Jenis-Jenis Hukum Indonesia
Jenis-Jenis Hukum Indonesia
HUKUM PIDANA
A.
Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum sudah lazim merupakan
terjemahan darirecht. Dapat dikatakan istilah pidana dalam arti sempit adalah berkaitan
dengan hukum pidana
Pidana
lebih
tepat
didefinisikan
sebagai
suatu
penderitaan
yang
sengaja
dijatuhkan/diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum
(sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana. Secara
khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak pidana (strafbaar feit).
Selanjutnya istilah hukum pidana dalam bahasa Belanda adalah Strafrecht sedangkan dalam
bahasa Inggris adalah Criminal Law.
Pengertian hukum pidana berkaitan dengan kejahatan, akan tetapi berbeda dengan ilmu
yang berkaitan dengan kejahatan seperti kriminologi. Perbedaaannya adalah kalau hukum
pidana adalah aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan kejahatan atau yang hubungan
dengan pemberian hukuman atas kejahatan, dimana tujuannya agar dalam penetapan
hukuman sebagai sanksi atas tindakan kejahatan berjalan dengan aturan yang ada dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan kriminologi berkaitan dengan sikap orang yang melakukan
kejahatan itu sendiri, tujuannya agar dapat dipahami apa sebab-sebabnya sehingga seseorang
sampai berbuat kejahatan apakah memang karena bakatnya atau karena pengaruh lingkungan
(Hartono, 2001).
Hukum pidana yang berlaku di Indonesia dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) beserta undang-undang dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan
pemidanaan yang berlaku umum yaitu kepada seluruh rakyat Indonesia.
B.
1.
Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan perbuatan pidana
(fungsi preventif).
1
2.
Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan yang tergolong perbuatan pidana
agar mereka menjadi orang yang baik dan dapat diterima kembali dalam masyarakat
(fungsi represif).
Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan terhadap gejala-
gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang sudah terlanjur tidak
berbuat baik. Jadi Hukum Pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi
tingkah laku manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum. Yang pada intinya
tujuan dari hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat.
Tetapi kalau di dalam kehidupan ini masih ada manusia yang melakukan perbuatan
tidak baik yang kadang-kadang merusak lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai
akibat dari moralitas individu itu. Dan untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu
perbuatan yang tidak baik itu(sebagai pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana),
maka dipelajari oleh kriminologi.
Di dalam kriminologi itulah akan diteliti mengapa sampai seseorang melakukan suatu
tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup sosial. Di samping itu juga ada
ilmu lain yang membantu hukum pidana, yaitu ilmu Psikologi. Jadi, kriminologi sebagai
salah satu ilmu yang membantu hukum pidana bertugas mempelajari sebab-sebab seseorang
melakukan perbuatan pidana, apa motivasinya, bagaimana akibatnya dan tindakan apa yang
dapat dilakukan untuk meniadakan perbuatan itu.
C.
1.
berbagai segi kehidupan manusia baik sebagai pribadi, anggot masyarakat, maupun anggota
suatu negara, yang wajib dijaga dan dipertahankan agar tidak dilanggar oleh perbuatanperbuatan manusia. Semua ini ditujukan untuk terlaksana dan terjaminnya ketertiban di dalam
segala bidang kehidupan.
Di dalam doktrin hukum pidana Jerman, kepentingan hukum (rechtsgut) itu meliputi
(Satochid Kartanegara) :
Hak-hak (rechten)
a.
b.
c.
kepetingan hukum yang diatur dalam hukum pidana materil (KUHP) larangan mencuri (pasal
362),
larangan
menghilangkan
nyawa
(pasal
338).
Pasal
363
melindungi
dan
mempertahankan kepentingan hukum orang atas hak milik kebendaan pribadi dan pasal 338
adalah melindungi dan mempertahankan kepentingan hukum terhadap hak individu/nyawa
orang. Untuk melindung kepentingan hukum diatas adalah melalui sanksi pidana/straf
(hukuman penjara). Misalnya pasal 362 KUHP dapat diancam hukuman penjara maksimum 5
tahun dan pasal 338 dapat diancam hukuman penjara maksimum 15 tahun, dan sebagainya.
2.
Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi
mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi
Fungsi hukum pidana yang dimaksud disini adalah adalah tiada lain memberi dasar
legitimasi bagi negara agar negara dapat menjalankan fungsi menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum pidana tadi dengan sebaik-baiknya. Fungsi
ini terutama terdapat dalam hukum acara pidana, yang telah dikodifikasikan dengan apa yang
disebut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yakni UU No. 8 tahun 1981.
Dalam hukum acara pidana telah diatur sedemikian rupa tentang apa yang dapat dilakukan
negara dan bagaimana cara negara mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi oleh
hukum pidana. Misalnya bagaimana cara negara melakukan tindakan-tindakan hukum
terhadap terjadinya tindak pidana seperti melakukan penangkapan, penahanan, penuntutan,
3
pemeriksaan, vonis, dan lain-lain. Semua tindakan negara diatas tentu berakibat tidak
menyenangkan bagi siapa saja. Namun atas dasar kepentingan hukum dan negara tindakan
negara tersebut dibenarkan, melalui prosedur KUHAP diatas.
3.
pidana telah memberikan hak dan kekuasaan yang sangat besar pada negara agar dapat
menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi dengan sebaikbaiknya. Namun demikian atas kekuasaan negara diatas harus dibatasi. Walaupun pada
dasarnya adanya hukum pidana untuk melindungi kepentingan hukum yang dlindungi.
Namun tentunya pembatasan kekuasaan itu penting agar negara tidak melakukan sewenangwenang kepada masyarakat dan pribadi manusia. Pengaturan hak dan kewajiban negara
dengan sebaik-baiknya dalam rangka negara menjalankan fungsi mempertahankan
kepentingan hukum yang dilindungi yang secara umum dapat disebut mempertahankan dan
menyelenggarakan ketertiban hukum masyarakat itu, menjadi wajib. Adanya KUHP dan
KUHAP sebagai hukum pidana materi dan formil dalam rangka mempertahankan
kepentingan hukum masyarakat yang dilindungi pada sisi sebagai alat untuk melakukan
tindakan hukum oleh negara apabila terjadi pelanggaran hukum pidana, pada sisi lain sebagai
alat pembatasan negara dalam setiap melakukan tindakan hukum.
D.
1.
2.
E.
Hukum Pidana Umum, jenis hukum pidana ini berlaku untuk umum, artinya tidak
hanya berlaku pada golongan penduduk tertentu saja namun semua golongan penduduk
baik sipil maupun militer.
2.
Hukum Pidana Khusus, berkaitan dengan perbuatan yang dapat dihukum sebagai
pertanggung jawaban perbuatannya tetapi bersifat khusus. Sifat khususnya dapat dilihat
dari penerapan hukumannya hanya dapat diberlakukan ke golongan tertentu saja, seperti
hukum pidana militer, hukum pidana fiscal, dan lainnya.
Perbuatan pidana tidak sama dengan perbuatan biasa, perbuatan pidana ini juga disebut
dengan delik, yaitu suatu perbuatan yang diatur oleh undang-undang bahwa perbuatan
tersebut dilarang oleh Undang-undang. Apabila perbuatan yang dilarang itu dilanggar juga,
maka akan dapat hukuman (pidana).
Pengaturan oleh undang-undang inilah yang dijadikan dasar apakah perbuatan tersebut
jenis pidana atau tidak dikenal dengan azas legalitas (principle of legality). Maksudnya
adalah, tidak ada perbuatan yang dilarang dan dapat dikenakan hukuman, apabila tidak ada
diatur terlebih dahulu oleh undang-undang dikenal juga dengan azas Nullum delichtum nulla
poena sine proevia lege pernah dikemukakan oleh Ansen von Feuerbach seorang sarjana
Jerman (Hartono, 2001: 145) selarang dengan (Pasal 1 ayat 1 KUHP).
Dengan demikian, indicator suatu perbuatan pidana adalah sebagai berikut:
Kesalahan atas perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut yaitu telah melanggar
ketentuan undang-undang oleh karena itu dia harus mempertanggung jawabkan
kesalahan itu, karena seseorang tidak akan dapat dihukum tanpa ada kesalahan yang
dilakukannya.
Orang
yang
melakukan
perbuatan
pidana
tersebut
dapat
diterapkan
dilakukannya karena tidak termasuk subjek hukum seperti anak-anak, orang gila, orang
yang dibawah pengampuan/kuratel seperti yang tercantum pada pasal 44 ayat 1 KUHP
menyatakan:
Barangsiapa
melakukan
perbuatan
yang
tidak
dapat
F.
