Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi
berdasarkan hasil tutorial skenario keempat kami pada tanggal 15 dan 18 Desember 2014
dengan tepat waktu.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan serta dukungan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial ini, terutama bagi tutor kami, dr.Hardian Rahman.
Harapan kami, semoga laporan ini bisa berguna bagi teman-teman yang membacanya
dan khususnya bagi kami. Dan kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.

Mataram, 18 Desember 2014

(Kelompok Tutorial I)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

I. Pendahuluan
1

Skenario 2 Blok 8.................................................................................

Mind Map.............................................................................................

Learning Objectives..............................................................................

II. Pembahasan
2.1 Pengertian menua, karateristik lansia, dan jenis lansia........................

2.2 Komponen dalam proses menua..........................................................

2.3 Teori mekanisme penuaan...................................................................

2.4 Perubahan Fisiologis pada lansia ........................................................

12

2.5 Perubahan Psikologis Pada Lansia......................................................

19

2.6 Menopause dan Andropause................................................................

21

2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat penuaan...........

25

2.8 Penuan Dini ........................................................................................

30

2.9 Gangguan Pada Lansia dan Penanganannya........................................

33

3.0 Analisis Skenario.................................................................................

40

III. Kesimpulan ..............................................................................................


IV. Daftar Pustaka..........................................................................................

47
48

Bab I
Pendahuluan
1.1 Skenario 4 Blok 9
Di sebuah kota terdapat sebuah Panti Sosial Panti Werda Damai
Sejahtera. Seperti namanya, suasana dip anti tersebut tampak
damai

dan

sejahtera.

Beberapa

orang

lansia

terlihat

mulai

melakukan aktivitasnya pagi itu. Tampak seorang kakek bernama


kakek Topo, 70 tahun yang berjalan sangat pelan menuju halaman
panti dan akan menyapu halaman panti. Ia sering mengeluhkan
lututnya yang sangat kaku dan sulit untuk berjalan. Untuk itu ia
segera

kembali

ke

tempat

duduknya

dan

bercerita

dengan

temannya yang tampak lebih bugar darinya, ya dialah kakek Rido


yang selalu bersemangat bercerita mengenai sejarah. Tak jauh dari
kamar kakek Topo, tampak Nenek Isun, yang berusia 56 tahun
menanyakan sejak beberapa bulan terakhir ini sering merasa
badannya terasa panas dan ia merasa ingin marah. Ia juga menjadi
mudah tersinggung dan sesekali sering menangis. Hal ini dialami
sejak dia berhenti haid. Dia juga mengeluhkan penyakit darah tinggi
yang dideritanya sejak 2 tahun yang lalu. Nenek Depe yang masih
sering bersolek malah mengeluhkan kulitnya yang mulai terlihat
keriput dan pendengarannya yang mulai berkurang. Mereka sering
mengeluhkan masalah-masalah mereka tersebut ketika dokter
datang untuk melakukan general cek up terhadap status kesehatan
mereka. Mendengar keluhan dan pertanyaan para penghuni panti
jompo tersebut, dokter dengan sabar menjelaskannya.

1.2 Mind Map

G
L
fd
k
am
p
l
aen
af
k
rd
n
i
asty
ro
u
g
ieg
n
p
o
ab
ifrb
ap
u
si
u
h
an
i
b
k
sm
au
n
sea
n
d
a
iesm
d
a
fig
p
n
ise
n
isn
ig
k
P
a
eo
lr
n
a
u
o
h
g
n
i
g
a
n
a
n

1.3 Learning Objectives


1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan psikologi massa


Mekanisme menopause dan andropause
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
Penuaan dini
Gangguan dan penanganan
4

6. Analisis skenario

Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian menua, karateristik lansia, dan jenis lansia
Proses menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk mengganti atau memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
Penggolongan lansia menurut WHO :
Usia pertengahan (middle age) : 45 sampai dengan 59 tahun
Lanjut usia (elderly) : 60 sampai dengan 74 tahun
Lanjut usia tua (old) : 75 sampai dengan 90 tahun
Usia sangat tua (very old) : diatas usia 90 tahun
2.2 Komponen dalam proses menua
Terdapat beberapa istilah/ komponen yang digunakan oleh gerontologist ketika
membicarakan proses menua:
1. Aging(bertambahnya umur): menunjukkan efek waktu; suatu proses perubahan,
biasanya bertahap dan spontan
2. Senescence(menjadi tua) : hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan
berkembang (dan sering waktu akan menyebabkan kematian)
3. Homeostenosis:penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi
selama penuaan pada setiap sistem organ
Istilah aging yang hanya menunjukkan efek waktu,dianggap tidak mewakili apa
yang terjadi pada proses menua.Sebab berbagai proses yang terjadi seiring waktu,
seperti perkembangan(development), istilah yang sering digunakan dibidang pediatri,
dapat

disebut

sebagai

aging.

Aging

merupakan

proses

yang

terus

berlangsung(continuum), yang dimulai dengan perkembangan (development) yaitu


proses generatif seiring waktu yang dibutuhkan untuk kehidupan untuk kehidupan,
5

dan dilanjutkan dengan senescence yaitu proses degeneratif yang inkompatibel


dangan kehidupan. Istilah senescence juga digunakan untuk menggambarkan
turunnya fungsi efesien suatu organism sejalan dengan penuaan dengan dan
meningkatnya kematian
Membedakan antara aging dan senescence dianggap perlu, karena banyak
perubahan yang selama aging mungkin tidak merusak dan mungkin suatu perubahan
yang

diharapkan.Sebagai

contoh,

kebijakan(wisdom)yang

melainkan

suatu

aging,walaupun hal itumerupakan bagian dari proses menua.Sebaliknya, ganguan


memori yang terjadi selama aging merupakan manifestasi senescence.
Sementara konsep homeostenosis menunjukkan bahwa seiring dengan
bertambahnya usia makin kecil kapasitas seorang tua untuk membawa dirinya ke
keadaan homeostasis setelah terjadinya suatu challenge(disini yang dimaksud
challengeadalah kondisi atau perubahan yang menganggu homestasis).
2.3 Teori mekanisme penuaan
Beberapa teori tentang proses menua, antara lain (Setiati dkk dalam buku ilmu
penyakit dalam) :
1. Teori radikal bebas
Teori radikal bebasini

menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme

oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai
komponen penting selular, termasuk protein, DNA dan lipid dan akan menjadi
molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama serta mengganggu fungsi
sel lainnya.
Teori radikal bebas (free radical theory of aging) pertama kali diperkenalkan
oleh Denham Harman pada tahun 1956, menyatakan bahwa proses menua normal
merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas. Harman menyatakan bahwa
mitokondria sebagai generator bebas, juga merupakan target kerusakan dari radikal
bebas tersebut.
Radikal senyawa adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak perpasangan
yang terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses selular atau metabolisme
normal yang melibatkan oksigen. Sebagai contoh adalah ractive oxygen species
(ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) yang dihasilkan selama metabolisme
normal. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan
6

mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama
dengan protein dan lemak tidak jenuh. Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang
dihasilkan selama fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi
makromolekul. Sebagai contoh, karena membran sel mengandung sejumlah lemak, ia
dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel mengalami perubahan.
Akibat perubahan pada struktur membran tersebut, membran sel menjadi lebih
permeabel terhadap

beberapa substansi dan memingkinkan substansi tersebut

melewati membran secara bebas. Struktur didalam sel seperti mitokondria dan
lisosom juga dilapisi oleh membran yang mengandung lemak sehingga mudah
diganggu oleh radikal bebas. Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA,
menyebabkan mutasi kromosom dan karenanya merusak mesin genetik normal dari
sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel dengan merusak membran sel atau
kromosom sel. Selain itu, teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi
gradikal bebas secar bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila kadarya
melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada perubahanperubahan yang sering kali dikaitkan dengan penuaan.
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas yang berupa
antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun pada tingkat tertentu oksidan
tersebut tidak dapat melindingi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas yang
berlebihan.
2. Teori glikosilasi
Teori glikosilasi ini menyebutkan bahwa proses glikosilasi non-enzimatik
yang menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut advanced glycation and
products (AGEs) dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul yang
termodifikasi sehingga menyebabkan disfungsi pada hewan atau manusia yang
menua. Protein glikasi menunjukan perubahan fungsional, meliputi menurunnya
aktvitas enzim dan menurunnya degradasi dan protein abnormal. Saat manusia menua,
AGEs beramulasi diberbagai jaringan termasuk kolagen,hemoglobin dan lensa
mata.Karena muatan kolagennya tinggi,jaringan ikat menjadi kurang elastic dan lebih
kaku. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah.
AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin mengganggu
kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.
7

