Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM


Proses produksi yang terdapat di Pabrik Gula Sei Semayang yang
memproduksi gula GKP I (Gula Kristal Produk I) dengan bahan baku utama
adalah tebu dengan berat bahan 4000 ton perhari dan bahan pembantu proses
adalah kapur tohor dan belerang. Tanaman tebu dipanen pada saat tanaman
memiliki kadar gula atau sukrosa yang tinggi (umur sekitar 10-12 bulan). Tebu
diangkut dengan menggunakan truk pada gambar 3.1 dan ditimbang di jembatan
timbang. Dari timbangan ini nantinya dapat diketahui brutto, netto, dan tara.

Gambar 2.1 Pengangkutan tebu dengan truk


Setelah tebu mengalami proses penimbangan, selanjutnya tebu digiling
pada stasiun gilingan. Tebu diangkut melalui conveyor (Cane Carier) dengan
kecepatan 3-15 m/menit menuju alat Cane Laveller yang berfungsi sebagai alat
pemerata tebu menuju Cane Cutter I sehingga tebu dipotong dengan merata
seperti terlihat pada gambar 2.2. Setelah tebu dipotong-potong dengan alat
pemotong II (Cane Cutter II) pada gambar 2.3 yang berfungsi untuk menyayat
tebu sampai menjadi serpihan tebu masuk ke gilingan I, maka tebu harus melewati
alat penangkap besi-besi yang mungkin terikut dalam serpihan tebu.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Cane Cutter I

Gambar 2.3 Cane Cutter II

Penggilingan (perahan) dilakukan sebanyak 12 kali dengan 5 unit gilingan


(5 Set Three Roller Mill) yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik
yang berbeda-beda dengan masing-masing unit gilingan terdiri dari 3 roll. Jarak
antara roll atas (Top Roll) dengan roll belakang (Bagasse Roll) lebih kecil
daripada jarak antara roll atas dengan roll depan (Feed Roll) mempunyai
permukaan beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk
memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya slip. Masing-masing roll
dipasangkan sebuah poros untuk melakukan putarannya dan poros tersebut
ditumpu oleh dua bantalan luncur yang dapat dilihat pada gambar 2.4.
Top Roll
Shaft Roll

Gambar 2.4 Top Roll dan Shaft Roll


Besarnya tekanan hidrolik yang digunakan untuk mengepres alat
penggiling adalah 150-200 kg/cm2 dengan putaran berbeda antara gilingan I
dengan yang lain dimana gilingan I skitar 5,3 rpm, gilingan II 5,2 rpm, gilingan III
5,0 rpm, gilingan IV 5,0 rpm, gilingan V 4,8 rpm.

Universitas Sumatera Utara

Mekanisme kerja dari 5 Set Three Roller Mill adalah sebagai berikut :
1. Tebu yang sudah dicacah halus pada Cane Cutter I masuk ke pencacah Cane
Cutter II elevator masuk ke gilingan pertama. Air perahan nira dari gilingan
pertama ditampung pada bak penampung I yang disebut primary juice. Ampas
dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperah lagi. Air perahan II
masuk dalam bak penampungan II.
2. Nira dari gilingan I dan II masih ada ampasnya yang sama-sama ditampung
pada bak penampungan I. Nira pada bak penampungan I disaring pada Juice
Strainer kemudian ampasnya dimasukkan pada gilingan II dan nira yang
disaring ditampung dalam satu tangki dan siap dipompakan ke stasium
pemurnian. Tangki penampungan ini disebut Raw Juice Tank.
3. Ampas dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperah lagi. Air perasan
ditampung pada bak penampung III dan digunakan sebagai imbibisi yang
keluar dari gilingan I.
4. Ampas dari gilingan III masuk ke gilingan IV, air perasan (nira) ditampung
pada bak IV dan digunakan sebagai imbibisi ampas yang keluar dari gilingan
II.
5. Ampas dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk diperas lagi. Nira dari
gilingan V ditampung pada bak V dan digunakan sebagai imbibisi ampas yang
keluar dari gilingan III.
6. Ampas yang keluar dari gilingan IV diberi air imbibisi sebelum masuk ke
gilingan V yang memiliki temperatur air imbibisi sekitar 60-70 0C. Ampas
tebu dari gilingan V selanjutnya diangkutnya dengan satu unit conveyor
melalui suatu plat saringan, dimana ampas berserat kasar dilewatkan menuju
boiler sebagai bahan bakar dan sebagian dibawa menuju gudang ampas
sebagai cadangan.

Universitas Sumatera Utara

Skema dari prosedur penggilingan dapat dilihat dari gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5 Skema proses penggilingan


2.2 PENGERTIAN DAN FUNGSI POROS
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap mesin yang
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran. Poros adalah suatu bagian
stasioner yang berputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemenelemen seperti roda gigi, pully, roda gila (flywheel), engkol, sproket, dan elemen
pemindah daya lainnya.
Poros bisa menerima lenturan, tarikan, tekan, atau puntiran, yang bekerja
sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. Bila beban tersebut
tergabung, kita bisa mengharapkan untuk mencari kekuatan statis dan kekuatan
lelah yang perlu untuk pertimbangan perencanaan, karena suatu poros tunggal bisa
diberi tegangan-tegangan statis, tegangan bolak-balik lengkap, tegangan berulang,
yang semuanya bekerja pada waktu yang sama.
2.2.1 Jenis - Jenis Poros
Menurut pembebanannya poros diklasifikasikan menjadi :
a. Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.
Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk
atau sproket rantai.

