Anda di halaman 1dari 27

JENIS-JENIS HUKUM

HUKUM PIDANA

A.

PENGERTIAN DAN ISTILAH


Pidana berasal kata straf (Belanda), yang adakalanya disebut dengan istilah hukuman.

Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum sudah lazim merupakan
terjemahan darirecht. Dapat dikatakan istilah pidana dalam arti sempit adalah berkaitan
dengan hukum pidana
Pidana

lebih

tepat

didefinisikan

sebagai

suatu

penderitaan

yang

sengaja

dijatuhkan/diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum
(sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana. Secara
khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak pidana (strafbaar feit).
Selanjutnya istilah hukum pidana dalam bahasa Belanda adalah Strafrecht sedangkan dalam
bahasa Inggris adalah Criminal Law.
Pengertian hukum pidana berkaitan dengan kejahatan, akan tetapi berbeda dengan ilmu
yang berkaitan dengan kejahatan seperti kriminologi. Perbedaaannya adalah kalau hukum
pidana adalah aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan kejahatan atau yang hubungan
dengan pemberian hukuman atas kejahatan, dimana tujuannya agar dalam penetapan
hukuman sebagai sanksi atas tindakan kejahatan berjalan dengan aturan yang ada dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan kriminologi berkaitan dengan sikap orang yang melakukan
kejahatan itu sendiri, tujuannya agar dapat dipahami apa sebab-sebabnya sehingga seseorang
sampai berbuat kejahatan apakah memang karena bakatnya atau karena pengaruh lingkungan
(Hartono, 2001).
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) beserta undang-undang dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan
pemidanaan yang berlaku umum yaitu kepada seluruh rakyat Indonesia.

B.

TUJUAN HUKUM PIDANA


Secara konkrit tujuan hukum pidana itu ada dua, yaitu:

1.

Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan perbuatan pidana
(fungsi preventif).
1

2.

Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan yang tergolong perbuatan pidana
agar mereka menjadi orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat
(fungsi represif).
Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan terhadap gejala-

gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang sudah terlanjur tidak
berbuat baik. Jadi Hukum Pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi
tingkah laku manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum. Yang pada intinya
tujuan dari hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat.
Tetapi kalau di dalam kehidupan ini masih ada manusia yang melakukan perbuatan
tidak baik yang kadang-kadang merusak lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai
akibat dari moralitas individu itu. Dan untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu
perbuatan yang tidak baik itu(sebagai pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana),
maka dipelajari oleh kriminologi.
Di dalam kriminologi itulah akan diteliti mengapa sampai seseorang melakukan suatu
tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup sosial. Di samping itu juga ada
ilmu lain yang membantu hukum pidana, yaitu ilmu Psikologi. Jadi, kriminologi sebagai
salah satu ilmu yang membantu hukum pidana bertugas mempelajari sebab-sebab seseorang
melakukan perbuatan pidana, apa motivasinya, bagaimana akibatnya dan tindakan apa yang
dapat dilakukan untuk meniadakan perbuatan itu.

C.

FUNGSI HUKUM PIDANA


Sebagai hukum publik hukum pidana memiliki fungsi sebagai berikut :

1.

Fungsi melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang menyerang atau


melanggarnya
Kepentingan hukum (rechtsbelang) adalah segala kepentingan yang diperlukan dalam

berbagai segi kehidupan manusia baik sebagai pribadi, anggot masyarakat, maupun anggota
suatu negara, yang wajib dijaga dan dipertahankan agar tidak dilanggar oleh perbuatanperbuatan manusia. Semua ini ditujukan untuk terlaksana dan terjaminnya ketertiban di dalam
segala bidang kehidupan.
Di dalam doktrin hukum pidana Jerman, kepentingan hukum (rechtsgut) itu meliputi
(Satochid Kartanegara) :

Hak-hak (rechten)

Hubungan hukum (rechtsbetrekking)


2

Keadaan hukum (rechtstoestand)

Bangunan masyarakat (sociale instellingen)


Kepentingan hukum yang wajib dilindungi itu ada tiga macam yaitu :

a.

Kepentingan hukum perorangan (individuale belangen) misalnya kepentingan hukum


terhadap hak hidup (nyawa), kepentingan hukum atas tubuh, kepentingan hukum akan
hak milik benda, kepentingan hukum terhadap harga diri dan nama baik, kepentingan
hukum terhadap rasa susila, dan sebagainya.

b.

Kepentingan hukum masyarakat (sociale of maatschapppelijke belangen), misalnya


kepentingan hukum terhadap keamanan dan ketertiban umum, ketertiban berlalu lintas di
jalan raya, dan sebagainya.

c.

Kepentingan hukum negara (staatsbelangen), misalnya kepentingan hukum terhadap


keamanan dan keselamatan negara, kepentingan hukum terhadap negara-negara sahabat,
kepentingan hukum terhadap martabat kepala negara dan wakilnya, dan sebagainya.
Ketiga kepentingan hukum diatas saling berkait dan tidak bisa dipisahkan. Contoh

kepetingan hukum yang diatur dalam hukum pidana materil (KUHP) larangan mencuri (pasal
362),

larangan

menghilangkan

nyawa

(pasal

338).

Pasal

363

melindungi

dan

mempertahankan kepentingan hukum orang atas hak milik kebendaan pribadi dan pasal 338
adalah melindungi dan mempertahankan kepentingan hukum terhadap hak individu/nyawa
orang. Untuk melindung kepentingan hukum diatas adalah melalui sanksi pidana/straf
(hukuman penjara). Misalnya pasal 362 KUHP dapat diancam hukuman penjara maksimum 5
tahun dan pasal 338 dapat diancam hukuman penjara maksimum 15 tahun, dan sebagainya.

2.

Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi
mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi
Fungsi hukum pidana yang dimaksud disini adalah adalah tiada lain memberi dasar

legitimasi bagi negara agar negara dapat menjalankan fungsi menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum pidana tadi dengan sebaik-baiknya. Fungsi
ini terutama terdapat dalam hukum acara pidana, yang telah dikodifikasikan dengan apa yang
disebut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yakni UU No. 8 tahun 1981.
Dalam hukum acara pidana telah diatur sedemikian rupa tentang apa yang dapat dilakukan
negara dan bagaimana cara negara mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi oleh
hukum pidana. Misalnya bagaimana cara negara melakukan tindakan-tindakan hukum
terhadap terjadinya tindak pidana seperti melakukan penangkapan, penahanan, penuntutan,
3

pemeriksaan, vonis, dan lain-lain. Semua tindakan negara diatas tentu berakibat tidak
menyenangkan bagi siapa saja. Namun atas dasar kepentingan hukum dan negara tindakan
negara tersebut dibenarkan, melalui prosedur KUHAP diatas.