Bukti-bukti tebaru yang memungkinkan tikus-tikus yang dibatasi kolorinya


mempunyai gula darah yang rendah dan menyebabkan perlambatan penumpukan
produk glikosilia (AGEs), merupakan hal yang mendukung hipotesis glikosilasi ini.
3. Teori DNA Repair
Teori (DNA Repair) yang dikemukakan oleh Hard dan Setlo, menunjukan
adanya perbedaan perbedaan pola laju repair kerusakan DNA yang di induksi sinar
ultraviolete (UV) pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang
mempunyai umur maksimum umur terpanjang menunjukkan lajuDNA Repair
terbesar, dan koleksi ini dapat dipertunjukkan di berbagai mamalia dan primate. Teori
DNA Repair atau t mitochondrial DNA Repair ini erat kaitannya dengan teori
radikal bebas (terutama ROS) dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi di
mitokondria. Mutasi DNA mitikondria (mtDNA) dan pembentukan ROS di
mitokondria saling mempengaruhi satu sama lain, membentuk vicious cycle yang
secara eksponensial memperbanyak kerusakan oksidatif dan disfungsi selular,yang
menyebabkan kematian sel. Mutasi mtDNA di manusia terutama terjadi saat umur
pertengahan umur tiga puluhan, terakumulasi seiring pertambahan umur dan jarang
melebihi 1%. Rendahnya sejumlah mutasi mtDNA yang terakumulasi ini diakibatkan
proses repair yang terjadi di tingkat mitokondria. Bukti-bukti menunjukkan gangguan
repair pada kerusakan oksidatif ini menyebabkan proses penuaan (accelerate aging).
Selain itu mutasi juga terkait dengan munculnya keganasan, diabetes mellitus dan
penyakit-penyakit neurodegenerative.
4. Cross-Linking Theory
Sekitar protein tubuh kita adalah kolagen. Dengan bertambahnya usia,
molekul kolagen menjadi berikatan silang dengan banyak jembatan disulfide,
sehingga membuat serat menjadi kurang larut dan lebih kaku. Hal ini dianggap factor
dalam beberapa perubahan yang paling terlihat dari tubuh pada proses penuaan.
Termasuk kaku sendi, lensa dan arteri. Seperti ikatan silang DNA dan molekul
enzyme bias secara progressive merusak fungsi mereka sendiri.
5. Other Protein Abnormalities

Tidak hanya kolagen, tapi banyak jenis protein lainnya juga menunjukkan
struktur abnormalitas pada jaringan dan sel yang lebih tua. Perubahan tidak terjadi
dalam susunan asam aminooleh karena itu tidak disebabkan mutasi DNAtetapi
terletak pada cara protein terlipat dan pada gugus lain seperti karbohidrat yang
melekati protein. Ini adalah alasan bahwa sel-sel mengumpulkan lebih banyak protein
yang disfungsional seiring bertambahnya usia.
6. Teori genetic clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies di dalam nuclei (inti sel) nya terdapat suatu jam yang
menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut
konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep genetic clock
didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa spesies terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata, seperti manusia
memiliki harapan hidup berbeda yakni sekitar 116 tahun dengan dengan kuda yang 62
tahun, dan seterusnya.
Pengontrolan genetik umur, rupanya dikontrol dalam tingkat seluler. Mengenai
hal ini Hayflick (1980) melakukan penelitian melalui kultur sel in vitro yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakah yang mengontrol replikasi tersebut
nuleus atau sitoplasma, maka dilakukanlah tranplantasi silang dari nucleus. Dari hasil
penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumlah replikasi,
kemudian menua dan mati, bukan sitoplasmanya.
Dari hasil penelitian yang menggunakan kultur dari jaringan fibroblast
umbilicus tersebut, diperoleh bahwa jaringan tersebut maksimal membelah sebanyak
50 kali. Setelah itu pembelahan akan terhenti dan sel tersebut akan mati. Namun
sayangnya, teori ini tidak mampu menjelaskan dengan pasti mengenai proses penuaan
yang terjadi pada sel saraf di otak dan sel otot jantung, yang sedianya bersifat
nonmitotik. Selanjutnya, teori ini dikembangkan menjadi teori Telomer.
7. Teori Mutasi Somatic (Teori Error Catastrophe)
Terjadinya mutasi somatic tidak terlepas dari pengaruh factor lingkungan,
seperti radiasi dan zat kimia yang dapat memperpendek umur, sebaliknya
9

menghindari terkenanya radiasi atau tercemar sat kimia yang bersifat karsinogenik
atau toksik, dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang
progresif pada DNA sel somatic, akan menyebabkakn terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatic adalah
hipotesis Error Catastrophe. Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang kehidupan. Setelah berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA),
maupun dalam proses translasi (RNA protein/enzim). Kesalahan tersebut akan
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai reaksi dan kesalahan-kesalahan
lain yang berkembang secara eksponensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi
metabolisme yang salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Walaupun dalam
batas-batas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun
kemampuan memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam
transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis
protein atau enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya. Apalagi jika
disertai dengan kesalahan pada proses translasi yang akibatnya jumlah kesalahan
sintesis protein semakin besar.

8. Wear And Tear Theory (Teori Pakai Dan Rusak)


Dipublikasikan pertama sekali oleh Dr. Augus Weistman seorang biologis dari
Jerman pada tahun 1882. Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti
mesin sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari
penggunaan yang terusmenerus dan berlebihan.
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA. Weissmann berpendapat bahwa sel somatik
nomal

memiliki

kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan

fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi.
Teori Wear and Tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang
terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.

10

9. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang menjelaskan tentang terjadinya
proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam
sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon dalam tubuh
berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dalam
menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalam tubuh. Pengeluaran
hormon diatur oleh hipotalamus yang juga merespon tingkat hormon tubuh sebagai
panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan
dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi hormon individu menjadi
kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat dapat
disekresi dan mengalami penurunan keefektivitasan.
Penurunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol.
Kortisol dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) yang bertanggung jawab
untuk stress. Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat
dengan usia. Jika kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu hipotalamus
akan mengalami kerusakan. Kerusakan

ini kemudian dapat menyebabkan

ketidakseimbangan hormon sebagai sehingga akan terjadi kehilangan kemampuan


untuk mengendalikan sistem. Vladimir Dilman, Ph.D. menjelaskan teori Kerusakan
Akibat Pemakaian dengan berfokus pada sistem neuroendokrin, jaringan biokimia
rumit yang mengatur pelepasan hormon dan elemen-elemen vital tubuh lainnya.
Ketika muda, hormonhormon kita bekerja bersama-sama untuk mengatur berbagai
fungsi-fungsi tubuh, termasuk respon kita terhadap panas, dingin dan aktifitas seksual
kita. Kelenjar sebesar kacang kenari ini terletak dalam otak dan bertanggung jawab
untuk reaksi berantai hormonal kompleks yang dikenal dengan nama lain thermostat
tubuh.
Hormon penting fungsinya untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi
tubuh. Sejalan dengan bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon-hormon
dalam kadar yang lebih rendah dan dapat menyebabkan efek berbahaya, termasuk
penurunan kemampuannya dalam memperbaiki tubuh dan mengatur tubuh. Produksi
hormon sangat interaktif: produksi satu tetes hormon apapun akan mempengaruhi
mekanisme secara keseluruhan, contohnya; menyampaikan sinyal pada organ-organ
lain untuk melepaskan hormon lainnya dalam kadar yang lebih rendah sehingga

11

bagian-bagian tubuh lainnya juga akan mengeluarkan hormon dalam kadar yang lebih
rendah.

10. Teori Telomerase


Teori penuaan telomerase adalah teori baru tentang penuaan yang menawarkan
banyak

kemungkinan

yang

menjanjikan

dalam

bidang

obat-obatan

Anti-

Penuaan.Teori ini lahir dari hasil temuan kemajuan ilmu-ilmu genetika dan teknologi
genetika.Pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli dari Geron Corporation di
Menlo Park, California, telomer adalah sekumpulan asam nukleat yang merupakan
perpanjangan dari ujung kromosom. Telomer bertugas untuk mempertahankan
integritas kromosom. Setiap kali sel-sel kita membelah, telomer akan memendek.
Terutama, saat ujung telomer-DNA terlalu pendek, pembentukan sel akan melambat
dan kemudian akan berhenti sama sekali. Hal ini diyakini kemungkinan sebagai
mekanisme untuk jam selular penuaan.
Para ahli menemukan bahwa elemen kunci dalam membentuk kembali
telomer-telomer kita yang hilang adalah enzim telomerase abadi sebuah enzim
yang hanya ditemukan dalam sel-sel kuman dan kanker. Telomerase berfungsi untuk
memperbaiki dan memperbaharui telomer, memanipulasi mekanisme berdetaknya
jam yang mengatur jangka waktu terbelahnya sel. Pengembangan lebih lanjut
penghambat-telomerase dapat mencegah pembelahan sel-sel kanker dan diduga juga
dapat mengembalikan sel menjadi normal kembali.

2.4 Perubahan Fisiologis pada lansia


I.

Perubahan pada sistem integumen


Stratum Koneum
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada stratum
koneum akibat proses menua:
12

1. Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal ini
adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh lebih
lama.
2. Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit lebih kasar dan kering.
Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses menua:
1. Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit, perlambatan dalam proses perbaikan
sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi dari hal ini adalah
pengurangan kontak antara epidermis dan dermis sehingga mudah terjadi
pemisahan antar lapisan kulit, menyebabkan kerusakan dan merupakan faktor
predisposisi terjadinya infeksi.
2. Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah perlindungan
terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya pigmentasi yang tidal
merata pada kulit.
3. Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan
konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap pemeriksaan
kulit terhadap alergen berkurang.
4. Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah perubahan
kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan yang abnormal
seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.
Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua:
1. Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan dermal
dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah lansia rentan terhadap
penurunan termoregulasi, penutupan dan penyembuhan luka lambat,
penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat
topikal.
2. Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.
Implikasi dari hal ini adalah perubahan dalam penglihatan karena adanya
kantung dan pengeriputan disekitar mata, turgor kulit menghilang.