Universitas Sumatera Utara

b. Poros spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
yang dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
c. Poros gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar,
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
2.3 MEMBUAT CORAN
Untuk membuat coran harus dilakukan proses-proses seperti pencairan
logam, membuat cetakan, menuang, membongkar, dan membersihkan coran.
Untuk pencairan logam bermacam-macam tanur dipakai. Umumnya kupola atau
tanur induksi frekuensi rendah dipergunakan untuk besi cor, tanur busur listrik
atau tanur frekuensi tinggi untuk baja cor dan tanur krus untuk paduan tembaga
atau coran paduan ringan.
Cetakan biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir yang
dipakai adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung.
Kadang-kadang dicampurkan pengikat khusus seperti air-kaca, semen, resin furan,
resin fenol atau minyak pengering, karena zat-zat tersebut berfungsi untuk
memperkuat cetakan atau mempermudah operasi pembuatan cetakan. Selain dari
cetakan pasir, kadang-kadang dipergunakan juga cetakan logam.
Pada umumnya logam cair dituangkan dengan pengaruh gaya berat,
walaupun kadang-kadang dipergunakan tekanan pada logam cair selama atau
setelah penuangan. Pengecoran cetak adalah suatu cara pengecoran dimana logam
cair ditekan ditekan ke dalam cetakan logam dengan tekanan tinggi, coran tipis
dapat dibuat dengan cara ini.
Pengecoran tekanan rendah adalah suatu cara pengecoran dimana
diberikan tekanan yang sedikit lebih tinggi dari tekanan atmosfir pada permukaan
logam dalam tanur, tekanan ini mengakibatakan mengalirnya logam cair ke atas
melalui pipa ke dalam cetakan.

Universitas Sumatera Utara

Pengecoran sentrifugal adalah suatu cara pengecoran dimana cetakan


diputar dan logam cair dituangkan ke dalamnya, sehingga logam cair tertekan oleh
gaya sentrifugal dan kemudian membeku.
Setelah penuangan, coran dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan,
bagian-bagian yang tidak perlu dibuang dari coran.
2.4 BAHANBAHAN PENGECORAN
Pada umumnya bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran logam
adalah paduan atau coran yang terdiri dari coran besi cor, coran baja, coran
paduan tembaga, coran logam ringan, dan coran paduan lainnya seperti yang
ditunjukkan daftar 2.1 berikut.

Besi kelabu
Besi cor mutu tinggi
Coran besi cor

Besi cor kelabu paduan


Besi cor bergrafit bulat
Besi cor mampu tempa
Besi cor dicil

Coran baja

Baja cor karbon


Baja cor paduan

CORAN

Coran paduan tembaga

Brons
Kuningan
Kuningan tegangan
tinggi, dll

Coran logam ringan

Coran paduan aluminium


Coran paduan magnesium

Coran paduan seng


Coran paduan nikel

Universitas Sumatera Utara

Coran paduan lain

Coran paduan timbal


Coran paduan tin
Lain-lain

Daftar 2.1 Penggolongan bahan coran


2.4.1 Besi Cor
Besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon, silisium, mangan,
pospor dan belerang. Besi cor dikelompokkan menjadi besi cor kelabu, besi cor
kelas tinggi, besi cor kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor mampu
tempa, dan besi cor cil.
Struktur besi cor terdiri dari ferit atau perlit dan serpih karbon bebas.
Karbon dan silisium ternyata mempengaruhi struktur mikro, ukuran serta bentuk
dari karbon bebas dan keadaan struktur dasar berubah sesuai dengan mutu dan
kuantitasnya. Disampng itu, ketebalan dan laju pendinginan mempengaruhi
struktur mikro.
Besi cor kelabu memiliki kekuatan tarik kira-kira 10-30 kgf/mm2, titik
cairnya kira-kira 1200 oC, namun besi cor ini agak getas. Besi cor kelabu memiliki
mampu cor yang sangat baik serta murah dan paling banyak digunakan untuk
benda-benda coran.
Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit karbon dan silikon, lagi
pula ukuran grafit bebasnya agak kecil, dibanding dengan besi cor kelabu,
sehingga kekuatan tariknya lebih tinggi yaitu kira-kira 30-50 kgf/mm2.
Besi cor kelabu paduan mengandung unsur-unsur paduan dan grafit,
mempunyai struktur yang stabil sehingga sifat-sifatnya lebih baik. Unsur-unsur
yang ditambahkan adalah khrom, nikel, molibden, vanadium, titan dan sebagainya
sehingga ketahanan panas, ketahanan aus, ketahanan korosi, dan mampu mesin
baik sekali berkat adanya unsur-unsur tambahan tersebut.
Besi cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih yang dilunakkan didalam
sebuah tanur dalam waktu yang lama. Menurut struktur mikronya ada tiga macam
besi cor mampu tempa, yaitu besi cor mampu tempa perapian hitam, besi cor
mampu tempa perapian putih, dan besi cor mampu tempa perlit.
Besi cor grafit bulat dibuat dengan jalan mencampurkan magnesium,
kalsium atau serium ke dalam cairan logam sehingga grafit bulat akan