2.
Pidana pokok
Penerapan pidana pokok dapat diterapkan bersama-sama dengan pidana tambahan atau
sendiri-sendiri. Namun kalau khusus pidana pokok saja tidak dapat diterapkan bersama-sama
sehingga kalau ada suatu perbuatan yang diancam dengan pidana berlapis, maka
penerapannya dipilih jenis hukuman yang maksimum (maksima khusus). Seperti penerapan
pidana pencurian pasal 362 KUHP diancam hukuman setinggi-tingginya 5 tahun,
penggelapan 4 tahun.
Pidana tambahan
Pidana tambahan tentu harus ada pidana pokoknya, sehingga pidana tambahan adalah
G.
PIDANA BERSYARAT
Perbuatan pidana yang telah ditetapkan dalam KUHP hukumannya harus dilaksanakan,
dapat juga beberapa hukuman tidak perlu dilaksanakan dengan syarat telah melakukan
perbuatan tertentu. Misalnya suatu perbuatan yang telah diputuskan hakim bersalah dan
dihukum penjara dan pidana tambahannya, akan tetapi pidana tambahannya tidak perlu
dilakukan apabila tidak melanggar syarat-syarat yang ditentukan dalam waktu tertentu.
Begitu juga dengan penerapan hukuman kepada anak-anak yang belum mencapai 16
tahun seperti diatur dalam Pasal 45 KUHP hakim dapat:
1.
Memerintahkan bahwa anak yang bersalah akan dikembalikan kepada orang tua, wali
atau orang yang memeliharanya dengan tidak dijatuhi suatu pidana.
2.
Memerintahkan bahwa yang bersalah akan diserahkan kepada pemerintah dengan tidak
dijatuhi suatu pidana.
3.
HUKUM PERDATA
A.
hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga, seperti jual
beli, sewa menyewa, dan sebagainya. Hukum perdata ini dalam arti luas termasuk juga
hukum dagang yang dikelompokkan dalam hukum privat, namun dalam arti sempit hanya
hukum perdata saja.
Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material dan hukum
perdata formal. Hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap
subjek hukum. Hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan
haknya apabila dilanggar oleh orang lain.
B.
Hukum Perdata menurut ilmu hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam empat bagian, yaitu :
1.
2.
Hukum Kekeluargaan
Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan, yaitu : perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum
kekayaan antara suami dan isteri, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan
curatele.
3.
Hukum Kekayaan
Hukum Kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai
dengan uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seorang, yang dimaksudkan ialah
jumlah segala hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang. Hak-hak dan
8
kewajiban-kewajiban yang demikian itu, biasanya dapat dipindahkan kepada orang lain.
Hak-hak kekayaan, terbagi lagi atas hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang dan
karenanya dinamakan hak mutlak dan hak-hak yang hanya berlaku terhadap seorang
atau suatu fihak yang tertentu saja dan karenanya dinamakan hak perseorangan. Hak
mutlak yang memberikan kekuasaan atas suatu benda yang dapat terlihat dinamakan
hak kebendaan. Hak mutlak yang tidak memberikan kekuasaan atas suatu benda yang
dapat terlihat, misalnya hak seorang pengarang atas karangannya, hak seorang atas
suatu pendapat dalam lapangan ilmu pengetahuan atau hak seorang pedagang untuk
memakai sebuah merk, dinamakan hak mutlak saja.
4.
Hukum warisan
Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang jikalau ia
meninggal. Juga dapat dikatakan, Hukum Waris itu mengatur akibat-akibat hubungan'
keluarga terhadap harta peninggalan seseorang. Berhubung dengan sifatnya yang
setengah-setengah ini, Hukum Waris lazimnya ditempatkan tersendiri.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) Indonesia terdiri dari empat buku sebagai
berikut :
a.
Buku I, yang berjudul perihal orang (van persoonen), memuat hukum perorangan dan
hukum kekeluargaan.
b.
Buku II, yang berjudul perihal benda (van zaken), memuat hukum benda dan hukum
waris.
c.
Buku III, yang berjudul perihal perikatan (van verbintennisen), memuat hukum harta
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban yang berlaku bagi orang-orang
atau pihak-pihak tertentu.
d.
Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadaluarsa (van bewijs en verjaring),
memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubunganhubungan hukum.
Negara (HAN). Hukum ini berkaitan dengan Hukum Tata Negara (HTN) karena dalam HTN
dapat diketahui bahwa aturan-aturan yang mengatur ketentuan tentang lembaga-lembaga/alatalat kelembagaan Negara. Misalnya lembaga tertinggi Negara, lembaga tinggi Negara,
lembaga pemerintahan pusat dan daerah, serta organisasi pemerintahan lainnya.
Memahami HAN dan ruang lingkup pengertian HTN tersebut diatas, maka bagaimana
lembaga-lembaga/alat-alat kelengkapan Negara melaksanakan tugasnya secara operasional
tidak dijumpai dalam HTN. Hal tersebut dapat dijumpai dalam ruang lingkup HAN.
Ada berbagai istilah di dalam penyebutan Hukum Administrasi Negara yang
merupakan terjemahan dari Administratiefrecht yang dikenal di Negara Belanda,
Verwaltungsrecht di Jerman, Droit Administratif di Perancis, Administratif Law di negara
Inggris dan Amerika. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia dahulu merupakan bekas
jajahan Belanda, sehingga Hukum Administrasi Negara Indonesia merupakan terjemahan dari
Administratiefrecht.
Istilah HAN ini menurut berbagai pakar ilmu pengetahuan hukum memberikan istilah
yang beragam seperti Utrecht dalam bukunya Pengantar Hukum Administrasi Negara
mengatakan HAN dengan istilah Hukum Tata Usaha Negara, Prajudi Atmosudirjo
menggunakan istilah Hukum Tata Usaha Pemerintahan. UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pokok-pook Pemerintahanan Daerah menggunakan istilah Sistem Pemerintahan (Hartono,
2001).
Dari berbagai pengertian yang diungkapkan oleh para Ahli dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksudkan dengan Hukum Administrasi negara adalah hukum yang mengatur dan
mengikat alat administrasi negara dalam menjalankan wewenang yang menjadi tugasnya
selaku alat administrasi negara dalam melayani warga negara harus senantiasa
memperhatikan kepentingan warga negara.
HAN sangat penting dan dibutuhkan dalam penyelenggaraan kekuasaan negara oleh
administrasi negara. Keberadaan hukum administrasi negara berperan mengatur wewenang,
tugas dan fungsi administrasi negara, disamping itu juga berperan untuk membatasi
kekuasaan yang diselenggarakan oleh administrasi negara.
10
B.
Peraturan mengenai penegakan ketertiban & keamanan, kesehatan & kesopanan; dengan
menggunakan aturan tingkah laku bagi warga negara yang ditegakkan dan ditentukan
lebih lanjut oleh pemerintah;
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11
yang
C.
sesama alat-alat perlengkapan dan Negara dengan warga Negara secara pribadi atau badan
hukum swasta, maka tidak dapat dielakkan bahwa HAN sangat terkait dengan politik. Sebab,
12
dalam menjalankan tugas Negara dengan HAN, maka pengaruh politik dalam proses
pembuatannya sangat berpengaruh. Misalnya dalam membuat Undang-undang Otonomi
Daerah, tarik menarik antara berbagai kepentingan di DPR dan Pemerintah dalam membuat
materinya sering terjadi.
Sumber Hukum Administrasi Negara terbagi menjadi dua bentuk, yaitu Sumber Hukum
Materiil dan Formil.
1.
1)
Sejarah/Historis
Dalam pengertian historis, pengertian sumber hukum juga memiliki dua arti, yaitu
pertama, als kenbron (vindplaats) van het recht op een bepaald moment, (sebagai sumber
pengenalan {tempat menemukan} hukum pada saat tertentu; kedua, als bron waatuit de
wetgever geput heeft bij de samenstelling van een wettelijke regeling, (sebagai sumber
dimana pembuat undang-undang mengambil bahan dalam membentuk peraturan perundangundangan).
Dalam arti yang pertama, sumber hukum historis meliputi UU, putusan-putusan
hakim, tulisan-tulisan ahli hukum (geschriften van juristen), juga tulisan-tulisan yang tidak
bersifat yuridis sepanjang memuat pemberitahuan mengenai lembaga-lembaga hukum.