13

3. Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi dari hal
ini adalah kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu malakukan
termoregulasi.
Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses menua:
1. Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit yang kendur/ menggantung di atas tulang rangka.
2. Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini adalah
gangguan fungsi perlindungan dari kulit.
Bagian tambahan pada kulit
Bagian tambahan pada kulit meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus
meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan perubahan yang
terjadi pada rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea akibat proses menua:
1. Berkurangnya folikel rambut. Implikasi dari hal ini adalah Rambut bertambah uban
dengan penipisan rambut pada kepala. Pada wanita, mengalami peningkatan rambut
pada wajah. Pada pria, rambut dalam hidung dan telinga semakin jelas, lebih banyak
dan kaku.
2.

Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi lunak,
rapuh, kurang berkilsu, dan cepet mengalami kerusakan.

3. Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus meissner (sensasi sentuhan) menurun.
Implikasi dari hal ini adalah beresiko untuk terbakar, mudah mengalami nekrosis
karenan rasa terhadap tekanan berkurang.
4. Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon dalam
keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.
5. Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia berkurang.
II.

Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal


Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan
metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen
14

pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi
lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan
ringan maupun spontan.

Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami
penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat
proses menua:
1. Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan diskus
intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal ini
adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest.
2. Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai
perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan. Implikasi dari
hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur.
Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat
proses menua:
1. Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari hal
ini adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif.
2. Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,
penyusustan dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif
ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.
Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses menua:
1. Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah
nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi dan deformitas.
2. Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko
cedera.
Estrogen

15

Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu
penurunan hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-unsur
tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang.
III.

Perubahan pada Sistem Neurologis


Berat otak menurun 10 20 %. Berat otak 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai
menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal.
Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak
mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi
menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan
100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan
kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%)
antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang
disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi
fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment
wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau
mitokondria. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem neurologis
akibat proses menua:
1. Konduksi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal ini adalah refleks
tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.
2. Peningkatan lipofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari hal ini adalah
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna.
3. Termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini adalah
bahaya kehilangan panas tubuh.

IV.

Perubahan pada Sistem Sensoris


Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling
berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari.

16

Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensoris akan terdapat


keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang
dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi
pupil, akibat penuan,dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata, yaitu katarak.
Semakan bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera.
Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia. Berikut ini
merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses menua:
1. Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.
Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur,
dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan
kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari hal ini
yaitu kesulitan dalam membaca huruf-huruf yang kecil dan kesukaran dalam
melihat dengan jarak pandang dekat.
2. Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingter pupil
mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang
dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
3.

Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang


terakumulasi dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah
penglihatan menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca
dan memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya,
berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi
kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), perubahan
dalam persepsi warna.

4. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.
Pendengaran

17

Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat


mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat
proses menua:
1. Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi
dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah
kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk mendeteksi
volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi
tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l).
2.

Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan
kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.

3. Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah
potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi
suara.

Perabaan
Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional
apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan kebutuhan
akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai,
penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak mengundang sentuhan
dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong
untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.
Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang
bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam
kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu
penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi
dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.
Penciuman
18

Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua
yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia.
Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi
penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor
lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau.
Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu
sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan apatheic thyrotoxicosis.3
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses
menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa darah
puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan
waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan
T4 tetap stabil.

2.5 Perubahan Psikologis Pada Lansia


1. Gangguan Fisik
Banyak perubahan fisik pada warga senior adalah karena penyakit. Akan tetapi
sebagian juga karena proses menjadi tua yang sampai sekarang belum dapat
dimengerti betul. Mengapa seorang menjadi tua ? beberapa perubahan fisik adalah
berkurangnya ketajaman pancaindra,berkurangnya kemampuan melaksanakan sesuatu
karena turunya kekuatan motorik,perubahan penampilan fisik yang memengaruhi

19

peranan dan status ekonomik dan sosial serta kemunduran efisiensi integratif susunan
saraf pusat, misalnya penciutan minat, kelemehan ingatn dan penurunan integratif.
Tidak jarang terjadi depresi pda orang berumur 60-an. Depresi sering mengisyaratkan
adanya suatu penyakit organik. Penyakit yang laten mungkin menunjukkan
eksaserbasi, seperti diabetes hipertensi dan glaukoma. Gangguan pembuluh darah
yang progresif pada jantung dan otak yang mengancam serta membatasi hidup, dapat
menimbulkan rasa takut, amarah dan depresi. Sebaliknya, reaksi emosional yang
berlebihan dapat memperhebat gangguan kardiovaskuler, endokrin dan penyakit lain
yang sebelumnya masih ringan.
Orang lanjut usia sering menyatakan kekhwatirannya terhadap ketidakmampuan
fisiknya, tetapi jarang tentang rasa takutnya terhadap kematian. Ada yang dengan
tenang menyiapkan diri dan mengatur hal-hal duniawi (warisan, makam dan
sebagainya) dalam menghadapi hal yang tidak dapat diletakkan itu. Kadang-kadang
memang timbul depresi, atau penyangkalan (denial) dan kompensasi ( yang
berlebihan ) terhadap hal mati.
2. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi kehilangan keluarga atau teman karib,
kedudukan sosial, uang, pekerjaan (pensiunan), atau mungkin runah tinggal, semua ini
dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan
ekonomi serta pengaruhnya terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat daripada
keadaan badani dalam hal melawan depresi. Dilihat dari sudut semangat dan integrasi
sosial, maka Eropa Barat dan Amerika Serikat boleh dikatakan bahwa bagi warga
senior lebih baik kaya dan sakit daripada miskin dan sehat. Bagaimanakah di Negara
kita, terutama di kota-kota besar?
3. Sex pada usia lanjut orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan sex yang
aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu sexual penting juga pada usia lanjut, tetapi
sering hal ini mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka sendiri dan anakanak mereka yang menganggap sex pada usia lanjut sebagai tabu atau tidak wajar.
Orang yang pada masa muda mempunyai kehidupan sexual yang sehat dan aktif, pada
usia lanjut masih juga demikian, biarpun sudah berkurang, kalau yang waktu muda
sudah lemah, pada usia lanjut akan habis sama sekalian.
Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai sex. Pada wanita: karena
proses menjadi tua itu, maka pola vasokongesti pada buah dada, klitoris dan vagina
lebih terbatas. Aktifitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang. Pada pria:
untuk mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak akan
20

dicapai penuh,tetapi cukup untuk melakukan koitis. Kekuatan untuk menyemprot


waktu eyakulasi juga berkurang. Pada kedua sex semua fase eksitas menjadi lebih
panjang, akan tetapi biarpun demikian, pengalaman subjektif mengenai orgasme dan
kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan pasangan.
4. Adaptasi terhadap kehilangan pada umumnya seseorang yang sejak muda
menghadapi hidup dengan cara yang aktif dan bersemangat serta dengan sikap
memecahkan masalah, pada usia lanjut ia lebih depat menyesuaikan diri daripada
seorang yang memandang masa usia lanjut itu hanya sebagai masa dengan
pengurangan sumber daya, kecerdasan dan kemampuan atau sebagai masa dengan
prilaku stereotip saja. Seorang yangb sudah lanjut usianya dan yang menganggap
bahwa ia tidak memerlukan perlindungan, karena ia akan tetap sehat, kuat dapatb
berdiri sendiri, secara relatif akan lebih dapat menyesuaikan diri, biarpun keadan
sosial ekonominya tidak seperti dahulu lagi.
Bagi kebanyakan warga senior, kehilangan sumber nafkah ditambahkan pada sumber
daya yang memang sudah terbatas. Yang menarik perhatian psikiater adalah
kekurangan kemampuan adaptasi berdasarkan hambatan psikologis, yaitu diperkuat
dan diuraikan sepanjang hidup individu melalui mitos-mitos serta lelucon-lelucon
negatif mengenai usia lanjut.
Amarah sering bercampur dengan kekuatan dan menjadi lebih jelas karena
keterbatasan kemampuan menyelesaikan masalah sehari-hari. Atau sebaliknya
individu itu mencapai pengurangan ketegangan dan memproleh pengalaman yang
memuaskan. Kadang-kadang karena ketakutan, amarah dan ketidakmampuan, terjadi
ketergantungan atau usaha ketergantungan (dependency striving), yaitu
tergantung

pada

orang

byang

dianggap

lebih

mampu

kelicikan

untuk

mempertahankan hubungan itu.


5. Gangguan psikiatrik yang sering terdapat pada usia lanjut adalah, sindrom otak
organic dan psikosis involusi. Skizofrenia, psikosis bipolar dan ketergantungan obat
bila ada, mungkin itu sejak masa muda. Hamper semua gangguan jiwa pada masa
muda dapat bertahan sampai atau timbul lagi pada masa usia lanjut. Neurosis seing
berupa neurosis cemas dan depresi. Gangguan psikosomatis dapat juga berlangsung
sampai masa tua, tetapi beberapa menjadi lebih baik atau hilang sendiri. Diabetes,
hipertensi dan glaukoma dapat menjadi lebih keras karena depresi. Insomnia, anorexia
dan konstipasi sering timbul dan tidak jarang gejala-gejala ini berhubungan dengan

21

depresi. Depresi pada usia lanjut sering karena anterosklerosis otak, tetapi juga tidak
jarang psikogenik atau kedua-duannya.