Universitas Sumatera Utara

mengendap. Besi cor macam ini mempunyai kekuatan, keuletan, ketahanan aus,
dan ketahanan panas yang baik sekali dibandingkan dengan besi cor kelabu.
Besi cor cil ialah besi cor yang mempunyai permukaan terdiri dari besi cor
putih dan bagian didalamnya terdiri dari struktur dengan endapan grafit.
Permukaannya mempunyai ketahanan aus yang baik sekali dan bagian dalamnya
mempunyai keuletan yang baik pula. Besi cor ini digunakan sebagai bahan tahan
aus.
2.4.2 Baja Cor
Baja cor digolongkan ke dalam baja karbon dan baja paduan. Coran baja
karbon adalah paduan besi karbon dan digolongkan menjadi tiga macam, yaitu
baja karbon rendah (C< 0,20%), baja karbon sedang (0,20-0,50% C), dan baja
karbon tinggi (C< 0,50%). Kadar karbon mempengaruhi kekuatannya. Baja cor
mempunyai struktur yang buruk dan sifat yang getas apabila tidak diadakan
perlakuan panas, dengan pelunakan atau penormalan maka baja cor menjadi ulet
dan strukturnya menjadi halus. Titik cairnya kira-kira 1500 oC, mampu cornya
lebih buruk dibandingkan dengan besi cor, tetapi baik sekali dipergunakan sebagai
bahan bagian-bagian mesin, sebab kekuatannya yang tinggi dan harganya rendah.
Baja cor paduan adalah baja cor yang ditambah unsur-unsur paduan seperti
mangan, khrom, molibden atau nikel yang dibubuhkan untuk memberikan sifatsifat khusus dari baja paduan tersebut seperti sifat-sifat ketahanan aus, ketahanan
asam, dan korosi atau keuletan
2.4.3 Coran Paduan Tembaga
Macam-macam coran paduan tembaga adalah perunggu, kuningan,
kuningan kekuatan tinggi, perunggu aluminium dan sebagainya.
Perunggu adalah paduan antara tembaga dan timah, dan perunggu yang
biasa dipakai mengandung kurang dari 15% timah. Titik cairnya kira-kira 1000
o

C, memiliki mampu cor yang baik, serta memiliki sifat-sifat ketahanan korosi

dan ketahanan aus yang baik sekali. Perunggu digolongkan ke dalam dua macam,
yaitu perunggu fosfor yang sifat ketahanan ausnya diperbaiki oleh penambahan
fosfor, dan perunggu timbal yang cocok untuk logam bantalan dengan
menambahkan timbal.

Universitas Sumatera Utara

Kuningan adalah paduan antara tembaga dan seng, dan kuningan kekuatan
tinggi adalah paduan yang mengandung tembaga, aluminium, besi, mangan, nikel,
dan sebagainya. Perunggu aluminium adalah paduan tembaga, aluminium, dan
sebagainya, yang baik sekali dalam sifat-sifat ketahanan aus dan korosi.
2.4.4 Coran Paduan Ringan
Coran paduan ringan adalah coran paduan aluminium, coran paduan
magnesium dan sebagainya.
Aluminium murni mempunyai sifat mampu cor dan sifat mekanis yang
jelek. Oleh karena itu dipergunakan paduan aluminium karena sifat-sifat
mekanisnya

akan

diperbaiki

dengan

menambahkan

tembaga,

silisium,

magnesium, mangan, nikel dan sebagainya. Al-Si, Al-Cu-Si, dan Al-Si-Mg adalah
deretan dari paduan aluminium yang banyak dipergunakan untuk bagian-bagian
mesin, Al-Cu-Ni-Mg dan Al-Si-Cu-Ni-Mg adalah deretan untuk bagian-bagian
mesin yang tahan panas, dan Al-Mg adalah untuk bagian-bagian tahan korosi.
.

Paduan magnesium adalah paduan yang biasanya ditambahkan aluminium,

mangan, berillium sebagai unsur-unsur paduannya.


2.4.5 Coran Paduan Lainnya
Paduan seng yang mengandung sedikit aluminium dipergunakan untuk
pengecoran cetak. Logam monel adalah paduan nikel yang mengandung tembaga
dan demikian juga hasteloy yang mengandung molibden, khrom, dan silikon.
Paduan timbal adalah paduan dari timbal, tembaga dan timah, dan logam
bantalan adalah paduan dari timbal, tembaga dan stibium.
2.5 PENGGUNAAN CORAN
Secara garis besar daftar 2.2 menunjukkan penggunaan dari berbagai
macam bahan coran seperti berikut.
Bahan

Contoh Penggunaan

Besi cor

Bagian-bagian mobil (blok silinder, tutup silinder, rumah engkol,

kelabu

selubung silinder, roda daya, tromol rem, dst).

