OLEH : KELOMPOK I
A.A.A Lie Lhiana
Ahmad Haviz
BaiqNindyaAulia
Dhauatha Yudhistira
I Nengah Putra Yasa
Irwani Mandalika
Marisa Syavitri Dilaga
Ni WayanVergaSeptikaBellany
NiniAzniati
RistaniaEllya John
(H1A013001)
(H1A013004)
(H1A013011)
(H1A013018)
(H1A013029)
(H1A013032)
(H1A013038)
(H1A013046)
(H1A013048)
(H1A013055)
Tutor :
dr. Dedianto Hidajat, Sp. KK.
BLOK 9 (Tahap-tahap Kehidupan)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi
berdasarkan hasil tutorial skenario terakhir kami pada tanggal 22 dan 29 Desember 2014
dengan tepat waktu.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan serta dukungan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial ini, terutama bagi tutor kami, dr. Dedi Hidajat, Sp KK.
Harapan kami, semoga laporan ini bisa berguna bagi teman-teman yang membacanya
dan khususnya bagi kami. Dan kami sadar sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.
(Kelompok Tutorial I)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
I. Pendahuluan
1
Mind Map.............................................................................................
Learning Objectives..............................................................................
II. Pembahasan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penyebab kematian...............................................................................
Mekanisme kematian............................................................................
Cara kematian.......................................................................................
Tanda-tanda kematian...........................................................................
Cara identifikasi jenazah.......................................................................
Diskripsi luka........................................................................................
Otopsi ...................................................................................................
Vesum et Repertum...............................................................................
Batasan dokter umum dan wewenangnya.............................................
Analisis skenario...................................................................................
5
8
8
8
22
26
33
47
53
54
III. Kesimpulan...............................................................................................
56
57
BAB I
PENDAHULUAN
PDICPJKPVOK
eareaerite
nrrfsmmosom
iayso
iaskeupae
nrtabhmsts
sihsa&oeia
n
kbisuan&
oTpikn&
P
baueF
anmno
ndy
far
oed
rni
d
t
f
i
i
r
i
k
es
nk
s
k
i
i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENYEBAB KEMATIAN
penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup.
Contoh : syok sepsis, perdarahan,dll
kali atau dokter yang merawat dapat langsung memberikan surat keterangan kematian
(formulir A) dan jenazahnya dapat langsung diserahkan pada keluarganya.
2. Penyebab kematian tidak wajar
Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian
yang tidak wajar.Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh
diri dan kecelakaan.Pada kasus kematian tidak wajar, kasusnya hendaknya segera
dilaporkan ke penyidik, sesuai dengan pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam
kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah:
Kematian yang terjadi di dalam tahanan atau penjara kematian terjadi bukan karena
penyakit dan bukan karena hukuman mati
Adanya penemuan mayat dimana penyebab dan informasi mengenai kematiannya
tidak ada.
Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat perbuatan
melanggar hukum
Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan
kematian akibat bunuh diri
Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter
Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab
kematiannya.
Tempat kejadian
Faktor
Lokasi
Pembunuhan
Variabel
Bunuh diri
Tersembunyi
Kondisi
Tidak teratur
Teratur
Pakaian
Tertembus
Senjata
Tidak ada
Ada
Surat/catatan
Tidak ada
Ada (seringkali)
Variabel
Tertentu
peninggalan
Luka
Titik anatomis
Jumlah luka
Biasanya satu
Luka percobaan
Tidak ada
Ada
Luka tangkis
Ada (biasanya)
Tidak ada
Tanda pergulatan
Ada (biasanya)
Tidak ada
Mutilasi
Ada (dapat)
Tidak ada
Arah irisan
Variabel
Sejajar
Terhentinya fungsi kedua hemisfer otak tanpa disertai kematian batang otak
dan serebelum.
4. Mati suri
Penurunan fungsi respirasi, fungsi kardiovaskuler, dan fungsi saraf pusat
hingga taraf minimal.
5. Kematian Batang Otak
Kematian batang otak artinya terhentinya secara menetap fungsi batang otak.
Hentinya fungsi batang otak secara irreversibel yang disebabkan oleh peristiwa intrakranial atau hasil dari fenomena ekstra-kranial seperti hipoksia, akan menghasilkan
keadaan klinis ini dan karena itu penghentian ireversibel fungsi integratif dari batang
otak setara dengan kematian individu dan memungkinkan dokter untuk mendiagnosa
kematian. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu:
Pertama, hilangnya kesadaran secara ireversibel dengan sendirinya
mensyaratkan kematian individu. Pasien dengan kondisi vegetatif (Vegetatif Stage)
juga mengalami kehilangan kesadaran ini. Perbedaan antara mereka (pasien kondisi
vegetatif dengan pasien yang dinyatakan meninggal karena penghentian fungsi batang
otak) adalah tidak bisa terus bernapas tanpa bantuan pernapasan, bersama dengan
beberapa intervensi biologis penyokong hidup lainnya. Ini juga berarti bahwa bahkan
jika tubuh yang meninggal tetap dengan bantuan pernapasan, hilangnya fungsi
biologis yang terintegrasi pasti akan mengarah kerusakan dan nekrosis organ dalam
waktu singkat.
Kedua, diagnosis kematian karena terhentinya Fungsi batang otak tidak
berarti berhentinya semua neurologis aktivitas di otak. Setelah diagnosis tersebut akan
diikuti dengan tidak ada kegiatan potensial menunjukkan bentuk kesadaran yang
berhubungan dengan kehidupan manusia, khususnya kemampuan untuk merasa, untuk
menyadari, atau untuk melakukan apa pun. Dimana aktivitas residu, tidak akan terjadi
untuk waktu yang lama karena kerusakan yang cepat dari fungsi tubuh lainnya.