2.6 Menopause dan Andropause


Menopause
Menopause adalah waktu dalam kehidupan seorang wanita ketika ovarium tidak
lagi melepaskan telur setiap bulan dan menstruasi berhenti. Pada umumnya, menopause
terjadi pada wanita berusia 45-55 tahun. Saat menopause fungsi ovarium telah berhenti.
Ovarium merupakan sumber utama dari hormon-hormon kewanitaan, yang mengontrol
perkembangan karakteristik tubuh wanita seperti payudara, bentuk tubuh, dan rambut.
Hormon-hormon ini juga mengatur siklus menstruasi dan kehamilan. Adapun proses
terjadinya menopause yaitu:
1.
2.
3.
4.

Fase pramenopause
Fase Perimenopause
Fase Menopause
Fase Pascamenopause

Pramenopause
Fase pramenopause dimulai pada usia 40 tahun dan ditandai oleh siklus haid yang
tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, dan kadang disertai nyeri. Pada fase ini,
kadar FSH dan estrogen tinggi sedangkan kadar LH normal.
Perimenopause
WHO mendefinisikan perimenopause sebagai interval yang mendahului
berhentinya siklus menstruasi sampai pada masa satu tahun setelah siklus menstruasi
terakhir. Siklus haid semakin tidak teratur, umumnya lebih dari 36 hari dan 40 % bersifat
anovulatorik. Pada fase ini, kadar FSH, LH, dan estrogen bervariasi.
Perimenopause ditandai dengan timbulnya gejala vasomotor, seperti hot flushes
(panas pada muka, leher, dan dada dengan suhu badan yang normal). Keluhan fisik,
seperti tegangnya payudara, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, hot flushes,
dispareumia, dan masalah emosional seperti gangguan tidur, kelelahan, rasa tegang dan
mudah tersinggung akan sering ditemukan.

22

Menopause
Menopause dimulai sejak 12 bulan setelah haid terakhir dan ditandai dengan
berlanjutnya gejala vasomotor dan gejala urogenital seperti keringnya vagina dan
dispareumia. Pada fase menopause, jumlah folikel yang mengalami atresia bertambah
banyak, kadar FSH tinggi (>40 nIU/ml) sedangkan kadar estradiol rendah (<30
pg/ml). diagnosis menopause ditegakkan setelah didapatkan amenorrhea minimal 1
tahun.

Pascamenopause
Pada fase pascamenopause, ovarium sedah tidak berfungsi sama sekali. Kadar
estradiol antara 20-30 pg/ml dan gonadotropin menigkat karena produksi inhibin oleh
folikel berhenti. Karena kadar estradiol rendah, maka endometrium akan atropik dan
tidak terjadi haid lagi.
Pada fase ini masih saja dapat dijumpai jenis steroid seks lain dengan kadar
yang normal di dalam darah. Ternyata, ovarium wanita pascamenapause memiliki
kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Sel-sel hilus dalam korteks ovarium
masih dapat memproduksi androgen, esterogen dan progesterone dalam jumlah
tertentu. Selain itu jaringan tubh tertentu seperti lemak, uterus, hati, otot, kilit, rambut,
dan bahkan dari system neural tulang mempunyai kemampuan mengarmatisasi
androgen menjadi esterogen. Kelenjar adrenal merupakan sumber androgen utama
bagi wanita pascamenapause.
Lebih dari 70 % perempuan pada fase perimenopause dan pascamenopause
mengalami gejala vasomotor, depresi, dan keluhan somatic lainnya yang mencapai
puncak pada sebelum dan sesudah menopause, dan berkurang dengan bertambahnya
usia.

23

Keluhan somatik lain pada masa pascamenopause adalah kulit kering, rambut
menipis, gatal-gatal, mulut kering, mata kering, vagina kering, sehingga nyeri pada
saat senggama, gatal-gatal di sekitar vulva dan vagina, mudah terkena infeksi saluran
keencing berulang, inkontinensia urin, osteoporosis, dan gangguan metabolism
kolesterol.

Andropause
Andropause adalah kondisi dengan gejala dan tanda mirip menopause tapi
terjadi pada pria dalam usia diatas 50 tahun. adapun asal katanya dari andro yang
berarti pria dan pause yang berarti penghentian/berhenti. Pada pria penurunan
produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lain terjadi perlahanlahan.
Andropause adalah suatu kondisi biologik tertentu yang disertai tanda, gejala
dan timbulnya kumpulan keluhan yang disebabkaan oleh perubahan hormonhormon
serta biokimiawi tubuh tertentu, yang biasanya timbul setelah usia tengah baya.
Perubahan hormonal dan biokimiawi tubuh ini secara alami akan pasti terjadi, akan
tetapi tidak semua pria akan mengalami keluhan andropause.
Ada suatu general konsensus bahwa serum testosteron turun sejalan dengan
bertambahnya umur seorang laki laki. Beberapa studi cross sectional telah
menunjukkan bahwa kadar serum testosteron ( testosteron bebas ) dalam darah turun
dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan total testosteron pada laki laki yang
menua. Hal ini disebabkan karena kenaikan dari Sex Hormone Binding Globulin
(SHBG) yang mengakibatkan pengikatan hormon testosteron dalam darah meningkat.
Serum testosteron (testosteron bebas) yang dapat berefek pada organ target yang
kemudian dapat menyebabkan organ target tersebut berfungsi dengan baik sesuai
tugasnya. Sebuah studi longitudinal pada 77 lakilaki selama lebih 15 tahun
menunjukkan bahwa total serum testosteron turun ratarata 110 ng/dl tiap dekade. Hal
inilah yang nantinya mungkin akan dapat menyebabkan munculnya gejala, tanda dan
keluhankeluhan andopause. Adapun beberapa gejala dan keluhan yang timbul pada
berbagai aspek kehidupan, antara lain:
24

1. Gangguan vasomotor: gangguan kenyamanan secara umum, tubuh terasa


panas, insomnia, berkeringat, rasa gelisah dan takut terhadap perubahan yang
terjadi.
2. Gangguan fungsi kognitif dan suasana hati: mudah merasa lelah, menurunnya
motivasi terhadap berbagai hal, berkurangnya ketajaman mental, depresi, dan
hilangnya kepercayaan diri.
3. Gangguan virilitas: menurunnya tenaga secara signifikan, kekuatan, dan massa
otot, kehilangan rambut tubuh, menurunnya sistem imun, penumpukan lemak
visceral, serta berkurangnya massa tulang disertai risiko osteoporosis dan
fraktur tulang yang meningkat.
4. Gangguan seksual: menurunnya libido yang berimbas pada menurunnya minat
terhadap aktivitas seksual, kualitas orgasme yang menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi atau disfungsi ereksi, berkurangnya kemampuan ejakulasi,
dan menurunnya volume ejakulasi.
Pengobatan yang dianjurkan untuk menangani masalah andropause ini adalah
dengan Hormon Replacement Therapy dan atau stimulasi produksi testosteron
endogen.
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat penuaan
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. Bila seseorang mengalami
penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka dapat tua dalam keadaan sehat.
Penuaan ini sesuai dengan kronologis usia dipengaruhi oleh faktor endogen. Faktor
endogen meliputi genetik, organik dan imunitas. Faktor organik yang dapat ditemui
adalah penurunan hormon pertumbuhan, penurunan hormon testosteron, peningkatan
prolaktin, penurunan melatonin, perubahan folicel stimulating hormone dan luteinizing
hormone.Perubahan ini dimulai dari sel jaringan organ sistem pada tubuh. Sedangkan
faktor lain yang juga berpengaruh pada proses penuaan adalah faktor eksogen seperti
lingkungan, sosial budaya, dan gaya hidup. Yang termasuk faktor lingkungan antara lain
pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor, pabrik, bahan kimia, bising, kondisi
lingkungan yang tidak bersih, kebiasaan menggunakan obat dan jamu tanpa kontrol,
radiasi

sinar

matahari, makanan

berbahan

kimia,

infeksi

virus,

bakteri

dan

mikroorganisme lain. Mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karena
stress yang dialami individu.
25

a) Faktor yang Mempercepat Proses Penuaan


Proses penuan dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Proses ini terjadi
sejak maturitas sampai kematian. Dalam proses tersebut terjadi perkembangan dan
pertumbuhan fungsi organ yang terjadi dari masa maturasi sampai dewasa, dan setelah
itu terjadi penurunan fungsi organ (senescence) yang terjadi pada masa dewasa
sampai usia very old dan menyebabkan kematian. Proses tersebut terjadi secara alami
dan berdasarkan teori proses ini tidak berbeda pada setiap individu. Jadi proses
penuaan akan berjalan normal jika seorang individu melakukan hal yang sama dengan
individu kebanyakan, pada prinsipnya proses ini bisa dipengaruhi faktor eksternal dan
internal guna memperlambat ataupun mempercepat penurunan fungsi organpada
tubuh manusia. Faktor-faktor yang mempercepat proses penuaan, yaitu :
1.