Adapun dalam arti kedua, sumber hukum historis meliputi sistem-sistem hukum masa lalu
yang pernah berlaku pada tempat tertentu seperti sisstem hukum Romawi, sistem hukum
Perancis dan sebagainya.
Disamping itu, juga dokumen-dokumen dan surat-surat keterangan yang berkenaan
dengan hukum pada saat dan tempat tertentu. Dalam arti yang kedua ini, ada ungkapan;
"Hiermede is natuurlijk allerminst bedoeld te zeggen dat de historie ons alles doet begrijpen
doch allen dat wij dingen die een geschiedenis hebben, better begrijpen, als wij die
geschiedenis kennen" (hal ini sama sekali tidak dimaksudkan bahwa sejarah membuat kita
memahami semua hal, tetapi setidak-tidaknya membuat kita dapat memahami dengan lebih
baik sesuatu yang memiliki sejarah, ketika kita memahami sejarah yang berkenaan dengan
sesuatu itu). Artinya dengan memahami sejarah hukum tertentu akan lebih baik, setidaktidaknya dapat memahami konteks berlakunya hukum tertentu. Tambahan lagi dengan
adanya kenyataan bahwa tidak ada hukum yang lahir dari situasi vakum atau keadaankeadaan yang lepas dari berbagai peristiwa yang ada dan terjadi pada saat dibentuk dan
diterapkannya hukum tersebut.
13
2)
Sosiologis
Pengertian Sumber Hukum dalam segi sosiologis meliputi faktor-faktor sosial yang
3)
Filosofis
Pengertian Sumber Hukum Administrasi Negara dalam arti filosofis memiliki dua arti:
2.
proses-proses tertentu, sehingga sumber hukum tadi menjadi berlaku umum dan ditaati
berlakunya oleh umum. Ada beberapa sumber hukum formil Hukum Administrasi Negara :
a)
b)
c)
Yurisprudensi;
d)
e)
Traktat.
a)
Undang-Undang
Undang-undang yang dimaksudkan sebagai sumber hukum formil HAN adalah
Undang-undang dalam arti materiil atau UU dalam arti yang luas. Buys menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan UU dalam arti materiil adalah setiap keputusan pemerintah yang
berdasarkan materinya mengikat langsung setiap penduduk pada suatu daerah. Dengan
demikian yang dimaksud dengan UU dalam arti materiil adalah semua peraturan perundangundangan dari tingkat yang tinggi sampai tingkat yang rendah yang isinya mengikat setiap
penduduk.
Di Indonesia yang dimaksudkan dengan UU dalam arti materiil atau UU dalam arti
yang luas meliputi semua peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 sebagaimana telah disempurnakan dengan TAP MPR No.II Tahun 2000
mengenai Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, yaitu :
1. UUD 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. UU;
4. Peraturan Pemerintah pengganti UU (Perpu);
5. Peraturan Pemerintah;
6. Keputusan Presidan;
7. Peraturan Daerah;
8. Dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.
Mengenai perundang-undangan ini, pemerintah mengeluarkan UU No.10 Tahun 2004
yang mengatur tentang tata urutan perundang-undangan di Indonesia. Adapun yang
dimaksudkan dengan UU dalam arti sempit atau UU dalam arti fomil adalah setiap keputusan
pemerintah yang merupakan UU disebabkan oleh cara terjadinya, jadi dilihat dari segi
15
bentuk. Di Indonesia yang dimaksudkan dengan UU dalam arti formil adalah semua
keputusan pemerintah yang ditetapkan oleh presiden dengan persetujuan wakil-wakil rakyat.
b)
alat
Administrasi
Negara
menghasilkan
atau
mengeluarkan
keputusan-
Yurisprudensi
Dimaksudkan dengan yurisprudensi ini adalah suatu keputusan hakim atau keputusan
suatu badan peradilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Yurisprudensi
16
sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak
mengadili perkara yang diajukan kepadanya dengan alas an belum ada peraturan perundangundangan yang mengatur perkara tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat juga nilainilai yang ada dalam masyarakat dan keputusan hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas
menyelesaikan permasalahan yang belum da peraturan perundangundangannya.
d)
Doktrin
Pengertian Doktrin dalam hal ini adalah ajaran hukum atau pendapat para pakar hukum
yg berpengaruh. Meskipun dalam ajaran hukum/ pendapat para sarjana hukum tidak memiliki
kekuatan mengikat, pendapat sarjana hukum ini begitu penting bahkan dalam sejarah pernaha
terdapat ungkapan bahwa orang tidak boleh menyimpang dari pendapat umum para ahli
hukum (communis opinio doctorum).