Ketiga, ada juga mungkin beberapa gerakan refleks redisual dari anggota
badan setelah diagnosis tersebut. Gerakan ini dikendalikan melalui tulang belakang,
itu tidak menunjukkan kemampuan untuk merasakan, menyadari, atau untuk
menanggapi,
stimulus
apapun,
atau
untuk
mempertahankan
respirasi
atau
juga merupakan kematian yang dilegalkan secara hukum sesuai dengan UU no. 36
tahun 2009 tentang kesehatan Untuk alasan ini bahwa pasien yang telah meninggal
dan terdapat beberapa aktivitas tidak bisa lagi mendapatkan manfaat dari terapi
suportif dan sertifikasi hukum mengenai kematian mereka adalah tepat.
Berikut adalah skema dari fase-fase yang akan dialami tubuh manusia setelah
kematian:
Penguraian Pembusukan
Pembusukan adalah hasil dari proliferasi bakteri postmortem dengan pembentukan
gas. Produksi gas menyebabkan jaringan eksternal dan internal jadi kembung. Seperti
perubahan postmortem lain, produksi gas terjadi setelah mati. Tapi manisfestasi pembusukan
lebih mudah dilihat secara progresif seiring berjalannya waktu. Pendeskripsian tahap
sederhana, ringan, pertengahan, dan lanjut pada pembusukan dibedakan dari kembung,
pembebasan gas dengan pembusukan jaringan, dan skeletonisasi.
Skin slippage atau kelicinan kulit terjadi pada tahap awal pembusukan. Licinnya kulit
melibatkan lapisan pigmen dan akan terlihat beberapa jam setelah kematian pada mayat di
lingkungan hangat. Skin slippage tidak terjadi secara spontan dan diperlukan penekanan.
Bekas luka di dermis dan tato masih kelihatan seiring berjalannya slippage skin. Oleh karena
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 10
itu, akan sangat membantu apabila dilakukan pemijatan pada lapisan superfisial pada mayat.
Skin slippage dapat dibedakan dari abrasi kulit melalui dermis yang berwarna kuning-oranye.
Abrasi biasanya akan berwarna merah hingga merah kehitaman. Skin slippage dapat
mencakup seluruh tangan atau kaki sehingga akan tampak deskuamasi seperti sarung tangan
atau kaos kaki. Hal ini banyak terjadi pada mayat yang ditemukan tenggelam di air.
Kulit yang melepuh akan terbentuk dan berisi cairan yang berwarna kuning
kemerahan dan coklat gelap atau gas pembusukan. Kulit melepuh yang rusak muncul di area
skin slippage.
Perubahan warna merah, ungu, coklat, hijau, dan hitam yang muncul pada tubuh
melibatkan area lebam sebelum muncul di area yang tidak ada lebam pada mayat. Wajah
adalah daerah yang pertama kali mengalami perubahan warna. Area pada luka antemortem
dengan memar akan mempunyai lebam yang menonjol dan terjadi perubahan warna.
Perubahan warna menjadi hijau terjadi di kuadran kanan bawah pada abdomen diatas sekum.
Di bagian dalam, jaringan adiposa yang mengelilingi kandung empedu akan berubah jadi
warna hijau, dan permukaan peritoneal anterior di lobus kanan liver akan berubah warnanya
dari hijau gelap jadi hitam. Vena superfisiali kulit berubah warnanya menjadi kehijauan.
Mummifikasi
Mummifikasi adalah proses pengeringan dan pengisutan alat-alat tubuh akibat
Mumifikasi membutuhkan waku yang lama, kira-kira beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Proses mummifikasi lengkap dalam 1-3 bulan, dimana gejala yang
tampak berupa:
penguapan, di mana syarat agar terjadi mummifikasi ialah:
Suhu udara tinggi/dingin
Udara kering
Aliran udara terus-menerus
Tubuh menjadi kurus, kering, dan mengkerut
Warna coklat muda sampai coklat kehitaman
Pengeringan akan mengakibatkan alat-alat dalam tubuh menyusut sehingga
panjang.
Pili erektor pada rambut di kepala akan kaku dan membuat rambut terlihat lebih
panjang.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 11
Adipocere
Adipocere merupakan suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan
hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis mungkin disebabkan oleh karena
terbentuknya enzim lesitinase yang dihasilkan oleh klostridium welchii, yang akan
berpengaruh pada jaringan lemak.Dengan demikian akan terbentuk asam-asam lemak bebas
(asam palmitat, stearat, oleat), pH tubuh menjadi rendah, sehingga menghambat bakteri untuk
pembusukkan sehingga proses pembusukkan oleh bakteri berheti.
Tubuh yang mengalami adipocere akan tampak putih-kelabu, teraba licin, dan bau
khas yaitu campuran bau tanah, keju, amoniak, manis dan tengik.Untuk dapat terjadi
adipocere dibutuhkan waktu yang lama, sebikitnya beberapa minggu sampai beberapa
bulan.Keuntungan adipocere yaitu tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan
untuk waktu yang sangat lama, sampai ratusan tahun.Syarat terjadinya adipocere adalah:
tempatnya harus basah (harus mengandung air), dan mengandung alkali.
B. Diagnosa Kematian (Tanda-tanda Kematian)
Diagnosis kematian terutama waktu kematian merupakan hal yang penting untuk
berbagai kasus, baik kasus kriminal maupun nonkriminal. Namun, jika jarak waktu antara
kematian dan pemeriksaan terlalu lama, maka hasil diagnosis akan semakin sulit dilakukan
sehingga pemeriksaan lebih baik dipercepat. Beberapa faktor yang bisa digunakan sebagai
tanda-tanda kematian antara lain: livor mortis (lebam mayat), rigor mortis (kaku mayat),
suhu tubuh, derajat dekomposisi, perubahan-perubahan kimia, flow-cytometri,
pengosonganisi lambung, aktifitas serangga, pengeringan post-mortem pada jaringan,
dan scene markers (tanda-tanda di tempat kejadian perkara).
1. Livor Mortis (lebam mayat)
Livor mortis ditandai dengan warna merah keunguan pada area-area tubuh
yang terjadi akibat tekanan pada pembuluh darah sehingga darah mengumpul pada
daerah tertentu. Namun akan ada area di tubuh yang tampak lebih pucat terjadi akibat
kompresi pembuluh darah sehingga darah tidak dapat mengalir ke area tersebut. Areaarea tersebut biasanya area yang menyokong tubuh seperti bokong, betis, dan bahu.