Faktor Internal
Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak mungkin dihindari setiap
manusia. Hal ini dapat juga dipicu oleh stres dan perubahan hormonal, dan
faktor ini hanya dapat dikurangi efeknya, dengan cara perawatan wajah yang
tepat, rutin dan lembut, mengurangi stress serta mencoba hidup santai.

a.

Faktor lingkungan

Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan


dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan
rumah tangga) akan mempercepat penuaan.

Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai


penelitian ternyata suara bising akan mampu meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan mampu menyebabkan apoptosis di
berbagai jaringan tubuh.

Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan


air bersih akan meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk
meningkatkan kekebalan.

Pemakaian

obat-obat/jamu

yang

tidak

terkontrol

pemakaiannnya sehingga menyebabkan turunnya hormon tubuh


secara langsung atau tidak langsung melalui mekanisme umpan
26

balik (hormonal feedback mechanism).

Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat


penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya
kolagen kulit.

b.

Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang
tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia
terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan
berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.

c.

Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya.
Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus,
radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh
tubuh.

d.

Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.

2.

Faktor Eksternal

a. Radikal Bebas
Yaitu molekul ganas yang menggerogoti sel-sel tubuh termasuk
jaringan kalogen. Sebagian ahli berpendapat bahwa radikal bebas
terbentuk sebagai efek polusi lingkungan, paparan sinar matahari,
pemakaian air yang tercampur bahan kimia, perubahan cuaca dan
faktor lain yang mengganggu pertumbuhan normal kalogen.
Pencegahan radikal bebas dapat dilakukan dengan mengatur
pola makan, diet yang mengandung protein tinggi dan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung vitamin seperti buah dan sayuran.
Dengan gizi yang baik, struktur sel akan membaik hingga proses
penuaan dini dapat diperlambat.
b. Sinar Matahari
Untuk menghindari pengaruh buruk sinar matahari, hindari saat
sinar matahari memancarkan sinar ultra violet di titik kulminasi
27

(antarapukul 10.00 15.00) dan selalu mengenakan tabir surya pada


wajah dan bagian tubuh yang terbuka setiap keluar ruangan.
Sinar matahari dapat menimbulkan masalah pada kulit,
terutama pada mereka yang suka mandi matahari atau terkena terpaan
langsung sinar matahari secara terus menerus yang mengakibatkan
kulit keriput dan timbul penuaan lebih dini. Sinar matahari diduga kuat
sebagai penyebabkan kerkulit. Bila terpaksa harus melakukan kegiatan
di bawah terpaan sinar matahari, gunakan topi pelindung dan oleskan
krim pelindung yang mengandung Sun Protection Factor (SPF) 15
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang tinggi dan tidak stabil seperti di alam tropis
ini, menjadi penyebab terjadinya penuaan dini, terutama jika kulit tidak
dilindungi dengan baik. Salah satu cara melindungi kelembaban kulit
adalah dengan mengenakan pelembab yang dapat mempertahankan
kadar air dalam kulit. Untuk melindungi kelembutan kulit, gunakan
pelembab pada wajah dan body lotion yang sesuai dengan jenis kulit
pada seluruh tubuh terutama yang tidak terlindungi oleh pakaian.
Pelembab yang baik untuk melembabkan kulit kering dan kulit normal,
pilih bahan pelembab yang mengandung humektan sebagai pengikat air
yaitu asamalfa-hidroksi A-HA/Alpha-Hidroksi Acid).

b)Faktor yang Memperlambat Proses Penuaan


1. Olahraga
Dengan olahraga yang teratur, dapat membuat pembuluh darah
menjadi lebih elastis dan tentunya dapat melancarkan sirkulasi darah. Menurut
sebuah penelitian, orang yang berolahraga hanya diwaktu mudanya harapan
hidupnya lebih rendah dibandingkan dengan orang yang berolahraga saat usia
lanjut namun dengan teratur.
2. Nutrisi
Dengan

melakukan

pengaturan

menu.

Diet

yang

dianjurkan

untuk

memperlambat proses penuaan antaralain: sayuran, ikan, daging, buah-buahan,


roti, sereal, pasta dan serat.
28

3. Pemanjangan Talomer
Pemanjangan Telomer dengan cara modifikasi enzim Telomerase dapat
memperlambat kematian sel. Dengan memperkuat telomere menjadikan
susunannya menjadi panjang, sehingga pembelahan sel tidak dibatasi oleh
fenomena Hayflick (pemograman pembelahan sel yang terbatas yang dapat
membelah sampai 50 kali/tahun).
4. Obat-obatan dan Suplemen
a. Vitamin E
Vitamin E terdiri dari sejumlah tocopherol dan tocotrienol, yang
berfungsi sebagai lipid-soluble antioxidant yang membantu melindungi
membran sel yang mengandung lemak dari oksidasi melalui reaksi
reaktivitas tinggi terhadap radikal bebas. Vitamin ini dibutuhkan untuk
mengoptimalkan fungsi sistem imun dan kesehatan sel darah merah
serta membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mengobati
premenstrual syndrom serta gejala menopause.
b. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu dari beberapa vitamin antioksidan yang
terdapat dalam jumlah yang sangat banyak dalam cairan ekstraselular.
c. Asam Folat
Asupan tinggi Asam folat dapat mengurangi insiden karsinoma.
Defisiensinya dapat menyebabkan kerusakan DNA menyerupai
kerusakan DNA pada sel kanker.
d. DHEA (dehydroepiandrosterone)
DHEA adalah prohormon yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar
kortikoadrenal, turunan utama dari sintesis di kelenjar edrenal dan
gonad yang mencegah dan menghambat perkembangan hipertensi
pulmoner hipoksia kronik.
DHEA akan aktif setelah transformasi intraselular, efek pada libido
wanita yang telah menopause dan memperbaiki disfungsi ereksi pada
pria.
e. Injeksi Kolagen
Kolagen merupakan zat yang terdiri atas serat protein dari jaringan
manusia dan binatang. Kolagen memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit, tulang dan ligamen.
29

f. Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen-pigmen antioksidan yang terdapat dalam
buah dan sayuran yang membantu menjaga kekuatan dan kesehatan
tulang.
g. Vitamin B
Penting dalam fisiologi normal tubuh; Terdapat 5 tipe utama:

Vitamin B1/tiamin
- Dibutuhkan dalam proses penghasilan energy dari karbohidrat
- Membantu system saraf
- Membantu mempertahankan level normal asam lambung dan
nafsu makan
- Terdapat dalam daging babi, ikan kumis/catfish, kedelai

Vitamin B2/ribovlafin
- Dibutuhkan dalam konversi protein, karbohidrat dan lemak
menjadi energy
- Mempertahankan kesehatan kulit dan mata
- Terdapat dalam hati, ikan air tawar, catfish, yogurt dan ragi

Vitamin B3
- Dibutuhkan dalam penghasilan energy dari makanan
- Untuk mempertahankan kesehatan mental normal
- Kesehatan kulit
- Kesehatan mulut
- Saluran pencernaan

Vitamin B6/piridoksin
- Dibutuhkan dalam metabolism protein
- Membantu mempertahankan keseimbangan cairan
- Mempertahankan kesehatan sel darah merah
- Terdapat di ganggang laut, hati, daging dan ikan
- Suplemen B6 dapat mengubah konsentrasi FFA dan asam
amino dalam plasma selama latihan berat.

Vitamin B12
- Dibutuhkan dalam produksi sel darah merah

30

- Mempertahankan sifat protektif dari lapisan yang mengelilingi


saraf
- Terdapat di tiram, salmond, ikan air tawar, ikan haring dan
ganggang laut.
2.8 Penuan Dini
Organ tubuh yang paling sering mengalami penuaan dini adalah kulit. Kulit
memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis,
seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel kulitari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum atau
dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultra violet matahari.
Sebum berfungsi sebagai pertahanan terhadap musuh utama kecantikan wanita
yaitu penuaan dini. Penuaan dini sering terjadi pada kulit yang berjenis kering, karena
kadar sebum dalam kulit kering sangat sedikit. Biasanya penuaan dini ditandai dengan
kondisi kulit terlihat lelah, kering, bersisik, kasar dan disertai munculnya keriput dan
noda hitam atau flek.
Dua Faktor Penyebab Penuaan Dini
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak mungkin dihindari
setiapmanusia. Hal ini dapat juga dipicu oleh stress dan perubahan hormonal, dan
factor ini hanya dapat dikurangi efeknya, dengan cara perawatan wajah yang tepat,
rutin dan lembut, mengurangi stress serta mencoba hidup santai. Terdapat beberapa
faktor internal yang menyebabkan penuaan dini yaitu :
a. keturunan,
b. kesehatan
c. daya tahan
d.

kejiwaan seperti stress


Stress adalah salah satu factor risiko terjadinya penuaan yakni Penuaan Dini.

Kulit merespons stres dengan mengarahkan darah dari bagian tubuh seperti kulit ke
daerah vital seperti jantung dan paru-paru. Hasilnya, proses pembaruan sel kulit
menjadi lambat dan jumlah radikal bebas pada kulit bertambah.

