Anda di halaman 1dari 4

SKABIES / KUDIS / GUDIK

Dr. Suparyanto, M.Kes


SKABIES / KUDIS / GUDIK
a). Definisi
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini disebut juga the itch,
seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera
(Harahap, 2008).
b). Etiologi
Skabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan, dan didapatkan melalui kontak
fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Tungau skabies
(Sarcoptes scabiei) ini berbentuk oval, dengan ukuran 0,4 x 0,3 mm pada jantan dan
0,2 x 0,15 pada betina (Brown dkk, 2002).
c). Faktor Risiko
Semua kelompok umur bisa terkena skabies. Penularan dapat terjadi melalui kontak
fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual, serta
dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, sprei, dan tempat tidur (Brown dkk, 2002).

Beberapa fakor yang dapat membantu penyebaranya adalah kemiskinan, higiene yang
jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat
sensitasi individual (Harahap, 2008).

d). Patogenesis
Infestasi dimulai saat tungau betina yang telah dibuahi tiba di permukaan kulit. Dalam
waktu satu jam, tungau tersebut akan mulai menggali terowongan. Setelah tiga puluh
hari, terowongan yang awalnya hanya beberapa millimeter bertambah panjang
menjadi beberapa centimeter. Meskipun begitu, terowongan ini hanya terdapat di
stratum korneum dan tidak akan menembus lapisan kulit di bawah epidermis.
Terowongan ini dibuat untuk menyimpan telur- telur tungau, kadang- kadang juga
ditemukan skibala di dalamnya. Tungau dan produk- produknya inilah yang berperan
sebagai iritan yang akan merangsang sistem imun tubuh untuk mengerahkan
komponen- komponennya (Habif, 2003).

Dalam beberapa hari pertama, antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya belum
memberikan respon. Namun, terjadi perlawanan dari tubuh oleh sistem imun non
spesifik yang disebut inflamasi. Tanda dari terjadinya inflamasi ini antara lain
timbulnya kemerahan pada kulit, panas, nyeri dan bengkak. Hal ini disebabkan
karena peningkatan persediaan darah ke tempat inflamasi yang terjadi atas
pengaruh amin vasoaktif seperti histamine, triptamin dan mediator lainnya yang
berasal dari sel mastosit. Mediator- mediator inflamasi itu juga menyebabkan
rasa gatal di kulit. Molekul- molekul seperti prostaglandin dan kinin juga ikut
meningkatkan permeabilitas dan mengalirkan plasma dan protein plasma
melintasi endotel yang menimbulkan kemerahan dan panas (Baratawidjaja,
2007).

Faktor kemotaktik yang diproduksi seperti C5a, histamine, leukotrien akan


menarik fagosit. Peningkatan permeabilitas vaskuler memudahkan neutrofil dan
monosit memasuki jaringan tersebut. Neutrofil datang terlebih dahulu untuk
menghancurkan/ menyingkirkan antigen. Meskipun biasanya berhasil, tetapi
beberapa sel akan mati dan mengeluarkan isinya yang juga akan merusak
jaringan sehingga menimbulkan proses inflamasi. Sel mononuklear datang untuk
menyingkirkan debris dan merangsang penyembuhan (Baratawidjaja, 2007).

Bila proses inflamasi yang diperankan oleh pertahanan non spesifik belum dapat
mengatasi infestasi tungau dan produknya tersebut, maka imunitas spesifik akan
terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang
diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya seperti sel makrofag dan komplemen (Kresno, 2007).

Antigen akan berikatan dengan imunoglobulin permukaan sel B dan dengan bantuan
sel Th, kemudian akan terjadi aktivasi enzim dalam sel B sedemikian rupa hingga
terjadilah transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang
mensekresi antibodi dan membentuk sel B memori. Antibodi yang disekresi dapat
menetralkan antigen sehingga infektivitasnya hilang, atau berikatan dengan antigen
sehingga lebih mudah difagosit oleh makrofag dalam proses yang dinamakan
opsonisasi. Kadang fagositosis dapat pula dibantu dengan melibatkan komplemen
yang akan berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga adhesi kompleks antigenantibodi pada sel makrofag lebih erat, dan terjadi endositosis serta penghancuran
antigen oleh makrofag. Adhesi kompleks antigen-antibodi komplemen dapat lebih erat
karena makrofag selain mempunyai reseptor Fc juga mempunyai reseptor C3b yang
merupakan hasil aktivasi komplemen. Selain itu, ikatan antibodi dengan antigen juga
mempermudah lisis oleh sel Tc yang mempunyai reseptor Fc pada permukaannya.
Peristiwa ini disebut antibody-dependent cellular mediated cytotoxicity (ADCC).
Lisis antigen dapat pula terjadi karena aktivasi komplemen. Komplemen berikatan
dengan bagian Fc antibodi sehingga terjadi aktivasi komplemen yang menyebabkan
terjadinya lisis antigen (Kresno, 2007).

