Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi
berdasarkan hasil tutorial skenario keempat kami pada tanggal 15 dan 18 Desember 2014
dengan tepat waktu.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan serta dukungan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial ini, terutama bagi tutor kami, dr.Hardian Rahman.
Harapan kami, semoga laporan ini bisa berguna bagi teman-teman yang membacanya
dan khususnya bagi kami. Dan kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.
(Kelompok Tutorial I)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
I. Pendahuluan
1
Mind Map.............................................................................................
Learning Objectives..............................................................................
II. Pembahasan
2.1 Pengertian menua, karateristik lansia, dan jenis lansia........................
12
19
21
25
30
33
40
47
48
Bab I
Pendahuluan
1.1 Skenario 4 Blok 9
Di sebuah kota terdapat sebuah Panti Sosial Panti Werda Damai
Sejahtera. Seperti namanya, suasana dip anti tersebut tampak
damai
dan
sejahtera.
Beberapa
orang
lansia
terlihat
mulai
kembali
ke
tempat
duduknya
dan
bercerita
dengan
G
L
fd
k
am
p
l
aen
af
k
rd
n
i
asty
ro
u
g
ieg
n
p
o
ab
ifrb
ap
u
si
u
h
an
i
b
k
sm
au
n
sea
n
d
a
iesm
d
a
fig
p
n
ise
n
isn
ig
k
P
a
eo
lr
n
a
u
o
h
g
n
i
g
a
n
a
n
6. Analisis skenario
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian menua, karateristik lansia, dan jenis lansia
Proses menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk mengganti atau memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
Penggolongan lansia menurut WHO :
Usia pertengahan (middle age) : 45 sampai dengan 59 tahun
Lanjut usia (elderly) : 60 sampai dengan 74 tahun
Lanjut usia tua (old) : 75 sampai dengan 90 tahun
Usia sangat tua (very old) : diatas usia 90 tahun
2.2 Komponen dalam proses menua
Terdapat beberapa istilah/ komponen yang digunakan oleh gerontologist ketika
membicarakan proses menua:
1. Aging(bertambahnya umur): menunjukkan efek waktu; suatu proses perubahan,
biasanya bertahap dan spontan
2. Senescence(menjadi tua) : hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan
berkembang (dan sering waktu akan menyebabkan kematian)
3. Homeostenosis:penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi
selama penuaan pada setiap sistem organ
Istilah aging yang hanya menunjukkan efek waktu,dianggap tidak mewakili apa
yang terjadi pada proses menua.Sebab berbagai proses yang terjadi seiring waktu,
seperti perkembangan(development), istilah yang sering digunakan dibidang pediatri,
dapat
disebut
sebagai
aging.
Aging
merupakan
proses
yang
terus
diharapkan.Sebagai
contoh,
kebijakan(wisdom)yang
melainkan
suatu
oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai
komponen penting selular, termasuk protein, DNA dan lipid dan akan menjadi
molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama serta mengganggu fungsi
sel lainnya.
Teori radikal bebas (free radical theory of aging) pertama kali diperkenalkan
oleh Denham Harman pada tahun 1956, menyatakan bahwa proses menua normal
merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas. Harman menyatakan bahwa
mitokondria sebagai generator bebas, juga merupakan target kerusakan dari radikal
bebas tersebut.
Radikal senyawa adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak perpasangan
yang terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses selular atau metabolisme
normal yang melibatkan oksigen. Sebagai contoh adalah ractive oxygen species
(ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) yang dihasilkan selama metabolisme
normal. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan
6
mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama
dengan protein dan lemak tidak jenuh. Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang
dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi
makromolekul. Sebagai contoh, karena membran sel mengandung sejumlah lemak, ia
dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel mengalami perubahan.
Akibat perubahan pada struktur membran tersebut, membran sel menjadi lebih
permeabel terhadap
melewati membran secara bebas. Struktur didalam sel seperti mitokondria dan
lisosom juga dilapisi oleh membran yang mengandung lemak sehingga mudah
diganggu oleh radikal bebas. Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA,
menyebabkan mutasi kromosom dan karenanya merusak mesin genetik normal dari
sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel dengan merusak membran sel atau
kromosom sel. Selain itu, teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi
gradikal bebas secar bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila kadarya
melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada perubahanperubahan yang sering kali dikaitkan dengan penuaan.
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas yang berupa
antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun pada tingkat tertentu oksidan
tersebut tidak dapat melindingi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas yang
berlebihan.
2. Teori glikosilasi
Teori glikosilasi ini menyebutkan bahwa proses glikosilasi non-enzimatik
yang menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut advanced glycation and
products (AGEs) dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul yang
termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang
menua. Protein glikasi menunjukan perubahan fungsional, meliputi menurunnya
aktvitas enzim dan menurunnya degradasi dan protein abnormal. Saat manusia menua,
AGEs beramulasi diberbagai jaringan termasuk kolagen,hemoglobin dan lensa
mata.Karena muatan kolagennya tinggi,jaringan ikat menjadi kurang elastic dan lebih
kaku. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah.
AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin mengganggu
kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.
7
Tidak hanya kolagen, tapi banyak jenis protein lainnya juga menunjukkan
struktur abnormalitas pada jaringan dan sel yang lebih tua. Perubahan tidak terjadi
dalam susunan asam aminooleh karena itu tidak disebabkan mutasi DNAtetapi
terletak pada cara protein terlipat dan pada gugus lain seperti karbohidrat yang
melekati protein. Ini adalah alasan bahwa sel-sel mengumpulkan lebih banyak protein
yang disfungsional seiring bertambahnya usia.
6. Teori genetic clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies di dalam nuclei (inti sel) nya terdapat suatu jam yang
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut
konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep genetic clock
didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata, seperti manusia
memiliki harapan hidup berbeda yakni sekitar 116 tahun dengan dengan kuda yang 62
tahun, dan seterusnya.