(termasuk besi Mesin perkakas (bed, meja, pegangan).


cormutu

Mesin hidrolis (pompa, turbin, rumah-rumah, pengalir)

Universitas Sumatera Utara

tinggi)

Mesin serat, mesin cetak.


Mesin listrik (rangka motor, rumah-rumah motor).
Pipa air besi cor, bagian-bagian mesin (roda gigi, kopling, roda
ban).

Besi cor
mampu tempa

Bagian-bagian mobil (pelat rangka, roda ban, poros engkol,


selubung silinder, lengan ayun, poros, rumah-rumah kopling).

Besi cor

Bagian-bagian mobil (poros engkol, dst), alat-alat pembuat baja

bergrafit bulat

(Rol, kotak ingot), pipa air besi cor, bagian-bagian mesin (yang
memerlukan keuletan lebih dari besi cor kelabu).

Baja cor

Bagian-bagian mesin (yang memerlukan tahan lama).

karbon dan

Bagian-bagian kendaraan kereta api(rangka, kopling)

paduan

Mesin-mesin pemindah tanah (rantai, rumah rem)


Mesin-mesin hidrolis (pengalir turbin air, rumah-rumah pompa).
Alat-alat pembuat baja (rol, dudukan rol), bagian-bagian kapal
(rangka buritan, rumah-rumah urbin, lengan engkol), mesinmesin pertambangan (mesin kasut, penggali keruk).

Coran paduan
tembaga

Bagian-bagian mesin (bantalan, rumah katup, bus), mesin-mesin


hidrolis (pompa, penyambung).
Bagian-bagian kapal ( baling-baling, pompa, dst.).

Coran paduan
ringan

Bagian-bagian mobil (rumah transmisi, blok silinder, tutup


silinder, saluran isap).
Pompa, rangka kamera, rangka meteran, tutup.

Daftar 2.2 Penggunaan bahan pengecoran


2.6 POLA
Pola yang dipergunakan untuk membuat cetakan benda coran dapat
digolongkan menjadi pola logam dan pola kayu. Pola logam dipergunakan agar
dapat menjaga ketelitian ukuran benda coran, terutama dalam masa produksi,
sehingga unsur pola bisa lebih lama dan produktifitasnya tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Pola kayu dibuat dari kayu, murah, cepat dibuatnya dan mudah diolahnya
dibanding dengan pola logam. Oleh karena itu pola kayu umumnya dipakai untuk
cetakan pasir, sering permukaannnya diperkuat dengan lapisan plastik.
Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah
gambar perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran. Selanjutnya menetapkan
tambahan penyusutan, tambahan untuk penyelesain dengan mesin, kemiringan
pola, dan dibuat gambar untuk pengecoran yang kemudian diserahkan kepada
pembuat pola.
Untuk mendapatkan hasil coran yang baik adalah dalam penentuan kup,
drag, dan permukaan pisah yang memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan
2. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapatkan aliran logarn
cair yang optimum.
3. Permukaan pisah lebih baik hanya satu bidang saja, karena permukaaan
pisah yang terIalu banyak akan menghabiskan terlalu banyak waktu dalam
proses .
2.6.1 Macam-Macam Pola
Pola memiliki berbagai macam bentuk dan dalam pemilihan pola harus
diperhatikan produktifitas, kualitas coran, dan harga pola.
2.6.1.1 Pola Pejal
Pola pejal adalah pola yang biasa dipakai yang bentuknya hampir serupa
dengan bentuk coran dan dibagi menjadi dua macam yaitu pola tunggal dan pola
belahan.
a. Pola tunggal. Pola ini dibuat serupa dengan corannya, disamping itu
kecuali tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin dan
kemiringan pola, kadang-kadang dibuat juga menjadi satu dengan telapak
inti.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6 Pola Tunggal


b. Pola belahan. Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan
cetakan. Permukaan pisahnya kalau mungkin dibuat satu bidang

Gambar 2.7 Pola Belahan


c. Pola setengah. Pola ini dibuat untuk coran dimana kup dan dragnya simetri
terhadap permukaan pisah. Kup dan drag dicetak hanya dengan setengah
pola, sehingga harga pola setengah dari harga pola tunggal.

Gambar 2.8 Pola Setengah


d. Pola belahan banyak. Dalam hal ini pola dibagi menjadi tiga belah atau
lebih

untuk

memudahkan

penarikan

dari

cetakan

dan

untuk

penyederhanaan pemasangan inti

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.9 Pola Belahan Banyak


2.6.1.2 Pola Pelat Pasangan
Pola ini merupakan pelat dimana pada kedua belahnya ditempelkan pola
demikian juga saluran turun, pengalir, saluran masuk, dan penambah. Pola
biasanya dibuat dari logam atau plastik.

