Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengujian Sifat Mekanik


1. Pengujian Kekuatan Tarik
Uji kekuatan tarik menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) dan
dilakukan sesuai standar ASTM D 638. Sesuai ASTM D 638 tipe V sampel berbentuk
menyerupai tulang anjing dengan ketentuan sebagai berikut:

Gambar 1. Spesimen uji tarik


Dimana :
F = besarnya gaya yang digunakan untuk menarik spesimen hingga putus
(Newton)
Lo = panjang antar jepitan dalam spesimen sebelum dilakukan penarikan (mm).
L1 = panjang antar jepitan dalam spesimen setelah dilakukan penarikan (mm).
Pembebanan berupa gaya tarik (P) dengan satuann Newton diberikan pada sampel
hingga sampel putus. Sebelum putus terjadi penambahan panjang (l) akibat gaya tarikan
yang diberikan pada sampel. Sehingga pada pengujian ini akan diperoleh data berupa
gaya tarik (P) dan panjang akhir (l). Berikut ilustrasi pertambahan panjang jarak antara
dua penumpu:

Gambar 2. Ilustrasi pertambahan panjang


Perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula-mula material
uji dinyatakan sebagai regangan, yang dapat dihitung dengan persamaan:

l lol
=
lo
lo

Sedangkan dalam bentuk % perbandingan antara pertambahan panjang dengan


panjang mula-mula material uji dinyatakan sebagai % elongasi, yang dapat dihitung
dengan persamaan :
=

l
lol
x 100 =
x 100
lo
lo

Dimana :
= regangan
% = % elongasi (%)
l = pertambahan panjang (mm)
l0 = panjang mula-mula (mm)
l = panjang akhir (mm)
Perbandingan gaya tarik dengan luas penampang mula-mula sampel merupakan
tegangan tarik atau kekuatan tarik (tensile strength). Kekuatan tarik maksimum suatu
spesimen hingga spesimen tersebut patah () dapat dihitung melalui persamaan:
F
= A dengan A=w x t
Dimana :
= kekuatan tarik (N/m2)
F = gaya tarik (Newton)
A = luas penampang mula-mula (m2)
w = lebar sampel (mm)
t = tebal sampel (mm)
Hubungan antara tegangan dengan regangan menghasilkan Modulus Elastisitas
(Modulus Young, MY) yang dapat dihitung melalui persamaan :

MY =
Dimana :
MY = Modulus Young
= kekuatan tarik (N/m2)
e = regangan (%)
Dalam pengujian kekuatan tarik terdapat beberapa variable diantaranya :

a. Variabel Tetap
1) Luas Penampang (A)
2) Jarak antara dua penjepit (l0)
b. Variabel Terikat
1) Gaya tarik maksimum hingga sampel patah (P)
2) Panjang sampel setelah gaya tarik maksimum (l)
Dengan mengetahui variable- variable dan persamaan diatas maka berikut tabulasi
data yang perlu disiapkan sebelum pengujian.:
Sampe
l

l
(cm)

Tebal
(mm)

F1
25

2,5

Leba
r
(mm)

Lua
s
(mm
2
)
60,6
24,25 3

Forc
e
Peak
(N)

I
(c
m
)

T
S

L
(cm)

Rega
ngan

%
Elongas
i

Modulu
s Young
(GPa)

Disiapkan dari rumah


Diperoleh dari alat sebelum dilakukan pengujian
Diperoleh setelah dilakukan pengujian dan pengolahan data
Sedangkan berikut contoh cara perhitungan dari data yang diperoleh hasil uji
kekuatan tarik:
Contoh:
Suatu sampel komposit diketahui memiliki lebar 24,25 mm dan tebal 2,5 mm.
diketahui jarak antar penjepit 138 mm. dilakukan pengujian kekuatan tarik dan dihasilkan
gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan sampel sebesar 30 N dan pertambahan panjang
sebesar 2,64 mm. tentukan besar tensil strength (TS), % Elongasi dan modulus young
(MY) dari sampel tersebut!
Jawaban :
Luas permukaan (A) = tebal x lebar = 24,25 mm x 2,5 mm = 60.625 mm2
TS =