3.

Fungsi mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara


menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi
Sebagaimana diketahui bahwa fungsi hukum pidana yang kedua diatas adalah hukum

pidana telah memberikan hak dan kekuasaan yang sangat besar pada negara agar dapat
menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi dengan sebaikbaiknya. Namun demikian atas kekuasaan negara diatas harus dibatasi. Walaupun pada
dasarnya adanya hukum pidana untuk melindungi kepentingan hukum yang dlindungi.
Namun tentunya pembatasan kekuasaan itu penting agar negara tidak melakukan sewenangwenang kepada masyarakat dan pribadi manusia. Pengaturan hak dan kewajiban negara
dengan sebaik-baiknya dalam rangka negara menjalankan fungsi mempertahankan
kepentingan hukum yang dilindungi yang secara umum dapat disebut mempertahankan dan
menyelenggarakan ketertiban hukum masyarakat itu, menjadi wajib. Adanya KUHP dan
KUHAP sebagai hukum pidana materi dan formil dalam rangka mempertahankan
kepentingan hukum masyarakat yang dilindungi pada sisi sebagai alat untuk melakukan
tindakan hukum oleh negara apabila terjadi pelanggaran hukum pidana, pada sisi lain sebagai
alat pembatasan negara dalam setiap melakukan tindakan hukum.

D.

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA

1.

Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) dan penjelasan yang terdiri dari :


Buku I: Bagian aturan umum (Pasal 1-103)
Buku II: Bagian kejahatan (Pasal 104-488)
Buku III: Bagian pelanggaran (489-570)

2.

Undang-undang di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana


Undang-undang Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang Tindak Pidana Terorisme (UU No. 15 tahun 2003)
Undang-undang Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002)
Undang-undang Tindak Pidana Ekonomi (UU DRT No. 7 tahun 1955 dan UU No. 8
tahun 1958, PP No. 1 tahun 1960)
4

Undang-undang Narkotika dan Undang-undang Psikotropika ( UU No. 22 tahun


1997 tentang Narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Dan sebagainya

E.

JENIS PERBUATAN PIDANA


Dilihat dari segi perbuatan pidana yang terjadi dalam masyarakat, maka hukum pidana

dibedakan atas dua jenis, yaitu:


1.

Hukum Pidana Umum, jenis hukum pidana ini berlaku untuk umum, artinya tidak
hanya berlaku pada golongan penduduk tertentu saja namun semua golongan penduduk
baik sipil maupun militer.

2.

Hukum Pidana Khusus, berkaitan dengan perbuatan yang dapat dihukum sebagai
pertanggung jawaban perbuatannya tetapi bersifat khusus. Sifat khususnya dapat dilihat
dari penerapan hukumannya hanya dapat diberlakukan ke golongan tertentu saja, seperti
hukum pidana militer, hukum pidana fiscal, dan lainnya.
Perbuatan pidana tidak sama dengan perbuatan biasa, perbuatan pidana ini juga disebut

dengan delik, yaitu suatu perbuatan yang diatur oleh undang-undang bahwa perbuatan
tersebut dilarang oleh Undang-undang. Apabila perbuatan yang dilarang itu dilanggar juga,
maka akan dapat hukuman (pidana).
Pengaturan oleh undang-undang inilah yang dijadikan dasar apakah perbuatan tersebut
jenis pidana atau tidak dikenal dengan azas legalitas (principle of legality). Maksudnya
adalah, tidak ada perbuatan yang dilarang dan dapat dikenakan hukuman, apabila tidak ada
diatur terlebih dahulu oleh undang-undang dikenal juga dengan azas Nullum delichtum nulla
poena sine proevia lege pernah dikemukakan oleh Ansen von Feuerbach seorang sarjana
Jerman (Hartono, 2001: 145) selarang dengan (Pasal 1 ayat 1 KUHP).
Dengan demikian, indicator suatu perbuatan pidana adalah sebagai berikut:

Suatu perbuatan itu telah diatur oleh Undang-undang

Kesalahan atas perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut yaitu telah melanggar
ketentuan undang-undang oleh karena itu dia harus mempertanggung jawabkan
kesalahan itu, karena seseorang tidak akan dapat dihukum tanpa ada kesalahan yang
dilakukannya.

Orang

yang

melakukan

perbuatan

pidana

tersebut

dapat

diterapkan

pertanggungjawabannya, artinya orang tersebut dapat bertanggung jawab atas


perbuatannya. Tidak semua orang dapat bertanggungjawab
5

atas perbuatan yang

dilakukannya karena tidak termasuk subjek hukum seperti anak-anak, orang gila, orang
yang dibawah pengampuan/kuratel seperti yang tercantum pada pasal 44 ayat 1 KUHP
menyatakan:

Barangsiapa

melakukan

perbuatan

yang

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau


terganggu karena penyakit, tidak dipidana.

F.

JENIS-JENIS PIDANA ATAU HUKUMAN MENURUT KUHP


Jenis hukuman yang dapat diterapkan kepada seseorang yang melakukan perbuatan

pidana diatur dalam pasal 10 KUHP:


1.

Pidana (hukuman) Pokok:


a. Pidana mati
b. Pidana penjara
c. Pidana kurungan
d. Pidana denda

2.

Pidana tambahan, antara lain:


a. Pencabutan hak-hak tertentu
b. Perampasan barang-barang tertentu
c. Pengumuman putusan hakim

Pidana pokok
Penerapan pidana pokok dapat diterapkan bersama-sama dengan pidana tambahan atau

sendiri-sendiri. Namun kalau khusus pidana pokok saja tidak dapat diterapkan bersama-sama
sehingga kalau ada suatu perbuatan yang diancam dengan pidana berlapis, maka
penerapannya dipilih jenis hukuman yang maksimum (maksima khusus). Seperti penerapan
pidana pencurian pasal 362 KUHP diancam hukuman setinggi-tingginya 5 tahun,
penggelapan 4 tahun.