Bila area-area tersebut digunakan ikat pinggang dan pakaian yang ketat akan
membuat daerah tersebut menjadi pucat.
Livor mortis biasanya terjadi mulai dalam 30 menit sampai 2 jam setelah
kematian. Dan kemudian tanda-tanda lebam ini akan meningkat seiring waktu dan
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 12
mencapai waktu maksimumnya dalam 8-12 jam. Kemudian setelah itu warna menjadi
menetap kecuali ketika mayat di pindahkan posisinya. Namun hal ini juga bergantung
pada tingkat dekomposisi dan suhu tubuh mayat tersebut.
Livor mortis harus dibedakan dengan luka memar. Namun, perbedaan antara
keduanya cukup mudah untuk dibedakan karena area yang mengalami luka memar
tidak terlihat pucat. Pada livor mortis dapat juga terjadi purpura petekia. Hal ini
ditandai dengan timbulnya bintik-bintik merah pada area livor mortis. Ini dikarenakan
terakumulasinya darah dan tingginya tekanan darah sedangkan pembuluh darah lemah
dan kemudian rupture. Sebenarnya, livor mortis tidak terlalu penting untuk
menentukan waktu kematian. Namun, livor mortis ini merupakan tanda yang penting
untuk mengetahui apakah tubuh tersebut telah dipindahkan.
Rigor mortis biasanya terjadi 2-4 jam setelah kematian lalu akan menetap
setelah 6-12 jam, tetapi hal ini bervariasi tergantung pada individu. Rigor mortis
mulai terjadi pada otot-otot yang kecil misalnya otot-otot di bagian rahang, lalu
menyebar ke otot-otot yang besar seperti otot-otot pada ekstremitas. Rigor mortis
penting untuk mengetahui apakah posisi mayat pernah dipindahkan karena posisi
tubuh yang terjepit akan lebih cepat mengalami rugor mortis.
3. Suhu Tubuh
Beberapa dokter mengetahui seberapa lama seseorang telah meninggal melalui
suhu tubuhnya, penentuan tersebut dapat menghasilkan 2 asumsi, pertama, apakah
saat meninggal suhu tubuh normal, kedua, apakah suhu tubuh yang dingin terjadi
akibat penurunan suhu tubuh sebelum kematian terjadi. Penentuan waktu kematian
melalui suhu tubuh dapat dihitung menggunakan rumus. Berikut adalah 2 rumus yang
biasa digunakan
Waktu kematian = 37oC suhu rectal (oC) + 3
98,6 Fsuhu rectal(F)
Waktu kematian
1,5 F
Namun ada beberapa masalah dalam pengguanaan rumus ini, dimana
penggunaan rumus ini diasumsikan jika suhu tubuh saat meninggal adalah normal.
Suhu tubuh normal rata-rata adalah 37oC, dan suhu tubuh normal inipun bervariasi,
ketika pagi hari suhu tubuh sangat rendah yaitu sekitar jam 5 pagi, sedangkan suhu
tubuh akan meningkat dan mencapai puncaknya sekitar jam 4-6 sore. Selain itu, suhu
tubuh bervariasi menurut lokasi pengukuran (oral, rectal), antara setiap individu
berbeda, menurut waktu, aktivitas yang dilakukan oleh individu dan kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 15
individu. Faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu misalnya terjadi pada
pasien yang telah koma, jika pasien tersebut mengalami pneumoni maka suhu
tubuhnya akan meningkat. Namun jika pasien mati perlahan dari komanyamaka dia
akan mengalami hipotermi.
Namun secara umum, suhu tubuh pasien yang telah meninggal akan lebih
rendah karena kehilangan panas melalui beberapa cara, antara lain:
Konduksi (perpindahan panas dari kontak antara suatu benda ke tubuh)
Radiasi (perpindahan panas melalui pancaran cahaya)
Konveksi (perpindahan panas aliran udara)
Baju dan lemak merupakan insulator untuk menjaga suhu tubuh
agar tetap hangat. Mayat bayi dan anak-anak akan lebih cepat kehilangan
panas karena memiliki massa tubuh yang rendah.
4. Dekomposisi (pembusukan)
Dekomposisi terdiri atas 2 proses yaitu autolysis dan putrefaction. Autolysis
adalah pemecahan sel-sel dalam suatu organ akibat terjadinya proses kimia yang
melibatkan enzim-enzim intrasel. Perubahan kimia tersebut, dapat dipercepat melalui
panas dan dapat diperlambat melalui pendinginan atau bahkan pembekuan. Selain itu,
organ yang kaya akan enzim-enzim akan lebih cepat mengalami autolysis, misalnya
pankrea kan lebih dahulu mengalami autolysis.
Proses yang kedua adalah putrefraction, proses ini sinonim dengan
dekomposisi (pembusukan), hal ini terjadi akibat bakteri dan fermentasi. Setelah
meninggal, bakteri-bakteri flora normal yang ada di system gastrointestinal akan
menyebar ke seluruh tubuh dan memulai proses pembusukan. Mulainya proses
pembusukan ini tergantung pada 2 faktor penting, yaitu lingkungan dan tubuh.
Pada daerah yang suhu udaranya tinggi yang lebih mempengaruhi adalah
faktor lingkungan. Beberapa proses yang terjadi dalam pembusukan antara lain:
pertamaa kan terjadi kehijau-hijauan pada kuadran bawah dari abdomen, dimulai dari
sebelah kanan lalu ke sebelah kiri biasanya terjadi dalam 24-36 jam pertama.
Kemudian warna kehijauan ini akan menyebar di daerah kepala, leher, bahu serta
ditandai juga oleh pembengkakan di daerah wajah. Pembengkakan tersebut terjadi
karena reaksi hemolisis dalam pembuluh darah yang melibatkan hemoglobin dan
hidrogen sulfida yang kemudian warna kehijauan ini akan berkembang menjadi hijau
kehitaman di sepanjang pembuluh darah. Lama-kelamaan tubuh akan terlihat makin
membengkak dan rambut akan terlihat menjadi licin.
