Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
rutin. Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap
diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan
diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan
apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di
bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum
pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah
dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar
glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam
pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi
glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat
sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan
gangguan toleransi glokusa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
Diabetes Melitus gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan
professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/bayi dimasa yang akan
datang juga saat persalinan.

B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana etiologi diabetes mellitus
- Bagaimana patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan
- Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswaa dapat memahami
asuhan keperawatan bagi ibu hamil dengan diabetes melitus

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan
hiperglikemia. Diabetes melitus merupakan kelainan endokrin yang terbanyak
dijumpai. Diabetes mellitus yang paling sering terjadi yaitu: diabetes mellitus yang
diketahui sewaktu hamil yang disebut diabetes melitus gestasional dan diabetes
melitus yang telah terjadi sebelum hamil yang dinamakan diabetes melitus pragestasi.
Diabetes mellitus merupakan ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan
glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler (Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004).
B. DIABETES PRAGESTASI
Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian
hamil. Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan, dengan
komplikasi berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal penting
mengapa diabetes gestasi perlu ditegakkan diagnosisnya. Diabetes Pragestasi adalah
diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil.
Diabetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak
tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler,
retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetik lainnya. Kondisi diabetogenik
kehamilan pada sistem metabolik yang terganggu selama masa pragestasi memiliki
implikasi yang signifikan. Adapun hormon yang normal terhadap kehamilan
mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetik pragestasi. Kehamilan juga
dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester
pertama, sementara kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun,

dan respon insulin terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis
insulin untuk klien diabetes yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari
hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi pada klien diabetes tipe 1
selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990).
C. DIABETES MEILITUS PADA MASA KEHAMILAN
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi yang berisiko
tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk
mencapai hasil akhir yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan
kepada wanita diabetes yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis normal
terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat diabetes, perawat juga harus
mengetahui implikasiimplikasi psikososial kehamilan diabetes, sehingga ia dapat
mengarahkan wanita yang sedang hamil dalam perencanaan pengimplementasian dan
pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya. Disebut diabetes gestasional bila
gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6
minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi bukan gestasi) bila
gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi
diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau
intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua atau ketiga.
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester
pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon
terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis
sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Diabetes
melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang
diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestational terjadi karena
kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada
metabolisme glukosa. Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut

sebagai unmasked atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita
yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg,
riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada
diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.
D. PERUBAHAN

METABOLIK

SELAMA DAN

SETELAH

MASA

KEHAMILAN
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi diabetogenik, dimana
kebutuhan akan glukosa meningkat. Metabolisme maternal mengalami perubahan
untuk memastikan suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan
janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalui proses difusi-difasilitasi. Insulin
ibu tidak menembus plasenta. Pada usia gentasi sepuluh minggu, janin meyekresi
insulinnya sendiri dengan kadar yang adekutat, yang memungkinnya menggunankan
glukosa yang diperoleh dari ibu. Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu
menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan 65
mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas meningkatkan produksi
insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan
glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu,
trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan penurunan asupan
makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama tri mester kedua
dan ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human, estrogen, progesterone,
kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya
sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu mekanisme penghematan
glukosa yang memastikan suplai glukosa yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu
akan insulin meningkat sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4
kali lipat pada kehamilan cukup bulan. Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta
menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone plasenta, kortisol dan insulin
yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat kembali peka terhadap insulin
seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui bayi,
keseimbangan insulin karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam

sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehingga kebutuhan
insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan
berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.
E. ETIOLOGI
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III 2006 yaitu :
-

Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.


Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab

diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun
resikonya sangat kecil. Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh
resistensi insulin yang disertai defek fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih
lanjut, hal itu didominasi defek fungsi sekresi yang disertai dengan resistensi insulin.
Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses produksi hormon
insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative phosphorylation
(OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran insulin
dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa
darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP).
Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami
peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan
beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara
lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi
yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya
sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak
pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para
penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit
yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke like episode. Hal itu
telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini terjadi
karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pancreas maka fungsi OXPHOS

akan makin rendah dan defek fungsi sekresi makin berat. Prevalensi mutasi tersebut
biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu menderita penyakit
penyerta tadi.
-

Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga kekurangan produksi insulin


Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang

pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes
mellitus.
- Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan
epineprin.
- Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk
insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat
mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam keadaan perut kososng
(misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus dihindari.
Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam
minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat
badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM.
Penelitian membuktikan bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1
kaleng per hari memiliki resiko 2 kali terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4
tahun kedepannya.
-

Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab,

obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada
gilirannya akan kelelahan dan jebol sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya
dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi
DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

F. KLASIFIKASI DIABETES SELAMA MASA KEHAMILAN


Kelas

Karakteristik

Intoleransi glukosa pada masa Toleransi glukosa abnormal


hamil
selama masa hamil;
hiperglikemia pascaprandial
selama masa hamil

Implikasi
Diagnosis sebelum usia gestasi 30
minggu penting untuk mencegah
makrosomia
Tangani dengan diet kalori yang
adekuat untuk mencegah
penurunan berat badan ibu.
Sasaran yang dicapai : glukosa
darah pasccaprandial <130 mg/dl
1 jam setelah makan atau < 105
mg/dl 2 jam setelah makan.
Apabila insulin dibutuhkan,
tangani seperti penanganan kelas
B dan C

Diabetes kimiawi yang


Penatalaksanaan sama dengan
didiagnosis sebelum masa
penanganan intoleransi glukosa
hamil: diatasi hanya melalui
pada kehamilan
upaya diet; awitan dapat terjadi
terjadi pada usia berapapun

Terapi insulin yang dilakukan


sebelum Masa hamil; awitan
pada usia 20 tahun atau lebih;
durasi kurang 10 tahun

Awitan pada usia 10 sampai 20 Diabetes karena kurang binsulin


tahun, atau durasi 10 sampai 20 dengan awitan pada masa kanak
tahun. Diabetes karena kurang kanak.
insulin

Sekresi insulin endogen dapat


menetap, resiko pada neonates dan
janin sama dengan resiko pada
kelas C dan D begitu juga dengan
penatalaksanaannya

Awitan sebelum usia 10 tahun Makrosomia janin atau retardasi


samapai 20 tahun atau durasi 10 pertumbuhan intrauterine dapat
sampai 20 tahun
terjadi, mikroaneurisme retina,
dot-hemoragi, dan eksudat
meningkat selama masa hamil.,
kemudian menurun setelah
melahirkan

Nefropati diabetic disertai


dengan proteinuria

Anemi dan hipertensi umum


terjadi, proteinuria meningkat
pada trimester ke 3, menurun
setelah melahirkan. Retardasi
pertumbuhan janin intrauterine
umum terjadi, angka kelangsungan
hidup perinatal sekitar 85%.
Apabila berada dibawah kondisi
optimal, tirah baring dibutuhkan

Penyakit Arteri koroner

Resiko maternal yang serius

Retinopati proliferatif

Neovaskularisasi disertai resiko


hemoragi vitreus atau retina
tanggal, foto koagulasi laser
bermanfaat aborsi biasanya tidak
dibutuhkan, disertai proses aktif
neo vaskularisasi, mencegah usaha
mengedan

G. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis: polyuria (banyak berkemih), polydipsia (banyak minum),
Penurunan berat badan, Polyphagia (banyak makan), letih, lesu, lemah badan, gatal,
pandangan kabur, dan pruritus vulvae pada wanita, kelelahan, pandangan kabur, mata
kabur, pusing, mual, kurangnya ketahanan pada saat melakukan olah raga, dan mudah
infeksi.

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau


kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya
menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh
penderita:
1.
Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.
Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.
Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.
Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Biasanya terjadi pada wanita yang gemuk kemudian kehilangan berat badan
6.
7.
8.
9.
10.

yang tidak jelas sebabnya


Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
Cepat lelah dan lemah setiap waktu
Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang

tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes mellitus dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan.