Pengontrolan genetik umur, rupanya dikontrol dalam tingkat seluler. Mengenai
hal ini Hayflick (1980) melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakah yang mengontrol replikasi tersebut
nuleus atau sitoplasma, maka dilakukanlah tranplantasi silang dari nucleus. Dari hasil
penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumlah replikasi,
kemudian menua dan mati, bukan sitoplasmanya.
Dari hasil penelitian yang menggunakan kultur dari jaringan fibroblast
umbilicus tersebut, diperoleh bahwa jaringan tersebut maksimal membelah sebanyak
50 kali. Setelah itu pembelahan akan terhenti dan sel tersebut akan mati. Namun
sayangnya, teori ini tidak mampu menjelaskan dengan pasti mengenai proses penuaan
yang terjadi pada sel saraf di otak dan sel otot jantung, yang sedianya bersifat
nonmitotik. Selanjutnya, teori ini dikembangkan menjadi teori Telomer.
7. Teori Mutasi Somatic (Teori Error Catastrophe)
Terjadinya mutasi somatic tidak terlepas dari pengaruh factor lingkungan,
seperti radiasi dan zat kimia yang dapat memperpendek umur, sebaliknya
9
menghindari terkenanya radiasi atau tercemar sat kimia yang bersifat karsinogenik
atau toksik, dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatic, akan menyebabkakn terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatic adalah
hipotesis Error Catastrophe. Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan. Setelah berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA),
maupun dalam proses translasi (RNA protein/enzim). Kesalahan tersebut akan
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai reaksi dan kesalahan-kesalahan
lain yang berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi
metabolisme yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Walaupun dalam
batas-batas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun
kemampuan memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam
transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis
protein atau enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya. Apalagi jika
disertai dengan kesalahan pada proses translasi yang akibatnya jumlah kesalahan
sintesis protein semakin besar.
memiliki
fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi.
Teori Wear and Tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang
terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
10
9. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang menjelaskan tentang terjadinya
proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam
sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon dalam tubuh
berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dalam
menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalam tubuh. Pengeluaran
hormon diatur oleh hipotalamus yang juga merespon tingkat hormon tubuh sebagai
panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan
dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi hormon individu menjadi
kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat dapat
disekresi dan mengalami penurunan keefektivitasan.
Penurunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol.
Kortisol dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) yang bertanggung jawab
untuk stress. Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat
dengan usia. Jika kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu hipotalamus
akan mengalami kerusakan. Kerusakan
11
bagian-bagian tubuh lainnya juga akan mengeluarkan hormon dalam kadar yang lebih
rendah.
kemungkinan
yang
menjanjikan
dalam
bidang
obat-obatan
Anti-
Penuaan.Teori ini lahir dari hasil temuan kemajuan ilmu-ilmu genetika dan teknologi
genetika.Pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli dari Geron Corporation di
Menlo Park, California, telomer adalah sekumpulan asam nukleat yang merupakan
perpanjangan dari ujung kromosom. Telomer bertugas untuk mempertahankan
integritas kromosom. Setiap kali sel-sel kita membelah, telomer akan memendek.
Terutama, saat ujung telomer-DNA terlalu pendek, pembentukan sel akan melambat
dan kemudian akan berhenti sama sekali. Hal ini diyakini kemungkinan sebagai
mekanisme untuk jam selular penuaan.
Para ahli menemukan bahwa elemen kunci dalam membentuk kembali
telomer-telomer kita yang hilang adalah enzim telomerase abadi sebuah enzim
yang hanya ditemukan dalam sel-sel kuman dan kanker. Telomerase berfungsi untuk
memperbaiki dan memperbaharui telomer, memanipulasi mekanisme berdetaknya
jam yang mengatur jangka waktu terbelahnya sel. Pengembangan lebih lanjut
penghambat-telomerase dapat mencegah pembelahan sel-sel kanker dan diduga juga
dapat mengembalikan sel menjadi normal kembali.
1. Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal ini
adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh lebih
lama.
2. Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit lebih kasar dan kering.
Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses menua:
1. Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit, perlambatan dalam proses perbaikan
sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi dari hal ini adalah
pengurangan kontak antara epidermis dan dermis sehingga mudah terjadi
pemisahan antar lapisan kulit, menyebabkan kerusakan dan merupakan faktor
predisposisi terjadinya infeksi.
2. Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah perlindungan
terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya pigmentasi yang tidal
merata pada kulit.
3. Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan
konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap pemeriksaan
kulit terhadap alergen berkurang.
4. Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah perubahan
kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan yang abnormal
seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.
Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua:
1. Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan dermal
dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah lansia rentan terhadap
penurunan termoregulasi, penutupan dan penyembuhan luka lambat,
penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat
topikal.
2. Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.
Implikasi dari hal ini adalah perubahan dalam penglihatan karena adanya
kantung dan pengeriputan disekitar mata, turgor kulit menghilang.
13
3. Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi dari hal
ini adalah kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu malakukan
termoregulasi.
Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses menua:
1. Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit yang kendur/ menggantung di atas tulang rangka.
2. Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini adalah
gangguan fungsi perlindungan dari kulit.
Bagian tambahan pada kulit
Bagian tambahan pada kulit meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus
meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan perubahan yang
terjadi pada rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea akibat proses menua:
1. Berkurangnya folikel rambut. Implikasi dari hal ini adalah Rambut bertambah uban
dengan penipisan rambut pada kepala. Pada wanita, mengalami peningkatan rambut
pada wajah. Pada pria, rambut dalam hidung dan telinga semakin jelas, lebih banyak
dan kaku.
2.
Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi lunak,
rapuh, kurang berkilsu, dan cepet mengalami kerusakan.
3. Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus meissner (sensasi sentuhan) menurun.
Implikasi dari hal ini adalah beresiko untuk terbakar, mudah mengalami nekrosis
karenan rasa terhadap tekanan berkurang.
4. Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon dalam
keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.
5. Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia berkurang.
II.
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi
lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan
ringan maupun spontan.
Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami
penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat
proses menua:
1. Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan diskus
intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini
adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest.
2. Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai
perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan. Implikasi dari
hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur.
Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat
proses menua:
1. Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari hal
ini adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif.
2. Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,
penyusustan dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif
ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.
Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses menua:
1. Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah
nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi dan deformitas.
2. Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko
cedera.
Estrogen
15
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu
penurunan hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur
tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang.
III.
IV.
16
4. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.
Pendengaran
17
Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan
kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
3. Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah
potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi
suara.
Perabaan
Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional
apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan kebutuhan
akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai,
penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak mengundang sentuhan
dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong
untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.
Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang
bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam
kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu
penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi
dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.
Penciuman
18
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua
yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia.
Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi
penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor
lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau.
Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu
sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan apatheic thyrotoxicosis.3
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses
menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa darah
puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan
waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan
T4 tetap stabil.
19
peranan dan status ekonomik dan sosial serta kemunduran efisiensi integratif susunan
saraf pusat, misalnya penciutan minat, kelemehan ingatn dan penurunan integratif.
Tidak jarang terjadi depresi pda orang berumur 60-an. Depresi sering mengisyaratkan
adanya suatu penyakit organik. Penyakit yang laten mungkin menunjukkan
eksaserbasi, seperti diabetes hipertensi dan glaukoma. Gangguan pembuluh darah
yang progresif pada jantung dan otak yang mengancam serta membatasi hidup, dapat
menimbulkan rasa takut, amarah dan depresi. Sebaliknya, reaksi emosional yang
berlebihan dapat memperhebat gangguan kardiovaskuler, endokrin dan penyakit lain
yang sebelumnya masih ringan.
Orang lanjut usia sering menyatakan kekhwatirannya terhadap ketidakmampuan
fisiknya, tetapi jarang tentang rasa takutnya terhadap kematian. Ada yang dengan
tenang menyiapkan diri dan mengatur hal-hal duniawi (warisan, makam dan
sebagainya) dalam menghadapi hal yang tidak dapat diletakkan itu. Kadang-kadang
memang timbul depresi, atau penyangkalan (denial) dan kompensasi ( yang
berlebihan ) terhadap hal mati.
2. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi kehilangan keluarga atau teman karib,
kedudukan sosial, uang, pekerjaan (pensiunan), atau mungkin runah tinggal, semua ini
dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan
ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat daripada
keadaan badani dalam hal melawan depresi. Dilihat dari sudut semangat dan integrasi
sosial, maka Eropa Barat dan Amerika Serikat boleh dikatakan bahwa bagi warga
senior lebih baik kaya dan sakit daripada miskin dan sehat. Bagaimanakah di Negara
kita, terutama di kota-kota besar?
3. Sex pada usia lanjut orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan sex yang
aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu sexual penting juga pada usia lanjut, tetapi
sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka sendiri dan anakanak mereka yang menganggap sex pada usia lanjut sebagai tabu atau tidak wajar.
Orang yang pada masa muda mempunyai kehidupan sexual yang sehat dan aktif, pada
usia lanjut masih juga demikian, biarpun sudah berkurang, kalau yang waktu muda
sudah lemah, pada usia lanjut akan habis sama sekalian.
Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai sex. Pada wanita: karena
proses menjadi tua itu, maka pola vasokongesti pada buah dada, klitoris dan vagina
lebih terbatas. Aktifitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang. Pada pria:
untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak akan
20
pada
orang
byang
dianggap
lebih
mampu
kelicikan
untuk
21
depresi. Depresi pada usia lanjut sering karena anterosklerosis otak, tetapi juga tidak
jarang psikogenik atau kedua-duannya.
Fase pramenopause
Fase Perimenopause
Fase Menopause
Fase Pascamenopause
Pramenopause
Fase pramenopause dimulai pada usia 40 tahun dan ditandai oleh siklus haid yang
tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, dan kadang disertai nyeri. Pada fase ini,
kadar FSH dan estrogen tinggi sedangkan kadar LH normal.
Perimenopause
WHO mendefinisikan perimenopause sebagai interval yang mendahului
berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa satu tahun setelah siklus menstruasi
terakhir. Siklus haid semakin tidak teratur, umumnya lebih dari 36 hari dan 40 % bersifat
anovulatorik. Pada fase ini, kadar FSH, LH, dan estrogen bervariasi.
Perimenopause ditandai dengan timbulnya gejala vasomotor, seperti hot flushes
(panas pada muka, leher, dan dada dengan suhu badan yang normal). Keluhan fisik,
seperti tegangnya payudara, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, hot flushes,
dispareumia, dan masalah emosional seperti gangguan tidur, kelelahan, rasa tegang dan
mudah tersinggung akan sering ditemukan.
22
Menopause
Menopause dimulai sejak 12 bulan setelah haid terakhir dan ditandai dengan
berlanjutnya gejala vasomotor dan gejala urogenital seperti keringnya vagina dan
dispareumia. Pada fase menopause, jumlah folikel yang mengalami atresia bertambah
banyak, kadar FSH tinggi (>40 nIU/ml) sedangkan kadar estradiol rendah (<30
pg/ml). diagnosis menopause ditegakkan setelah didapatkan amenorrhea minimal 1
tahun.
Pascamenopause
Pada fase pascamenopause, ovarium sedah tidak berfungsi sama sekali. Kadar
estradiol antara 20-30 pg/ml dan gonadotropin menigkat karena produksi inhibin oleh
folikel berhenti. Karena kadar estradiol rendah, maka endometrium akan atropik dan
tidak terjadi haid lagi.