Pidana tambahan
Pidana tambahan tentu harus ada pidana pokoknya, sehingga pidana tambahan adalah

setelah diterapkannya pidana pokok sehingga penerapannya secara bersama-sama. Misalnya


seseorang melanggar pasal 338 yaitu menghilangkan nyawa orang lain diancam dengan
pidana penjara 15 tahun penjara ditambah hukuman pencabutan hak-haknya untuk memilih
dan dipilih.

G.

PIDANA BERSYARAT
Perbuatan pidana yang telah ditetapkan dalam KUHP hukumannya harus dilaksanakan,

dapat juga beberapa hukuman tidak perlu dilaksanakan dengan syarat telah melakukan
perbuatan tertentu. Misalnya suatu perbuatan yang telah diputuskan hakim bersalah dan
dihukum penjara dan pidana tambahannya, akan tetapi pidana tambahannya tidak perlu
dilakukan apabila tidak melanggar syarat-syarat yang ditentukan dalam waktu tertentu.
Begitu juga dengan penerapan hukuman kepada anak-anak yang belum mencapai 16
tahun seperti diatur dalam Pasal 45 KUHP hakim dapat:
1.

Memerintahkan bahwa anak yang bersalah akan dikembalikan kepada orang tua, wali
atau orang yang memeliharanya dengan tidak dijatuhi suatu pidana.

2.

Memerintahkan bahwa yang bersalah akan diserahkan kepada pemerintah dengan tidak
dijatuhi suatu pidana.

3.

Memidana anak yang bersalah.

HUKUM PERDATA

A.

PENGERTIAN DAN ISTILAH


Hukum perdata ialah rangkaian dari aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan-

hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga, seperti jual
beli, sewa menyewa, dan sebagainya. Hukum perdata ini dalam arti luas termasuk juga
hukum dagang yang dikelompokkan dalam hukum privat, namun dalam arti sempit hanya
hukum perdata saja.
Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material dan hukum
perdata formal. Hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap
subjek hukum. Hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan
haknya apabila dilanggar oleh orang lain.

B.

SISTEMATIKA HUKUM PERDATA

Hukum Perdata menurut ilmu hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam empat bagian, yaitu :
1.

Hukum tentang diri seseorang


Hukum tentang diri seseorang memuat peraturan-peraturan tentang manusia sebagai
subyek dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak
dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang
mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.

2.

Hukum Kekeluargaan
Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan, yaitu : perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum
kekayaan antara suami dan isteri, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan
curatele.

3.

Hukum Kekayaan
Hukum Kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai
dengan uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seorang, yang dimaksudkan ialah
jumlah segala hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang. Hak-hak dan
8

kewajiban-kewajiban yang demikian itu, biasanya dapat dipindahkan kepada orang lain.
Hak-hak kekayaan, terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang dan
karenanya dinamakan hak mutlak dan hak-hak yang hanya berlaku terhadap seorang
atau suatu fihak yang tertentu saja dan karenanya dinamakan hak perseorangan. Hak
mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat dinamakan
hak kebendaan. Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas suatu benda yang
dapat terlihat, misalnya hak seorang pengarang atas karangannya, hak seorang atas
suatu pendapat dalam lapangan ilmu pengetahuan atau hak seorang pedagang untuk
memakai sebuah merk, dinamakan hak mutlak saja.
4.

Hukum warisan
Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang jikalau ia
meninggal. Juga dapat dikatakan, Hukum Waris itu mengatur akibat-akibat hubungan'
keluarga terhadap harta peninggalan seseorang. Berhubung dengan sifatnya yang
setengah-setengah ini, Hukum Waris lazimnya ditempatkan tersendiri.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Indonesia terdiri dari empat buku sebagai

berikut :
a.

Buku I, yang berjudul perihal orang (van persoonen), memuat hukum perorangan dan
hukum kekeluargaan.

b.

Buku II, yang berjudul perihal benda (van zaken), memuat hukum benda dan hukum
waris.

c.

Buku III, yang berjudul perihal perikatan (van verbintennisen), memuat hukum harta
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban yang berlaku bagi orang-orang
atau pihak-pihak tertentu.

d.

Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadaluarsa (van bewijs en verjaring),
memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubunganhubungan hukum.

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (HAN)


A.

PENGERTIAN DAN ISTILAH


Salah satu cabang pembagian hukum dari hukum public adalah Hukum Administrasi

Negara (HAN). Hukum ini berkaitan dengan Hukum Tata Negara (HTN) karena dalam HTN
dapat diketahui bahwa aturan-aturan yang mengatur ketentuan tentang lembaga-lembaga/alatalat kelembagaan Negara. Misalnya lembaga tertinggi Negara, lembaga tinggi Negara,
lembaga pemerintahan pusat dan daerah, serta organisasi pemerintahan lainnya.
Memahami HAN dan ruang lingkup pengertian HTN tersebut diatas, maka bagaimana
lembaga-lembaga/alat-alat kelengkapan Negara melaksanakan tugasnya secara operasional
tidak dijumpai dalam HTN. Hal tersebut dapat dijumpai dalam ruang lingkup HAN.
Ada berbagai istilah di dalam penyebutan Hukum Administrasi Negara yang
merupakan terjemahan dari Administratiefrecht yang dikenal di Negara Belanda,
Verwaltungsrecht di Jerman, Droit Administratif di Perancis, Administratif Law di negara
Inggris dan Amerika. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia dahulu merupakan bekas
jajahan Belanda, sehingga Hukum Administrasi Negara Indonesia merupakan terjemahan dari
Administratiefrecht.
Istilah HAN ini menurut berbagai pakar ilmu pengetahuan hukum memberikan istilah
yang beragam seperti Utrecht dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara
mengatakan HAN dengan istilah Hukum Tata Usaha Negara, Prajudi Atmosudirjo
menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Pemerintahan. UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pokok-pook Pemerintahanan Daerah menggunakan istilah Sistem Pemerintahan (Hartono,
2001).
Dari berbagai pengertian yang diungkapkan oleh para Ahli dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksudkan dengan Hukum Administrasi negara adalah hukum yang mengatur dan
mengikat alat administrasi negara dalam menjalankan wewenang yang menjadi tugasnya
selaku alat administrasi negara dalam melayani warga negara harus senantiasa
memperhatikan kepentingan warga negara.
HAN sangat penting dan dibutuhkan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara oleh
administrasi negara. Keberadaan hukum administrasi negara berperan mengatur wewenang,
tugas dan fungsi administrasi negara, disamping itu juga berperan untuk membatasi
kekuasaan yang diselenggarakan oleh administrasi negara.