Gambar 2.10 Pola Pelat Pasangan

2.6.1.3 Pola Pelat Kup dan Drag


Pola kayu, logam atau plastik dilekatkan pada dua pelat demikian juga
saluran turun, turun pengalir, saluran masuk, dan penambah. Pelat tersebut ialah
pelat kup dan pelat drag. Kedua pelat dijamin oleh pena-pena agar bagian atas dan
bawah dari coran menjadi cocok.

Gambar 2.11 Pola Pelat Kup dan Drag

Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Bahan-Bahan Pola


2.6.2.1 Kayu
Kayu yang dipakai adalah kayu saru, kayu aras, kayu pinus, kayu magoni,
kayu jati dan lain-lain. Kayu yang kadar airnya lebih 14% tidak dapat dipakai
karena akan terjadi pelentingan yang disebabkan yang disebabkan perubahan
kadar air dalam kayu.
2.6.2.2 Resin Sintetis
Dari berbagai macam resin sintetis, hanya resin Epoksi-lah yang banyak
dipakai. Ia memiliki sifat-sifat : penyusutan yang kecil pada waktu mengeras,
tahan aus yang tinggi, memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah
pengencer, zat pemlastis atau zat penggemuk menurut penggunaannya
2.6.2.3 Bahan untuk Pola Logam
Bahan yang lazim digunakan adalah besi cor. Biasanya dipakai besi cor
kelabu karena sangat tahan aus, tahan panas, dan tidak mahal. Baja khusus dipakai
untuk pena atau pegas sebagai bagian dari pola yang memerlukan keuletan.
2.7 RENCANA PENGECORAN
Pada pembuatan cetakan harus diperhatikan sistem saluran yang
mengalirkan cairan logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya
ditentukan oleh ukuran tebalnya irisan dan macam logam yang dicairkan. Kualitas
coran tergantung pada sistem saluran dan keadaan penuangan.
2.7.1 Sistim Saluran
Sistem saluran adalah jalan masuk cairan logam yang dituangkan kedalam
rongga cetakan. Cawan tuang merupakan penerima cairan logam langsung dari
ladel. Saluran turun adalah saluran yang pertama membawa cairan logam dari
cawan tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk. Pengalir adalah saluran yang
membawa logam cair dari saluran turun ke bagianbagian yang cocok pada
cetakan. Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir
ke dalam rongga cetakan.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.12 Istilah-istilah sistim Pengisian

2.7.2 Bentuk dan Bagian-Bagian dari Sistim Saluran


2.7.2.1 Cawan Tuang
Cawan tuang berbentuk corong dengan saluran turun dibawahnya.
Konstruksinya harus tidak dapat dilalui oleh kotoran yang terbawa dalam logam
cair. Oleh karena itu cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal.
Cawan tuang dilengkapi dengan inti pemisah, dimana logam cair
dituangkan disebelah kiri saluran turun. Dengan demikian inti pemisah akan
menahan terak atau kotoran, sedangkan logam bersih akan lewat di bawahnya
kemudian masuk ke saluran turun. Terkadang satu sumbat ditempatkan pada jalan
masuk dari saluran turun agar aliran dari logam cair pada saluran masuk cawan
tuang selalu terisi. Dengan demikian kotoran dan terak akan terapung pada
permukaan dan terhalang untuk masuk kedalam saluran turun.

Gambar 2.13 Ukuran cawan tuang

Universitas Sumatera Utara

2.7.2.2 Saluran Turun


Saluran turun dibuat lurus dan tegak dan irisan berupa lingkaran. Kadang
kadang irisannya dari atas sampai bawah, atau mengecil dari atas ke bawah. Yang
kedua dipakai apabila diperlukan penahan kotoran sebanyak mungkin. Saluran
turun dibuat dengan melubangi cetakan dengan menggunakan suatu batang atau
dengan memasang bumbung tahan panas.
2.7.2.3 Pengalir
Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah
lingkaran, sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukan pisah dan juga
pengalir mempunyai luas permukaan terkecil untuk satu luasan tertentu, sehingga
lebih efektif untuk pendinginan yang lambat.
Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung
terutama pada permulaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk
membuang kotoran tersebut. Ada beberapa cara untuk membuang kotoran tersebut
yaitu sebagai berikut :
a. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir
b. Membuat kolam putaran pada tengah saluran pengalir (dibawah saluran
turun)
c. Membuat saluran turun bantu.

Gambar 2.14 Perpanjangan pengalir

Universitas Sumatera Utara

2.7.2.4 Saluran Masuk


Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil daripada irisan
pengalir, agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk
irisan yang membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya
cetakan.