F
30 N
2
=
=0,495 N /mm =0,495 MPa
2
A 60.625 mm
l 2,64 mm
=
=0,0191
lo 138 mm

l
2,64 mm
x 100 =
x 100 =1,91
lo
138 mm

MY =

0,495 MPa
=
=25,916 MPa

0,0191

Dibawah ini menunjukkan gambar alat untuk pengujian kekuatan tarik:

Gambar 3. Alat UTM

2. Pengujian Kekuatan Lentur


Uji kekuatan lentur dilakukan sesuai standar ASTM D 790 untuk three point
bending dan ASTM D 6272 untuk four point bending sampel memiliki bentuk dan
ketentuan sebagai berikut:

Gambar 4. Gambar specimen uji lentur


Sedangkan cara pengujian adalah sebagai berikut (three point bending) :

Gambar 5. Skema pengujian three point bending


Pembebanan tegak lurus terhadap arah penguatan dengan jarak titik penahan 90
mm dan titik pembebanan terletak pada pertengahan panjang sampel. Pembebanan
diberikan hingga sampel patah. Saat diberikan pembebanan sampel akan mengalami
perubahan tinggi disebut sebagai tinggi defleksi, berikut ilustrasinya:

Gambar 6. Ilustrasi perubahan tinggi (defleksi)


Dari pengujian ini akan diperoleh data berupa gaya penekanan dan tinggi defleksi.
Berikut persamaan untuk memperoleh kekuatan lentur berdasarkan persamaan 3 pada
ASTM D 790 :
3 PL
UFS=
2
2bh
Dimana:
UFS = Kekuatan lentur = kekuatan bending (Mpa)
P = gaya penekanan (Newton)
L = jarak dua penumpu (m)
b = lebar sampel (m)
h = tebal sampel (m2)
Berdasarkan gaya dan tinggi defleksi akan diperoleh slope menggunakan
persamaan:
P
Slope( m)=
defleksi
Kemudian slope digunakan untuk menentukan Modulus Bending (EB)
menggunakan persamaan:
0,17 x m x L3
EB=
b x h3
Dimana:
EB = Modulus Bending (Mpa)

L = jarak dua penumpu (mm)


m = slope (m)
b = lebar sampel (mm)
h = tebal sampel (mm2)
Dalam pengujian kekuatan lentur terdapat beberapa variable diantaranya :
a. Variabel Tetap
1) Luas Penampang (A)
2) Jarak antara dua penumpu (L)
b. Variabel Terikat
1) Gaya penekanan hingga sampel patah (P)
2) Tinggi defleksi (defleksi)
Dengan mengetahui variable- variable dan persamaan diatas maka berikut tabulasi
data yang perlu disiapkan sebelum pengujian.:
Sampel Tebal
(mm)
F1

Lebar Luas Jarak


Tinggi
2
(mm) (mm ) antar
defleksi
penumpu( (mm)
mm)
50
3,30 13,20 43,56

Slope
P
(N/m
(N) m)

UFS
(MPa
)

EB
(MPa
)

Disiapkan dari rumah


Diperoleh dari alat sebelum dilakukan pengujian
Diperoleh setelah dilakukan pengujian dan pengolahan data
Sedangkan berikut contoh cara perhitungan dari data yang diperoleh hasil uji
kekuatan lentur:
Contoh :
Suatu sampel komposit diketahui memiliki lebar 13,20 mm dan tebal 3,30 mm.
diketahui jarak antar penumpu 80 mm. dilakukan pengujian kekuatan tarik dan dihasilkan
gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan sampel sebesar 25 N dan pertambahan panjang
sebesar 2,97 mm. tentukan besar UFS dan Elastisitas bending (EB) dari sampel tersebut!
Jawaban :

mm
3,3

2
2 x 13,2 mm x
3 PL 3 x 25 N x 80 mm
UFS=
=

2bh 2
Slope ( m )=

P
25 N
=
=8,418 N /mm
defleksi 2,97 mm
3

0,17 x m x L3 0,17 x 8,418 N /mm x (80 mm)


