasi pembuluh darah baru
secara tidak teratur.

2.7 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Dengan Dismaturitas


Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu (KMK).
Kalau ditinjau dari kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco maka berat badan
lahirnya akan berada di bawah persentil ke-l0,5 Setiap bayi baru lahir (prematur,
matur dan postmatur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan
masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari lama intensitas dan
timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
Etiologi
1.

Faktor ibu : hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, menderita


diabetes melitus yang berat, toksemia, gizi buruk, peminum alkohol.

2.

Faktor uterus dan plasenta : kelainan pembuluh darah (hemangioma),


insersi tali pusat yang tidak normal, infark plasenta, sebagian plasenta lepas.

3.

Faktor janin : kehamilan ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi


dalam kandungan.

4.

Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

Gambaran klinik
Pada bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram karakteristik fisik
sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan intrauterin growth
retardation (IUGR) dan wasting.
Gruenwald (1967) mengatakan bahwa tidak semua kekurangan makanan
pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Gejala insufisiensi plasenta
timbulnya tergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit. Menurut

13

Guenwald,

defisit

yang

menyebabkan

retardasi

pertumbuban

biasanya

berlangsung kronis. Defisit tersebut akan menimbulkan 'fetal distress'.


Dalam arti luas 'fetal distress' dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1.

Acute fetal distress, yaitu defisit yang hanya mengakibatkan perinatal


distress tetapi tidak mengakibatkan IUGR dan wasting.

2.

Subacute fetal distress, yaitu defisit tersebut menunjukkan tanda wasting


tetapi tidak IUGR.

3.

Chronic fetal distress, yaitu bila bayi jelas menunjukkan IUGR.


Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat dibagi

dalam 3 stadium menurut berat ringannya wasting tersebut, yaitu :


1.

Stadium pertama : bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya
longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat nida mekonium.

2.

Stadium kedua : didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan


warna kehijauan pada kulit, plasenta dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh
mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke
dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia intauiterin.

3.

Stadium ketiga : ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit


yang berwama kuning, demikian pula pada kuku dan tali pusat.

Masalah pada bayi dismatur


Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan di dalam uterus.
Dengan kata lain. alat-alat dalam tubuhnya sudah tumbuh lebih baik dibandingkan
dengan bayi prematur dengan berat yang sama. Akan tetapi beberapa komplikasi
harus ditanggulangi dengan baik.
1.

Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotoraks. Ini disebabkan


distress yang sering dialami bayi pada persalinan. Insiden idiophatic
respiratory distress syndrome berkurang oleh karena IUGR mempercepat
maturnya jaringan paru.

2.

Hipoglikemia terjadi sebesar 67 % dari bayi dengan IUGR. Penyebabnya


belum diketahui, tetapi mungkin sekali disebabkan karena persediaan yang
kurang pada bayi akibat berkurangnya cadangan glikogen hati. Bayi mungkin

14

akan mengalami kejang, letargi, apnea dan nafsu makan yang rendah.
Diagnosis dibuat dengan melakukan pemeriksaan gula darah. Bayi cukup
bulan dinyatakan menderita hipoglikemia bila kadar gula darahnya kurang dari
39 mg%, sedangkan BBLR bila kadar gula darahnya kurang dari 20 mg%.
3.

Usher (1970) melaporkan bahwa 50 % bayi ini mempunyai kadar


hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di
dalam uterus.

4.

Keadaan lain yang mungkin terjadi adalah asfiksia, perdarahan paru yang
masif, hipotermia, cacat bawaan dan sebagainya.

2.8 Penatalaksanaan Bayi Berat Badan Lahir Rendah


a.

Pengaturan suhu.
Bayi berat lahir rendah dengan prematur cepat sekali menderita hipotermia
bila berada pada lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat
badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat.
Untuk mencegah hiptermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat
untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Kemampuan hidup dari bayi dengan berat badan lahir rendah akan
semakin besar jika mereka diusahakan berada dalam lingkungan dengan suhu
netral. Bila bayi dirawat dalam inkubator, maka suhu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2000 gram adalah 35C dan untuk bayi dengan berat badan
2000-2500 gram, agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 oC.
Kelembaban inkubator sekitar 50-60%. Kelembaban yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Bila inkubator
tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi memakai
selimut dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks dekat tempat tidur bayi.

b.

Makanan bayi.
Pada bayi prematur refelks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di

15

samping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kgBB/hari,
agar berat badan bertambah. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikogen dan hiperbilirubinemia.
Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu
menyusu sehingga diberi minum melalui sonde lambung.
c.

Mencegah infeksi.
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap radang belum baik. Pada
postnatal, kalau keadaan ibu dan bayi mengijinkan sebaiknya bayi dirawat
bersama ibunya dan tetap diberi ASI. Tindakan aseptik dan antiseptik harus
selalu dilakukan baik di rawat gabung atau ruangan neonatus. Infeksi yang
sering terjadi adalah infeksi silang melalui dokter, perawat, bidan dan petugas
lain yang berhubungan dengan bayi. Usaha untuk mencegah infeksi antara
lain:
1.

Pemisahan antara bayi yang kena infeksi dengan bayi


yang tidak kena infeksi.

2.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

3.

Membersihkan tempat tidur bayi.

4.

Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri-sendiri.

5.

Setiap petugas harus memakai pakaian yang telah


disediakan.

6.

Kulit dan tali pusat harus dibersihkan dengan sebaikbaiknya.

d.

Pemeriksaan pertumbuban dan perkembangan janin intrauterin


serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan USG.

e.

Memeriksa kadar gula darah bayi. Bila terbukti hipoglikemi harus


segera diatasi dengan pemberian glukosa 20% 4 ml/kgBB, kemudian
pemberian infus glukosa 10%.

f.

Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.

g.

Melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan

16

menderita aspirasi mekonium.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi lahir dengan berat


badan rendah (Analisa data SDKI 1984). http://digilib.litbang.depkes.go.id
Accesed : February, 7rd 2007.

2.

Rudolph

Abraham,

Kamei

Robert.

Overby

Kim.

Rudolph's Fundamental Of Pediatirics Third Edition. The Mcbrow-Hill


Company San Francisco, USA 2002.
3.

Behrman Richard, Kliegman Robert. Nelson Waldo,


Vaughan III Victor, Nelson Textbook of Pediatricy Fourteen Edition, WB.
Saunders Company, USA 1992.

4.

Wiknjoksastro, Hanifa Prof. dr., Saifuddin, Abdul,


Prof.dr., Rachimhadi, Trijatmo dr. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta 2002.

5.

Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan


Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 1985.

17

18

Anda mungkin juga menyukai