10

B.

RUANG LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Prajudi Atmosudirdjo membagi hukum administrasi negara dalam dua bagian, yaitu

Hukum administrasi negara heteronom dan hukum administrasi negara heteronom, yg


bersumber pada UUD, TAP MPR dan Undang-undang adalah hukum yang mengatur seluk
beluk organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum administrasi negara otonom ialah
hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi negara.
Penulis hukum administrasi negara lain, membagi bidang hukum administrasi negara
menjadi hukum administrasi negara umum (algemeendeel) dan hukum administrasi negara
khusus (bijzonder deel). Hukum administrasi negara umum berkenaan dengan peraturanperaturan umum menenai tindakan hukum dan hubungan hukum administrasi atau peraturanperaturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi, dalam
artian tidak terikat pada bidang tertentu.
Sementara itu, hukum administrasi negara khusus adalah peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan bidang-bidang tertentu seperti peraturan tentang tata ruang, peraturan
tentang kepegawaian, peraturan tentang pertanahan, peraturan kesehatan, peraturan
perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan pertambangan dan sebagainya.
C.J.N Vesterden menyebutkan bahwa secara garis besar hukum administrasi negara
meliputi bidang pengaturan antara lain:
1.

Peraturan mengenai penegakan ketertiban & keamanan, kesehatan & kesopanan; dengan
menggunakan aturan tingkah laku bagi warga negara yang ditegakkan dan ditentukan
lebih lanjut oleh pemerintah;

2.

Peraturan yang ditunjukkan untuk memberikan jaminan sosial bagi rakyat;

3.

Peraturan-peraturan mengenai tata ruang yang ditetapkan pemerintah;

4.

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas pemeliharaan dan pemerintah


termasuk bantuan terhadap aktivitas swasta dalam rangka pelayanan umum;

5.

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemungutan pajak;

6.

Peraturan-peraturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan warga negara terhadap


pemerintah;

7.

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penegakan hukum administrasi;

8.

Peraturan-peraturan mengenai pengawasan organ pemerintahan yang lebih tinggi


terhadap oragan yang lebih rendah;

9.

Peraturan-peraturan mengenai kedudukan hukum pegawai pemerintahan.

11

Sesudah menguraikan peraturan-peraturan bidang administrasi negara ini, C.J.N.


Vesterden, berbeda dengan para penulis lain, menolak pembagian hukum administrasi
negara menjadi HAN umum dan HAN khusus. Menurutnya pembagian ini menyesatkan
(misleidend);"hukum administrasi negara tidak dapat dibagi menjadi bagian umum dan
khusus. Peraturan-peraturan hukum administrasi negara itu sangat kompleks dan luas.
Persoalan hukum administrasi negara muncul dalam semua sektor, seperti mengenai
keputusan & perlindungan hukum.
Pendapat C.J.N. Vesterden yang menganggap bahwa pembagian hukum administrasi
negara umum dan khuss menyesatkan agaknya tidak ditopang oleh realitas yang ada. Semua
negara yang menganut sistem hukum kontinental seperti Belanda, Belgia, Denmark, Yunani,
Italia dll, mengenai dan mengakui bidang hukum administrasi umum dan khusus. Pada
masing-masing negara yang menganut sistem hukum kontinental ditemukan lebih banyak
kesamaan bidang hukum administrasi negara umum (algemeen deel), sedangkan pada bidang
hukum administrasi negara khusus ditemukan beberapa perbedaan.
Adanya perbedaan bidang hukum administrasi negara khusus merupakan suatu hal
yang logis dan wajar mengingat masing-masing negara dihadapkan pada perbedaan sosio
kultural, politik sitem pemerintahan, kebijakan pemerintah & sebagainya. Disini, munculnya
pembedaan antara hukum administrasi umum dan hukum administrasi khusus merupakan
sesuatu yang tidak dapt dihindari dan sesuatu yang alamiah. Munculnya hukum administrasi
khusus ini semakin penting artinya seiring dengan lahirnya berbaai bidang tugas-tugas
pemerintahan yang baru dan sejalan dengan perkembangan dan penemuan-penemuan baru
berbagai bidang kehidupan di tengah masyarakat, yg harus diatur melalui jalur hukum
administrasi. Dalam konteks ini pun juga tampak bahwa hukum administrasi itu tumbuh dan
berkembang secara dinamis.
Di Indonesia, hukum administrasi negara khusus ini telah dihimpun dalam Himpunan
Peraturan Perundang-undangan Republik Indionesia, yang disusun berdasarkan sistem
Engelbrecht, yang didalamnya tercantum tidak kurang dari 88 bidang. Di Belanda bidang
hukum hukum administrasi negara khusus ini terdapat pada Staatsalmanak 1995,

yang

memuat puluhan bidang.

C.

SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Dengan adanya ruang lingkup peraturan HAN untuk mengatur hubungan hukum antara

sesama alat-alat perlengkapan dan Negara dengan warga Negara secara pribadi atau badan
hukum swasta, maka tidak dapat dielakkan bahwa HAN sangat terkait dengan politik. Sebab,
12

dalam menjalankan tugas Negara dengan HAN, maka pengaruh politik dalam proses
pembuatannya sangat berpengaruh. Misalnya dalam membuat Undang-undang Otonomi
Daerah, tarik menarik antara berbagai kepentingan di DPR dan Pemerintah dalam membuat
materinya sering terjadi.
Sumber Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi dua bentuk, yaitu Sumber Hukum
Materiil dan Formil.

1.