Gambar 2.15 Saluran Masuk


2.7.3 Penambah
Penambah adalah memberi logam cair untuk mengimbangi penyusutan
dalam pembekuan coran, sehingga penambah harus membeku lebih lambat dari
pada coran, kalau penambah terlalu besar maka persentase terpakai akan
dikurangi, dan kalau penambah terlalu kecil akan terjadi rongga penyusutan.
Karena itu penambah harus mempunyai ukuran yang cocok.
Penambah digolongkan menjadi dua macam yaitu : penambah samping
dan penambah atas. Penambah samping merupakan penambah yang dipasang
disamping coran, dan langsung dihubungkan dengan saluran turun dan pengalir,
sangat efektif dipakai untuk coran ukuran kecil dan menengah. Penambah atas
merupakan penambah yang dipasang diatas coran, biasanya berbentuk silinder dan
mempunyai ukuran besar.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.16 Penambah samping dan penambah atas


2.8 PASIR CETAK
2.8.1 Syarat-Syarat Pasir Cetak
Pasir cetak yang baik harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan
dengan kekuatan yang cocok, sehingga cetakan yang dihasilkan tidak
rusak karena digeser, tahan menahan logam cair yang dituang kedalamnya.
2. Permeabilitas yang cocok. Udara yang ada dalam cetakan waktu
penuangan harus dikeluarkan melalui rongga rongga diantara butirbutir
pasir.
3. Distribusi besar butiran pasir yang sesuai.
4. Tahan terhadap temperatur logam yang dituang.
5. Komposisi yang cocok. Dalam pasir cetak diharapkan tidak terkandung
bahanbahan lain yang mungkin menghasilkan gas atau larut dalam
logam.
6. Mampu dipakai kembali.

Universitas Sumatera Utara

Temperatur penuangan beberapa macam logam dapat dilihat dalam tabel


beriku.

Macam Coran

Temperatur Tuang (0C)

Paduan ringan

650750

Brons

11001250

Kuningan

9501100

Besi Cor

12501450

Baja Cor

15001550

Daftar 2.3 Temperatur tuang beberapa logam


2.8.2 Macam-Macam Pasir Cetak
Pasir cetak yang lajim dipakai adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir
sungai, dan pasir silica alam. Bila pasir mempunyai kadar lempung yang cocok
dan bersifat adesif maka pasir itu dapat langsung digunakan begitu saja. Bila
kadar lempungnya kurang dan sifat adesifnya kurang maka perlu ditambahkan
bahan pengikat seperti lempung.
Pasir gunung umumnya digali dari lapisan tua, mengandung lempung dan
kebanyakan dapat dipakai setelah dicampur air. Pasir dengan kadar lempung
1020% dapat dipakai begitu saja. Pasir dengan kadar lempung kurang dari 10 %
mempunyai sifat adesif yang lemah, harus ditambah lempung supaya bisa dipakai.
Pasir pantai diambil dari pantai dan pasir kali diambil dari kali. Keduanya
mengandung kotoran seperti ikatan organic yang banyak. Pasir silica dalam
beberapa hal didapat dari gunung dalam keadaan alamiah atau biasa juga didapat
dengan cara memecah kwarsit. Semua jenis pasir yang disebut diatas mempunyai
bagian utama SiO2. Pasir pantai, pasir kali, pasir silica alam dan pasir silica buatan
tidak melekat dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan bahan pengikat.
2.8.3 Susunan Pasir Cetak
1. Bentuk butir dari pasir cetak digolongkan menjadi butir pasir bundar,
butir pasir sebagian bersudut, butir pasir bersudut, butir pasir kristal. Dari
antara jenis butiran pasir diatas yang paling banyak adalah jenis butir pasir

Universitas Sumatera Utara

bulat, karena memerlukan jumlah pengikat yang lebih sedikit. Bentuk butir
pasir kristal adalah yang terburuk.
2. Tanah lempung adalah terdiri dari kaolinit, ilit dan mon morilonit, juga
kwarsa jika ditambah air akan menjadi lengket, dan jika diberikan lebih
banyak air akan menjadi seperti pasta. Ukuran butir dari tanah lempung
0,0050,02

mm.

kadang-kadang

dibutuhkan

bentonit

juga

yaitu

merupakan sejenis dari tanah lempung dengan besar butiran yang sangat
halus 0,01 10 m dan fasa penyusunnya adalah monmorilonit (Al2O3,
4SiO2, H2O)
3. Pengikat lain
Inti sering dibuat dari pasir yang dibubuhi minyak nabati pengering 1,5 3
% dan dipanggang pada temperatur 200 250 0C, sehingga disebut inti
pasir minyak. Inti ini tidak menyerap air dan mudah dibongkar. Sebagai
tambahan pada tanah lempung kadangkadang dibubuhkan dekstrin yang
dibuat dari kanji sebagai bahan pembantu. Dekstrin bersifat lekat
meskipun kadar airnya rendah. Selain dari itu, resin, air kaca, atau semen
digunakan sebagai pengikat khusus.
2.8.4 SifatSifat Pasir Cetak
2.8.4.1 Sifatsifat Pasir Cetak Basah
Pasir catak yang diikat dengan tanah lempung atau bentonit menunjukkan
berbagai sifat sesuai dengan kadar air, oleh karena itu kadar air adalah faktor yang
sangat penting untuk pasir cetak, sehingga pengaturan kadar air adalah faktor
yang sangat penting untuk pasir cetak, sehingga pengaturan kadar air adalah hal
yang sangat penting dalam pengaturan pasir cetak. Hubungan antara kadar air
dengan berbagai sifat yang terjadi dengan pengikat tanah lempung ditunjukkan
pada gambar dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.17 Pengaruh kadar air dan kadar lempung terhadap pasir cetak
yang diikat dengan lempung
Titik maksimum dari kekuatan dan permeabilitas adalah keadaan dimana
butirbutir pasir dikelilingi oleh campuran tanah lempung dan air dengan
ketebalan tertentu. Dengan kelebihan kadar air kekuatan dan permeabilitas akan
menurun karena ruangan antara butirbutir ditempati oleh lempung yang
berlebihan air. Air yang tidak cukup akan menurunkan kekuatan karena kurang
lekatnya lempung.