Pada fase ini masih saja dapat dijumpai jenis steroid seks lain dengan kadar
yang normal di dalam darah. Ternyata, ovarium wanita pascamenapause memiliki
kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Sel-sel hilus dalam korteks ovarium
masih dapat memproduksi androgen, esterogen dan progesterone dalam jumlah
tertentu. Selain itu jaringan tubh tertentu seperti lemak, uterus, hati, otot, kilit, rambut,
dan bahkan dari system neural tulang mempunyai kemampuan mengarmatisasi
androgen menjadi esterogen. Kelenjar adrenal merupakan sumber androgen utama
bagi wanita pascamenapause.
Lebih dari 70 % perempuan pada fase perimenopause dan pascamenopause
mengalami gejala vasomotor, depresi, dan keluhan somatic lainnya yang mencapai
puncak pada sebelum dan sesudah menopause, dan berkurang dengan bertambahnya
usia.
23
Keluhan somatik lain pada masa pascamenopause adalah kulit kering, rambut
menipis, gatal-gatal, mulut kering, mata kering, vagina kering, sehingga nyeri pada
saat senggama, gatal-gatal di sekitar vulva dan vagina, mudah terkena infeksi saluran
keencing berulang, inkontinensia urin, osteoporosis, dan gangguan metabolism
kolesterol.
Andropause
Andropause adalah kondisi dengan gejala dan tanda mirip menopause tapi
terjadi pada pria dalam usia diatas 50 tahun. adapun asal katanya dari andro yang
berarti pria dan pause yang berarti penghentian/berhenti. Pada pria penurunan
produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lain terjadi perlahanlahan.
Andropause adalah suatu kondisi biologik tertentu yang disertai tanda, gejala
dan timbulnya kumpulan keluhan yang disebabkaan oleh perubahan hormonhormon
serta biokimiawi tubuh tertentu, yang biasanya timbul setelah usia tengah baya.
Perubahan hormonal dan biokimiawi tubuh ini secara alami akan pasti terjadi, akan
tetapi tidak semua pria akan mengalami keluhan andropause.
Ada suatu general konsensus bahwa serum testosteron turun sejalan dengan
bertambahnya umur seorang laki laki. Beberapa studi cross sectional telah
menunjukkan bahwa kadar serum testosteron ( testosteron bebas ) dalam darah turun
dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan total testosteron pada laki laki yang
menua. Hal ini disebabkan karena kenaikan dari Sex Hormone Binding Globulin
(SHBG) yang mengakibatkan pengikatan hormon testosteron dalam darah meningkat.
Serum testosteron (testosteron bebas) yang dapat berefek pada organ target yang
kemudian dapat menyebabkan organ target tersebut berfungsi dengan baik sesuai
tugasnya. Sebuah studi longitudinal pada 77 lakilaki selama lebih 15 tahun
menunjukkan bahwa total serum testosteron turun ratarata 110 ng/dl tiap dekade. Hal
inilah yang nantinya mungkin akan dapat menyebabkan munculnya gejala, tanda dan
keluhankeluhan andopause. Adapun beberapa gejala dan keluhan yang timbul pada
berbagai aspek kehidupan, antara lain:
24
sinar
matahari, makanan
berbahan
kimia,
infeksi
virus,
bakteri
dan
mikroorganisme lain. Mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karena
stress yang dialami individu.
25
Faktor Internal
Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak mungkin dihindari setiap
manusia. Hal ini dapat juga dipicu oleh stres dan perubahan hormonal, dan
faktor ini hanya dapat dikurangi efeknya, dengan cara perawatan wajah yang
tepat, rutin dan lembut, mengurangi stress serta mencoba hidup santai.
a.
Faktor lingkungan
Pemakaian
obat-obat/jamu
yang
tidak
terkontrol
b.
Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang
tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia
terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan
berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.
c.
Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya.
Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus,
radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh
tubuh.
d.
Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
2.
Faktor Eksternal
a. Radikal Bebas
Yaitu molekul ganas yang menggerogoti sel-sel tubuh termasuk
jaringan kalogen. Sebagian ahli berpendapat bahwa radikal bebas
terbentuk sebagai efek polusi lingkungan, paparan sinar matahari,
pemakaian air yang tercampur bahan kimia, perubahan cuaca dan
faktor lain yang mengganggu pertumbuhan normal kalogen.
Pencegahan radikal bebas dapat dilakukan dengan mengatur
pola makan, diet yang mengandung protein tinggi dan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung vitamin seperti buah dan sayuran.
Dengan gizi yang baik, struktur sel akan membaik hingga proses
penuaan dini dapat diperlambat.
b. Sinar Matahari
Untuk menghindari pengaruh buruk sinar matahari, hindari saat
sinar matahari memancarkan sinar ultra violet di titik kulminasi
27
melakukan
pengaturan
menu.
Diet
yang
dianjurkan
untuk
3. Pemanjangan Talomer
Pemanjangan Telomer dengan cara modifikasi enzim Telomerase dapat
memperlambat kematian sel. Dengan memperkuat telomere menjadikan
susunannya menjadi panjang, sehingga pembelahan sel tidak dibatasi oleh
fenomena Hayflick (pemograman pembelahan sel yang terbatas yang dapat
membelah sampai 50 kali/tahun).
4. Obat-obatan dan Suplemen
a. Vitamin E
Vitamin E terdiri dari sejumlah tocopherol dan tocotrienol, yang
berfungsi sebagai lipid-soluble antioxidant yang membantu melindungi
membran sel yang mengandung lemak dari oksidasi melalui reaksi
reaktivitas tinggi terhadap radikal bebas. Vitamin ini dibutuhkan untuk
mengoptimalkan fungsi sistem imun dan kesehatan sel darah merah
serta membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mengobati
premenstrual syndrom serta gejala menopause.
b. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu dari beberapa vitamin antioksidan yang
terdapat dalam jumlah yang sangat banyak dalam cairan ekstraselular.
c. Asam Folat
Asupan tinggi Asam folat dapat mengurangi insiden karsinoma.