31

Proses penuaan dini pada fase subklinik yang terjadi antara 25-35 tahun. Fase
ini ditandai dengan menurunnya fungsi kerja hormon dalam tubuh manusia.
Dampaknya terbentuk radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA yang akhirnya
memunculkan penyakit kanker.
Setelah fase subklinik disusul oleh fase transisi (35-45 tahun) dan fase klinik
(45 ke atas). Dalam kedua fase ini manusia akan mengalami penurunan kadar hormon
sebesar 25 persen dan hilangnya masa otot sebanyak 1 kilogram per tiga tahun.
Selain mengalami penurunan produksi hormon dan berkurangnya masa otot,
proses penuaan dini juga menyebabkan usia psikologis seseorang menjadi lebih tua
dibandingkan dengan usia kronoligik (usia berdasarkan tahun lahir) orang tersebut.
Selain

itu,

stres

juga

menurunkan

sistem

kekebalan

tubuh,

sistem

kardiovaskular, dan bahkan menyebabkan kanker.

2. Faktor Eksternal
a. Radikal Bebas
Yaitu molekul ganas yang menggerogoti sel-sel tubuh termasuk jaringan
kalogen. Efek radikal bebas terhadap kulit ini dapat menurunkan kinerja enzim
untuk pertahanan fungsi sel, merusak protein, asam amino yang merupakan
struktur utama kolagen dan elastin. Radikal bebas terbentuk sebagai efek polusi
lingkungan, paparan sinar matahari, pemakaian air yang tercampur bahan kimia,
perubahan cuaca dan faktor lain yang mengganggu pertumbuhan normal kalogen.
Pencegahan radikal bebas dapat dilakukan dengan mengatur polamakan,
diet yang mengandung protein tinggi dan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung vitamin seperti buah dan sayuran. Dengan gizi yang baik, struktur
sel akan membaik hingga proses penuaan dini dapat diperlambat.
b. Sinar Matahari
Untuk menghindari pengaruh buruk sinar matahari, hindari saat sinar
matahari memancarkan sinar ultra violet di titik kulminasi (antarapukul 10.00
15.00) dan selalu mengenakan tabir surya pada wajah dan bagian tubuh yang
terbuka setiap keluar ruangan.
Sinar matahari dapat menimbulkan masalah pada kulit, terutama pada
mereka yang suka mandi matahari atau terkena terpaan langsung sinar matahari
secara terus menerus yang mengakibatkan kulit keriput dan timbul penuaan lebih
32

dini. Sinar matahari diduga kuat sebagai penyebabkan kerkulit. Bila terpaksa
harus melakukan kegiatan di bawah terpaan sinar matahari, gunakan topi
pelindung dan oleskan krim pelindung yang mengandung Sun Protection Factor
(SPF) 15
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang tinggi dan tidak stabil seperti di alam tropis ini,
menjadi penyebab terjadinya penuaan dini, terutama jika kulit tidak dilindungi
dengan baik. Salah satu cara melindungi kelembaban kulit adalah dengan
mengenakan pelembab yang dapat mempertahankan kadar air dalam kulit. Untuk
melindungi kelembutan kulit, gunakan pelembab pada wajah dan body lotion yang
sesuai dengan jenis kulit pada seluruh tubuh terutama yang tidak terlindungi oleh
pakaian. Pelembab yang baik untuk melembabkan kulit kering dan kulit normal,
pilih bahan pelembab yang mengandung humektan sebagai pengikat air yaitu
asamalfa-hidroksi A-HA/Alpha-Hidroksi Acid).
1. Penyakit Penuaan Dini
Sindrom Progeria Hutchinson-Gilford merupakan penuaan dini yang
disebabkan oleh faktor internal, yaitu adanya mutasi pada salah satu gen. Penderita
sindrom ini akan mengalami penampilan penuaan yang sangat dramatis di usia kanakkanak. Saat terlahir, penderita biasanya nampak normal. Begitupun di awal-awal
kehidupannya. Namun kemudian pertumbuhannya melambat, termasuk berat
badannya pun lambat naik.
Penderita progeria jenis ini memiliki karaktistik mata menonjol, hidung tipis
dengan ujung bengkok, bibir tipis, dagu kecil, dan telinga menonjol. Sindrom
Progeria Hutchinson-Gilford juga menyebabkan kerontokan rambut, kulit nampak
keriput, kelainan sendi, dan kehilangan lemak di bawah kulit. Walaupun secara fisik
Nampak tua, namun penderita tidak memiliki masalah dengan kecerdasan dan
keterampilan motorik seperti duduk, berdiri, dan berjalan. Penderita Sindrom
Hutchinson-Gilford yang parah mengalami pengerasan pembuluh darah arteri
(arteriosklerosis) sejak masa kanak-kanak. Karenanya, penderita rentan mengalami
serangan jantung atau stroke pada usia muda. Ini merupakan komplikasi serius yang
sangat mengancam nyawa penderita.
Insiden penyakit ini sangat jarang di dunia, yaitu 1 dari 4 juta bayi baru lahir
di seluruh dunia. Sindrom ini terjadi karena adanya mutasi dari gen LMNA. Sindrom
33

progeria jenis ini menyebabkan usia penderita tidak panjang. Umumnya penderita
meninggal karena adanya masalah jantung dan penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan penuaan dengan rentang usia penderita berkisar antara 8-21 tahun.
2.9 Gangguan Pada Lansia dan Penanganannya
1. Gangguan Pernapasan
Perubahan anatomi pada organ tubuh lansia menyebabkan gangguan fisiologi
pernapasan sebagai berikut:
a. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga
dada akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak
nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
b. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan
penimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan
pendistribusian gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
c. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)
kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3) resistensi
saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut
terjadi pengurangan ventilasi paru.
d. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap,
penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan
transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga.
Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara lain karena: (1) berbagai
perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) kerena
bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah jantung.
e. Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan
ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor
sentral ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri
dan sebagainya.

2. Gangguan Pencernaan
a. Konstipasi pada lanjut usia
Konstipasi merupakan suatu keluhan saluran cerna yang banyak pada usia
lanjut. Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya
34

sejumlah besar feses memenuhi ampulla rektum pada colok dubur, dan atau timbunan
feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.
Defekasi seperti halnya berkemih adalah suatu proses fisiologis yang
melibatkan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer,
koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik, dan kemampuan fisis untuk
mencapai tempat BAB. Gangguan dari salah satunya dapat berakibat konstipasi
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup
berbagai faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang
banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia.
Yang menyebabkan konstipasi bukanlah bertambahnya usia, tapi memang khusus
terjadi pada mereka dengan konstipasi. Penelitian menunjukkan pada usia lanjut yang
menderita konstipasi, menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari,
dan pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih lama, sampai
14 hari.
Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik kolon pasien
dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respon motorik dari sigmoid akibat
berkurangnya inervasi intrinsik karena degenerasi pleksus mienterikus. Ditemukan
juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan
memanjangnya waktu gerakan usus.
Individu diatas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma betaendorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiat endogen di
usus. Hal ini dibuktikan dengan efek konstipastif dari sediaan opiat yang dapat
menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks
gaster-kolon.
Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan
otot-otot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan
konstpasi memiliki kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan
keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat
penekanan pada saraf pudendus, sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut.
Sensasi dan tonus rektum tidak banyak berubah pada usia lanjut. Sebaliknya,
pada mereka yang mengalami konstipasi dapat mengalami tiga perubahan patologis
pada rektum :
-

Diskesia rektum, ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum,


gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang kapasitas. Dibutuhkan
35

lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks relaksasi dari sfingter
eksterna dan interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum sering
didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena dorongan BAB yang
sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat diakibatkan kurang tanggapnya atau
penekanan pada dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada penderita
-

demensia, imobilitas, atau sakit daerah anus atau rektum.


Dis-sinergia pelvis. Terdapat kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan
sfingter

anus

eksterna

saat

BAB.

Pemeriksaan

secara

manometrik

menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus saat mengejan.


Peningkatan tonus otot rektum, terjadi kesulitan megeluarkan feses yang
bentuknya kecil. Sering ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada
penyakit Iritable bowel syndrome , dimana konstipasi merupakan hal yang

dominan.
b. Hemoroid pada usia lanjut
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan
pada praktik dokter sehari-hari. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir,
atau southern pole disease. Keluhan penyakit ini antara lain BAB sakit dan sulit,
dubur terasa panas, dan adanya benjolan di dubur, pendarahan melalui dubur, dan
masih banyak lagi.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemorrhoidalis. Dibawah atau diluar linea
dentate pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) disebut hemoroid
eksterna. Sedangkan didalam atau diatas linea dentate, pelebaran vena dibawah
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Biasanya struktur anatomis anal canal
masih normal.
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko seperti :
- Mengedan pada buang air besar yang sulit
- Pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
-

lama duduk di jamban sambil membaca, merokok)


Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor

abdomen)
Kehamilan
Usia tua
Konstipasi kronik
Diare kronik
Diare akut yang berlebihan
Hubungan seks peranal
Kurang minum air
36