Sumber Hukum Materiil

1)

Sejarah/Historis
Dalam pengertian historis, pengertian sumber hukum juga memiliki dua arti, yaitu

pertama, als kenbron (vindplaats) van het recht op een bepaald moment, (sebagai sumber
pengenalan {tempat menemukan} hukum pada saat tertentu; kedua, als bron waatuit de
wetgever geput heeft bij de samenstelling van een wettelijke regeling, (sebagai sumber
dimana pembuat undang-undang mengambil bahan dalam membentuk peraturan perundangundangan).
Dalam arti yang pertama, sumber hukum historis meliputi UU, putusan-putusan
hakim, tulisan-tulisan ahli hukum (geschriften van juristen), juga tulisan-tulisan yang tidak
bersifat yuridis sepanjang memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum.
Adapun dalam arti kedua, sumber hukum historis meliputi sistem-sistem hukum masa lalu
yang pernah berlaku pada tempat tertentu seperti sisstem hukum Romawi, sistem hukum
Perancis dan sebagainya.
Disamping itu, juga dokumen-dokumen dan surat-surat keterangan yang berkenaan
dengan hukum pada saat dan tempat tertentu. Dalam arti yang kedua ini, ada ungkapan;
"Hiermede is natuurlijk allerminst bedoeld te zeggen dat de historie ons alles doet begrijpen
doch allen dat wij dingen die een geschiedenis hebben, better begrijpen, als wij die
geschiedenis kennen" (hal ini sama sekali tidak dimaksudkan bahwa sejarah membuat kita
memahami semua hal, tetapi setidak-tidaknya membuat kita dapat memahami dengan lebih
baik sesuatu yang memiliki sejarah, ketika kita memahami sejarah yang berkenaan dengan
sesuatu itu). Artinya dengan memahami sejarah hukum tertentu akan lebih baik, setidaktidaknya dapat memahami konteks berlakunya hukum tertentu. Tambahan lagi dengan
adanya kenyataan bahwa tidak ada hukum yang lahir dari situasi vakum atau keadaankeadaan yang lepas dari berbagai peristiwa yang ada dan terjadi pada saat dibentuk dan
diterapkannya hukum tersebut.

13

2)

Sosiologis
Pengertian Sumber Hukum dalam segi sosiologis meliputi faktor-faktor sosial yang

memengaruhi isi hukum positif. Artinya peraturan hukum tertentu yg mencerminkan


kenyataan yang hidup di dalam masyarakat. Suatu masyarakat industri/ masyarakat agraris,
misalnya hukum tersebut harus sesuai dengan kenyataan2 yang ada dalam masyarakat
industri atau masyarakat agraris tersebut. Kenyataan itu dapat berupa kebutuhan-kebutuhan
atau tuntutan atau masalah-masalah yang dihadapi seperti masalah perburuhan atau pertanian
dan sebagainya.
Lebih lanjut, kenyataan yang hidup dalam masyarakat sebagai dasar sosiologis harus
termasuk pula kecenderungan-kecenderungan dan harapan2 masyarakat. Tanpa memasukkan
faktor2 kecenderungan dan harapan, peraturan perundang-undangan anya sekedar merekam
keadaan seketika (sekedar moment opname). Keadaan seperti itu akan membuat kelumpuhan
peranan hukum.
Dalam Pengertian sumber hukum administrasi negara, pembuatan peraturanperaturan perundang-undangan harus pula memerhatikan situasi sosial ekonomi, hubungan
sosial, situasi & perkembangan politik itu, serta perkembangan internasional. Karena faktorfaktor yang memengaruhi isi peraturan itu begitu kompleks, maka dalam pembuatan
peraturan diperlukan masukan dari berbagai disiplin keilmuan, yaitu dengan melibatkan ahli
ekonomi, sejaraawan, ahli politik, psikolog dan sebagainya, disamping ahli hukum sendiri.
Dengan cara itu, diharapkan peraturan hukum yang dihasilkan itu akan sesuai dengan
realitas kehidupan masyarakat. Di sisi lain, sebagai suatu fenomena sosial, harus pula
dipahami bahwa hukum itu berubah seiring dengan perubahan masyarakat atau tergantung
pada perubahan sosial.

3)

Filosofis
Pengertian Sumber Hukum Administrasi Negara dalam arti filosofis memiliki dua arti:

a) sebagai sumber untuk isi hukum yang adil,


b) sebagai sumber hukum administrasi negara untuk menaati kewajiban terhadap hukum/
sebagai sumber hukum administrasi negara untuk kekuatan mengikat dari hukum.
Menurut Sudikno Mertukusumo, mengenai sumber isi hukum; disini ditanyakan asal isi
hukum itu. Ada tiga pandangan, yaitu:
a) pandangan teokratis, yang menyatakan isi hukum berasal dari Tuhan;
b) pandangan hukum kodrat yang menyatakan isi hukum berasal dari akal manusia;
c) pandangan mazhab historis yang menyatakan isi hukum berasal dari kesadaran hukum.
14

2.

Sumber Hukum Formil


Sumber hukum formil adalah sumber hukum materiil yang sudah dibentuk melalui

proses-proses tertentu, sehingga sumber hukum tadi menjadi berlaku umum dan ditaati
berlakunya oleh umum. Ada beberapa sumber hukum formil Hukum Administrasi Negara :
a)

Undang-undang (dalam arti luas);

b)

Kebiasaan/praktek Alat Tata Usaha Negara;

c)

Yurisprudensi;

d)

Doktrin/pendapat para ahli;

e)

Traktat.

a)

Undang-Undang
Undang-undang yang dimaksudkan sebagai sumber hukum formil HAN adalah

Undang-undang dalam arti materiil atau UU dalam arti yang luas. Buys menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan UU dalam arti materiil adalah setiap keputusan pemerintah yang
berdasarkan materinya mengikat langsung setiap penduduk pada suatu daerah. Dengan
demikian yang dimaksud dengan UU dalam arti materiil adalah semua peraturan perundangundangan dari tingkat yang tinggi sampai tingkat yang rendah yang isinya mengikat setiap
penduduk.
Di Indonesia yang dimaksudkan dengan UU dalam arti materiil atau UU dalam arti
yang luas meliputi semua peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 sebagaimana telah disempurnakan dengan TAP MPR No.II Tahun 2000
mengenai Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, yaitu :
1. UUD 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. UU;
4. Peraturan Pemerintah pengganti UU (Perpu);
5. Peraturan Pemerintah;
6. Keputusan Presidan;
7. Peraturan Daerah;
8. Dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.
Mengenai perundang-undangan ini, pemerintah mengeluarkan UU No.10 Tahun 2004
yang mengatur tentang tata urutan perundang-undangan di Indonesia. Adapun yang
dimaksudkan dengan UU dalam arti sempit atau UU dalam arti fomil adalah setiap keputusan
pemerintah yang merupakan UU disebabkan oleh cara terjadinya, jadi dilihat dari segi
15

bentuk. Di Indonesia yang dimaksudkan dengan UU dalam arti formil adalah semua
keputusan pemerintah yang ditetapkan oleh presiden dengan persetujuan wakil-wakil rakyat.