Selain itu, pada proses pembusukan akan terjadi juga pengeluaran cairan dari
dalam tubuh yang dimulai dari mulut dan hidung. Selain itu, sisa-sisa cairan akan
terakumulasi di rongga pleura. Semakin lama proses pembusukan terjadi, berat dari
organ yang mengalami pembusukan akan menurun.
Modifikasi pembusukan lainnya adalah mumifikasi. Mumifikasi dapat terjadi
pada suhu yang panas, sehingga tubuh akan mengalami dehidrasi yang cepat, dimana
kulit mayat akan menjadi coklat kehitaman dan organ-organ tubuh juga akan
mengalami kerusakan.
Tubuh yang diberikan balsem akan menghambat terjadinya dekomposisi.
Kesuksesan proses pembalseman bervariasi tergantung suhu dan keadaan tubuh.
Selain metode mumifikasi, tubuh yang mengalami pembusukan lamakelamaan akan bertransformasi menjadi adiposera. Adiposera merupakan suatu
kekakuan pada tubuh disertai warna kulit licin seperti lilin berwarna kecoklatan serta
mengandung materi-materi seperti asam oleat, asam palmat dan asam stearat. Material
tersebut dihasilkan dari konversi lemak alamiah selama proses pembusukan. Lemak
tersebut akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas oleh bantuan lemaklemak endogen dan enzim dari bakteri. Adiposera membutuhkan waktu berbulanbulan untuk berkembang.
jumlah makanan yang dimakan. Makanan yang jumlahnya sedikit butuh waktu
setengah sampai 2 jam untuk dicerna, makan yang berukuran medium sekitar 3-4 jam
dan makanan-makanan berat sekitar 4-6 jam. Makanan yang mengandung kalori
tinggi akan membuat pengosongan lambung menjadi lambat. Selain itu, makanan
yang sedikit cair akan lebih mudah dicerna daripada makanan-makanan yang padat.
8. Aktifitas Serangga
Faktor lain yang bisa digunakan untuk menentukan kematian adalah aktivitas
serangga. Seperti saat hidup jaringan tubuh manusia masih mampu menarik berbagai
jenis serangga saat meninggal. Serangga berbeda akan menarik diri untuk mendekati
manusia bergantung pada level dekomposisi (pembusukan). Jadi, identifikasi dalam
jenis serangga yang ada dapat menentukan tahapan pembusukan yang telah terjadi
dan seberapa lama seorang itu telah meninggal serta mengetahui indikasi apakah
tubuh mayat tersebut telah dipindahkan dari suatu lokasi ke lokasi lain. Jika tubuh
mayat telah dipindahkan maka sklus kehidupan serangga didalamnya akan terganggu.
Ada tiga kategori serangga yang tertarik pada tubuh mayat : yang pertama
yaitu spesies necrophagous dimana spesies ini biasanya makan dari tubuh mayat
tersebut, Jenis yang kedua yaitu speies predator dan parasit yang akan memakan
spesies necrophagous, dan yang ketiga adalah spesies omnivorous yang akan
memakan tubuh mayat dan serangga-serangga lainnya.
Lalat merupakan serangga yang sering diasosiasikan oleh pembusukan tubuh
mayat. Lalat suka menetaskan telurnya di dalam lubang-lubang tubuh pada luka yang
terbuka. Jika tubuh tiak pernah dipindahkan dan terdapat telu-telur serangga dalam
mayat tersebt maka dapat diperkirakan mayat sudah meninggal dalam waktu 1-2 hari.
Lalu telur tersebut dapat berkembang menjadi pupa dalam waktu 6-10 hari hingga
menjasi serangga dwasa dalam waktu 12-18 hari. Namun, waktu tersebut sangat
bergantung pada keadaan lingkungan dan jenis serangganya sehingga sebaiknya perlu
bantuan entomologist (ahli serangga).
9. Pengeringan Postmortem pada Jaringan
Pengeringan jaringan adalah artefak pada postmortem. Pengeringan di
membran mukosa menghasilkan warna antara merah gelap dan hitam.
Mata
Di mata, artefak pengeringan postmortem adalah manifestasi dari diskolorisasi sklera
yang diketahui sebagai tache noire (bintik hitam). Ketika kelopak mata tidak menutup
seluruhnya, sklera akan mengering dan warnanya berubah dari merah menjadi coklat
kehitaman.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 19
cuci piring
Kertas-kertas Koran dan sebagainya yang tercecer berantakan
Cahaya lampu di lokasi kejadian apakah mati atau nyala
Beberapa kertas-kertas sisa belanja dan sebagainya yang berada dalam
Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data Ante
Mortem dan Post Mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik.
Primary Identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan
Secondary Identifiers.
B. METODOLOGI IDENTIFIKASI
Prinsipnya adalah pemeriksaan identitas seseorang memerlukan berbagai
metode dari yang sederhana sampai yang rumit.
1
Metode sederhana
a. Cara visual
Dapat bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, cara ini mudah karena
identitas dikenal melalui penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka.
