PENDAHULUAN
No.
Nama UPK
PKC CILINCING
PKL CILINCING I
PKL CILINCING II
PKL KALIBARU
PKL MARUNDA
PKL ROROTAN
10
PKL SUKAPURA
JUMLAH
JUMLAH
PENDUDUK
PENEMUAN
PENDERITA BTA
(+)
28.928
63
203
34.185
12
32
14.724
24
152
16.136
49
283
61.732
24
37
13.558
34
234
26.390
13
46
40.325
31
71
16.799
17
94
26.849
33
114
279.626
300
100
CDR (%)
Tabel 1.1
Angka Prevalensi Tuberkulosis Paru BTA (+) di Jakarta sebesar 107/100.000
penduduk. Sehingga didapatkan hasil angka perkiraan BTA (+) seperti yang tertera pada
tabel 1.1 , yang menggunakan rumus:
107
x Jumlah penduduk.
100.000
Angka penemuan penderita (Case Detection Rate) di Kecamatan Cilincing pada
tahun 2009 sebesar 100% dengan jumlah penderita TB paru BTA positif sebesar 299
kasus, sedangkan Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa angka penemuan kasus TB
paru BTA positif minimal sebesar 70%. Namun di wilayah Cilincing I, hasil penemuan
kasus TB paru BTA positif hanya sebesar 32%, itu merupakan angka terendah
dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kecamatan Cilincing.5
Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat di Cilincing I mungkin
berpengaruh terhadap rendahnya angka penemuan kasus Tuberkulosis Paru di wilayah
tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hal-hal
yang menyebabkan rendahnya angka penemuan kasus Tuberkulosis Paru di wilayah
kelurahan Cilincing I terutama dalam tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakatnya.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Kecamatan Cilincing merupakan salah satu kecamatan di Jakarta Utara.
Memiliki wilayah daratan sebesar 42,55 km 2 dengan jumlah KK 46.766 yang terbagi
dalam 830 RT dan 72 RW, diperkirakan daerah tersebut padat penduduknya yaitu
sebanyak 6.316 jiwa/km2.
Kecamatan Cilincing terbagi dalam 9 kelurahan, diantaranya semper barat 1,
semper barat 2, semper barat 3, kalibaru, sukapura, rorotan, marunda, cilincing 1 dan
cilincing 2. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Cilincing mata pencaharian utama
mereka adalah nelayan. Selebihnya buruh, pembantu rumah tangga dan pengupas kulit
kerang. Orang-orang tinggal di rumah yang sangat kecil yang dipisahkan oleh gang kecil.
Mereka tidak memiliki halaman dan juga tidak memiliki tanah. Banyak lalat dimanamana, bahkan di dalam rumah dan di sekitar makanan di dalam warung makan.
Karena tinggal ditepi laut, perekonomian masyarakat Cilincing I mengandalkan
hasil laut. 85% penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Sisanya pedagang, pengumpul
besi bekas dan bekerja di tempat lain. Jika melihat keadaan perkampungan yang padat
dan terkesan kumuh dengan strata ekonomi menengah ke bawah. Maka dapat
disimpulkan, dari hasil penjelasan diatas mempengaruhi nilai CDR di Puskesmas
Kelurahan Cilincing I periode 2009 dari bulan Januari sampai Desember 2009 .
Angka penemuan kasus Tuberkulosis Paru BTA positif di Kecamatan Cilincing
sebesar 100% sedangkan Pemerintah Indonesia menegaskan angka penemuan kasus
Tuberkulosis Paru BTA positif minimal sebesar 70%. Namun di wilayah kelurahan
Cilincing I, hasil penemuan kasus Tuberkulosis Paru BTA positif hanya sebesar 32%, itu
merupakan angka terendah dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kecamatan Cilincing
karena terkait dengan perilaku kesehatan individu dan masyarakat.
1. Untuk Peneliti :
a) Menambah pengetahuan mengenai metode penelitian secara lebih baik.
b) Menambah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
Tuberkulosis Paru.
2. Untuk Puskesmas :
a)
b)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri diparu, yang mengakibatkan
peradangan didalam paru. Saluran limfe akan menbawa kuman TBC ke kelenjar limfe di
sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukkan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeks dapat
membuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negative menjadi positif.
Infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kumna TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh
tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan
mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Yang kedua tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan
gejala. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberkulosis paru apabila ditemukan
gejala klinis utama (cardial symtop) pada dirinya. Gejala utama pada tersangka TBC adalah
batuk terus menerus dan berbentuk selama 3 (tiga) minggu atau letih. Gejala tambahan, yang
sering dijumpai dahak bercampur, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Gejala gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis. Oleh
sebab itu setiap orang yang dating ke UPK dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap
sebagai seorang suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TBC, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung. Diangnosis tuberkulosis ditegakkan dengan
pemeriksaan 3 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS).
pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak dari hari
kedua.
P (Pagi) = dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S (sewaktu) = dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Spesimen dahak sebaiknya dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan.
Untuk mendiangnosis TBC dapat ditegakkan dengan ditemukan BTA pada pemeriksaan
dahak secara mikroskopik. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
tiga spesimen SPS positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan
lebuh lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.
Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita didiangnosis
sebagai penderita TBC BTA positif
Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS
diulangi.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya
biakan. Bila ketiga specimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya kotrimoksasol atau amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perubahan,
namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC, ulangi pemeriksaan dahak SPS.
Kalau hasil SPS positif, didiangnosis sebagai penderita TBC BTA positif
Kalau hasil SPS negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk
mendukung diangnosis TBC
Bila hasil rontgen mendukung TBC, didiangnosis sebagi penderita TBC BTA negatif
Rontgen positif
Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, penderita tersebut bukan TBC.
2.2 FAKTOR RISIKO TUBERKULOSIS PARU
sama lainnya.
Berbagai faktor resiko dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok faktor resiko yaitu :
1. Faktor Kependudukan Variabel kependudukan yang memiliki peran dalam
timbulnya atau kejadian penyakit TB, yaitu:
a. Kondisi sosial ekonomi
WHO (2003) menyebutkan 90% penderita TB didunia menyerang kelompok dengan
sosial ekonomi lemah atau miskin. Hubungan antara kemiskinan dengan TB bersifat
timbal balik, TB merupakan penyebab kemiskinan dan karena miskin maka manusia
menderita TB. Kondisi sosial ekonomi itu sendiri, mungkin tidak hanya berhubungan
secara langsung, namun dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya
kondisi gizi buruk, serta perumahan yang tidak sehat, dan akses terhadap pelayanan
kesehatan juga menurun kemampuannya. Menurut perhitungan, rata-rata penderita TB
kehilangan 3 sampai 4 bulan waktu kerja dalam setahun. Mereka juga kehilangan peng
hasilan setahun secara total mencapai 30% dari pendapatan rumah tangga.
b. Umur
Klinis terjadinya penularan tidak ada perbedaan karena perbedaan usia,
akan tetapi pengalaman menunjukkan bahwa median umur penderia TB didominasi
kelompok usia produktif (15-50 tahun/75%). Fakta ini mungkin dikarenakan pada
kelompok umur tersebut mempunyai riwayat kontak disuatu tempat dalam waktu yang
lama.
c. Jenis kelamin
Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas
Penderita TB adalah wanita. Hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian
lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh,
maupun tingkat molekuler.
2. Faktor resiko lingkungan
a. Kepadatan
Kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses penularan penyakit.
Semakin padat, maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit melalui udara, akan
semakin mudah dan cepat. Oleh sebab itu, kepadatan dalam rumah maupun kepadatan
hunian tempat tinggal merupakan variabel yang berperan dalam kejadian TB. Untuk
itu Departemen Kesehatan telah membuat peraturan tentang rumah sehat, dengan
rumus jumlah penghun / luas bangunan. Syarat rumah dianggap sehat adalah 10m 2 per
orang (Depkes,2003), jarak antar tempat tidur satu dan lainnya adalah 90 cm, kamar
tidur sebaiknya tidak dihuni orang lebih, kecuali anak di bawah 2 tahun.
b. Lantai rumah
Secara hipotesis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses
Kejadian TB, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah, cenderung
menimbulkan kelembaban, dengan demikian viabilitas kuman TB dilingkungan juga
sangat dipengaruhi oleh kelembaban tersebut.
c. Ventilasi
Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta
mengurangi kelembaban. Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara, dengan kata
lain mengencerkan konsentrasi basil TB dan kuman lain,terbawa keluar dan mati
terkena sinar ultra violet. Menurut persyaratan ventilasi yang baik adalah 10% dari
luas lantai. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit langit minimal
0,35% dari luas ruang yang bersangkutan. (Myrnawati,2004).
d. Pencahayaan
Rumah sehat memerlukan cahaya cukup, khususnya cahaya alam berupa
cahaya matahari yang berisi antara lain ultra violet. Cahaya matahari minimal
masuk 60 lux dengan syarat tidak menyilaukan. Semua cahaya pada dasarnya
dapat mematikan kuman, namun tentu tergantung jenis dan lamanya cahaya
tersebut.Pencahayaan alam atau buatan, langsung atau tidak langsung, dapat
menerangai seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
(Myrnawati,2004)
3. Faktor resiko prilaku
Faktor risiko perilaku adalah kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang
dapat
Jarak adalah angka yng menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi
melalui lintasan tertentu. Jarak jauh, sedang, dekat dapat mempengaruhi suatu kegiatan
seseorang untuk beraktivitas. Semakin dekat jarak yang ditempuh, semakin mudah
seseorang mencapai tempat tujuan. Dengan jarak yang dekat dapat mengurangi biaya
yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
8. Pelayanan Kesehatan
Salah satu syarat penyelenggaraan pelayanan
pelaksana dalam jumlah yang cukup. Kurangnya ketanggapan yang dimiliki petugas
kesehatan dalam memberikan pelayanan pada pasien juga dapat mempengaruhi
pelayanan
kesehatan
yang
diselenggarakan.
Kurang
handalnya
petugas
juga
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negative (konversi) dalam 2
bulan
Tahap lanjutan
a.
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam
b.
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intesif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan
Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE).
Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan
Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
kelenjar adrenalin.
OAT sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori
1 atau penderita BTA positif pengobatn ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan
dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
Pencegahan penularan penyakit TB antara lain :
1. Bagi
penderita,
agar
tidak
menularkan
kepada
anggota
keluarga
lain:
a). Apabila batuk , menutup mulut, agar keluarga dan orang lain tidak tertular
b). Jangan meludah disembarang tempat
c). Gunakan tempat seperti kaleng yang tertutup dan berisi air sabun atau lysol,
untuk menampung dahak
d). Buang dahak ke lobang WC atau timbun kedalam tanah ditempat yang jauh
dari keramaian.
2. Bagi masyarakat umum
a) Menghindari percikan ludah atau percikan dahak melalui ventilasi yang efektif
di kendaraan umum, ruang di tempat umum (sekolah, tempat ibadah, ruang
kerja, dll), ruang-ruang di rumah dengan mengurangi konsentrasi partikulat
b)
melayang
Pencahayaan di dalam rumah, pencahayaan matahari langsung ke dalam
rumah/ruang mematikan kuman TB karena terkena sinar ultra violet atau panas
sinar matahari. Pencahayaan yang cukup juga mencegah kelembaban dalam
c)
ruang
Menghindari kepadatan hunian, kepadatan hunian bersama penderita TB aktif
dalam rumah memungkinkan kontak efektif untuk terjadinya infeksi baru pada
d)
penghuni rumah
Mencegah kepadatan penduduk/permukiman untuk menjamin ventilasi yang
efektif.
e) Mencegah pencemaran udara yang bersumber dari dalam rumah seperti
f)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2002).
Tingkat
Pengetahuan
Tingkat Kesadaran
Jarak
Kepuasan
Pelayanan
Kesehatan
Rendahnya
Angka Penemuan
Kasus
Variabel
Rendahnya
Angka
DO
Datangnya
penduduk ke
Penemuan
Puskesmas
Kasus
Cilincing I
Tingkat
pengetahuan
diketahui
tentang
responden
penyakit Tb
mengenai
informasi
tentang
penyakit
Tuberkulosis
paru melalui
poster,
penyuluhan,
dll
Kategori
1. Datang
2. Tidak
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Wawancara
Kuesioner
Nominal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
datang
1. Rendah
2. Tinggi
Hal hal
yang
diketahui
1. Rendah
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
2. Tinggi
responden
mengenai
organ organ
yang terlibat
dalam
penyakit
Tuberkulosis
paru
Hal hal
yang
diketahui
1. Rendah
2. Tinggi
responden
mengenai
gejala-gejala
penyakit
Tuberkulosis
paru
Hal hal
yang
diketahui
responden
meliputi cara
penularan
Tuberkulosis
paru
1. Rendah
2. Tinggi
Hal hal
yang
diketahui
1. Rendah
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
2. Tinggi
responden
meliputi cara
pencegahan
Tuberkulosis
paru
Hal hal
yang
diketahui
1. Rendah
2. Tinggi
responden
mengenai
tempattempat
pengobatan
Tuberkulosis
paru
Hal hal
yang
diketahui
responden
mengenai
cara
pengobatan
Tuberkulosis
paru
1. Rendah
2. Tinggi
Tingkat
Upaya
kesadaran
pencarian
pengobatan
TB ke tempat
pengobatan
baik di RS,
Puskesmas,
1. Pernah
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Nomina
2. Pernah tapi
tidak selesai
pengobatan
3. Tidak
pernah
alternatif.
Menyadari
bahwa
Tuberkulosis
1. Sadar
2.Tidak sadar
paru
merupakan
penyakit
menular
Menyadari
bahwa
Tuberkulosis
1. Sadar
2. Tidak sadar
paru dapat
menyebabkan
kematian.
Jarak dan
Asumsi
Transportasi
responden
dari rumah
tentang jarak
ke tempat
dari rumah ke
pelayanan
tempat
kesehatan
pelayanan
kesehatan.
1. Dekat
2. Jauh
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
Asumsi
responden
tentang
1. Sulit
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
Wawancara
Kuisioner
Ordinal
2. Tidak sulit
kesulitan
transportasi
ke tempat
pelayanan
kesehatan
Kepuasan
Pendapat
Pelayanan
tentang
Kesehatan
kinerja
petugas
1. Memuaskan
2. Cukup
memuaskan
3. Tidak
memuaskan
kesehatan di
Puskesmas
Pendapat
tentang
fasilitas
1. Lengkap
2. Tidak
lengkap
kesehatan di
Puskesmas
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi
Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sunter Agung di
RW.01/RT.002, 004, 006, 008, 010, dan 012 yang meliputi wilayah Kecamatan Tanjung
Priok.
4.2 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 30 Agustus 2010 pada
Kepaniteraan Klinik Stase Kedokteran Komunitas tahap 1.
4.3
Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional.
4.4
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sunter
Agung pada RW.01 / RT.002, 004, 006, 008, 010, dan 012
4.5
Sampel
N.Z2 (p.q)
n=
d2 (n-1) + Z2 (p.q)
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
P = Proporsi sesuatu
q = 1-p
n=
d2 (n-1) + Z2 (p.q)
32434
0.025 ( 62844) + 0.516
7601
157.23
= 205 (dibulatkan)
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 205 orang yang bertempat tinggal di
kelurahan Sunter Agung RW 01/ RT.002, 004, 006, 008, 010, dan 012 pada tahun 2010.
Alasan pengambilan sampel penelitian pada kelurahan tersebut karena merupakan
kelurahan yang memiliki angka penemuan kasus Tuberkulosis Paru terendah. Kemudian
dari kelurahan tersebut kami mengambil RW dan RT yang paling tinggi penderita
Tuberkulosis Paru.
.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang kami gunakan adalah simple random sampling.
02
507
04
278
06
267
08
362
10
485
12
284
Jumlah
2183
Jumlah Sampel
31
25
50
36
47
32
221
Tabel 4.1
4.6
Responden
Seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Sunter Agung. Kriteria
responden :
- Inklusi :
Salah satu anggota keluarga yang terdaftar di Kartu Keluarga yang berusia >
20 tahun.
- Eksklusi:
Masyarakat yang tidak tinggal di RW. 01 / RT.002, 004, 006, 008, 010, dan
012.
Masyarakat yang tinggal di RW.01/ RT.002, 004, 006, 008, 010, dan 012
tetapi tidak memiliki Kartu Keluarga.
Masyarakat yang sedang berdagang di kawasan RW. 01/ RT.002, 004, 006,
008, 010, dan 012.
4.7
Pewawancara
4.9
1.
Editing data
Editing yang dilakukan guna meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang telah
diisi dari hasil wawancara dengan responsen. Dalam hal ini editing meliputi kelengkapan
dan kesalahan dalam pengisian pertanyaan yang telah diberikan pada responden.
2. Koding data
Koding yang dilakukan dengan cara meneliti kembali setiap data
kemudian memberi kode pada jawaban yang telah tersedia di
lembar
yang
pertanyaan
ada
sesuai
3. Entering
Memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam
mesin
pengolah data.
4.
Tabulasi data
Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan
1. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mendiskripsikan masing-masing variable yaitu (variable bebas) rendahnya
CDR dan (variable terikat) tingkat kesadaran dan tingkat pengetahuan masyarakat.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara rendahnya
angka penemuan kasus di kelurahan sunter Agung dengan tingkat kesadaran dan tingkat
pengetahuan masyarakat setempat dengan menggunakan skala ordinal dengan menggunakan
diskripsi presentase dan menggunakan rumus Chi Square (x2) dengan rumus.
k
( fof h)
11
fn
Dengan Keterangan
X2 : Chi Kuadrat
Fo : Frekwensi yang diobservasi
Fh : Frekwensi yang diharapkan (Sugiono, 2002:104)
Dengan Syarat-syarat sebagai berikut:
1) Syarat uji chi square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maka 20 %
dari jumlah sel.
2) Jika syarat uji chi square tidak terpenuhhi, maka dipakai uji alternative.
a. Alternatif uji chi square untuk table 2X2 adalah uji Fisher
b. Alternatif uji chi square untuk table 2XK adalah uji kolmogorof smirnov.
c. Alternatif uji chi square untuk table selain 2X2 dan 2XK adalah penggabungan sel.
Setelah dilakukan penggabungan sel akan terbentuk suatu table B kali K yang baru.
Uji hipotesis yang dipilih sesuai dengan table B kali K yang baru tersebut ( Sopiyudin
Dahlan, 2006:18).
Informed Concent
Izin Penelitian
Tidak Setuju
Setuju
Anamnesis
Kuesioner
Pengolahan Data
Analisis Data
4.12 Etika Penelitian
Hasil
1. Subyek penelitian adalah orang yang bisa memutuskan apa yang ingin dilakukannya.
2. Subyek penelitian mengikuti penelitian secara sukarela, bebas dari paksaan dan imbalan
materi.
3. Peneliti memberi penjelasan kepada subyek penelitian tentang tujuan penelitian, apa
yang akan dilakukan dalam penelitian, hal hal yang mungkin terjadi selama penelitian
berlangsung, tindakan yang telah dipersiapkan seandainya terjadi hal yang tidak
diinginkan.
4. Subyek penelitian menandatangani kuesioner penelitian sebagai tanda dia menyetujui
dan bersedia untuk mengikuti penelitian.
5. Subyek penelitian diperbolehkan untuk tidak melanjutkan kapan saja dia menghendaki.
6. Semua informasi yang menyangkut subyek penelitian (sebagai individu) akan
dirahasiakan.
7. Prosedur penelitian tidak membahayakan subyek penelitian.
8. Penelitian memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penelitian serupa yang
pernah dilakukan, atau paling tidak sama baik.
9. Peneliti tidak melakukan plagiat, dan akan menyebutkan sumber kutipan secara jelas
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Nama Pewawancara :
Nama Responden
Umur Responden
Alamat Responden
Pendidikan terakhir
Tingkat Pengetahuan
1. Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang mengenai?
a. Pernapasan
b. Jantung
c. Perut
2. Tuberkulosis paru merupakan penyakit apa?
a. Infeksi (menular)
b. Keturunan
c. Lain lain, sebutkan
..
3. Apa yang anda ketahui tentang gejala-gejala pada penyakit Tuberkulosis paru?
a. Batuk berdahak lebih dari 2 minggu
b. Batuk kering
c. Batuk berdarah
4. Dari manakah sumber penularan Tuberkulosis paru?
a. Udara
c. 9 bulan
Tingkat Kesadaran
14. Apa yang anda lakukan jika anda sakit batuk berdahak lebih dari 2 minggu?
a. Pergi ke Puskesmas
b. Pergi ke Rumah Sakit / klinik
c. Beli obat di warung / apotek
15. Siapakah yang menyarankan anda datang ke tempat pelayanan kesehatan ketika batuk
berdahak lebih dari 2 minggu?
a. Keluarga
b. Petugas kesehatan
c. Keseadaran sendiri
16. Dimanakah seharusnya anda membuang dahak?
a. Di kamar mandi
b. Di got
c. Di tempat sampah
Jarak
17. Apakah anda merasa jarak rumah anda jauh dari puskesmas sunter agung 1 (Bambu kuning)?
a. Sangat jauh
b. Jauh
c. Dekat
18. Apakah alasan anda tidak datang ke Puskesmas kelurahan Sunter Agung 1 (bambu kuning),
jawaban boleh lebih dari 1!
a. Karena jaraknya jauh
b. Sarana transportasi yang sulit
c. Kerja petugas kesehatan yang kurang memuaskan
Kepuasan Pelayanan Kesehatan
19. Menurut anda, bagaimanakah sikap petugas di puskesmas Sunter Agung 1 (Bambu Kuning)?
a. Memuaskan
b. Tidak memuaskan
20. Menurut anda, bagaimanakah fasilitas di puskesmas Sunter Agung 1 (Bambu kuning)?
a. Lengkap
b. Tidak lengkap
CDR
21. Ke Puskesmas mana biasanya anda berobat?