b)

Kebiasaan/praktek Alat Administrasi Negara


Alat Administrasi Negara mempunyai tugas melaksanakan apa yang menjadi tujuan

Undang-undang dan menyelenggarakan kepentingan umum. Di dalam rangka melaksanakan


tugasnya

alat

Administrasi

Negara

menghasilkan

atau

mengeluarkan

keputusan-

keputusan/ketetapan-ketetapan guna menyelesaikan suatu masalah konkrit yang terjadi


berdasarkan peraturan hukum (Undang-undang dalam arti yang luas atau Undang-undang
dalam arti materiil) yang abstrak sifatnya. Keputusan-keputusan alat Administrasi Negara ini
sering dikenal dengan istilah beschikking atau UU Peradilan Tata Usaha Negara
menyebutnya dengan istilah Keputusan Tata Usaha Negara. Di dalam mengeluarkan
keputusan-keputusan/ketetapan-ketetapan inilah timbul praktek administrasi negara yang
melahirkan Hukum Administrasi Negara kebiasaan atau HAN yang tidak tertulis.
Meskipun undang-undang dianggap sebagai sumber hukum administrasi negara yang
paling penting, undang-undang sebagai peraturan tertulis memiliki kelemahan. Menurut
Bagir Manan, sebagai ketentuan tertulis (written rule) atau hukum tertulis (written law),
peraturan perundang-undangan yg mempunyai jangkauan terbatas, sekedar "moment
opname" dan unsur2 politik, ekonomi, sosial, budaya, & hankam yang paling berpengaruh
pada saat pembentukan karena itu mudah sekali aus (out of date) bila dibandingkan dengan
perubahan masyarakat yang semakin menyepat atau dipercepat. Disamping itu undangundang tidak akan mampu dan tidak mungkin mencakup semua persoalan yang dihadapi oleh
administrasi negara.
Oleh karena itu, Administrasi Negara dapat mengambil tindakan-tindakan yang
dianggap penting dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, meskipun belum termuat di
dalam UU (hukum tertulis). Tindakan2 yg dilakukan oleh administrasi negara ini akan
melahirkan hukum tidak tertulis atau konvensi jika dilakukan secara teratur dan tanpa
keberatan (bezwaar) atau banding (beroep) dari warga administrasi negara inilah yang dapat
menjadi sumber hukum dalam arti formal dalam rangka pembuatan peraturan perundangundangan dalam bidang hukum administrasi negara.
c)

Yurisprudensi
Dimaksudkan dengan yurisprudensi ini adalah suatu keputusan hakim atau keputusan

suatu badan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Yurisprudensi
16

sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak
mengadili perkara yang diajukan kepadanya dengan alas an belum ada peraturan perundangundangan yang mengatur perkara tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat juga nilainilai yang ada dalam masyarakat dan keputusan hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas
menyelesaikan permasalahan yang belum da peraturan perundangundangannya.
d)

Doktrin
Pengertian Doktrin dalam hal ini adalah ajaran hukum atau pendapat para pakar hukum

yg berpengaruh. Meskipun dalam ajaran hukum/ pendapat para sarjana hukum tidak memiliki
kekuatan mengikat, pendapat sarjana hukum ini begitu penting bahkan dalam sejarah pernaha
terdapat ungkapan bahwa orang tidak boleh menyimpang dari pendapat umum para ahli
hukum (communis opinio doctorum).
Dalam konteks Sumber Hukum Administrasi Negara, SF. Marbun dan Moh.
Mahfud mengetakan bahwa doktrin atau pendapat para ahli dapat menjadi sumber hukum
formal hukum administrasi negara sebab pendapat para ahli itu dapat melahirkan teori-teori
dalam lapangan hukum administrasi negara yang kemudian dapat mendorong timbulnya
kaidah-kaidah hukum administrasi negara.
e)

Traktat
Traktat sebagai sumber hukum formal dari sumber hukum administrasi negara ini

berasal dari perjanjian internasional yang kemudian diratifikasi oleh pemerintah untuk
dilaksanakan di negara yang telah meratifikasi perjanjian internasional tersebut. Namun
demikian perjanjian internasional yang dapat dijadikan sumber hukum formal hanyalah
perjanjian internasional yang penting, lazimnya berbentuk traktat atau traty. Kalau tidak
dibatasi demukian menurut Sudikno Mertokusumo pemerintah tidak mempunyai cukup
keleluasaan bergerak untuk menjalankan hubungan internasional dengan sewajarnya. Apalagi
untuk berlakunya traktat di suatu negara ini diharuskan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari wakil-wakil rakyat.

D.

SUBYEK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari

hukum. Hukum Administrasi Negara memiliki ruang lingkup yang luas, diantaranya
membicarakan mengenai aparatur pemerintah sebagai bagian dari alat Administrasi Negara
yang

dapat

melakukan

tindakan-tindakan
17

khususnya

tindakan

yang

berakibat

hukumdilakukan oleh subyek hukum. Tindakan hukum ini bisa dilakukan oleh manusia atau
orang yang telah dilekati berbagai status dan kedudukan dalam hal ini aparatur negara atau
aparatur pemerintah yang biasanya dilakukan oleh pegawai negri maupun badan hukum
publik yang bertindak sebagai organ negara. Dapat dikatakan bahwa subyek hukum dalam
lapangan HAN adalah :
1. Pegawai Negeri
2. Jabatan-jabatan
3. Jawatan publik, dinas-dinas publik, badan usaha milik negara/daerah
4. Daerah swapraja dan daerah swatantra (daerah kabupaten/kota dan propinsi)
5. Negara
E.