Cara ini tidak dapat diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar, mutilasi serta
harus mempertimbangkan faktor psikologi keluarga korban (sedang berduka,
stress, sedih, dll).
b. Melalui kepemilikan (property)
Identititas cukup dapat dipercaya terutama bila kepemilikan tersebut (pakaian,
perhiasan, surat jati diri) masih melekat pada tubuh korban.
c. Dokumentasi, foto diri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan lain
sebagainya.
a. Sidik jari
Sistem yang berkembang kemudian adalah pendeteksian melalui sidik jari
(Daktiloskopi) yang awalnya diperkenalkan oleh Nehemiah Grew tahun 16141712, kemudian oleh Mercello Malphigi tahun 1628-1694 dan dikembangkan
secara ilmiah oleh dokter Henry Fauld tahun 1880 dan Francis Dalton tahun 1892
keduanya berasal dari Inggris. Berdasarkan perhitungan matematis penggunaan
sidik jari sebagai sarana identifikasi mempunyai ketepatan yang cukup tinggi
karena kemungkinan adanya 2 orang yang memiliki sidik jari yang sama adalah 64
x 109: 1, kendala dari sistem ini adalah diperlukan data dasar sidik jari dari
seluruh penduduk untuk pembanding.
b. Serologi
Penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh korban,
maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak yang terdapat pada pakaian,
akan dapat mengetahui golongan darah si korban.
c. Odontologi
Gigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya
bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah dibuat masih
tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat
sudah dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran. Adapun
dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita dapatkan 2
kemungkinan:
1) Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut antara lain mengenai:
umur
jenis kelamin
ras
golongan darah
bentuk wajah
DNA
Dengan adanya informasi mengenai perkiraan batas-batas umur korban
misalnya, maka pencarian dapat dibatasi pada data-data orang hilang yang berada
di sekitar umur korban. Dengan demikian penyidikan akan menjadi lebih terarah.
2) Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut.
Di sini dicatat ciri-ciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara
lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi tentang umur atau jenis kelamin.
Ciri-ciri demikian antara lain: misalnya adanya gigi yang dibungkus logam, gigi yang
ompong atau patah, lubang pada bagian depan biasanya dapat lebih mudah dikenali
oleh kenalan atau teman dekat atau keluarga korban.
d. Antropologi
Identifikasi ini meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh,
tinggi, dan berat badan, ras jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, cacat
tubuh atau kelainan khusus, jaringan parut bekas operasi/luka, tato dan
sebagainya.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 22
e. Biologi.
Dengan metode ilmiah ini didapatkan akurasi yang sangat tinggi dan juga
dapat dipertanggung-jawabkan secara hukum. Metode ilmiah yang paling mutakhir
saat ini adalah DNA Profiling (Sidik DNA). Cara ini mempunyai banyak
keunggulan tetapi memerlukan pengetahuan dan sarana yang canggih dan mahal.
Dalam melakukan identifikasi selalu diusahakan cara-cara yang mudah dan tidak
rumit. Apabila dengan cara yang mudah tidak bisa, baru meningkat ke cara yang
lebih rumit. Selanjutnya dalam identifikasi tidak hanya menggunakan satu cara
saja, segala cara yang mungkin harus dilakukan, hal ini penting oleh karena
semakin banyak kesamaan yang ditemukan akan semakin akurat. Identifikasi
tersebut minimal harus menggunakan 2 cara yang digunakan memberikan hasil
yang positif (tidak meragukan).
Prinsip dari proses identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan
data-data tersangka korban dengan data dari korban yang tak dikenal, semakin
banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data gigi, sidik jari, atau DNA secara
tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan primer, sedangkan data
medis, property dan ciri fisik harus dikombinasikan setidaknya dua jenis untuk
dianggap sebagai ciri identitas yang pasti.
pemeriksaan
Khusus pada korban bencana massal, telah ditentukan metode identifikasi yang
dipakai yaitu:
Primer/utama
gigi geligi
sidik jari
DNA
Sekunder/pendukung
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 23
visual
properti
medik
khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban.
Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh
ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban
seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya
bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana kembang dari
ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar.
Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat
luka yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam
penyidikan.
Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada
tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu
dengan adanya jejas laras, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan.
Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan
mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke
arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.
Luka memar (contusion)
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam
jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh
darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Bila kekerasan benda tumpul yang
mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di
daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar yang tampak
seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan
adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah
yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi. Salah satu bentuk luka memar yang dapat
memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal
dengan istilah perdarahan tepi (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh
korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru
tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan
tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang
berdekatan.
Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang
sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi
darah yang tidak menunjukkan kelainan; darah antara kedua memar yang sejajar dapat
menggambarkan ukuran lebar dari alat pengukur yang mengenai tubuh korban.
Luka robek, retak, koyak (laceration)
Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul
dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya hingga melampaui
elastisitas kulit atau otot, dan lebih dimungkinkan bila arah dari kekerasan tumpul
tersebut membentuk sudut dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul.
Dengan demikian bila luka robek tersebut salah satu tepinya terbuka ke kanan
misalnya, maka kekerasan atau benda tumpul tersebut datang dari arah kiri; jika
membuka ke depan maka kekerasan benda tumpul datang dari arah belakang.
Pelukisan yang cermat dari luka terbuka akibat benda tumpul dengan demikian dapat
sangat membantu penyidik khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi; demikian
pula sewaktu dokter dijadikan saksi di meja hakim. Luka robek atau luka terbuka
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 26
akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan
benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka.
Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan
yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila
kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek ssring tampak adanya
luka lecet atau luka memar.
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan
lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan
membuat luka terbuka dengan benda tumpul.
2. Jenis Luka Akibat Benda Tajam
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang
memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat
seperti golok, pisau, dan sebagainya hingga keeping kaca, gelas, logam, sembilu
bahkan tepi kertas atau rumput.
Putusnya atau rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata
yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Luka akibat benda tajam pada
umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul dan dari
luka tembakan senjata api.
Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus
dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu
peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
Luka iris / luka sayat (incised wound)
Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat
ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian digeserkan sepanjang
kulit.
Luka tusuk (stab wound)
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh. Contoh: belati,
bayonet, keris, clurit, kikir, tanduk kerbau Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka
dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu
atau bermata dua.
Luka bacok (chop wound)
Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul
yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang,
3
Kekerasan oleh benda yang mudah pecah (misalnya kaca), dapat mengakibatkan lukaluka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk, luka lecet. Pada daerah luka
atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang mudah pecah
itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka campuran
yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca mobil sengaja
dirancang sedemikian rupa sehingga jika pecah akan terurai menjadi bagian-bagian
kecil.
4
derajat I, II, III atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II
atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III atau IV.
Benda bersuhu rendah.
Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada daerah
tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat
pucat, selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan
daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat menjadi gangren.
6
syaraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada korban mati sering
ditemukan adanya arborescent mark (percabangan pembuluh darah terlihat seperti
percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari logam yang dipakai, magnetisasi
benda-benda dari logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
8
Terlihat kering.
Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid berwarna
kuning kehijauan.
Perabaan keras dan kasar.
Golongan Basa.
Zat-zat
kimia
korosif
yang
termasuk
golongan
basa
antara
lain
KOH
NaOH
NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
dan sabun.
Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin.
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini :
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 30
Untuk melakukan otopsi klinik juga ada beberapa syarat yang juga diatur
dalam P.P. 18 tahun 1981:
Adanya surat wasiat dari yang bersangkutan yang menghendaki pada
mayatnya dilakukan otopsi klinik sesuai dengan apa yang telah diatur dalam
B.W. 935.
Surat persetujuan keluarga terdekat bahwa pada mayat dapat dilakukan otopsi
klinik.
Tanpa persetujuan keluarga terdekat, apabila penderita diduga menderita
penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat luas.
Tanpa persetujuan keluarga terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x 24 jam
tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke Rumah Sakit
untuk mengurus mayat.
P.P. 18 tahun 1981 menghendaki bahwa persetujuan oleh yang bersangkutan
atau keluarga terdekat untuk otopsi anatomis, otopsi klinik, atau transplantasi harus
dibuat diatas kertas bermaterai dengan dua orang saksi. Dengan defines keluarga
terdekat yaitu isteri, suami, bapak, ibu, bapak atau saudara seibu sebapak
(sekandung) dari penderita dan saudara ibu, saudara bapak serta anak yang telah
dewasa dari penderita.
3. Otopsi Forensik
Otopsi Kehakiman (forensik) atau, pemeriksaan mayat untuk peradilan ialah otopsi
yang dilakukan atas dasar perintah yang berwajib untuk kepentingan peradilan,
karena peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana, cara melakukannya tidak
berbeda dari Otopsi Klinik.
Otopsi Kehakiman / Forensik selain dilakukan di Rumah Sakit bila perlu
dikerjakan di tempat kejadian perkara atau di tempat dimana mayat dikuburkan
(misal di pemakaman umum), bila mayat tidak mungkin diangkut ke Rumah Sakit.
Yang berwenang minta Otopsi Kehakiman / Forensik ialah :
1) Penyidik (KUHAP 133, 134, 135)
2) Hakim pidana ( KUHAP 180 )
Yang dimaksud dengan penyidi (KUHAP pasal 1, KUHAP pasal 6): Untuk
kejahatan kriminil ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia dengan pangkat
paling rendah Pelda (Aipda).
3) Ahli lainnya
Dalam prakteknya ahli kedokteran kehakiman hanya terdapat di kota-kota
besar yang mempunyai Fakultas Kedokteran.Prosedur yang biasanya dilakukan
adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
Kedokteran
Kehakiman/Forensik.
Biasanya yang melakukan pemeriksaan ialah dokter yang paling muda
sedangkan KUHAP menginginkan oleh ahlinya. Sebaiknya yang menangani
permintaan Visumet Repertum menurut urutan prioritas ialah:
1) Dokter ahli atau dokter pemerintah sipil
2) Dokter ahli atau dokter swasta
3) Dokter ahli atau dokter ABRI
Untuk mengatasi penjelasan KUHAP 133 ayat 2 maka untuk sementara tidak
digunakan kata surat keterangan ahli atau surat keterangan, tetapi tetap digunakan
kata Visum et repertum.
Hak undur diri dokter
Dalam KUHAP pasal 120 ahli/dokter boleh mengundurkan diri dari melakukan
pemeriksaan bila peristiwanya ada kaitannya dengan rahasia kedokteran. Ketentuan ini
berlaku juga bila ahli/dokter harus melakukan pemeriksaan seperti tercantum dalam
KUHAP pasal 133, 135.
Dalam Permenkes No.1993/kdj/LJ/70: Perawatan Penderita Penyakit Jiwa pasal
17 ditentukan: Dokter yang ditunjuk dapat menggunakan hak undur diri, jika ada
hubungan keluarga dengan Denderita terdakwa atau dengan orang yang menjadi korban.
Supaya Visum et Repertum korban luka, korban mati lebih objektif, dokter yang
ada hubungan keluarga dengan terdakwa atau korban diberi juga kesempatan untuk
mengundurkan diri.
Bila dokter terpaksa harus membuat Visum et Repertum karena tidak ada dokter
lain, sebaiknya dokter mengikuti KUHAP 169 ia hanya membuat keterangan tanpa
sumpah.
TEKNIK OTOPSI
Sebelum pemeriksaan luar dilakukan harus dimulai dulu dengan identifikasi
mayat. Dokter harus tahu dengan pasti bahwa mayat yang akan diperiksa betul-betul
mayat yang dimaksud dalam surat permintaan Visum et Reperlum. Untuk menghindari
penukaran mayat yang mungkin dapat terjadi bila mayat yang diperiksa lebih dari satu,
maka penyidik berkewajiban mengikatkan tanda identifikasi, yaitu label yang
bermeterai pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat ( KUHAP 133 (3) ). Dalam
hal ini penyidik tidak perlu mengikat sendiri label pada ibu jari kaki mayat, tetapi dapat
minta bantuan kepada petugas bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman untuk melakukan itu
atas petunjuknya.Lak yang diberi cap jabatan tidak mutlak diperlukan, tetapi label yang
memuat identifikasi mayat harus ada.
Kadang-kadang penyidik belum mengetahui identitas mayat dan pada label
tertera nama Tn.X, bila kemudian Tn.X dikenal oleh seseorang maka kartu identitas dari
orang yang mengenal tadi wajib dicatat misalnya KTP, SIM dsb. Orang yang mengenal
mayat tadi kemudian wajib malaporkan nama Tn.X pada penyidik supaya penyidik
dapat meralat secara tertulis.
Kadang-kadang korban tetap tidak dikenal, dalam hal ini identifikasinya didapat
dari hasil pemeriksaan luar yang baik.
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan luar harus dilakukan dengan baik yang meliputi pemeriksaan :
1. Identifikasi meliputi pemeriksaan
a. Jenis kelamin
b. Panjang dan berat badan
c. Umur
d. Warna kulit, mata, rambut
e. Keadaan gigi geligi
f. Kelainan pada kulit (tatouage)
g. Penyakit (cekot, tumor dalam uterus)
h. Sidik jari, sidik telapak kaki
i. Pakaian dan benda milik pribadi
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 35
4. Pembusukan
5. Panjang dan berat badan
6. Kepala:
a. Luka: ada atau tidak.
b. Bentuk: bulat, lonjong, bulat lonjong.
c. Rambut, kumis, janggut, alis: warna, panjang, lurus/ berombak/ keriting.
d. Mata :
- selaput biji mata (conjunctiva bulbi), selaput kelopak mata (conjuetiva
palpebra): pucat, merah, kuning, bintik-bintik perdarahan.
- selaput bening (cornea): bening, keruh, parut luka, lensa kontak.
- selaput pelangi (iris): warna, iridektomi
- manik mata (pupil): sama lebar, diameter.
- lensa mata: keruh, aphakia.
- mata palsu (prothesis).
e. Hidung :
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 36
15. Bokong
a. luka bekas tusukan jarum
b. luka parut
Pemeriksaan Dalam
Insisi pada tubuh:
1. Insisi bentuk I
Insisi bentuk I dilakukan pada peristiwa cekikan, mati tergantung.Pembedah
berdiri disebelah kanan mayat bila tidak kidal.Insisi pada kulit dimulai pada
regio submentalis pada garis tengah tubuh ke bawah sampai prosecessus
xiphoideus, kemudian 2 cm paramedian kiri dari insis tersebit insisi diteruskan
lurus kebawah sampai sela os.Shympysis pubis. Dengan insisi tersebut maka
tidak perlu melingkari pusar disebelah kirinya, dan ligamentum teres hepatis
tidak terpotong.
2. Insisi bentuk Y
Pada mayat laki-laki, insisi dibuat dari ujung tulang belikat (acromion) kanan
dan kiri lurus ke processus xiphoideus.Sedangkan pada mayat wanita, insisi
mulai dari acromion kanan dan kiri lurus kebawah melingkari kedua payudara
dan bertemu di processus xiphoideus.Insis diperut dilakukan seperti telah
diuraikan di insisi I. Insisi Y memberi kesukaran waktu mengeluarkan alat leher,
tetapi memberikan kesempatan memeriksa kelenjar di ketiak (axillar) dan insisi
Y kosmetik estetik lebih baik dari insisi I. Insisi di bawah processus xiphoideus
diperdalam sampai menembus selaput perut (peritoneum), kemudian jari telunjuk
dan jari tengah dimasukkan, pisau diletakkan diantara kedua jari dan irisan
diteruskan sampai symphysis dengan pimpinan kedua jari.Untuk memperlebar
lapangan operasi, muskulus rektus abdominis dipotong melintang lebih kurang 7
cm di atas symphysis.
Pemeriksaan Tambahan :
Pemeriksaan tambahan dapat berupa:
1. Pemeriksaan histopatologi
Specimen yang digunakan untuk pemeriksaan histopatologi:
1. Jaringan yang diambil berukuran 2 X 3 X cm, jangan lebih tebal karena
penetrasi cairan fiksasi membutuhkan waktu lebih lama, sehingga
kemungkinan besar jaringan menjadi busuk.
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 38
Paru-paru
Hepar
Ginjal
Usus
Lambung
Pancreas
Anak ginjat
Glandula thyroidea
Otak
Hypophysis
medulla ,cerebellum, frontal dan parietal cortex. Selain itu kelenjar yang
dapat mengandung banyak virus ialah :glandula submaxillaris.
3. Spesimen dapat disimpan pada suhu 4 C atau bila dikirim didinginkan
dengan dry ice
4. Spesimen untuk pemeriksaan Negri Bodies
a. Gel as sedimen ditempelkan dan ditekan ringan pada jaringan
hippocampus.
b. Sedimen smear:
Ambil 1 mm 3 jaringan hippocampus, selanjutnya dibuat smear seperti
seperti smear darah
"Bahan menular", agar jawatan Pos mengirimkannya dengan secepat mungkin dan
bertindak hati-hati, agar bahan
lainnya.
Lebih baik jika pemeriksaan otak mikroskopis yang tidak begitu sukar itu,
dapat diselenggarakan di pusat pengobatan,kemana orang yang digigit itu dikirim,
hingga penetapan indikasi pengobatan menjadi mudah dan cepat.
4. Pemeriksaan immunologi
Spesimen untuk pemeriksaan immunologi:
Darah yang diambil secara steril lebih kurang 20 cc dipusingkan dan labih kurang
l0 cc serum dipindakan dengan pipet steril ke tabung yang steril pula, kemadian
disimpan atau dikirim dalam dry ice.Bila test netralisasi tidak diperlukan, maka
serum dapat diawetkan dengan cresol 3%.
5. Pemeriksaan toksikologi
Spesimen untuk pemeriksaan toksikologi:
1. Bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaaci toksikologi pada kasus
keracunan :
a. Stasiun I :
- Lambung dan isinya : 250 gram
- Usus halus dan isinya 250 gram
b. Stasiun II:
- hati : 250 gram
- ginjal : %2 kanan dan '/2 kin*
- otak : 250am
- paru-paru, hanya pada racun yang ekskresinya melalui paru-paru
(volatile poisons) 1250 gram
c. Stasiun III :
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 41
samping dan di bawah mayat/peti mayat, kemudian diambil pulah contoh tanah
sedalam mayat/peti mayat yang letaknya 5 meter dari lubang galian.
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
PENJELASAN PASAL 186
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima
jabatan atau pekerjaan.
PASAL 187 KUHAP
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat
atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah :
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi dari padanya.
KUHAP tidak memberikan nama tertentu bagi keterangan ahli tertulis yang dibuat
dokter. Oleh karena sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa para dokter berkeinginan
agar keterangan ahli tertulis yang mereka buat tersebut tetap disebut sebagai visum et
repertum
D. Batasan Visum et Repertum
Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter yang berisi fakta dan pendapat
berdasarkan keahlian / keilmuan, tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau
bagian dari tubuh manusia, baik hidup atau mati, yang dibuat atas permintaan tertulis (resmi)
dari penyidik yang berwenang (atau hakim khusus untuk psikiatrik), yang dibuat atas sumpah
/ dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.
PASAL 7 KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenarannya
E. Dasar Pengadaan Visum et Repertum
PASAL 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 45
meneliti
keabsahan
surat
tersebut
dari
sudut
kelengkapan
administrative surat,
adanya kepala-surat instansi penyidik tersebut
nomor surat, tanggal surat ;
identitas yang akan di periksa;
tempat dan waktu kejadian perkara atau yang ditemukannya;
tanda tangan, nama lengkap, dan NRP petugas yang menanda tangani, serta
stempel jabatan.
3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud datam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
H. Pengadaan visum et repertum pada mayat
dimintakan secara tertulis, mayatnya harus diperlakukan dengan baik dengan penuh
penghormatan,
disebut dengan jelas pemeriksaan yang diminta ,
dan mayat diberi label yang memuat identitas yang di lak dan di cap jabatan dan
dilekatkan di bagian tubuh mayat tersebut.
pemeriksaan mayat tersebut haruslah selengkap mungkin mengigat bahwa mayat
tersebut akan membusuk atau bahkan mungkin akan dikremasi, sehingga pemeriksaan
tidak mungkin diulang dengan hasil yang Iebih baik.
I. Prosedur permintaan visum et repertum pada korban hidup
prosedur permintaan visum et repertum korban hidup (luka, keracunan dan
kejahatan seksual / abortus) tidak diatur secara rinci di dalam KUHAP.
jenis pemeriksaan yang dilakukan diserahkan sepenuhnya kepada dokter dengan
mengandalkan tanggung-jawab profesi kedokteran.
seseorang korban hidup tidak secara "enblock (seutuhnya) merupakan barang
bukti. Yang merupakan "barang bukti" pada tubuh korban hidup tersebut adalah
perlukaannya beserta akibatnya, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara
pidananya.
korban hidup adalah juga pasien sehingga mempunyai hak untuk memperoleh
informasi medik tentang dirinya, hak menentukan nasibnya sendiri, hak untuk
menerima atau menolak suatu pemeriksaan dan hak memperoleh pendapat kedua
(second opinion), serta tentu saja hak untuk dirahasiakan ihwalnya.
apabila pemeriksaan ini sebenarnya perlu menurut dokter pemeriksa, sedangkan
pasien menolaknya, maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis singkat
penolakan tarsebut dari pasien disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin
dilakukan, agar mencatatnya di dalam catatan medis
Surat dalam bentuk visum et repertum sebagai alat bukti tertulis dalam acara perdata
tampaknya dianggap sebagai suatu bentuk akta otentik.
PASAL 165 HIR:
Akta otentik yaitu suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapkan pejabat yang diberi
wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap antara para pihak dan para ahli
warisnya dan mereka yang mendapat hak dari padanya tentang yang tercantum di dalamnya
sebagai pemberitahuan belaka, akan tetapi yang terakhir ini hanyalah sepanjang yang
diberitahuakn itu erat hubungannya dengan pokok daripada akta
K.
pemeriksaan
Tidak menggunakan istilah asing
Ditandatangani dan diberi nama jelas
Berstempel instansi pemeriksa tersebut
Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum (instansi). Apabila ada
lebih dari satu instansi peminta (misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM) dan
keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et
pidana
Seorang dokter umum bertugas untuk membantu penyidik membuat visum et
repertum atas mayat ataupun atas orang hidup yang mengalami tindakan
pidana. dimana visum et repertum (ver) ini sangat penting untuk membantu
menemukan fakta-fakta dibalik kasus-kasus pidana. ver juga diakui secara
hukum sebagai alat bukti yang sah dalam peradilan sehingga sudah seharusnya
temukan dan
tidak jauh dari muara sungai. Jenazah tertelungkup merupakan ciri umum
korban
meninggal
karena
tenggelam.
Jenazah
terlihat
sudah
menghinggapinya
bahkan
sudah
ditemukan
belatung
ditubuh
akan
tetapi
memiliki
keterangan
sedang
mengurus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mati merupakan tahap akhir dari kehidupan.Mati menurut ilmu kedokteran
didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis).
Penyebab dan mekanisme kematian itu merupakan suatu kondisi yang menyebabkan
perubahan fsiologis dan biokimia tubuh sehingga terjadi suatu kematian.
Cara kematian menentukan apakah seseorang mati wajar atau tidak, apabila mati tidak
wajar maka peran dokter adalah untuk melakukan visum et repartum atas dasar permintaan
dari penyidik.
.Penentuan waktu kematian, penyebab kematian, dan mekanisme kematian sangat
penting dalam identifikasi korban pembunuhan, bunuh diri, dan kecelakaan.Ilmu
thanatologi dan traumatologi juga sangat berperan dalam mendasari dalam pemeriksaan
otopsi dan pembuatan VER.Nantinya diharapkan terdapat metode baru dalam identifikasi
korban dengan didasari oleh thanatologi dan ilmu traumatologi.
DAFTAR PUSTAKA
Academy Of Medical Royal Colleges, 2008. A Code Of Practice For The Diagnosis And
Confirmation Of Death, pp. 11-20 [pdf].London:Academy Of Medical Royal
Colleges. Available at: http://www.aomrc.org.uk/doc_view/42-a-code-of-practicefor-the-diagnosis-and-confirmation-of-death [Accesed Desember 15th, 2014]