Gambar 2.18 Pengaruh kadar air dan bentonit pada pasir diikat bentonit
Hubungan antara kadar air, kekuatan dan permeabilitas dari pasir cetak
yang diikat dengan bentonit dapat dilihat pada gambar berikut 2.18.
Kalau kadar air bertambah kekuatan dan permeabilitas naik sampai titik
maksimum dan akan menurun kalau kadar air bertambah terus. Untuk pasir
dengan pengikat bentonit, kadar air yang menyebabkan kekuatan basah
maksimum dan yang menyebabkan permeabilitas maksimum sangat berdekatan.

Universitas Sumatera Utara

2.8.4.2 SifatSifat Kering


Pasir dengan pengikat lempung dan bentonit yang dikeringkan mempunyai
kekuatan dan permeabilitas yang meningkat dibandingkan dengan kekuatan basah,
karena air bebas dan air yang di absorbsi pada permukaan tanah lempung
dihilangkan. Faktor yang memberikan pengaruh sangat besar pada sifatsifat
kering adalah kadar air sebelum pengeringan.
2.8.4.3 Sifatsifat Penguatan Oleh Udara
Sifat yang berubah selama antara pembuatan cetakan dan penuangan
disebut penguatan oleh udara, yang disebabkan oleh pergerakan air dalam cetakan
dan penguapan air dari permukaan cetakan, yang meninggikan kekerasan
permukaan cetakan. Derajat kenaikan kekerasan tergantung pada sifat campuran
pasir, derajat pamadatan dan keadaan sekeliling cetakan (temperatur udara luar,
kelembaban).
2.8.4.4 Sifat Sifat Panas
Cetakan mengalami temperatur tinggi dan tekanan tinggi dari logam cair
pada waktu penuangan . Sehingga pemuaian panas, kekuatan panas, perubahan
bentuk panas perlu diketahui.
a. Pemuaian Panas
Pemuaian panas berubah sesuai dengan jenis pasir cetak, seperti ditunjukkan
pada gambar berikut.

Gambar 2.19 Pemuaian panas bermacam macam pasir

Universitas Sumatera Utara

Pasir pantai dan pasir gunung mempunyai pemuaian panas yang lebih
kecil dibanding dengan pasir silica, sedangkan pasir olivin dan pasir sirkon yang
mempunyai pemuaian pemanas sangat kecil. Pemuaian panas bertambah
sebanding dengan kadar air dari pasir dan menurun kalau kadar yang dapat
terbakar bertambah.
b. Kekuatan panas
Kekuatan panas berubahubah sesuai dengan pasir cetak yang dipengaruhi
oleh adanya kadar tanah lempung, distribusi besar butir dan berat jenis. Berikut
grafik dari kekuatan tekan panas dari pasir cetak.

Gambar 2.20 Kekuatan tekan panas dari pasir cetak


Pasir dengan besar

butir tidak seragam dapat dipadatkan sehingga

mempunyai berat jenis yang tinggi, mempunyai permukaan sentuh yang luas
dengan butirbutir tetangganya dan mempunyai kekuatan panas yang tinggi.
c. Perubahan bentuk panas
Perubahan bentuk dapat disebut kemampuan absorpsi pemuaian panas
pada penuangan logam cair kedalam cetakan. Perubahan bentuk akan bertambah
apabila besar butir mengecil serta kadar tanah lempung, tambahan khusus dan
kadar airnya bertambah.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.21 Deformasi panas dari pasir cetak

2.9 PELEBURAN DAN PENUANGAN LOGAM


2.9.1 Peleburan Baja Cor
Peleburan baja cor banyak menggunakan tanur listrik dibandingkan
dengan tanur perapian terbuka (open hearth furnace), ini dikarenakan biaya
peleburan yang murah. Peleburan dengan busur api listrik dibagi menjadi dua
macam proses yaitu pertama proses asam dan kedua proses basa. Cara pertama
dipakai untuk peleburan skrap baja yang berkualitas tinggi sedangkan yang kedua
dipakai untuk meleburkan baja dengan kualitas biasa.
Tanur listrik yang paling banyak dipakai adalah tanur listrik Heroult
seperti diperlihatkan pada gambar. Tanur ini mempergunakan arus bolak balik tiga
fasa. Energi panas diberikan oleh loncatan busur listrik antara elektroda karbon
dan cairan baja. Terak menutupi cairan dan mencegah absorpsi gas dari udara
luar selama pemurnian berjalan.