Dalam konteks Sumber Hukum Administrasi Negara, SF. Marbun dan Moh.
Mahfud mengetakan bahwa doktrin atau pendapat para ahli dapat menjadi sumber hukum
formal hukum administrasi negara sebab pendapat para ahli itu dapat melahirkan teori-teori
dalam lapangan hukum administrasi negara yang kemudian dapat mendorong timbulnya
kaidah-kaidah hukum administrasi negara.
e)
Traktat
Traktat sebagai sumber hukum formal dari sumber hukum administrasi negara ini
berasal dari perjanjian internasional yang kemudian diratifikasi oleh pemerintah untuk
dilaksanakan di negara yang telah meratifikasi perjanjian internasional tersebut. Namun
demikian perjanjian internasional yang dapat dijadikan sumber hukum formal hanyalah
perjanjian internasional yang penting, lazimnya berbentuk traktat atau traty. Kalau tidak
dibatasi demukian menurut Sudikno Mertokusumo pemerintah tidak mempunyai cukup
keleluasaan bergerak untuk menjalankan hubungan internasional dengan sewajarnya. Apalagi
untuk berlakunya traktat di suatu negara ini diharuskan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari wakil-wakil rakyat.
D.
hukum. Hukum Administrasi Negara memiliki ruang lingkup yang luas, diantaranya
membicarakan mengenai aparatur pemerintah sebagai bagian dari alat Administrasi Negara
yang
dapat
melakukan
tindakan-tindakan
17
khususnya
tindakan
yang
berakibat
hukumdilakukan oleh subyek hukum. Tindakan hukum ini bisa dilakukan oleh manusia atau
orang yang telah dilekati berbagai status dan kedudukan dalam hal ini aparatur negara atau
aparatur pemerintah yang biasanya dilakukan oleh pegawai negri maupun badan hukum
publik yang bertindak sebagai organ negara. Dapat dikatakan bahwa subyek hukum dalam
lapangan HAN adalah :
1. Pegawai Negeri
2. Jabatan-jabatan
3. Jawatan publik, dinas-dinas publik, badan usaha milik negara/daerah
4. Daerah swapraja dan daerah swatantra (daerah kabupaten/kota dan propinsi)
5. Negara
E.
melaksanakan pemerintahan tersebut. Azas ini juga sama tujuannya dengan sumber hukum,
yaitu akan menjadi pedoman bagi setiap pelaksana penyelenggaraan Negara dalam
melaksanakan tugasnya sehingga tindakan berupa keputusan yang dikeluarkan tidak
bertentangan dengan azas tersebut. Adanya azas-azas pemerintahan adalah sebagai pedoman
dalam mencapai cita-cita yang luhur yaitu dalam rangka mencapai masyarakat yang adil dan
makmur.
Azas umum pemerintahan yang baik terdapat tiga belas, akan tetapi dalam
pelaksanaannya I di Indonesia perlu memperhatikan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila (SF. Marbun, 1988). Sehingga dengan azas-azas tersebut adanya keseimbangan
antara kepentingan orang-perorangan dengan kepentingan umum. Azas-azas tersebut antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Azas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the
consequences of annual decision)
18
11. Azas perlindungan atas pandangan (principle of protecting the personal way of life)
12. Azas kebijaksanaan (sapientia)
13. Azas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service)
Seluruh azas tersebut diatas antara satu dengan yang lainnya adalah saling menunjang,
tidak dapat dipisahkan karena antara satu dengan yang lainnya adalah mempunyai saling
keterkaitan. Semakin banyak atau semakin lengkap penggunaan azas umum pemerintahan
yang baik tersebut oleh pemerintah semakin baik pemerintahan tersebut dan sebaliknya
banyaknya azas umum tersebut tidak digunakan semakin buruk pemerintahan tersebut.
19
A.
suatu Negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi Negara tersebut.