EB=
=
=1544,586 N / mm 2=1544,586 MPa
3
3
bx h
13,2 mm x (3,3 mm)
Dibawah ini menunjukkan gambar alat untuk pengujian kekuatan lentur:

Gambar 6. Alat pengujian kekuatan lentur three point bending


3. Pengujian Ketangguhan Impak
Pengujian ketangguhan impak dilakukan berdasarkan ASTM D 6110 menggunakan alat
Charpy impact testing machine. Dari uji sifat mekanik ini didapatkan data alat dan spesimen
yang terdiri dari panjang lengan, berat beban dan luas penampang spesimen (lebar x panjang),
sedangkan dari didapatkan sudut dan sudut .

Luas penampang = 3 mmx 13 mm

Gambar 7. Spesimen uji ketangguhan impak

Kemudian dari data-data tersebut dilakukan perhitungan. Energi serap dihitung dengan
menggunakan rumus persamaan :
Energi Serap (AE) = G x R x (cos cos)
Dimana :
AE = Energi Serap (Joule)
G = Berat beban (Newton)
R = Panjang lengan pengayun beban (meter)
Cos = sudut ayunan tanpa beban uji
Cos = sudut ayunan saat mematahkan spesimen
Ketangguhan impak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Ketangguhan Impak (IT) =

Energi Serap( AE)


Luas Penampang ( A)

Dimana:
IT = Ketangguhan Impak (Joule/m2)
AE = Energi serap (Joule)
A = Luas penampang (m2)
Dalam pengujian ketangguhan impak terdapat beberapa variable diantaranya :
a. Variabel Tetap
1) Luas Penampang (A)
2) Panjang lengan pendulum (R)
3) Berat beban pendulum (G)
4) Sudut simpangan alat tanpa sampel ()
b. Variabel Terikat
1) Sudut simpangan alat tanpa sampel ()
Dengan mengetahui variable- variable dan persamaan diatas maka berikut tabulasi data
yang perlu disiapkan sebelum pengujian.:

Samp
el

Leba
r (b)
mm

F1

10,0
7

Tebal
(d)
mm

3.90

Luas
Area
mm2

39,26

Ukuran Pendulum
Berat
Panjang
Pendulu Pendulu
m (G)
m (R)
N
m
20,43

0.357

(o)

cos

13
5

0.7
07

(o)

cos

Es
(Joul
e)

IT

IT

kJ/m2
* 103

kJ/
m2

Disiapkan dari rumah


Diperoleh dari alat sebelum dilakukan pengujian
Diperoleh setelah dilakukan pengujian dan pengolahan data
Sedangkan berikut contoh cara perhitungan dari data yang diperoleh hasil uji
ketangguhan impak:
Contoh:
Suatu sampel komposit diketahui memiliki lebar 10,07 mm dan tebal 3,90 mm.
Sebelum dilakukan pengujian diukur panjang pendulum sebesar 0,357 m dan berat
pendulum sebesar 20,43 N dan sudut simpangan tanpa sampel sebesar 135 . Dilakukan
pengujian kekuatan tarik dan dihasilkan sudut simpangan dengan adanya sampel sebesar
120. Tentukan besar energy serap (AE) dan ketangguhan impak (IT) dari sampel
tersebut!
Jawaban:
Energi Serap (AE) = G x R x (cos cos)
= 20,43 N x 0,357 m x (cos 120 cos135)
= 1,51 N/m
Luas permukaan (A) = lebar x tebal = 10,07 mm x 3,9 mm = 39,273 mm2
Ketangguhan Impak (IT) =

Energi Serap( AE)


1,51 N /m
=
=0,0384 MPa
Luas Penampang ( A) 39,273 x 106 m2

Dibawah ini menunjukkan gambar alat untuk pengujian ketangguhan impak:

Gambar 8. Alat pengujian ketangguhan impak

Anda mungkin juga menyukai