Defisiensinya dapat menyebabkan kerusakan DNA menyerupai
kerusakan DNA pada sel kanker.
d. DHEA (dehydroepiandrosterone)
DHEA adalah prohormon yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar
kortikoadrenal, turunan utama dari sintesis di kelenjar edrenal dan
gonad yang mencegah dan menghambat perkembangan hipertensi
pulmoner hipoksia kronik.
DHEA akan aktif setelah transformasi intraselular, efek pada libido
wanita yang telah menopause dan memperbaiki disfungsi ereksi pada
pria.
e. Injeksi Kolagen
Kolagen merupakan zat yang terdiri atas serat protein dari jaringan
manusia dan binatang. Kolagen memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit, tulang dan ligamen.
29
f. Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen-pigmen antioksidan yang terdapat dalam
buah dan sayuran yang membantu menjaga kekuatan dan kesehatan
tulang.
g. Vitamin B
Penting dalam fisiologi normal tubuh; Terdapat 5 tipe utama:
Vitamin B1/tiamin
- Dibutuhkan dalam proses penghasilan energy dari karbohidrat
- Membantu system saraf
- Membantu mempertahankan level normal asam lambung dan
nafsu makan
- Terdapat dalam daging babi, ikan kumis/catfish, kedelai
Vitamin B2/ribovlafin
- Dibutuhkan dalam konversi protein, karbohidrat dan lemak
menjadi energy
- Mempertahankan kesehatan kulit dan mata
- Terdapat dalam hati, ikan air tawar, catfish, yogurt dan ragi
Vitamin B3
- Dibutuhkan dalam penghasilan energy dari makanan
- Untuk mempertahankan kesehatan mental normal
- Kesehatan kulit
- Kesehatan mulut
- Saluran pencernaan
Vitamin B6/piridoksin
- Dibutuhkan dalam metabolism protein
- Membantu mempertahankan keseimbangan cairan
- Mempertahankan kesehatan sel darah merah
- Terdapat di ganggang laut, hati, daging dan ikan
- Suplemen B6 dapat mengubah konsentrasi FFA dan asam
amino dalam plasma selama latihan berat.
Vitamin B12
- Dibutuhkan dalam produksi sel darah merah
30
Kulit merespons stres dengan mengarahkan darah dari bagian tubuh seperti kulit ke
daerah vital seperti jantung dan paru-paru. Hasilnya, proses pembaruan sel kulit
menjadi lambat dan jumlah radikal bebas pada kulit bertambah.
31
Proses penuaan dini pada fase subklinik yang terjadi antara 25-35 tahun. Fase
ini ditandai dengan menurunnya fungsi kerja hormon dalam tubuh manusia.
Dampaknya terbentuk radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA yang akhirnya
memunculkan penyakit kanker.
Setelah fase subklinik disusul oleh fase transisi (35-45 tahun) dan fase klinik
(45 ke atas). Dalam kedua fase ini manusia akan mengalami penurunan kadar hormon
sebesar 25 persen dan hilangnya masa otot sebanyak 1 kilogram per tiga tahun.
Selain mengalami penurunan produksi hormon dan berkurangnya masa otot,
proses penuaan dini juga menyebabkan usia psikologis seseorang menjadi lebih tua
dibandingkan dengan usia kronoligik (usia berdasarkan tahun lahir) orang tersebut.
Selain
itu,
stres
juga
menurunkan
sistem
kekebalan
tubuh,
sistem
2. Faktor Eksternal
a. Radikal Bebas
Yaitu molekul ganas yang menggerogoti sel-sel tubuh termasuk jaringan
kalogen. Efek radikal bebas terhadap kulit ini dapat menurunkan kinerja enzim
untuk pertahanan fungsi sel, merusak protein, asam amino yang merupakan
struktur utama kolagen dan elastin. Radikal bebas terbentuk sebagai efek polusi
lingkungan, paparan sinar matahari, pemakaian air yang tercampur bahan kimia,
perubahan cuaca dan faktor lain yang mengganggu pertumbuhan normal kalogen.
Pencegahan radikal bebas dapat dilakukan dengan mengatur polamakan,
diet yang mengandung protein tinggi dan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung vitamin seperti buah dan sayuran. Dengan gizi yang baik, struktur
sel akan membaik hingga proses penuaan dini dapat diperlambat.
b. Sinar Matahari
Untuk menghindari pengaruh buruk sinar matahari, hindari saat sinar
matahari memancarkan sinar ultra violet di titik kulminasi (antarapukul 10.00
15.00) dan selalu mengenakan tabir surya pada wajah dan bagian tubuh yang
terbuka setiap keluar ruangan.
Sinar matahari dapat menimbulkan masalah pada kulit, terutama pada
mereka yang suka mandi matahari atau terkena terpaan langsung sinar matahari
secara terus menerus yang mengakibatkan kulit keriput dan timbul penuaan lebih
32
dini. Sinar matahari diduga kuat sebagai penyebabkan kerkulit. Bila terpaksa
harus melakukan kegiatan di bawah terpaan sinar matahari, gunakan topi
pelindung dan oleskan krim pelindung yang mengandung Sun Protection Factor
(SPF) 15
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang tinggi dan tidak stabil seperti di alam tropis ini,
menjadi penyebab terjadinya penuaan dini, terutama jika kulit tidak dilindungi
dengan baik. Salah satu cara melindungi kelembaban kulit adalah dengan
mengenakan pelembab yang dapat mempertahankan kadar air dalam kulit. Untuk
melindungi kelembutan kulit, gunakan pelembab pada wajah dan body lotion yang
sesuai dengan jenis kulit pada seluruh tubuh terutama yang tidak terlindungi oleh
pakaian. Pelembab yang baik untuk melembabkan kulit kering dan kulit normal,
pilih bahan pelembab yang mengandung humektan sebagai pengikat air yaitu
asamalfa-hidroksi A-HA/Alpha-Hidroksi Acid).