H. PATOFISIOLOGI
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah)
diakibatkan karena produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin
secara tidak efektif pada tingkat seluler. Insulin insulin yang diproduksi sel sel beta
pulau langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel .
apabila insulin tidak cukup/tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah
dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah
yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan
peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar

10

(poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi
glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa haus
berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan lemak dan jaringan
otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan
secara berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan
perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung,
mata dan ginjal.
Komplikasi akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati
dan nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang
disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif,
tetapi muncul sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik
(genotip) diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami
intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip, tidak
memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau lebih
stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia,
periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat, obesitas, infeksi,
pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas. Diabetes Gestasional
(diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan
kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionic somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat
yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.
Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya
dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain
seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan
maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan

11

normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara
fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen
ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan
hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu
keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin
juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan
terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
juga mengalami gangguan metabolic (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
H. PENGARUH DIABETES MELITUS TERHADAP KEHAMILAN
1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes (diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan
lahir mati

12

d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.


e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan
kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
I. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MEILITUS (GESTASIONAL)
PADA MASA KEHAMILAN
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat,
polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional.
Hipertensi karena kehamilan.
Infertilitas.
Bayi low gestasional age.
Riwayat kematian janin.
Lahir mati tanpa sebab jelas.
Anomali congenital.
Aborsi spontan.
Polihidramnion.
Makrosomia.

13

Pernah keracunan selama kehamilan.


2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi

Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada
Diabetes yang lama.
Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
Peningkatan tekanan darah.
Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.

b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poli uri.
c. Nutrisi dan Cairan
Polidipsi.
Poliuri.
Mual dan muntah.
Obesitas.
Nyeri tekan abdomen.
Hipoglikemi.
Glukosuria.
Ketonuria.
Kulit.
Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas
Injeksi insulin yang sering.
Mata.
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
Uterus.
Tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap
Usia gestasi.
3. Psikososial
Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.
Perencanaan
a. Memantau status ibu dan janin dan kemajuan persalinan.

14

b. Mempertahankan normoglikemia.
c. Memberikan dukungan emosional.
d. Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.
Diagnosa Keperawatan
N
O
1

DIAGNOSA
Nutrisi
Kebutuhan

Kurang
Tubuh

Penurunan Insulin

NOC
dari

NIC

Status Gizi : Asupan Makanan

b.d Dan Cairan

Monitor gizi

Aktivitas yang dilakukan :

Klien diharapkan mampu untuk :

Amati

kecenderungan

Mempertahankan berat badan


pengurangandan dan penambahan
Mempertahankan masa tubuh
BB
dan berat badan dalam batas
Monitor jenis dan jumlah latihan
normal
Memiliki nilai laboratorium yang dilaksanakan
Monitor respon emosional klien
dalam batas normal
Melaporkan tingkat energi ketika ditempatka pada suatu
yang adekuat

keadaan yang ada makanan


Monitor

lingkungan

tempat

makanan
Monitor mual dan muntah
Monitor tingkat energi, rasa tidak
enak

badan,kelatihan

dan

kelemahan
Monitor masukan kalori dari
bahan makanan

Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
Kaji apa klien ada alergi makanan

15

Kerja sama dengan ahli gizi


dalam menentukan jumlah kalori,
protein dan lemak secara tepat
sesuai dengan kebutuhan klien.
Ajari klien tentang diet yang
bener sesuai kebutuhan tubuh
Monitor catatan makanan yang
masuk atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
Timbang BB secara teratur
Pasyikan bahwa diet mengandung
makanan yang berserat tinggi untuk
mencegah sembelit
Pastikan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan

Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
Monitor guladarah sesuaiindikasi
Monitor tanda dan gejala poliuri,
polidipsi,

polifagia.

