Anda di halaman 1dari 11
[FAKULTAS PSIKOLOG! UNIVERSITAS GADIAH MADA EFEKTIVITAS AROMA PEPPERMINT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANS! MEMORI JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA Alfa Ghasani’” & Magda Bhinnety E Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada ABSTRAK ‘Aroma telah lama diakitkan dengan mood seseoang (Rotton, Barry, Frey & Soler, 1978; Schiffman, Sallely-Miller, Suggs & Graham, 1995), memori (Ehrlichman & Halpem, 1988; Herz & Cupchik, 1995), persepsi tentang orang lain (Baron, 1981; Mc Burney, Levine & Cavanaugh, 1977) dan perilaku (Baron, 1980). Banyak bukti yang menunjukkan observasi ini yang didapatkan dari berbagai studi sintesis tentang bau seperti parfum dan reaksi kimia. Reaksi laboratorium menunjukkan bukti yang. ccukup dalam tentang kemungkinan efek dari aroma alami tubuh terhadap mood, memori, dan persepsi tentang orang lain. Sejauh ini penelitian menunjukkan kemampuan seseorang mengenali keahliah orang tersebut melalui jejak penciuman. Penelitian terakhir ternyata membuktikan pengaruh bau terhadap memori seseorang dengan berbagai kelas sosial, usia dan jenis kelamin yang ‘menunjukkan hasil yang cukup signifikan (MacFarlane, 1975; Ruseel, 1976). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aroma peppermint untuk meningkatkan performansi memori jangka pendek pada mahasiswa, Oua puluh enam mahasiswa psikologi Universitas Gadjah Mada menjadi subjek penelitian ini. Kelompok eksperimen diberi perlakuan aroma peppermint saat tes rekognisi dan tes free recalidengan menggunakan aromaterapi essensial peppermint di satu ruangan. Kelompok kontrol melakukan tes rekognisi dan tes free recoianpa mendapat perlakukan aroma peppermint pada saat post test. Hipotesis penelitiannya adalah ada perbedaan performansi memori jJangka pendek antara mahasiswa yang diberikan aroma peppermint dengan mahasiswa kelompok kontrol yang tidak memperoleh pemberian aroma peppermint. Hasil dari penelitian ini adalah efektivitas peppermint meningkatkan memori jangka pendek teruiji pada tes rekognisi dan tidak terujl pade tes free recall, Beberapa faktor penyebab memungkinkan hal tersebut pada saat tes berlangsung terjadi sehingga hipotesis terbukti pada tes rekognisi sedangkan hipotesis ditolak untuk tes free recall. Kata kunci: peppermint, memori jangka pendek, tes rekognisi, tes free recall Pendahuluan ‘Memori merupakan proses biologis dan kognitif dimana informasi di otak dikode, disimpan, kemudian dipanggil kembali dalam system syaraf otak. Oleh karena memori merupakan suatu proses, maka proses tersebut bias optimal dan kurang optimal. Faktor yang mempengaruhi memori ada banyak hal antara ain perhatian, interval waktu penyandian, strategi peningkatan memori, cemosi atau juga faktor lain seperti stimulus yang dapat membangkitkan memori melalui panca indera seperti gambar, suara, sentuhan, rasa atau bahkan bau, Saat seseorang menaruh perhatian atfacute_gtu_loh@yahoo.com & EXPERIMENTAL PSYCHOLOGY: THE OLD TRADITION CONTINUES yang besar dan perhatian penuh pada suatu informasi, maka memori akan lebih siap untuk menyimpannya, Menganggap Informasi itu penting atau tidak penting untuk disimpan merupakan alasan mengapa informasi mudah atau sulit untuk diingat. Penelitian iain menyebutkan bahwa emosi pun dapat mempengaruhi kinerja memori. Seseorang yang berada dalam kondisi rileks, tenang dan bahagia memiliki kemampuan memori yang. lebih baik, Hal itu ditegaskan dalam penelitian yang dilakukan Utomo (2007) bahwa emosi positif mampu meningkatkan performansi memori jangka pendek secara signifikan dengan menggunakan tes melengkapi dan tes rekognis Selain itu kemampuan memori bisa dipengaruhi oleh stimulus aroma yang menggunakan indera pembauan hidung. Pada penelitian tentang pembauan sebelumnya ditemukan bahwa sensasi pembavan juga ikut mempengaruhi ingatan seseorang terutama pengalaman masa lalunya dan membantu seseorang mengenali suatu informasi yang terkadang sulit