1. Penyakit Penuaan Dini
Sindrom Progeria Hutchinson-Gilford merupakan penuaan dini yang
disebabkan oleh faktor internal, yaitu adanya mutasi pada salah satu gen. Penderita
sindrom ini akan mengalami penampilan penuaan yang sangat dramatis di usia kanakkanak. Saat terlahir, penderita biasanya nampak normal. Begitupun di awal-awal
kehidupannya. Namun kemudian pertumbuhannya melambat, termasuk berat
badannya pun lambat naik.
Penderita progeria jenis ini memiliki karaktistik mata menonjol, hidung tipis
dengan ujung bengkok, bibir tipis, dagu kecil, dan telinga menonjol. Sindrom
Progeria Hutchinson-Gilford juga menyebabkan kerontokan rambut, kulit nampak
keriput, kelainan sendi, dan kehilangan lemak di bawah kulit. Walaupun secara fisik
Nampak tua, namun penderita tidak memiliki masalah dengan kecerdasan dan
keterampilan motorik seperti duduk, berdiri, dan berjalan. Penderita Sindrom
Hutchinson-Gilford yang parah mengalami pengerasan pembuluh darah arteri
(arteriosklerosis) sejak masa kanak-kanak. Karenanya, penderita rentan mengalami
serangan jantung atau stroke pada usia muda. Ini merupakan komplikasi serius yang
sangat mengancam nyawa penderita.
Insiden penyakit ini sangat jarang di dunia, yaitu 1 dari 4 juta bayi baru lahir
di seluruh dunia. Sindrom ini terjadi karena adanya mutasi dari gen LMNA. Sindrom
33
progeria jenis ini menyebabkan usia penderita tidak panjang. Umumnya penderita
meninggal karena adanya masalah jantung dan penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan penuaan dengan rentang usia penderita berkisar antara 8-21 tahun.
2.9 Gangguan Pada Lansia dan Penanganannya
1. Gangguan Pernapasan
Perubahan anatomi pada organ tubuh lansia menyebabkan gangguan fisiologi
pernapasan sebagai berikut:
a. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga
dada akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak
nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
b. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan
penimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan
pendistribusian gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
c. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)
kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3) resistensi
saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut
terjadi pengurangan ventilasi paru.
d. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap,
penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan
transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga.
Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara lain karena: (1) berbagai
perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) kerena
bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah jantung.
e. Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan
ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor
sentral ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri
dan sebagainya.
2. Gangguan Pencernaan
a. Konstipasi pada lanjut usia
Konstipasi merupakan suatu keluhan saluran cerna yang banyak pada usia
lanjut. Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya
34
sejumlah besar feses memenuhi ampulla rektum pada colok dubur, dan atau timbunan
feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.
Defekasi seperti halnya berkemih adalah suatu proses fisiologis yang
melibatkan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer,
koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik, dan kemampuan fisis untuk
mencapai tempat BAB. Gangguan dari salah satunya dapat berakibat konstipasi
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup
berbagai faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang
banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia.
Yang menyebabkan konstipasi bukanlah bertambahnya usia, tapi memang khusus
terjadi pada mereka dengan konstipasi. Penelitian menunjukkan pada usia lanjut yang
menderita konstipasi, menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari,
dan pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih lama, sampai
14 hari.
Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik kolon pasien
dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respon motorik dari sigmoid akibat
berkurangnya inervasi intrinsik karena degenerasi pleksus mienterikus. Ditemukan
juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan
memanjangnya waktu gerakan usus.
Individu diatas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma betaendorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiat endogen di
usus. Hal ini dibuktikan dengan efek konstipastif dari sediaan opiat yang dapat
menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks
gaster-kolon.
Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan
otot-otot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan
konstpasi memiliki kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan
keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat
penekanan pada saraf pudendus, sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut.
Sensasi dan tonus rektum tidak banyak berubah pada usia lanjut. Sebaliknya,
pada mereka yang mengalami konstipasi dapat mengalami tiga perubahan patologis
pada rektum :
-
lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks relaksasi dari sfingter
eksterna dan interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum sering
didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena dorongan BAB yang
sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat diakibatkan kurang tanggapnya atau
penekanan pada dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada penderita
-
anus
eksterna
saat
BAB.
Pemeriksaan
secara
manometrik
dominan.
b. Hemoroid pada usia lanjut
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktik dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir,
atau southern pole disease. Keluhan penyakit ini antara lain BAB sakit dan sulit,
dubur terasa panas, dan adanya benjolan di dubur, pendarahan melalui dubur, dan
masih banyak lagi.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemorrhoidalis. Dibawah atau diluar linea
dentate pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) disebut hemoroid
eksterna. Sedangkan didalam atau diatas linea dentate, pelebaran vena dibawah
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Biasanya struktur anatomis anal canal
masih normal.
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko seperti :
- Mengedan pada buang air besar yang sulit
- Pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
-
abdomen)
Kehamilan
Usia tua
Konstipasi kronik
Diare kronik
Diare akut yang berlebihan
Hubungan seks peranal
Kurang minum air
36
3. Gangguan Penglihatan
a. Presbiopi
Perubahan indra penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan
presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Ini karena sel-sel baru terbentuk
dipermukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tua akan menumpuk dan menjadi
kuning, kaku, padat dan berkabu. Jadi, hanya bagian luar lensa yang masih elastic
untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Karena
lensa menjadi kurang fleksibel, maka titik dekat fokus berpindah lebih jauh. Kondisi
ini disebut presbiopi, biasa bermula pada usia 40-an.Kerusakan kemampuan
akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan lebih kendur dan
lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan
untuk memusatkan pada (penglihatan jarak dekat). Kondisi ini dapat dikoreksi dengan
lensa seperti kacamata jauh dekat (bifokal).
b. Katarak
Perubahan warna (misalnya : menguning) dan meningkatnya kekruhan lensa Kristal
yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan katarak. Katarak menimbulkan
bebagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap
hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput diatas mata dalah suatu
gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam memfokuskan penglihatan dan
membaca. Kesukaran ini dapat dikoreksi untuk sementara dengan penggunaan lensa.