Keletihan,

pandangankabur atausakit kepala


Monitor TTV sesuai indikasi
Batasi latihan ketika gula darah
besar dari 250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
Monitor status cairan intake
output sesuai kebutuhan
2

Kekurangan

Volume

Keseimbangan Elektrolit dan

Manajemen Asam-Basa

16

Cairan

b.d

Diuresis asam-Basa

Osmotik

Aktivitas yang dilakukan :

Klien diharapkan mampu untuk


menormalkan :

termasuk CVP (tekanan vena

Albumin serum
pH serum
Kreatinin serum
Bikarbonat serum
pH Urine

Monitor status hemodinamik


sentral), MAP (tekanan arteri ratarata), PAP (tekanan arteri paru)
Dapatkan hasil labor untuk
menganalisa keseimbangna asam

Keseimbangan Cairan

basa seperti ABG, urin dan level

Klien diharapkan mampu untuk

serum
Pantau

menormalkan :

ketidakseimbangan

Tanda-tanda dehidrasi tidak elektrolit yang semakin buruk


dengan
mengoreksi
ada
Mukosa mulut dan bibir ketidakseimbangan asam basa
lembab
Balan cairan seimbang

Dorong pasien dan keluarga


untuk

Hidrasi
Klien

aktif

dalam

pengobatan

ketidakseimbangan asam basa


diharapkan

mampu

menormalkan :
Hidrasi kulit
Kelembaban
mukosa\
Haus yang abormal
Pengeluaran urin
Tekanan darah

membran

Manajemen Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
Timbang BB tiap hari
Pertahankan intake yang akurat
Monitor status hidrasi (seperti
:kelembapan mukosa membrane,
nadi)
Monitor status hemodinamik
termasuk CVP,MAP, PAP
Monitor hasil lab. terkait retensi
cairan (peningkatan BUN, Ht )
Monitor TTV
Monitor
adanya
indikasi
retensi/overload

cairan
17

(seperti

:edem, asites, distensi vena leher)


Monitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah dialisa
Monitor status nutrisi
Monitor respon pasien untuk
meresepkan terapi elektrolit

Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
Kaji tentang riwayat jumlah dan
tipe

intake

cairan

dan

pola

eliminasi
Kaji kemungkinan factor resiko
terjadinya imbalan cairan (seperti :
hipertermia,

gagal

jantung,

diaforesis, diare, muntah, infeksi,


disfungsi hati)
Monitor BB, intake dan output
Monitor nilai elektrolit urin dan
serum
Monitor osmolalitas urin dan
serum
Monitor

membrane

mukosa,

turgor dan rasa haus


Monitor warna dan kuantitas urin
3

Intoleransi Aktivitas
Kelemahan

b.d

Toleransi Aktivitas

Klien diharapkan mampu untuk


menyeimbangkan :

Terapi Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan :
Monitor program aktivitas klien.
Bantu klien untuk melalukan

Denyut nadi saat beraktivitas.


Jumlah pernafasan saat aktivitas yang biasanya ia lakukan.
Jadwalkan klien untuk latihanberaktivitas.
Tekanan darah sistolik saat latihan fisik secara rutin.
Bantu klien dengan aktivitasberaktivitas.
18

Tekanan darah diastolic saat aktivitas fisik.


Monitor respon fisik, sosial, dan
beraktivitas.
Warna kulit.
spiritual dari klien terhadap
Kekuatan tubuh bagian atas.
aktivitasnya.
Kekuatan tubuh bagian bawah.
Bantu klien untuk memonitor

kemajuan dari pencapaian tujuan.

Daya Tahan Tubuh


Klien diharapkan mampu untuk
menyeimbangkan :
Aktivitas
Daya tahan otot
Hemoglobin
Hematocrit
Glukosa darah
Serum elektrolit
Rasa lelah

Pengajaran

Penentuan

Aktivitas dan Latihan


Aktivitas yang dilakukan :

a.