Hasil akhir aktivasi sel B adalah eliminasi antigen dan pembentukan sel memori yang
kelak bila terpapar lagi dengan antigen serupa akan cepat berproliferasi dan
berdiferensiasi. Walaupun sel plasma yang terbentuk tidak berumur panjang, kadar
antibodi spesifik yang cukup tinggi akan mencapai kadar protektif yang berlangsung
dalam waktu cukup lama. Hal ini disebabkan karena adanya antigen yang tersimpan
dalam sel dendrit dalam kelenjar limfe yang akan dipresentasikan pada sel memori
sewaktu-waktu di kemudian hari (Kresno, 2007).

e). Gambaran Klinik


Gejala utama skabies adalah gatal, yang secara khas terjadi di malam hari. Terdapat
dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam. Terowongan
terutama ditemukan pada tangan dan kaki, khususnya bagian samping jari tangan dan
kaki, sela- sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki. Masing- masing
terowongan panjangnya beberapa millimeter hingga beberapa centimeter, biasanya
berliku- liku dan ada vesikel pada salah satu ujung yang berdekatan dengan tungau
yang sedang menggali terowongan, seringkali disertai eritema ringan (Brown dkk,
2002).

Terowongan bisa juga ditemukan pada genetalia pria, biasanya tertutupi oleh papula
yang meradang, dan papula tersebut jika ditemukan pada penis dan skrotum adalah
patognomonis untuk skabies. Sehingga bila pada seorang pria diduga menderita
skabies, hendaknya genetalianya selalu diperiksa (Brown dkk, 2002).

Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat di
sekitar aksila, umbilikus dan paha. Ruam ini merupakan suatu reaksi alergi tubuh
terhadap tungau (Brown dkk, 2002).

Selain itu juga dapat terjadi lesi sekunder akibat garukan maupun infeksi sekunder
seperti eksema, pustula, eritema, nodul dan eksoriasi (Habif, 2003).

f). Diagnosis
Menurut Handoko, 2007, diagnosis ditegakkan jika terdapat setidaknya dua dari
empat tanda kardinal skabies yaitu:
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok.
3. Adanya terowongan pada tempat- tempat predileksi yang berwarna putih atau keabuabuan, berbentuk lurus atau berkelok, rata- rata panjang 1cm, dan pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah tempattempat dengan stratum korneum yang tipis seperti jari- jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, umbilikus, genetalia pria dan perut bagian bawah.
4. Menemukan tungau. Untuk menemukan tungau atau terowongan, dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
a. Kerokan kulit
Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan utuh ditetesi minyak mineral/ KOH,
kemudian dikerok dengan scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau
terowongan. Hasil kerokan diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan lensa
mantap, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum ditusukkan pada terowongan di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
c. Epidermal shave biopsy
Papul atau terowongan yang dicurigai diangkat dengan ibu jari dan telunjuk lalu diiris
dengan scalpel no. 15 sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat
superfisial sehingga perdarahan tidak terjadi dan tidak perlu anestesi.
d. Burrow ink test
Papul skabies dilapisi tinta cina dengan menggunakan pena lalu dibiarkan selama dua
menit kemudian dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk ke
dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig- zag.

e. Swab kulit
Kulit dibersihkan dengan eter lalu dilekatkan selotip dan diangkat dengan cepat.
Selotip dilekatkan pada gelas obyek kemudian diperiksa dengan mikroskop.
f. Uji tetrasiklin
Tetrasiklin dioleskan pada daerah yang dicurigai ada terowongan, kemudian
dibersihkan dan diperiksa dengan lampu Wood. Tetrasiklin dalam terowongan akan
menunjukkan fluoresesnsi (Sungkar, 2000).

Anda mungkin juga menyukai