Kurang makan makanan berserat


Kurang olahraga

3. Gangguan Penglihatan
a. Presbiopi
Perubahan indra penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan
presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif. Ini karena sel-sel baru terbentuk
dipermukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tua akan menumpuk dan menjadi
kuning, kaku, padat dan berkabu. Jadi, hanya bagian luar lensa yang masih elastic
untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Karena
lensa menjadi kurang fleksibel, maka titik dekat fokus berpindah lebih jauh. Kondisi
ini disebut presbiopi, biasa bermula pada usia 40-an.Kerusakan kemampuan
akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan lebih kendur dan
lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan
untuk memusatkan pada (penglihatan jarak dekat). Kondisi ini dapat dikoreksi dengan
lensa seperti kacamata jauh dekat (bifokal).
b. Katarak
Perubahan warna (misalnya : menguning) dan meningkatnya kekruhan lensa Kristal
yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan katarak. Katarak menimbulkan
bebagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap
hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput diatas mata dalah suatu
gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam memfokuskan penglihatan dan
membaca. Kesukaran ini dapat dikoreksi untuk sementara dengan penggunaan lensa.
Selain itu lansia harus didorong untuk memakai lampu yang terang dan tidak
menyilaukan.katarak juga dapat mengakibatkan gangguan dalam persepsi kedalaman
atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian, sedangkan
perubahan terhadap persepsi warna terjadi seiring dengan pembentukan katarak dan
mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas,terutama warna-warna
yang muda misalnya biru, hijau, dan ungu. Penggunaan warna-warna terang seperti
kuning, oranye dan merah direkomendasikan untuk memudahkan dalam membedakan
warna.
c. Astigmatisme

37

Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar


dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak
pada satu titik tetapi lebih dari satu titik. Patofisiologi kelainan
astigmatisma adalah sebagai berikut:
1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak
teratur
2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa
3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
4. Trauma pada kornea
5. Tumor
Gejala Klinis. Astigmatisma mempunyai gejala klinis sebagai berikut:
1. Pengelihatan kabur atau terjadi distorsi
2. Pengelihatan mendua atau berbayang - bayang
3. Nyeri kepala
4. Nyeri pada mata

4. Gangguan Neurologis
a. Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan
oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan gejala
menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya.
Defenisi demensia menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration
Medical Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat
menetap, dengan adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5mkomponen fungsi luhur
yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial, emosi dan kognisi. Penyebab pertama
penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50-60%) dan kedua oleh
cerebrovaskuler (20%).
b. Penyakit alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2
kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58 tahun disebut sebagai
38

early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun disebut
sebagai late onset. Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif
penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,
infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel
filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang
non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
c. Penyakit parkinson
Penyakit parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh proses
degeneratif progresif sehubungan dengan proses menua di sel-sel substansia nigra
pars compacia (SNc) dan karakteristik ditandai tremor waktu istirahat, kekakuan otot
dan sendi (rigidity), kelambanan gerak dan bicara (bradikinesia), dan instabilitas
posisi tegak (postural instability).
Penyebab PP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa penelitian
terhadap anak kembar monozigot menunjukkan bahwa terdapat faktor genetik yang
mendasari terjadinya PP. Faktor lain yang juga menjadi penyebab proses degenerasi
ini antara lain proses menua otak, stres oksidatif, terpapar pestisida/herbisida atau anti
jamur cukup lama, infeksi, kafein, alkohol, trauma kepala, depresi, dan merokok.
Tidak semua orang tua akan menderita PP, tetapi dugaan adanya peranan proses
menua terhadap terjadinya PP didasarkan pada penelitian-penelitian epidemiologis
tentang kejadian PP pada usia 50 tahun di amerika 10-12 per 100.000 penduduk,
meningkat menjadi 200-250 per 100.000 penduduk pada usia 80 tahun. Pada
penderita PP terdapat suatu tanda reaksi mikroglial pada neuron yang rusak dan tanda
ini tidak terdapat pada proses menua yang normal, sehingga disimpulkan bahwa
proses menua merupakan faktor resiko yang mempermudah terjadinya proses
39

degenerasi di SNc tetapi memerlukan penyebab lain (biasanya multifaktorial) untuk


terjadinya PP.
d. Strok
Strok didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak
yang menyebabkan defisit neurologis. Definisi lain lebih mementingkan defisit
neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah sebagai berikut: suatu defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
3.0 Analisis Skenario
1. Kakek Topo, Pria, 70 Thn dengan keluhan Lutut Kaku dan sulit berjalan, diduga
adanya penurunan sistem koordinasi karena sulit berjalan dan lamban dan diduga
menderita osteoporosis karena lutut terasa kaku, maka jika didiagnosa menderita
osteoporosis maka penatalaksaanaan yang dapat dilakukan menurut The National
Osteoporosis Guideline Group (NOGG) adalah sebagai berikut:
Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur vertebra (dan
beberapa kasus fraktur tulang panggul) seperti bisphosphonate, denosumab,
rekombinan hormon parathyroid, raloxifene, dan strontium ranelate. Pada NOGG
2009, terapi yang diakui untuk kasus fraktur vertebra, non vertebra dan fraktur
tulang panggul hanya alendronate, risedronate, zoledronate dan terapi sulih
hormon.
Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena kerja
spektrum luasnya sebagai agen antifraktur dengan harga terjangkau.
Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab, raloxifene atau strontium
ranelate digunakan sebagai terapi pilihan jika alendronate dikontraindikasikan
atau tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Karena harga yang mahal, maka rekombinan hormon parathyroid hanya diberikan
pada pasien dengan risiko sangat tinggi fraktur terutama pada vertebra.
Wanita postmenopause dapat mendapatkan manfaat dari calcitriol, etidronate, dan
terapi hormon pengganti.
Terapi untuk pria dengan risiko tinggi terjadi fraktur harus dimulai dengan
alendronate, risedronate, zoledronate, atau teriparatide.
Bagi wanita post menopause, terapi yang diakui untuk pencegahan dan
pengobatan osteoporosis akibat glukokortikoid yaitu alendronate, etidronate dan
risedronate, sementara itu terapi pilihan yang diakui baik untuk wanita dan juga
pria adalah teriparatide dan zoledronate.

40

Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan untuk para lansia
dan sebagai terapi osteoporosis.
Efek potensial pada kardiovaskuler akibat pemberian suplemen calcium masih
kontroversial, namun sangat bijaksana jika asupan calcium melalui makanan
ditingkatkan dan menggunakan suplemen vitamin D saja daripada mengkonsumsi
suplemen calcium dan vitamin D bersamaan.
Penghentian mendadak bisphosphonate dihubungkan dengan penurunan BMD
dan bone turn over setelah 2 3 tahun diterapi dengan alendronate dan
risedronate.
Terapi bisphosphonate dilanjutkan meskipun tanpa evaluasi lebih lanjut terutama
pada pasien dengan risiko sangat tinggi terjadi fraktur, dimana review terapi dan
evaluasi fungsi ginjal cukup dilakukan tiap 5 tahun sekali.
Jika bisphosphonate dihentikan, risiko fraktur dievaluasi ulang tiap kali setelah
terjadinya fraktur baru, atau setelah 2 tahun jika tidak terjadi fraktur baru.
Setelah 3 tahun diterapi dengan zoledronate, manfaat yang timbul pada BMD
akan tetap ada sampai dengan 3 tahun setelah terapi dihentikan. Kebanyakan
pasien harus menghentikan pengobatan setelah terapi selama 3 tahun, dan dokter
harus melakukan evaluasi ulang akan kebutuhan untuk melanjutkan terapi dalam
3 tahun mendatang.
Pasien dengan fraktur vertebra sebelumnya atau terapi awal osteoporosis tulang
panggul dengan skor T BMD -2,5 SD dapat mengalami peningkatan risiko
fraktur vertebra jika zoledronate dihentikan.
2. Nenek Isun, Wanita, 56 Tahun, dengan keluhan sering merasa badannya terasa panas ,
mudah marah, mudah tersinggung dan sesekali sering menangis. dialami semenjak
pasien berhenti haid. pasien juga mengeluhkan penyakit darah tinggi yang dideritanya
sejak 2 tahun yang lalu. Berikut adalah penatalaksanaan untuk menopause:
A. Penatalaksanaan umum meliputi wawancara dan pendidikan.
Dalam langkah pertama ini perlu ditekankan pada penderita bahwa
berlalunya masa ini dalam kehidupan tidak berarti berakhirnya kehidupan
yang baru hubungan antara penderita dengan dokter yang saling percaya
mempercayai akan dapat memberikan sokongan yang besar dalam mencegah
terjadinya banyak salah paham sehubungan dengan masalah yang peka ini.
Penanganan non spesifik lain dapat berupa psikoterapi pendidikan dan
penyebarluasan pengetahuan tentang menopause ini bahwa menjadi tua adalah
wajar
41

B.

Pengobatan gejala hormonal


Gejala-gejala menopause yang cukup berat harus diobati secara selektif
dengan medika mentosa (obat-obatan) yang sesuai dengan keadaan
perorangan. Dalam prakteknya pengobatan akan sangat ditunjang oleh latihanlatihan jasmani yang teratur. Istirahat yang cukup, serta diet yang sesuai.
Pemberian obat penenang sebagai usaha mengatasi masalah tidak dianjurkan.

C. Pengobatan hormonal
Walaupun menopause merupakan peristiwa normal, namun merupakan
pula suatu keadaan kekurangan hormon. Sasaran dalam pengobatan ini adalah
mengembangkan keseimbangan hormonal oleh karena itu sebagai tambahan
langkah pertama dan kedua kekurangan estrogen harus diperbaiki pula, obatobatan yang dipakai tersedia dalam bentuk tablet.
D. Pembedahan
Sekitar 40-70% wanita yang mengalami perdarahan abnormal sebelum
menopause akan sembuh dengan tindakan kureta sel (pengerokan selaput
lendir rahim) dan tidak membutuhkan pengobatan hormon pengganti
tergantung hasil pemeriksaan. Secara mikroskopis menunjang. Proses yang
buruk kadang-kadang harus dilakukan pengangkatan rahim. Ada atau tidak
keluhan dalam menopause, hendaknya wanita merencanakan untuk diperiksa
secara berkala, paling sedikit enam bulan sekali pemeriksaan ini penting sekali
untuk mengetahui dan mengobati adanya kelainan yang mungkin terjadi pada
usia 40 an,khususnya keganasan. Banyaknya kelainan-kelainan yang ada dapat
disembuhkan dengan pengobatan sederhana, terutama bila diketahui dini.

42

Gambar Tatalaksana Menopause


Untuk penatalaksaaan hipertensi menurut Joint National Comitee yang ke-8 (JNC 8)
adlah sebagai berikut:
A. Pada pasien 60 tahun atau lebih yang tidak memiliki diabetes atau penyakit ginjal
kronik, maka target terapi tekanan darah sekarang <150/90 mHg.
B. Pada pasien 18-59 tahun tanpa kormobiditas mayor, dan pada pasien 60 tahun atau
lebih yang memiliki diabetes, penyakit ginjal kronik, atau keduanya, maka target
terapi tekanan darah yang baru adalah <140/90 mmHg.
C. Terapi lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi menjadi empat golongan
obat: diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker (CCB), ACE Inhibitor, dan ARB.
D. Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau kombinasi dari
diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker, ACE Inhibitor, dan ARB.

43

E. Beberapa obat sekarang didesain sebagai alternatif lini selanjutnya yaitu: betablockers, alphablockers, alpha1/beta-blockers (mis. carvedilo), vasodilating betablockers (mis. nebivolol), central alpha2/-adrenergic agonists (mis. clonidine), direct
vasodilators (mis. hydralazine), loop diuretics (mis. furosemide), aldosterone
antagoinsts (mis. spironolactone), dan peripherally acting adrenergic antagonists (mis.
reserpine).
F. Saat memulai terapi, pasien keturunan Afrika tanpa penyakit ginjal kronik harus
menggunakan CCB dan thiazide daripada ACE Inhibitor.
G. Penggunaan ACE Inhibitor dan ARB direkomendasikan pada seluruh pasien dengan
penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis, baik sebagai terapi lini
pertama atau sebagai tambahan pada terapi lini pertama.
H. ACE Inhibitor dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama secara
bersamaan.
I. CCB dan diuretik tipe thiazide harus digunakan daripada ACE Inhibitor dan ARB
pada pasien lebih dari 75 tahun dengan fungsi penurunan fungsi ginjal karena adanya
risiko hiperkalemia, peningkatan kreatinin, dan penurunan fungsi ginjal yang lebih
parah.
J. Intervensi pola hidup termasuk penggunaan Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) eating plan, penurunan berat badan, pengurangan konsumsi garam menjadi
kurang dari 2.4 grams per hari, dan paling sedikit 30 menit aktivitas aerobik pada
banyak hari dalam seminggu.
K. Sebagai tambahan, untuk menunda perkembangan hipertensi dan mengurangi risiko
kardiovaskular, konsumsi alkohol harus dibatasi menjadi 2 gelas sehari pada pria dan
1 gelas sehari pada wanita. Perlu diketahui bahwa 1 gelas terdiri dari 12 ons bir, 5 ons
wine atau 1.5 ons dari 80-proof liquor. Berhenti merokok juga menurunkan risiko
kardiovaskular.
ACEI = angiotensin-converting enzyme inhibitor
ARB= angiotensin receptor blocker
CCB = calcium channel blocker

44

Nenek Depe, Wanita, Umur tidak diketahui, Keluhan Kulit keriput dan penurunan
pendengaran, maka penatalaksanaan untuk penurunan ganggua pendengaran pada
lansia (tatalaksana presbiakusis) adalah sebagai berikut:

Presbiakusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada presbiakusis adalah


tipe sensorineural dan tujuan penatalaksanaannya adalah untuk memperbaiki
kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat ini
berfungsi membantu penggunaan sisa pendengaran untuk berkomunikasi. Alat bantu
dengar baru diperlukan bila penurunan pendengaran lebih dari 40 dB.4 Selain itu
dapat juga digunakan assistive listening devices, alat ini merupakan amplifikasi
sederhana yang mengirimkan signal pada ruangan dengan menggunakan headset.

Pada presbiakusis dimana teijadi penurunan pendengaran bersifat progresif perlahan


yang mulai terjadi pada nada tinggi, pada awalnya tidak terasa pendengaran menurun.
Umumnya gangguan dengar baru disadari jika kegiatan sehari-hari mengalami
kesulitan. Pada orang tua penurunan pendengaran sering disertai juga dengan
penurunan diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh proses menua yang
kemudian mengakibatkan perubahan watak yang bersangkutan seperti mudah
tersinggung, penurunan perhatian, penurunan konsentrasi, cepat emosi, dan
berkurangnya daya ingat.

Dengan demikian tidak semua penderita presbiakusis dapat diatasi dengan baik
menggunakan alat bantu dengar terutama pada presbiakusis tipe neural. Pada keadaan
dimana tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar, penderita merasa adanya
penolakkan dari ternan atau saudara yang selanjutnya akan mengakibatkan hubungan
jadi tidak baik sehingga penderita akan menarik diri, terjadi pengurangan sosialisasi,
penurunan fisik, penurunan aktifitas mental sehingga merasa kesepian, dan akhirnya
dapat teijadi depresi dan paranoid.

Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dengan cara latihan mendengar atau lips reading
yaitu dengan cara membaca gerakan mulut orang yang menjadi lawan bicaranya.
Penting juga dilakukan physiologic counseling yaitu memperbaiki mental penderita.
Disini harus dijelaskan pada keluarganya bagaimana memperlakukan atau
menghadapi penderita presbiakusis. 3

45

Penderita yang mengalami perubahan kohlear tetapi ganglia spiralis dan jaras sentral
masih baik dapat digunakan kohlear implant

Rehabilitasi perlu sesegera mungkin untuk memperbaiki komunikasi. Hal ini akan
memberikan kekuatan mental karena sering orang tua dengan gangguan dengar
dianggap menderita senilitas, yaitu suatu hal yang biasa terjadi pada orang tua dan
dianggap tidak perlu diperhatikan. 3 Rehabilitasi pada penderita presbiakusis
membutuhkan waktu dan kesabaran. Dibutuhkan gabungan dari ahli THT, audiologi,
neurologi, dan psikologiuntuk menangani penderita ini.

Pemasangan alat bantu dengar merupakan salah satu bagian yang penting dalam
penatalaksanaan gangguan dengar pada presbikusis agar dapat memanfaatkan sisa
pendengaran semaksimal mungkin. Fungsi utamanya adalah untuk memperkuat
( amplifikasi) bunyi sekitar sehingga dapat:

Mendengar percakapan untuk berkomunikasi


Mengatur nada dan volume suaranya sendiri
Mendengar dan menyadari adanya tanda bahaya
Mengetahui kejadian sekelilingnya
5. Mengenal lingkungan

Yang terpenting adalah bunyi untuk berkomunikasi antar manusia sehingga


alat ini harus dapat menyaring dan memperjelas suara percakapan manusia
yang berkisar antara 30-60dB pada frekuensi 500-2.000 Hz.

Alat bantu dengar terdiri dari mikrofon (penerima suara), amplifier (pengeras
suara), receiver (penerus suara), cetakan telinga!ear mold (menyumbat liang
telinga dan pengarah suara ke telinga tengah).

Jenis alat bantu dengar adalah model saku, model belakang telinga (behind the
ear = BTE), model dalam telinga (in the ear = ITE), model liang telinga (in the
canal = ITC), model alam liang telinga seluruhnya (completely in the canal),
model kaca mata.

46

BAB III
Kesimpulan
Penuaan atau aging adalah proses fisiologis manusia seiring dengan bertambahnya
usia manusia. Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua
merupakan suatu hal yang pasti dalam tahap-tahap kehidupan manusia, tidak dapat di obati
dan tidak dapat dihambat, hanya dapat diperlambat prosesnya.
Proses penuaan dapat dipengaruhi berbagai factor, yakni factor internal (genetic), dan
factor external lain. proses penuaan belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya, namun
masih dalam teori-teori. Pada manula juga terdapat berbagai macam kelainan yang dapat
dialami seiring dengan kondisi fisik dan psikologis.

47

DAFTAR PUSTAKA

Kuliah Pakar Menopause oleh dr. Agus Thoriq, Sp.OG


Maramis, Willy. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. . 2nd. Surabaya : Airlangga University
Press.
Saladin, K. S. (2007). Anatomy & Physiology, the Unity of Form and Function. Available in:
server.fkunram.edu/anatomi fisiologi.
Sudoyo, Aru W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing

48

Anda mungkin juga menyukai