AZAS-AZAS PEMERINTAHAN YANG BAIK


Disamping sumber hukum dalam HAN, perlu juga diketahui beberapa azas dalam

melaksanakan pemerintahan tersebut. Azas ini juga sama tujuannya dengan sumber hukum,
yaitu akan menjadi pedoman bagi setiap pelaksana penyelenggaraan Negara dalam
melaksanakan tugasnya sehingga tindakan berupa keputusan yang dikeluarkan tidak
bertentangan dengan azas tersebut. Adanya azas-azas pemerintahan adalah sebagai pedoman
dalam mencapai cita-cita yang luhur yaitu dalam rangka mencapai masyarakat yang adil dan
makmur.
Azas umum pemerintahan yang baik terdapat tiga belas, akan tetapi dalam
pelaksanaannya I di Indonesia perlu memperhatikan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila (SF. Marbun, 1988). Sehingga dengan azas-azas tersebut adanya keseimbangan
antara kepentingan orang-perorangan dengan kepentingan umum. Azas-azas tersebut antara
lain:
1.

Azas kepastian hukum (principle of legal security)

2.

Azas keseimbangan (principle of proportionality)

3.

Azas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality)

4.

Azas bertindak secara cermat (principle of carefulness)

5.

Azas motivasi untuk semua keputusan (principle of motivation)

6.

Azas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non missue of competence)

7.

Azas permainan yang layak (principle of fair play)

8.

Azas keadilan atau kewajaran (principle of reasonable of prohibition of arbitratines)

9.

Azas menanggapi penghargaan yang wajar (principle of meeting raised expectation)

10. Azas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the
consequences of annual decision)
18

11. Azas perlindungan atas pandangan (principle of protecting the personal way of life)
12. Azas kebijaksanaan (sapientia)
13. Azas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service)

Seluruh azas tersebut diatas antara satu dengan yang lainnya adalah saling menunjang,
tidak dapat dipisahkan karena antara satu dengan yang lainnya adalah mempunyai saling
keterkaitan. Semakin banyak atau semakin lengkap penggunaan azas umum pemerintahan
yang baik tersebut oleh pemerintah semakin baik pemerintahan tersebut dan sebaliknya
banyaknya azas umum tersebut tidak digunakan semakin buruk pemerintahan tersebut.

19

HUKUM TATA NEGARA (HTN)

A.

PENGERTIAN DAN ISTILAH


Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan

suatu Negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi Negara tersebut.
Sehubungan dengan itu dalam lingkungan Hukum Ketatanegaraan dikenal berbagai istilah
yaitu: State Law dimana yang diutamakan adalah Hukum Negara; State Recht (Belanda);
Constitutional Law (Inggris) dimana hukum Tata Negara lebih menitikberatkan pada
konstitusi atau hukum konstitusi; Droit Constitutional dan Droit Adminitrative (Perancis),
dimana titik tolaknya adalah untuk membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum
Administrasi Negara; Verfassnugrecht dan Vervaltingrecht (Jerman) yang sama dengan di
Perancis. Bagi Indonesia, tentunya mempunyai hubungan dengan Hukum Tata Negara.
Hukum Tata Negara (HTN) dapat dipahami dalam arti luas maupun dalam arti sempit.
Dalam arti luas HTN berarti meliputi juga hukum tata pemerintahan atau hukum tata usaha
Negara. Dalam arti sempit, HTN adalah aturan yang berkenaan dengan konstitusi (UUD).
Hukum Tata Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadikan
negara dapat berfungsi. Sehingga peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan
hukum antar warga negara dengan pemerintahnya. Akan tetapi di sini tidak termasuk
himpunan peraturan-peraturan mengenai pengadilan perdata dan pengadilan pidana.
Mr.Drs.E. Utercht dalam bukunya "Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia",
memberikan

gambaran mengenai Pengertian Hukum Tata Usaha Negara ialah (hukum

administrasi, hukum pemerintahan) menguji perhubungan-perhubungan hukum istimewa


yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdragers) (tata usaha negara,
administrasi) melakukan tugas mereka yang istimewa.
Menurut Prof.Dr.J.H.A. Logemann dalam bukunya staatsrecht van Nederlands Indie,
memberikan definisi dari Pengertian Hukum Tata Negara adalah hukum tersebut mengatur
hubungan-hubungan hukum dengan warga masyarakat dan antara alat pemerintahan yang
satu dengan yang lainnya, serta dipertahankan dan diberi sanksi oleh pemerintah sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengertian Hukum Tata Negara berarti himpunan
peraturan

perundang-undangan

yang

mengatur

hubungan-hubungan

hukum

antara

pemerintah (Tata Usaha Negara) dengan warga negaranya; sehingga dengan demikian para
pejabat pemerintahan (ambtsdragers) dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

20

B.

OBYEK DAN LINGKUP KAJIAN HUKUM TATA NEGARA


Obyek kajian ilmu hukum tata negara adalah negara. Dimana negara dipandang dari

sifatnya atau pengertiannya yang konkrit. Artinya obyeknya terikat pada tempat, keadaan dan
waktu tertentu. Hukum tata negara merupakan cabang ilmu hukum yang membahas tatanan,
struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antara struktur organ atau struktur kenegaraan
serta mekanisme hubungan antara struktur negara dan warga negara.
Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari negara sebagai
organisasi, yaitu:
1.

Bentuk Negara (Kesatuan atau Federasi)

2.

Bentuk Pemerintahan (Kerajaan atau Republik)

3.

Sistem Pemerintahan (Presidentil, Parlementer, Monarki absolute)

4.

Corak Pemerintahan (Diktator Praktis, Nasionalis, Liberal, Demokrasi)

5.

Sistem Pendelegasian Kekuasaan Negara (Desentralisasi, meliputi jumlah, dasar, cara


dan hubungan antara pusat dan daerah)

6.

Garis-garis besar tentang organisasi pelaksana (peradilan, pemerintahan, perundangan)

7.

Wilayah Negara (darat, laut, udara)

8.

Hubungan antara rakyat dengan Negara (abdi Negara, hak dan kewajiban rakyat sebagai
perorangan/golongan, cara-cara pelaksanaan hak dan menjamin hak dan sebagainya)

9.

Cara-cara rakyat menjalankan hak-hak ketatanegaraan (hak politik, sistem perwakilan,


Pemilihan Umum, referendum, sistem kepartaian/penyampaian pendapat secara tertulis
dan lisan)

10. Dasar Negara (arti Pancasila, hubungan Pancasila dengan kaidah-kaidah hukum,
hubungan Pancasila dengan cara hidup mengatur masyarakat, sosial, ekonomi, budaya
dan berbagai paham yang ada dalam masyarakat)
11. Ciri-ciri lahir dan kepribadian Negara (Lagu Kebangsaan, Bahasa Nasional, Lambang,
Bendera, dan sebagainya)

C.

