Z AT A D ITIF D A N
S U P LEM EN M A K A N A N
Be
Zat Rasa
Zat perasa ini dapat berupa zat alami maupun zat yang
di sintesis oleh manusia. Zat ini dapat berupa zat
kompleks dari gabungan berbagai macam zat rasa,
ataupun zat rasa tunggal. Banyak zat rasa yang
didapatkan dari mikroorganisme yang tidak diproduksi
melalui fermentasi biasa dikarenakan produktifitasnya
yang rendah. Banyak kasus dimana biokonversi lebih
disarankan, dengan cara menambah prekursor kedalam
mikroba fermentasi yang aktif. Beberapa enzim mikroba
juga digunakan untuk memodifikasi rasa dari makanan
ataupun minuman. Nariginase contohnya, digunakan
untuk menghilangkan rasa pahit didalam jeruk yang
mengandung narigin. Berikut merupakan tabel kategori
dalam zat ras yang diproduksi oleh mikroorganisme
Lipid
Beberapa mikroorganisme yang mengumpulkan lipid
yang lumayan banyak. Contoh dari ragi dari genera
Candida, Lipomyces, Rhodotorula, dan Yarrowia, fungi
berfilkamen seperti spesies Mucor, dan beberapa alga.
Mikroorganisme ini dapat mengakumulasikan lipid
sampai lebih dari 40% dari berat kering mereka,
khususnya jika mereka tumbuh di media yang nutrisinya
terbatas. Lipid yang terproduksi umumnya adalah triasil
gliserol (trigliserida) mengandung asam lemak, asam
palmitat, linolenik dan asam stearat. Glikolipid juga
diproduksi bagi beberapa mikroorganisme. Beberapa zat
ini berguna sebagai surfaktan dan mungkin dapat
digunakan sebagai pengemulsi ataupun zat pendispersi.
Pengaw et alam i
Mikroorganisme memproduksi beberapa zat antimikroba,
termasuk asam organik, enzim dan antibiotik. Asam
organik, kebanyakan asam laktat, digunakan dalam
pengawetan makanan, dan enzim mikroba yang sama
dengan
lysozyme
mempunyai
potensial
sebagai
pengawet. Tetapi, dalam aplikasi dari antibiotik, yang
kebanyakan digunakan dalam kemoterapi, seperti hal ini
untuk pengawetan makanan tidak dimungkinkan karena
rasa
takut
akan
imunitas
dan
ketahanan
dari
mikroorganisme meningkat, berpotensinya zat tersebut
sebagai racun, dan reaksi alergi. Pengembangan untuk
mencari antibiotik yang dapat digunakan sebagai
pengawet makanan sangatlah rumit, memerlukan waktu,
dan mahal.
N isin
Nisin adalah bakterosin yang mempunyai
banyak
kegunaan
dalam
pengawetan
makanan. Nisin pertama kali dikenal pada
tahun 1928 dan pada tahun 1940 studi in
vitro ditemukan bahwa nisin mempunyai
potensial sebagai obat dari tuberculosis
(TBC).
Tetapi,
zat
ini
kemudian
dikembangkan
menjadi
zat
pengawet
makanan dan dikomersilkan lebih dari 50
tahun. Nisin mempunyai Lethal Dose 50
(LD50) yang cukup tinggi sekitar 7 g/kg dan
diterima oleh FAO dan WHO sebagai
Nisin sangatlah aktif terhadap banyak bakteri grampositif, tetapi hanya berpengaruh sedikit atau tidak
bereaksi dengan bakteri gram-negatif, ragi atau jamur
berfilamen. Kegunaannya antara lain mengontrol
pembusukan yang diakibatkan oleh bakteri dari
makanan yang telah dipanaskan atau makanan yang
mempunyai pH yang rendah.
ProduksiN isin
Nisin dibuat dengan fermentasi terkontrol dari L. Lactis dalam
medium susu dengan pH dibawah 2,0. pH diatas 3, nisin
mengadsorpsi sel pembuat, tetapi akan tetap terdesoripsi
dalam pH 3 atau dibawahnya. Secara konsekuan, didalam pH
fermentasi semua nisin dilepaskan ke medium, dimana nisin
dapat diekstrak diakhir proses fermentasi nantinya. Ekstraksi
pelarut digunakan dan kromatografi digunakan agar lebih
efisien. Bagaimanapun, proses skala industri menggunakan
metode foaming untuk mengkonsentrasikan dan memisahkan
nisin. Proses ini dilakukan dengan cara menggelembungkan
nitrogen atau udara melalui kolom fermentasi. Karena nisin
adalah zat yang aktif dari permukaan maka nisin akan
mengakumulasikan busa. Busa tersebut dikumpulkan , dan
nisin dapat dipisahkan secara mekanis.
Vitam in
Beberapa vitamin sebelumnya dapat diambil dari
jaringan hewan dan tumbuhan, walaupun ragi kering
telah diidentifikasi sebagai sumber dari vitamin B.
Mkroorganisme sekarang digunakan sebagai sumber
dari beberapa dari zat-zat penting ini, termasuk
tiamin ( vitamin B1), riboflavin (vitamin B2),
pirodiksin (vitamin B6), cobalamin (vitamin B12),
biotin, asam folat, asam askorbat (vitamin C), betakaroten (provitamin A), ergosterol (provitamin D2),
dan asam pantotenat. Dalam produksi dari beberapa
vitamin,
proses
fermentasi
langsung
dapat
dilakukan,
dimana
untuk
produksi
lainnya,
biotransformasi atau penggabungan zat serta proses
mikroba juga dapat digunakan
Selanjutnya,
L-surbosa
diambil
dari
medium dengan cara filtasi. Gula jenis ini
mengkristal dalam pendinginan dan sekitar
65% dapat diambil, bergantung dari
material yang digunakan pada awalnya.
Lalu l-surbosa dikonversikan secara kimia
menjadi asam askorbat melalui 2-keto-lasam glukonat.
Karotenoid
Karotebnoid adalah zat yang mempunyai
warna kuning kejinggaan yang terdapat
dimana-mana pada alam. Kemungkinan
terbesar fungsi dari berbagai karotenoid
adalah prekursor dari vitamin A. Zat ini juga
efektif sebagai antioksidan. Di dalam
manusia kegunaan dari zat ini adalah
perlindungan berlanjut dari berbagai bentuk
kanker. Tetapi, dalam dosis tinggi mungkin
akan mengakibatkan efek yang merugikan.
Beberapa karotenoid digunakan secara luas
sebagai perwarna alami untuk margarin, es
Ribofl
avin (Vitam in B2)
Riboflavin digunakan untuk melindungi
makanan yang telah diproses, seperti sereal
dan minuman ringan. Zat ini dapat
diproduksi secara kimiawi atau berdasarkan
proses fermentasi, menggunakan ragi
Ashbya gossypii, Candida flareri dan
Eremothecium ashbyii. Produksi tahunan via
fermentasi adalah sekitar 600 ton. Setiap
fermentasi dibagi atas 2 proses, pertama
adalah proses pertumbuhan bakteri dan
kedua memaksimalkan produksi riboflavin.
Riboflavin tersekresi kedalam medium, lalu