untuk dipanggil kembali (Ehrlichman & Halpem, 1988; Herz & Cupchik, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh Drs. Elena L, Rodionova dan Alexander V. Minor dari Russian ‘Academy of Sciences menginvestigasi efek dari beberapa aroma terhadap memori dan mental performance yang telah dibuktikan pada orang dewasa dan penelitiannya berusaha untuk rmembuktikan hal tersebut pada subjek anak-anak sebab baru sedikit penelitian tentang hal ini sehingge mereka terdorong untuk melakukan eksperimen bau tersebut pada anak-anak sekolah dasar sebab asumsinya hal tersebut akan membantu anak meningktkan kemampuan belajarnya menggunakan memori sehingga ada media yang lebih efektif dengan menggunakan perantara pembauan untuk meningkatkan prestasi akademik disekolah. Penelitian tersebut menggunakan media bau peppermint dan lavender sebagai variabel independen. Terlihat hasit penelitian pada kelompok eksperimen dengan aroma peppermint ‘menunjukkan hasil peningkatan memori yang signifikan pada anak dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan peppermint (Rodionova and Minor, 2001). Penelitian lain menunjukkan bahwa bau dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Eksperimen awal yang dilakukan oleh Jahangerr dkk. Menunjukkan hasil bau dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap rasa sakit terutama peppermint dimana peppermint digunakan sebagai stimulus yang mengalinkan fokus rasa sakit seseorang. (Jahangeer, Meliier, Caston, 1997). Peneliti masih melihat banyak sekali potensi bau yang belum diketahui oleh kita yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan seharthari. Sejauh ini bau pengetahuan tentang bau baru dapat kita nikmati secara langsung dengan adanya parfum yang mengolah bau tersebut menjadi bahan yang menyenangkan untuk dipakai dan dicium oleh orang lain. Penelititertarik untuk mengetahui lebih jauh manfaat memori terhadap psikologis seseorang dimana peneltian yang berkaitan tentang hal tersebut di indonesia masih minim mengingat kebanyakan jurnal membahas tentang visual dan auditory daripada sensasi dari panca indera yang lain seperti pembauan. Tujuan Penelitian Penelitian ini berusaha untuk menguji efektivitas aromaterapi dengan minyak esensial untuk meningkatkan kemampuan memori jangka pendek pada mahasiswa psikologi UGM. Jeni minyak esensial yang digunakan untuk peneltian ini adalah peppermint. & FAKULTAS PSIKOLOG! UNIVERSITAS GADJAH MADA Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitin ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan ilmu psikologi kognitif yang memaparkan permasalahan memori. Khususnya usaha peningkatan performasi memor! jangka pendek dengan menggunakan aroma peppermint pada mahasiswa psikologi UGM. Disamping itu dalam pengembangan psikologi ekspermimen, penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana dalam psikologi belajar dan kognitif, secara khusus untuk menggali lebih dalam pengaruh variabel aromaterapi dengan minyak esensiallainnya terhadap peningkatan kemampuan memori pada mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Penelitan ini uga diharapkan dapat memberi pengetahuan baru pada ranah psikologi terutama di bidang penciuman yang terakit dengan wewangian aromaterapi dengan minyak esensial sehingga dapat dimanfaatkan secara praktis untuk keperluan belajar dan mengoptimalkan peran penciuman kita dalam aplikasi praktis di kehidupan sehar-hari Tinjavan Teori 1, Memori Pengertian Memor! Ingatan atau memori merujuk pada suatu proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (Matlin, 1998). Perna memori sangat penting dalam proses-proses kognitif individu di mana setiap harinya seseorang tidak dapat terlepas dari memori untuk tetap beraktivitas. ‘Menurut William Jamesmemori adalah sesuatu yang membuat kita berada dalam kesadaran yang. memainkan peran perhatian dan terkait faktor periode faktor tertentu, schingga ellis & hunt mengatakan bahwa memori adalag proses dimana pengalaman masa lalu mempengaruhi pikiran atau perilaku saat ini (Parkin 2000), Memori dipandang sebagai suatu proses yang berkenlanjutan mulai dari sensory register, memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Pandangan ini dipaparkan oleh Atkinson dan Shiffrin bahwa stimulus informasi akan masuk sensory register melalui pengenalan set-sel indera, risainya stimulus visual akan masuk sebagai iconic memory atau stimulus auditory sebagai echoic memory (Matlin, 1998). Setelah melalui sensory register, stimulus akan melewati memori jangka Pendek yang bertahan selama 30 detik. Informasi tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam rmemori jangka panjang yang memiliki kapasitas lebih besar di mana informasi dapat disimpan dalam ‘wakt uyang lebih lama. Konsep memori Crack dan Lockhart memaparkan tentang ingatan proses yang dangkal {shallow level)-dan ingatan proses yang dalam (depper level) yang disebut sebagal the level of Processing approach. Konsep ini memaparkan bahwa ingatan proses dangkal hanya mampu ‘menyimpan informasi berdasarkan karaktersitik secara fisiknya, sementara ingatan proses yang dalam mampu menyimpan informasi lebih permanent berdasarkan pemahaman makna dari stimulus yang disimpan (Matlin, 1998). Sementara Tulving memaparkan konsep memori menjadi tiga hal yaitu memori episodik, memori semantik dan memori prosedural. Memori episodik menyimpan informasi dari suatu kejadian dan hubungan antar kejadian yang ada baik yang sedang terjadi, akan terjadi, atau yang baru saja terjadi. Memori semantik menyimpan informasi dari pengetahuan yang lebih umum, baik & [EXPERIMENTAL PSYCHOLOGY: THE OLD TRADITION CONTINUES itu pemahaman kata, ataupun suatu informasi yang dipahami tanpa dapat diekspresikan dengan kalimat. Misalaya saja ingatan tentang rumus formula kimia dari udara adalah 02. Sementara memori prosedural menyimpan informasi pengetahuan untuk melakukan suatu hal yang sebelumnya melibatkan belajar. Misainya saja bagaiman mengendarai mobil atau cara memperbaiki sesuatu. Perbedaan konsep tentang memori muncul Karena dilihat dari sudut pandang yang berbeda, baik dari jenis tugas, lamanya waktu penyimpanan atau jenis informasi yang diingat. Stenberg (2003) memaparkan bahwa secara umum memori adalah usaha untuk menyimpan gambaran dari informasi yang telah dimasukan sebelumnya untuk dapat digunakan. Dengan demikian, memori adalah usaha yang dilakukan otak dalam proses kognitif untuk menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali informasi agar dapat digunakan saat dibutuhkan. Proses Memori Tahap pertama yaitu tahap memasukkan (encoding) melibatkan alat indera untuk mempersepsi stimulus yang masuk sehingga dlbutuhkan peran perhatian. Seseorang bisa ‘memasukkan pengalamannya baik secara tidak sengaja maupun sengaja. Pengalaman sehari-hari akan masuk dan dipersepsi dalam ingatan sebagai pengalaman yang tidak disengaja. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, umumnya seseorang menyimpannya melalui pengalaman yang, sengaja dipelajari. ‘Tahap kedua adalah menyimpan (storage) pengalaman yang telah dipersepsi sehingga pada suatu waktu dapat ditimbulakn Kembali. Pengalaman yang telah dipersepsi meninggalkan jejak-jejak atau disebut sebagai memory traces yang disimpan dalam ingatan. Akan tetapi memory traces tidak sepenuhnya bisa bertahan dalam ingatan karena adanya proses lupa sehingga menghilangkan atau sekedar merusak jejak memori. Tahap ketiga yaitu menimbutkan kembali (retrieval) pengalaman yang sudah disimpan dalam memori sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Proses menimbulkan kembali bisa dilakukan dengan mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognize). Schonfield dan Robertson (dalam Walgito, 2004) mengatakan bahwa dengan mengenal kembali menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mengingat kembali karena mengingat kembali menuntut seseorang untuk bekerja dua kali yaitu membangkitkan kemball aitem-aitem informasi yang mungkin