SUMBER-SUMBER HUKUM TATA NEGARA INDONESIA

1.

Undang-Undang Dasar 1945


UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar tertulis yang

mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan lainnya.

21

2.

Ketetapan MPR
Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat

menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan istilah
menetapkan tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh
MPR disebut Ketetapan MPR.
3.

Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang

Undang-undang mengandung dua pengertian, yaitu :


a. Undang-undang dalam arti materiel yaitu peraturan yang berlaku umum dan dibuat oleh
penguasa, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
b. Undang-undang dalam arti formal yaitu keputusan tertulis yang dibentuk dalam arti formal
sebagai sumber hukum dapat dilihat pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD
1945.
4.

Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR, oleh

UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah
guna melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak
mungkin bagi presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya,
sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah.
5.

Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan

perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan surat
presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang
undangan yang dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian
melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden resmi ditetapkan sebagai
salah satu bentuk peraturan perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden
berisi keputusan yang bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945,
Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan Peraturan
Pemerintah.
6.

Peraturan pelaksana lainnya


Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti Peraturan Menteri,

Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
22

7.

Convention (Konvensi Ketatanegaraan)


Konvensi Ketatanegaraan adalah perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan

berulang-ulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek ketatanegaraan. Konvensi


Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang, karena
diterima dan dijalankan, bahkan sering kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser
peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
8.

Traktat
Traktat atau perjanjian yaitu perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Kalau kita

amati praktek perjanjian internasional bebrapa Negara ada yang dilakukan 3 (tiga) tahapan,
yakni perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), dan pengesahan (ratification).
Disamping itu ada pula yang dilakukan hanya dua tahapan, yakni perundingan (negotiation)
dan penandatanganan (signature).

D.

SUBYEK HUKUM TATA NEGARA


Subyek hukum adalah setiap yang memiliki hak dan kewajiban.

Subyek hukum tata negara:

Penguasa/ tokoh/ pejabat negara.

Warga Negara

Organisasi Negara

E.

AZAS-AZAS HUKUM TATA NEGARA


Obyek asas Hukum Tata Negara sebagaimana obyek yang dipelajari dalam Hukum

Tata Negara, sebagai tambahan menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas Hukum Tata
Negara sesuatu Negara tidak luput dari penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD
karena dari situlah kemudian ditentukan tipe negara dan asas kenegaraan bersangkutan.
Asas-asas Hukum Tata Negara yaitu:
1)

Asas Pancasila
Setiap negara didirikan atas filsafah bangsa. Filsafah itu merupakan perwujudan dari

keinginan rakyat dan bangsanya. Dalam bidang hukum, pancasila merupakan sumber hukum
materil, karena setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengannya
dan jika hal itu terjadi, maka peraturan tersebut harus segera di cabut. Pancasila sebagai Azas
Hukum Tata Negara dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

23

2)

Asas Hukum, Kedaulatan rakyat dan Demokrasi


Asas kedaulatan dan demokrasi menurut Jimly Asshiddiqie gagasan kedaulatan rakyat

dalam negara Indonesia, mencari keseimbangan individualisme dan kolektivitas dalam


kebijakan demokrasi politik dan ekonomi. Azas kedaulatan menghendaki agar setiap tindakan
dari pemerintah harus berdasarkan dengan kemauan rakyat dan pada akhirnya pemerintah
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya sesuai dengan
hukum.
3)

Asas Negara Hukum

Yaitu negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Asas Negara hukum (rechtsstaat) cirinya yaitu pertama, adanya UUD atau konstitusi yang
memuat tentang hubungan antara penguasa dan rakyat, kedua adanya pembagian kekuasaan,
diakui dan dilindungi adanya hak-hak kebebasan rakyat.
Unsur-unsur / ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau Rechstaat adalah :
a.

Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kultur dan pendidikan.

b.

Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan lain apapun.

c.

Adanya legalitas dalam arti hukum dalam semua bentuknya.

d.

Adanya Undang-Undang Dasar yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara
penguasa dengan rakyat.

4)

Asas Demokrasi
Adalah suatu pemerintahan dimana rakyat ikut serta memerintah baik secara langsung

maupun tak langsung. Asas Demokrasi yang timbul hidup di Indonesia adalah Asas
kekeluargaan.
5)

Asas Kesatuan
Adalah suatu cara untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu dan damai tanpa adanya

perselisihan sehingga terciptanya rasa aman tanpa khawatir adanya diskriminasi. Asas Negara
kesatuan pada prinsipnya tanggung jawab tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap
berada di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi, sistem pemerintahan di Indonesia yang salah
satunya menganut asas Negara kesatuan yang di desentralisasikan menyebabkan adanya
tugas-tugas tertentu yang diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang
melahirkan hubungan kewenangan dan pengawasan.
24

6)

Asas Pembagian Kekuasaan dan Check Belances


Yang berarti pembagian kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian

baik mengenai fungsinya.


Beberapa bagian seperti dikemukakan oleh John Locke yaitu :
1. Kekuasaan Legislatif
2. Kekuasaan Eksekutif
3. Kekuasaan Federatif

Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu Trias
Politica
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. Yudikatif

7)

Asas legalitas
Dimana asas legalitas tidak dikehendaki pejabat melakukan tindakan tanpa berdasarkan

undang-undang yang berlaku. Atau dengan kata lain the rule of law not of man dengan dasar
hukum demikian maka harus ada jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip demokrasi.

25

REFERENSI

Adam, Aswarni dan Zulfikri.2006.Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Hukum Indonesia.


Pekanbaru : Alif Riau
Drs. P.A.F. Lamintang.Dasar-Dasar Hukum Pidana. Bandung : Citra Aditya Bakti
Ridwan HR, 2006. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. PT RAJA GRAFINDO
PERSADA: Jakarta.
R. Atang Ranumihardja, 1989. Hukum Tata Usaha Negara dan Peradilan Tata Usaha
Negara di Indonesia. Penerbit Tarsito: Bandung.

26

Anda mungkin juga menyukai