Ajarkan klien tentang :


Tujuan dan kegunaan aktivitas dan

b.

latihan.
Bagaimana cara melakukan suatu

aktivitas.
c.
Bagaimana

cara

memonitor

toleransi aktivitas.
d. Bagaimana menjaga latihan.
Berikan informasi kepada klien
Perawatan Diri : Aktivitasbagaiamana teknik-teknik untuk
aktivitas sehari-hari
menyimpan energi.
Klien diharapkan mampu untuk
Berikan informasi-informasi
menyeimbangkan :
Pola makan.
Berjalan.
Aktivitas

seputar kesehatan fisik klien.

Mengontrol berat badan


Aktivitas yang dilakukan :
Diskusikan

dengan

klien

hubungan antara intake maknan,


latihan, peningkatan berat badan
dan kehilangan berat badan
Diskusikan dengan klien kondisi
pengobatan yang mempengaruhi
berat badan
Diskusikan hubungan resiko berat
19

badan normal dan tidak normal


Beri informasi kepada klien
tentang berat badan yang ideal
Diskusikan bersama klien metode
tentang intake makanan sehari-hari
Minta informasi dari klien,
apakah ada dukungan luar yang
mempengaruhi berat badannya
Kaji peningkatan keseimbangan
makanan
4

Keletihan

b.d

status

penyakit, kehamilan

ee
Energy management:

Monitor nutrisi dan sumber

energy yang adekuat


Bantu aktivitas sehari-hari

dengan kebutuhan pasien


Tingkatkan tirah baring dan
pembatasan aktivitas

(tingkatan periode istirahat)


Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan asupan
yang berenergi tinggi
(selain karbohidrat) sesuai
dengan kebutuhan pasien.

Ansietas

bd

status

kesehatan, ancaman pada


kesehatan

Anxiety reduction:

Jelaskan semua prosedur


dan apa yang dirasakan
selama prosedur
Identifikasi tingkat

20

Resiko

ketidakstabilan

kadar glukosa darah

Hiperglikemia management:

kecemasan
Dorong pasien
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi.

Pantau tanda-tanda dan


gejala hiperglikemia:
poliuri, polidipsi, polifagia,
lemah, lesu, malaise atau
sakit kepala
Mengelola insulin seperti
yang ditentukan
Mendorong asupan cairan
oral
Mendorong pemantauan
diri, pengukuran kadar
glukosa darah
Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan gejala
hiperglikemi
menetap/memburuk.

Resiko trauma
Enviornment management safety:

Sediakan lingkungan yang


aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik, fungsi
kognitif dan riwayat
penyakit terdahuu pasien
Menyediakna tempat tidur

21

yang nyaman dan bersih.

Resiko cedera

Pe

Pemantauan

janin

elektronik:

intraparteum

Pasang transedesuer USG ke


area

uterus

tempat

denyut

jantung janin dapat dilacak dan

didengar dengan jelas


Interpretasikan hasil perekaman

DJJ
Informasikan

kepada

dokter

tentang perubahan yang terjadi


pada irama DJJ, inetrvensi pola
yang mengkhawatirkan respon
janin selanjutnya.

22

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Manifestasi klinis:
polyuria (banyak berkemih), polydipsia (banyak minum), Penurunan berat badan,
Polyphagia (banyak makan), letih, lesu, lemah badan, gatal, pandangan kabur, dan
pruritus vulvae pada wanita, kelelahan, pandangan kabur, mata kabur, pusing, mual,
kurangnya ketahanan pada saat melakukan olah raga, dan mudah infeksi.
B. SARAN
Diabetes mellitus pada kehamilan merupakan hal yang serius karena dapaat
mempengaruhu perkembangan janin dan mengancam kehidupan ibu dan janin
sehingga diharapkan perawat bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan
keperawatan untuk pasien diabetes mellitus gestasional.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid. Media Aesculapius,
FKUI, Jakarta.
2. Mitayani. 2009. Biomed Asuhan keperawatan maternitas Jakarta : salemba
Medika.
3. Bobak, Lowdermilk, Jensen 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity
Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah, Jakarta :
EGC.
4. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Pertama.
Jakarta : Media Aesculapius.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
6. NANDA. 2012. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia:
North American Nursing Diagnosis Association.

24

Anda mungkin juga menyukai