sesuai, lantas mengenalinya sebagai aitem yang sebelumnya sudah disimpan. Sementara dalam mengenal Kembali, informasi yang akan dipanggil langsung dikenali melalui penelusuran isyarat terhadap pilihan aitem yang disajikan. Dengan demikian, menurut tulving dan Thompson, aitem informasi tersebut merupakan suatu isyarat penelusuran (retrieval cues) yang memudahkan seseorang dalam mengenali kembali suatu stimulus. Oleh karena itu, mengenal kembali adalah mengingat yang, dibantu dnegan isyarat. Akan tetapi tidak selamanya mengenal kembali menghasilkan performansi ‘memori yang selalu tepat dari pada mengingat kembali. -Memori Jangka Pendek dan memori Jangka Panjang Konsep Wiliam James kemudian dikembangkan oleh Waugh dan Norman pada tahun 1965 bbahwa saat suatu stimulus menjadi primary memory, informasi tersebut bisa kemudian hilang dalam arti lupa atau akan divlang Kembali sehingga masuk dalam secondary memory (Solso,2001). Penjelasan ini pun cikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin pada tahun 1968 yang membagi memori s FAKULTAS PSIKOLOG! UNIVERSITAS GADIAH MADA ‘menjadi tiga proses yaitu Sensory Register, Short Term Memory (Memori Jangka Pendek) dan Long Term Memory (Memori Jangka Panjang). Suatu informasi diterima dan diproses melalui sensory ‘register menuju pada ingatan jangka pendek dan akhimya sampai pada penyimpanan yang lebih permanent di dalam ingatan jangka panjang (Solso,2001) Memori jangka pendek mampu menyimpan sekitar lima sampai sembilan aitem yang berlangsung kurang dari tiga puluh detik (Suharnan, 2005). Beberapa pendapat menyatakan bahwa informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek biasanya berupa kode auditori, tetapi peneltian yang dilakukan Brandimonte ataupun Wickens menunjukkan bahwa seseorang pun bisa ‘menggunakan kode visual dan semantik pada performansi memorijangka pendeknya (Matlin, 1998) Sementara memori jangka panjang sering dimaknai sebagai proses penyimpanan informasi yang lebih permanent, berlangsung lebih lama dari beberapa menit sampai waktu yang tak terbata: Informasi dalam memori jangka panjang disimpan dalam bentuk kode semantik atau makna. 2. Aromaterapi dan Minyak Essensial Peppermint Aromaterapi ‘Aromaterapi merujuk pada tumbuhan aromatik yang telah dimanfaatkan sejak beribu-ribu ‘tahun yang lalu di berbagai belahan bumi oleh berbagal peradaban manusia. Aromaterapi adalah {stilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan ‘aromatik murni. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Suatu penelitian telah membuktikan bahwa aromaterapi terbukti dapat secara efektif mengurangi stres dan membantu menyembuhkan kanker. Sifatnya yang mudah menguap menyebabkan minyak essensial yang dipakai untuk aromaterpai sangat baik untuk digunakan sebagai usaha mencegah penyebaran infeksi di rumah sakit. Beberapa rumah sakit di Melbourne telah mencobanya pada tahun 1987. Aromaterapi juga telah digunakan secara teratur sebagai obat Penenang sebelum dan sesudah operasi di rumah sakit John Radcliffe dan Churchilt di Oxford, Inggris. Pada tahun 1928 seorang ahli kimia Prancis, Rene-Maurice Gattefose, melakukan penelitian tentang efek medis penggunaan aromaterapi pada kulit. Penelitiannya ini merupakan langkah awal Perawatan aromaterapi secara medis. Selanjutnya Dr. Paolo Rovesti, direktur Instituto Derivati Vegetali di Milan meneliti efek aromaterapi pada penderita kecemasan dan depresi. Seorang ahli biokimia Austria, Marguerite Maury, meneliti manfaat aromaterapi pada kosmetik terhadap efek peremajaan kulit (Primadiati, 2002). Minyak Essensial Minyak essensial merupakan sari pati tumbuhan hasil ekstraksi batang, daun, daun bunga, kulit bbuah, kulit kayu, bill atau tangkal tumbuhan yang menghasilkan unsur aromatik tertentu. Minyak essensial bukanlah minyak sebagaimana minyak sesuai arti katanya, melainkan suatu bahan yang mirip minyak karena bentuknya lebih cair daripada minyak dan samasekali tidak “berminyak” sehingga tidak meninggalkan bekas pada baju atau kertas. Minyak essensial merupakan. bahan yang sangat mudah menguap-sehingga sering disebut sebagai volatile oil- dan sangat mudah larut daiam minyak tumbuhan maupun alkohol ataupun air (Primadiati, 2002). & EXPERIMENTAL PSYCHOLOGY: THE OLD TRADITION CONTINUES Peppermint Peppermint memiliki nama latin mentha piperita.mengandung beberapa unsur kimia seperti isoamyl-phenylacetate, isobutyric-acid, isomenthol, isomenthol-acetate, isomenthone, isomenthy!- acetate, isopulegol-acetate, isorhoifolin, isovaleraldehyde, isovaleric-acid, isovaleric-acid-n-octyl- ester,dil. Peppermint merupakan bagian dari aroma dasar dimana daun mint menjadi sumber aroma tersebut. Dengan karakter bau mint yang sangat khas, peppermint sangat baik untuk mengatasi gangguan pencernaan, batuk, atau influenza. Saat ini banyak digunakan sebagai campuran pasta gigi ‘ataupun permen. Juga sebagai penyejuk dan dapat menghilangkan rasa sakit pada otot. Pada perawatan kulit digunakan sebagai cleanser dan antiradang. Juga sangat bermanfaat untuk melawan kelelahan, kecemasan, atau masalah emosional lainnya. Umumnya aman, walaupun banyak mengandung menthol yang dapat mengiritasi kulit. Terbukti ternyata peppermint memiliki banyak khasiat dan terbukti pada beberapa eksperimen yang menggunakan peppermint sebagai sarai untuk menguji suatu hipothesis yang terkait keadaan fisik maupun psikis seseorang (Gobel , Schmidt, Soyka, 1994) 3. Hubungan antara Aromaterapl, Pembauan dan Memori pada Otak ‘Mekanisme kerja aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan penciuman. Beberapa penelitian ilmiah juga menunjukkan manfaat dari sentuhan dan wangi-wangian dalam mempengaruhi jiwa dan tingkat emosional seseorang. ‘Organ peraba dan pencium di dalam sistem tubuh manusia tidak saja berfungsi secara seksual tetapi juga berfungsi secara sensual sehingga dapat mengatur dan mengoreksi ketidakseimbangan hormonal yang terdapat dalam tubuh. Dapat dikatakan bahwa perawatan dengan aromaterapi mempunyai kekuatan yang merupakan gabungan dari aktivitas kedua “organ intim” tersebut yang p,0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian peppermint & EXPERIMENTAL PSYCHOLOGY: THE OLD TRADITION CONTINUES untuk tes rekognisi memang terbukti dapat meningktakan performansi memori jangka pendek subjek Nilai pada skor Box’s M menunjukkan bahwa data tidak homogen atau variasi skor tes memori jangka pendek pada masing-masing kelompok sangat bervariasi sebab skornya 0,011 (dibawah 0,05). (Output SPSS dari hasil lembar jawaban post-tes kelompok eksperimen pada tes susunan kata tak bermakna memilki tingkat taraf signifikan yang sama dengan kelompok kontrol. Nilai MO untuk kelompok control adalah -4,769 dan nilai untuk kelompok eksperimen adalah -3,462 dimana keduanya sama-sama signifikan pada taraf 95% atau {<0,05) sehingga pada tes free recall, penggunaan peppermint untuk meningkatkan performansi memori jangka pendek pada subjek sama _mengalami peningkatan pada kedua kelompok artinya hipothesis tidak terbukti. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipothesis peneliti : Ada perbedaan performansi memori jangka pendek antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diberikan aromaterapi minyak essensial peppermint pada tes rekognisi. Kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dnegan intervensi aroma tersebut memiliki nilal MD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol secara signifikan. Lain halnya dengan hasil penelitian pada tes free recall dimana tidak ada perbedaan performansi peningkatan memori jangka pendek di kedua kelompok (kontrol maupun eksperimen) sebab nilai MD post-test kedua kelompok tersebut yaitu -4,769 dan -3,462 (<0,05) sama-sama tinggi sehingga hipothesis tidak terbukti. Hal tersebut mungkin terjadi sebab untuk tes free recall susunan kata tak bermakna yang diberikan dari usulan Peterson & Peterson menggunakan teknik penundaan dengan menghitung mundur beberapa digit angka sebelum subjek kembali mengingat stimulus huruf acak yang diberikan dengan beberapa jeda ketukan masing-masing 3, 9 dan 18 ketukan. Tiap ketukan yang dihitung, untuk tiap subjek tidak sama sebab memang tidak diberi ketukan yang dipatenkan semisal ‘menggunakan timer otomatis untuk setiap interval ketukan sebab jika seperti itu maka subyek tidak. menghitung mundur dan ketukan terbeut tidak menjadi distraktor lagi bagi subyek yang membuat subyek mudah untuk memanggil stimulus awal yaitu berupa susunan huruf tak bermakna tersebut. Pada tes ini motivasi subyek dikedua kelompok (kontrol dan eksperimen) sewaktu pre-test awal, memang kecil karena waktu penundaan tiap ketukan interval yang makin lama sehingga subyek ‘merasa bosan terlihat ketika tester mengingatkan subyek untuk tidak menghitung selalu menghitung, secara konsisten dan tidak tertalu cepat sesuai irama ketukan masing-masing pada taraf sedang, Penutup Kesimpulan Beberapa ki 1, Melalui uji Anava Mixed Design diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor posttest performansi memori jangka pendek dengan tes rekognisi antara kelompok eksperimen dan kontrol sebaliknya tidak terdapat perbedaan skor posttest antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan free recalitest susunan kata tak bermakna. jmpulan yang dapat diajukan oleh peneliti : & FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2. Pemberian aromaterapi minyak essensial peppermint efektif meningkatkan performansi ‘memori jangka pendek pada mahasiswa dengan menggunakan tes rekognisi sebagai instrument alat ukur. Saran Beberapa saran yang dapat diajukan oleh peneliti: 1. Mempertimbangkan proses pengontrolan sehingga meminimalkan kesesatan dalam penelitian. Pengontrolan dilakukan baik dalam hal subjek, alat ukur, proses ataupun ketika proses pemberian perlakuan. 2. Membuat variasi karakteristik subjek baik dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status kesehatan ataupun vaiabel lain yang memungkinkan untuk mempengaruhi perbedaan performansi memori pada seseorang, 3. Peneliti yang tertarik untuk meneliti tentang efek dari aromaterapi dengan minyak essensial dapat menggunakan variabel aroma yang lain dimana variabel aroma tersebut terkait dengan area kognitif atau emosi seseorang. Daftar Pustaka Bensafi M, Rouby C, Farget V, et al. Autonomic nervous system responses to odours: the role of pleasantness and arousal. Chem Senses. Oct 2002;27(8):703-709. Ehrlichman, H. & Halpem, J.N. 1988. Affect and memory : Effects of Odor Pleasantness on Cognition. Journal of Personality and Social Psychology, 55, 769-79. Gobel H, Schmidt G, Soyka D. 1994. Effect of peppermint and eucalyptus oil preparations on neurophysiological and experimental algesimetric headache parameters. Cephalalgia 14(3):228-236. Herz, R.S. & Cupchik, G.C. 1995, The Emotional Distinctiveness of Odor-evoked memories.Chemical Senses,20 (5),517-28. Jung.J. and Bailey, J.H.1976.Contemporary Psychology Experiments : Adaptations for Laboratory (2").New York : John wiley & sons. (Matlin, M.W. 1998. Cognition. New Jersey : Harcout Brace College. Parkin, AJ. 2000, Essential cognitive Psychlogy. Philadelphia : Taylor & Francis Inc. Primadiati, Dr. Rachmi. 2002. Aromaterapi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama, Solso, R.L. 2004. CognitivePsychology. Singapore : Pearson Education Pte. Ltd Sternberg, RJ. 2003 CognitivePsychology. California : Wadsworth Utomo,W.K. 2007. Pengaruh Emosi Positif Terhadap Performansi Memori Jangka Pendek. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM ( tidak diterbitkan ). ‘Walgito, B. 2004. PengantarPsikologiUmum. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta, Zoladz, P., Raudenbush, B., & Lilley, S. (2004). Impact of the chemical senses on augmenting ‘memory,attention, reaction time, problem solving, and response variability: The differential role of retronasal versusorthonasal odorant administration. Chemical Senses, 29, supplement. &

Anda mungkin juga menyukai