Gambar 2.22 Tanur listrik Heroult

Universitas Sumatera Utara

Dalam peleburan baja disamping pengaturan komposisi kimia dan


temperatur, perlu juga mengatur absorbsi gas, jumlah dan macam inklusi bukan
logam. Untuk menghilangkan gas ditambahkan biji besi atau tepung kerak besi
selama proses reduksi.
2.9.2 Penuangan Baja Cor
Cairan baja yang dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel dan
dituangkan kedalam cetakan. Ladel mempunyai irisan berupa lingkaran dimana
diameternya hampir sama dengan tingginya. Untuk coran besar dipergunakan
ladel jenis penyumbat seperti pada gambar, sedangkan untuk coran kecil
dipergunakan jenis ladel yang dapat dimiringkan.

Gambar 2.23 Ladel jenis penyumbat


Ladel dilapisi oleh bata samot atau bata tahan apiagalmatolit yang
mempunyai pori pori kecil ,penyusutan kecil dan homogen. Nozel atas dan
penyumbat, kecuali dibuat dari samot atau bahan agalmatolit kadang-kadang
dibuat juga dari bata karbon. Panjang nozel dibuat cukup panjang agar
membentuk tumpahan yang halus tanpa cipratan. Ladel harus sama sekali kering
yang dikeringkan lebih dahulu oleh burner minyak residu sebelum dipakai.
Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan,
kecepatan penuangan dan cara-cara penuangan. Temperatur penuangan berubah
menurut kadar karbon dalam cairan baja seperti ditunjukkan pada grafik berikut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.24 Temperatur penuangan yang disarankan


Kecepatan penuangan umumnya diambil sedemikian sehingga terjadi
penuangan yang tenang agar mencegah cacat coran seperti retakretak dan
sebagainya, Kecepatan penuangan yang rendah menyebabkan kecairan yang
buruk, kandungan gas, oksidasi karena udara, dan ketelitian permukaan yang
buruk. Oleh karena itu kecepatan penuangan yang cocok harus ditentukan
mengingat macam cairan, ukuran coran, dan cetakan.
Cara penuangan secara kasar digolongkan menjadi dua yaitu penuangan
atas dan penuangan bawah. Penuangan bawah memberikan kecepatan naik yang
kecil dari cairan baja dengan aliran yang tenang. Penuangan atas menyebabkan
kecepatan tuang yang tinggi dan menghasilkan permukaan kasar karena cipratan.
Daripada itu dalam hal penuangan atas, laju penuangan harus rendah pada
permulaan dan kemudian dinaikkan secara perlahanlahan. Dalam penempatan
nozel harus diusahakan agar tidak boleh menyentuh cetakan. Perlu juga mencegah
cipratan dan memasang nozel tegak lurus agar mencegah miringnya cairan yang
jatuh.
2.10 PENGERJAAN AKHIR
Setelah proses pengecoran selesai, pasir harus disingkirkan dari rangka
cetakan dan dari coran, kemudian saluran turun, saluran masuk, penambah
dipisahkan dari coran dan akhirnya sirip-sirip dipangkas serta permukaan coran
dibersihkan. Proses pengerjaan akhir dibagi menjadi dua macam, pertama
menyingkirkan pasir cetak dan pasir inti sebanyak mungkin dari coran dan dari

Universitas Sumatera Utara

cetakan. Kedua adalah proses pemahatan untuk menyingkirkan sirip-sirip dan


pasir yang melekat pada coran.
2.10.1 Menyingkirkan Pasir Cetak dari Rangka Cetak
Proses pengambilan coran dari cetakan berbeda-beda tergantung pada
macam dan cara pembuatan cetakan .
a. Apabila mempergunakan drag dengan rusuk-rusuk
Kup dan drag dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemisahan
coran dari drug. Kup diangkat dengan pengangkat, kalau kup diangkat bersama
coran maka harus dipisahkan ke mesin pembongkar, sedangkan kalau coran
ditinggal dalam drag coran langsung diangkat keluar.
b. Apabila mempergunakan drag tanpa rusuk
Coran langsung didorong dari atas bersama pasir diatas mesin pembongkar
atau konveyor getar, tanpa lebih dahulu memisahkan kup dan drag
c. Apabila tidak mempergunakan rangka cetak
Untuk cetakan tanpa rangka cetak, penyingkiran pasir dilakukan dengan
jalan meletakkan coran berikut cetakan diatas mesin penyingkir pasir atau diatas
konveyor getar.
2.10.2 Menyingkirkan Saluran Turun dan Penambah Coran
Cara yang biasa digunakan untuk memisahkan saluran turun dan
penambah adalah pematahan, pemotongan dengan gas, pemotongan dengan busur
listrik, dan pemotongan secara mekanik. Cara pematahan biasa dilakukan pada
besi cor mampu tempa. Pemotongan dengan gas dilaksanakan untuk pemisahan
saluran turun dan penambah dari coran baja sedangkan untuk baja paduan tinggi
seperti baja tahan karat, baja mangan tinggi dipakai cara pemotongan dengan
busur listrik. Cara pemotongan secara mekanik dipakai untuk coran paduan
tembaga atau coran paduan ringan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai