Pembimbing
Disusun Oleh :
2005730013
2005730032
2009730177
2006730063
2006730065
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL PENELITIAN
Bpk anwar
Pembimbing Puskesmas
Dr. Sriwidiani
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
Hubungan antara Rendahnya Nilai CDR dengan Tingkat Pengetahuan Masyarakat
tentang TB Paru di . Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti kepaniteraan senior Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Peneliti menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa peneliti
lakukan dalam menyelesaikan proposal ini. Untuk itu peneliti menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan dan
penyusuan proposal ini kepada sebagai pemimbing penelitian kami yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, pengarahan, semangat, nasihat, dukungan
dan masuk dalam menyusun proposal ini.
Akhir kata tim penulis mengharapkan semoga usulan penelitian ini dapat
bermanfaat untuk yang membacanya.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pertanyaan Penelitian
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian TB Paru
2.2 Faktor Risiko TB paru
2.2 Pengobatan dan Pencegahan TB paru
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis Penelitian
3.3 Definisi Operasional
BAB I
PENDAHULUAN
kasus baru dan kematian 101-000 orang. Insiden kasus TB BTA positif sekitar 101
per 100.000 penduduk.
Penelitian dilakukan ditingkat kelurahan dengan tujuan dapat mewakili
beberapa kelurahan, sehingga hasil penelitianpun dapat dipergunakan sebagai
gambaran di Puskesmas Keluruhan .
Sesuai data yang di dapat di kecamatan Cilincing pada tahun 2009 sebesar
100% dengan jumlah TB Paru positif dewasa sebesar 84 Orang yang terdiri dari
laki-laki 55 orang dan perempuan 29 orang. Puskesmas dengan pencapaian paling
rendah adalah Puskesmas Kelurahan Cilincing I sebesar 4,05%. Sedangkan yang
tertinggi adalah Puskesmas Kelurahan Cilincing sebesar 21,3%
No.
Nama UPK
PKC CILINCING
PKL CILINCING I
PKL CILINCING II
PKL KALIBARU
PKL MARUNDA
PKL ROROTAN
10
PKL SUKAPURA
TW I
TW II
TW III
TW IV
TOTAL
CDR
19
22
10
12
63
203,55%
12
36,58%
24
152,38%
17
13
12
49
283,89%
24
36,33%
13
34
234,48%
13
46,05%
15
31
71,9%
13
17
94,6%
14
33
114,9%
Pertanyaan penelitian
Apa yang mempengaruhi rendahnya angka kejadian TB Paru pada
orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kelurahan Cilincing I?
1.3.1
1.3 Tujuan
Tujuan umum
Diketahuinya gambaran penyakit TB Paru dengan BTA positif yang
terdaftar di Puskesmas Kelurahan Cilincing I.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
menurut responden
8. Diketahuinya kejadian TBC BTA positif dirumah penderita TBC
BTA positif yang terdata di Puskesmas Kelurahan Cilincing I
1.4.1
1.4.2
1.4.3
Manfaat Aplikaif
1. Untuk Peneliti :
a) Menambah pengetahuan mengenai metode penelitian secara
lebih baik.
Menambah pengetahuan tentang segala ssuatu yang berkaitan
dengan TB.
2. Untuk Masyarakat :
a) Meningatnya kesadaran dalam masyarakat untuk lebih peduli
b)
Untuk Puskesmas
a) Dapat meningkatkan usaha penyuluhan kepada masyarakat
mengenai pentingnya pengetahuan penyakit TBC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tuberkulosis
adalah
bakteri
Mycobacterium
tuberculosis
dan
tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan
aerob. Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 1000C selama 5-10 menit
atau pada pemanasan 600C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama
15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam diudara terutama ditempat yang
lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau
aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90%
udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per
jam.
Penuluran penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC
saat batuk dalam bentuk droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman yang
bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Bakteri ini masuk
kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak terutama
pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah tetapi pada seseorang dengan
kondisi daya tahan tubuh (imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Bakteri dapat mengalami penyabaran melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya
organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah
bening dan lainnya meski yang paling banyk adalah paru-paru. Daya penularan
dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemerikaan dahak negative (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Riwayat terjadinya tuberkulosis ada dua cara yag pertama infeksi primer
terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang
terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosiler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri diparu, yang mengakibatkan peradangan didalam paru. Saluran
limfe akan menbawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini
atau
Kalau hasil SPS positif, didiangnosis sebagai penderita TBC BTA positif
Kalau hasil SPS negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk
mendukung diangnosis TBC
Bila hasil rontgen mendukung TBC, didiangnosis sebagi penderita
TBC BTA negatif Rontgen positif
Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, penderita tersebut bukan
TBC.
(Depkes,2003), jarak antar tempat tidur satu dan lainnya adalah 90 cm,
kamar tidur sebaiknya tidak dihuni 2 orang lebih, kecuali anak di bawah 2
tahun.
b. Lantai rumah
Secara hipotesis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian
TB, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah, cenderung menimkan kelembaban, dengan demikian viabilitas kuman TB dilingkungan juga
sangat dipengaruhi oleh kelembaban tersebut.
c. Ventilasi
Ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta
mengurangi kelembaban. Ventilasi mempengaruhi proses dilusi udara,
dengan kata lain mengencerkan konsentrasi basil TB dan kuman lain,
terbawa keluar dan mati terkena sinar ultra violet. Menurut persyaratan
ventilasi yang baik adalah 10% dari luas lantai. (Kepmenkes, 1999,Depkes
2003).
d. Pencahayaan
Rumah sehat memerlukan cahaya cukup, khususnya cahaya alam berupa
cahaya matahari yang berisi antara lain ultra violet. Cahaya matahari
minimal masuk 60 lux dengan syarat tidak menyilaukan. Semua cahaya
pada dasarnya dapat mematikan kuman, namun tentu tergantung jenis dan
lamanya cahaya tersebut.
3. Faktor resiko prilaku
Faktor risiko perilaku adalah kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dapat
mempengaruhi terjadinya penularan/penyebaran penyakit.Yang termasuk
factor risiko perilaku dalam terjadinya penularan TB adalah sebagai berikut:
a) Kebiasaan tidur penderita TB bersama-sama dengan dengan
keluarga.
b) Tidak menjemur kasur secara berkala.
anggota
Tahap lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam
jangka waktu lebih lama
b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.3)
Panduan OAT yang digunakan oleh program Nasional Penangulangan
Tuberkulosis di Indonesia.
Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intesif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z)
dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE). Kemudian
Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu
selama 4 bulan (4H3R3).
Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E6)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan
streptomisin setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang
diberikan tig kali dlam seminggu. Perlu diperhatikan bahwah suntikan
streptomisin diberikan setelah penderita selesai minum obat.
Obat ini diberikan untuk :
Penderita kambuh (relaps)
Penderita gagal (failure)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).
hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)
setiap hari selama 1 bulan.
Pencegahan penularan penyakit TB antara lain :
1.
parasit.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2002).
1. Luas wilayah dan bayaknya penduduk
didaerah puskesmas kelurahan
Variabel
Independen
2. Data
pasien
yang terdiangnosis TB
paru (+) dipuskesmas kelurahan.
3. Pendidikan pasien
4. Pekerjaan pasien
5. Jarak antara rumah dengan puskesmas
6. Transportasi dari rumah ke jakarta
7. Pelayanan dipuskesmas kelurahan
Variabel dependen
Tabel 3.1
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.
Untuk mengarahkan penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungannya luasnya wilayah dan banyaknya penduduk didaerah
Puskesmas Kelurahan Cilincing I dengan penurunan angka kejadian TB
paru (+)
2. Adanya hubungannya kejenuhan minum obat dengan angka kejadian TB
paru (+)
Variabel
Definisi Operasional
Kode Nilai
Angka TB paru
(+) menurun
Keberhasilan
pengobatan TB tidak
mencapai nilai standar
(>85%)
1= > 85 %
Data pasien
1= Sembuh total
Skala Ukur
Ordinal
2 = < 85%
2= Masih dalam
Terapi
Ordinal
Jenuh minum
obat
1= Rutin
2= Tidak
Rutin
Ordinal
1= Ya
Ordinal
2.= Tidak
Pekerjaan
Jarak rumah
dengan
puskesmas
Pelayanan
puskesmas
Kegiatan di Pusksmas
1= Bekerja
Nominal
2= Tidak bekerja
1= Jauh
Ordinal
2= Dekat
1= Ramah
Nominal
2= Tidak Ramah
Tabel 3.3
Pembuatan kuesioner
Setelah diberikan penilaian masing-masing pertanyaan, kemudian diolah
dengan mengelompokkan pertanyaan masing-masing variabel yang hendak di
ukur dan seluruh variabel dibuat kategori hasil yang telah ditentukan. Untuk
menilai
variabel
yang
diteliti
dilakukan
pengkatakorian,
kemudian
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional
dengan cara melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan
responden.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi peneliatian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Cilincing I, yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2010
4.3 Subjek Populasi
4.3.1 Populasi
Populasi adalah sekumpulan subjek (yang mencakup semua makhluk
hidup maupun benda-benda mati) yang mempunyai kecenderungan
yang sama serta memiliki sifat-sifat yang serupa. (Myrnawati,2004).
Sampel
Semua pasien yang terdeteksi sebagai pasien dewasa TB Paru positif
yang tidak rutin datang ke poli TB Paru untuk berobat di Puskesmas
Kelurahan Cilincing I.
4.3.3
Teknik inkulasi
Adapun criteria subyek responden yang diambil yaitu sampel
purposive :
a. Pasien dewasa TB Paru positif
b. Keluarga pasien
c. Petugas poli TB Paru
4.3.4
Editig di Pusat
Dilakaukan oleh supervisor dengan memperhatikan kelengkapan,
ketepatan dan konsekuensi jawaban. Bila ditemukan data yang tidak
lengkap, tidak berkesinambungan atau tidak seragam, maka dilakukan
hal- hal sebagai berikut :
1. Memperkirakan jawabannya dar jawaban atau pertanyaan lain
yang sesuai
2. Menanyakan kepada petugas ada tidaknya kesalahan dalam
pengisiannya
3. Mendatangi kembali untuk memperbaiki yang kurang
4.4.3
4.4.4
Koding Data
Pemberian kode dari data yang telah dikumpulkan, misalnya berupa
angka untuk setiap jawaban
Analisis Data
Analisis data dapa dilakukan dua tahap yaitu :
1. Analisis Univariat
Untu mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel
independen dan variabel dependen sehingga dapat diketahui
variasi dari masing masing variabel.
2. Analisis bivariat
Sedangakan untuk analisis bivariat
digunakan
untuk
LAMPIRAN
KUOSIONER PENELITIAN
Nama Pewawancara :
Nama Responden
Alamat Responden
__________________________________________________________________
1. Berapa banyak orang yang tinggal seruamah dengan anda ?
a.1
b.2
c.3
d.Lebih dari 5
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda merasa jarak rumah anda jauh dari tempat pelayanan kesehatan?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah saat ini anda sedang menjalankan pengobatan paru selama 6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
11. Jika no.11 jawabannya ia , Apakah anda minum obat dengan teratur ?
a. Ya teratur
b. Tidak teratur
12. Jika no.11 jawabannya iya. Apakah ada yang mengawasi anda minum obat ?
a. Ya ada \, siapa ?
b. Tidak ada
14. Apakah pendapatan anda dan keluarga dapat memenuhi segala kebutuhan
hidup sehari-hari ?
a. Ya
b. Tidak
15. apakah anda merasa petugas yang kerja si tempat pelayanan kesehatan kurang
memuaskan ?
a. Ya
b. Tidak