Selain itu lansia harus didorong untuk memakai lampu yang terang dan tidak
menyilaukan.katarak juga dapat mengakibatkan gangguan dalam persepsi kedalaman
atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian, sedangkan
perubahan terhadap persepsi warna terjadi seiring dengan pembentukan katarak dan
mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas,terutama warna-warna
yang muda misalnya biru, hijau, dan ungu. Penggunaan warna-warna terang seperti
kuning, oranye dan merah direkomendasikan untuk memudahkan dalam membedakan
warna.
c. Astigmatisme
37
4. Gangguan Neurologis
a. Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan gejala
menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya.
Defenisi demensia menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration
Medical Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat
menetap, dengan adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5mkomponen fungsi luhur
yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial, emosi dan kognisi. Penyebab pertama
penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50-60%) dan kedua oleh
cerebrovaskuler (20%).
b. Penyakit alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2
kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58 tahun disebut sebagai
38
early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun disebut
sebagai late onset. Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif
penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,
infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel
filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang
non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
c. Penyakit parkinson
Penyakit parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh proses
degeneratif progresif sehubungan dengan proses menua di sel-sel substansia nigra
pars compacia (SNc) dan karakteristik ditandai tremor waktu istirahat, kekakuan otot
dan sendi (rigidity), kelambanan gerak dan bicara (bradikinesia), dan instabilitas
posisi tegak (postural instability).
Penyebab PP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa penelitian
terhadap anak kembar monozigot menunjukkan bahwa terdapat faktor genetik yang
mendasari terjadinya PP. Faktor lain yang juga menjadi penyebab proses degenerasi
ini antara lain proses menua otak, stres oksidatif, terpapar pestisida/herbisida atau anti
jamur cukup lama, infeksi, kafein, alkohol, trauma kepala, depresi, dan merokok.
Tidak semua orang tua akan menderita PP, tetapi dugaan adanya peranan proses
menua terhadap terjadinya PP didasarkan pada penelitian-penelitian epidemiologis
tentang kejadian PP pada usia 50 tahun di amerika 10-12 per 100.000 penduduk,
meningkat menjadi 200-250 per 100.000 penduduk pada usia 80 tahun. Pada
penderita PP terdapat suatu tanda reaksi mikroglial pada neuron yang rusak dan tanda
ini tidak terdapat pada proses menua yang normal, sehingga disimpulkan bahwa
proses menua merupakan faktor resiko yang mempermudah terjadinya proses
39
40
Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan untuk para lansia
dan sebagai terapi osteoporosis.
Efek potensial pada kardiovaskuler akibat pemberian suplemen calcium masih
kontroversial, namun sangat bijaksana jika asupan calcium melalui makanan
ditingkatkan dan menggunakan suplemen vitamin D saja daripada mengkonsumsi
suplemen calcium dan vitamin D bersamaan.
Penghentian mendadak bisphosphonate dihubungkan dengan penurunan BMD
dan bone turn over setelah 2 3 tahun diterapi dengan alendronate dan
risedronate.
Terapi bisphosphonate dilanjutkan meskipun tanpa evaluasi lebih lanjut terutama
pada pasien dengan risiko sangat tinggi terjadi fraktur, dimana review terapi dan
evaluasi fungsi ginjal cukup dilakukan tiap 5 tahun sekali.
Jika bisphosphonate dihentikan, risiko fraktur dievaluasi ulang tiap kali setelah
terjadinya fraktur baru, atau setelah 2 tahun jika tidak terjadi fraktur baru.
Setelah 3 tahun diterapi dengan zoledronate, manfaat yang timbul pada BMD
akan tetap ada sampai dengan 3 tahun setelah terapi dihentikan. Kebanyakan
pasien harus menghentikan pengobatan setelah terapi selama 3 tahun, dan dokter
harus melakukan evaluasi ulang akan kebutuhan untuk melanjutkan terapi dalam
3 tahun mendatang.
Pasien dengan fraktur vertebra sebelumnya atau terapi awal osteoporosis tulang
panggul dengan skor T BMD -2,5 SD dapat mengalami peningkatan risiko
fraktur vertebra jika zoledronate dihentikan.
2. Nenek Isun, Wanita, 56 Tahun, dengan keluhan sering merasa badannya terasa panas ,
mudah marah, mudah tersinggung dan sesekali sering menangis. dialami semenjak
pasien berhenti haid. pasien juga mengeluhkan penyakit darah tinggi yang dideritanya
sejak 2 tahun yang lalu. Berikut adalah penatalaksanaan untuk menopause:
A. Penatalaksanaan umum meliputi wawancara dan pendidikan.
Dalam langkah pertama ini perlu ditekankan pada penderita bahwa
berlalunya masa ini dalam kehidupan tidak berarti berakhirnya kehidupan
yang baru hubungan antara penderita dengan dokter yang saling percaya
mempercayai akan dapat memberikan sokongan yang besar dalam mencegah
terjadinya banyak salah paham sehubungan dengan masalah yang peka ini.
Penanganan non spesifik lain dapat berupa psikoterapi pendidikan dan
penyebarluasan pengetahuan tentang menopause ini bahwa menjadi tua adalah
wajar
41
B.
C. Pengobatan hormonal
Walaupun menopause merupakan peristiwa normal, namun merupakan
pula suatu keadaan kekurangan hormon. Sasaran dalam pengobatan ini adalah
mengembangkan keseimbangan hormonal oleh karena itu sebagai tambahan
langkah pertama dan kedua kekurangan estrogen harus diperbaiki pula, obatobatan yang dipakai tersedia dalam bentuk tablet.
D. Pembedahan
Sekitar 40-70% wanita yang mengalami perdarahan abnormal sebelum
menopause akan sembuh dengan tindakan kureta sel (pengerokan selaput
lendir rahim) dan tidak membutuhkan pengobatan hormon pengganti
tergantung hasil pemeriksaan. Secara mikroskopis menunjang. Proses yang
buruk kadang-kadang harus dilakukan pengangkatan rahim. Ada atau tidak
keluhan dalam menopause, hendaknya wanita merencanakan untuk diperiksa
secara berkala, paling sedikit enam bulan sekali pemeriksaan ini penting sekali
untuk mengetahui dan mengobati adanya kelainan yang mungkin terjadi pada
usia 40 an,khususnya keganasan. Banyaknya kelainan-kelainan yang ada dapat
disembuhkan dengan pengobatan sederhana, terutama bila diketahui dini.
42
43
E. Beberapa obat sekarang didesain sebagai alternatif lini selanjutnya yaitu: betablockers, alphablockers, alpha1/beta-blockers (mis. carvedilo), vasodilating betablockers (mis. nebivolol), central alpha2/-adrenergic agonists (mis. clonidine), direct
vasodilators (mis. hydralazine), loop diuretics (mis. furosemide), aldosterone
antagoinsts (mis. spironolactone), dan peripherally acting adrenergic antagonists (mis.
reserpine).
F. Saat memulai terapi, pasien keturunan Afrika tanpa penyakit ginjal kronik harus
menggunakan CCB dan thiazide daripada ACE Inhibitor.
G. Penggunaan ACE Inhibitor dan ARB direkomendasikan pada seluruh pasien dengan
penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis, baik sebagai terapi lini
pertama atau sebagai tambahan pada terapi lini pertama.
H. ACE Inhibitor dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama secara
bersamaan.
I. CCB dan diuretik tipe thiazide harus digunakan daripada ACE Inhibitor dan ARB
pada pasien lebih dari 75 tahun dengan fungsi penurunan fungsi ginjal karena adanya
risiko hiperkalemia, peningkatan kreatinin, dan penurunan fungsi ginjal yang lebih
parah.
J. Intervensi pola hidup termasuk penggunaan Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) eating plan, penurunan berat badan, pengurangan konsumsi garam menjadi
kurang dari 2.4 grams per hari, dan paling sedikit 30 menit aktivitas aerobik pada
banyak hari dalam seminggu.
K. Sebagai tambahan, untuk menunda perkembangan hipertensi dan mengurangi risiko
kardiovaskular, konsumsi alkohol harus dibatasi menjadi 2 gelas sehari pada pria dan
1 gelas sehari pada wanita. Perlu diketahui bahwa 1 gelas terdiri dari 12 ons bir, 5 ons
wine atau 1.5 ons dari 80-proof liquor. Berhenti merokok juga menurunkan risiko
kardiovaskular.
ACEI = angiotensin-converting enzyme inhibitor
ARB= angiotensin receptor blocker
CCB = calcium channel blocker
44
Nenek Depe, Wanita, Umur tidak diketahui, Keluhan Kulit keriput dan penurunan
pendengaran, maka penatalaksanaan untuk penurunan ganggua pendengaran pada
lansia (tatalaksana presbiakusis) adalah sebagai berikut:
Dengan demikian tidak semua penderita presbiakusis dapat diatasi dengan baik
menggunakan alat bantu dengar terutama pada presbiakusis tipe neural. Pada keadaan
dimana tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar, penderita merasa adanya
penolakkan dari ternan atau saudara yang selanjutnya akan mengakibatkan hubungan
jadi tidak baik sehingga penderita akan menarik diri, terjadi pengurangan sosialisasi,
penurunan fisik, penurunan aktifitas mental sehingga merasa kesepian, dan akhirnya
dapat teijadi depresi dan paranoid.
Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan mendengar atau lips reading
yaitu dengan cara membaca gerakan mulut orang yang menjadi lawan bicaranya.
Penting juga dilakukan physiologic counseling yaitu memperbaiki mental penderita.
Disini harus dijelaskan pada keluarganya bagaimana memperlakukan atau
menghadapi penderita presbiakusis. 3
45
Penderita yang mengalami perubahan kohlear tetapi ganglia spiralis dan jaras sentral
masih baik dapat digunakan kohlear implant
Rehabilitasi perlu sesegera mungkin untuk memperbaiki komunikasi. Hal ini akan
memberikan kekuatan mental karena sering orang tua dengan gangguan dengar
dianggap menderita senilitas, yaitu suatu hal yang biasa terjadi pada orang tua dan
dianggap tidak perlu diperhatikan. 3 Rehabilitasi pada penderita presbiakusis
membutuhkan waktu dan kesabaran. Dibutuhkan gabungan dari ahli THT, audiologi,
neurologi, dan psikologiuntuk menangani penderita ini.
Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting dalam
penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat memanfaatkan sisa
pendengaran semaksimal mungkin. Fungsi utamanya adalah untuk memperkuat
( amplifikasi) bunyi sekitar sehingga dapat:
Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier (pengeras
suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga!ear mold (menyumbat liang
telinga dan pengarah suara ke telinga tengah).
Jenis alat bantu dengar adalah model saku, model belakang telinga (behind the
ear = BTE), model dalam telinga (in the ear = ITE), model liang telinga (in the
canal = ITC), model alam liang telinga seluruhnya (completely in the canal),
model kaca mata.
46
BAB III
Kesimpulan
Penuaan atau aging adalah proses fisiologis manusia seiring dengan bertambahnya
usia manusia. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
merupakan suatu hal yang pasti dalam tahap-tahap kehidupan manusia, tidak dapat di obati
dan tidak dapat dihambat, hanya dapat diperlambat prosesnya.
Proses penuaan dapat dipengaruhi berbagai factor, yakni factor internal (genetic), dan
factor external lain. proses penuaan belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya, namun
masih dalam teori-teori. Pada manula juga terdapat berbagai macam kelainan yang dapat
dialami seiring dengan kondisi fisik dan psikologis.
47
DAFTAR PUSTAKA
48