Sehubungan dengan itu dalam lingkungan Hukum Ketatanegaraan dikenal berbagai istilah
yaitu: State Law dimana yang diutamakan adalah Hukum Negara; State Recht (Belanda);
Constitutional Law (Inggris) dimana hukum Tata Negara lebih menitikberatkan pada
konstitusi atau hukum konstitusi; Droit Constitutional dan Droit Adminitrative (Perancis),
dimana titik tolaknya adalah untuk membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum
Administrasi Negara; Verfassnugrecht dan Vervaltingrecht (Jerman) yang sama dengan di
Perancis. Bagi Indonesia, tentunya mempunyai hubungan dengan Hukum Tata Negara.
Hukum Tata Negara (HTN) dapat dipahami dalam arti luas maupun dalam arti sempit.
Dalam arti luas HTN berarti meliputi juga hukum tata pemerintahan atau hukum tata usaha
Negara. Dalam arti sempit, HTN adalah aturan yang berkenaan dengan konstitusi (UUD).
Hukum Tata Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadikan
negara dapat berfungsi. Sehingga peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan
hukum antar warga negara dengan pemerintahnya. Akan tetapi di sini tidak termasuk
himpunan peraturan-peraturan mengenai pengadilan perdata dan pengadilan pidana.
Mr.Drs.E. Utercht dalam bukunya "Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia",
memberikan
perundang-undangan
yang
mengatur
hubungan-hubungan
hukum
antara
pemerintah (Tata Usaha Negara) dengan warga negaranya; sehingga dengan demikian para
pejabat pemerintahan (ambtsdragers) dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
20
B.
sifatnya atau pengertiannya yang konkrit. Artinya obyeknya terikat pada tempat, keadaan dan
waktu tertentu. Hukum tata negara merupakan cabang ilmu hukum yang membahas tatanan,
struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antara struktur organ atau struktur kenegaraan
serta mekanisme hubungan antara struktur negara dan warga negara.
Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari negara sebagai
organisasi, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hubungan antara rakyat dengan Negara (abdi Negara, hak dan kewajiban rakyat sebagai
perorangan/golongan, cara-cara pelaksanaan hak dan menjamin hak dan sebagainya)
9.
10. Dasar Negara (arti Pancasila, hubungan Pancasila dengan kaidah-kaidah hukum,
hubungan Pancasila dengan cara hidup mengatur masyarakat, sosial, ekonomi, budaya
dan berbagai paham yang ada dalam masyarakat)
11. Ciri-ciri lahir dan kepribadian Negara (Lagu Kebangsaan, Bahasa Nasional, Lambang,
Bendera, dan sebagainya)
C.
1.
21
2.
Ketetapan MPR
Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat
menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan istilah
menetapkan tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh
MPR disebut Ketetapan MPR.
3.
Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR, oleh
UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah
guna melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak
mungkin bagi presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya,
sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah.
5.
Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan surat
presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang
undangan yang dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian
melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden resmi ditetapkan sebagai
salah satu bentuk peraturan perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden
berisi keputusan yang bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945,
Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan Peraturan
Pemerintah.
6.
Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
22
7.
Traktat
Traktat atau perjanjian yaitu perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih. Kalau kita
amati praktek perjanjian internasional bebrapa Negara ada yang dilakukan 3 (tiga) tahapan,
yakni perundingan (negotiation), penandatanganan (signature), dan pengesahan (ratification).
Disamping itu ada pula yang dilakukan hanya dua tahapan, yakni perundingan (negotiation)
dan penandatanganan (signature).
D.
Warga Negara
Organisasi Negara
E.
Tata Negara, sebagai tambahan menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas Hukum Tata
Negara sesuatu Negara tidak luput dari penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD
karena dari situlah kemudian ditentukan tipe negara dan asas kenegaraan bersangkutan.
Asas-asas Hukum Tata Negara yaitu:
1)
Asas Pancasila
Setiap negara didirikan atas filsafah bangsa. Filsafah itu merupakan perwujudan dari
keinginan rakyat dan bangsanya. Dalam bidang hukum, pancasila merupakan sumber hukum
materil, karena setiap isi peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengannya
dan jika hal itu terjadi, maka peraturan tersebut harus segera di cabut. Pancasila sebagai Azas
Hukum Tata Negara dapat dilihat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
23
2)
Yaitu negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Asas Negara hukum (rechtsstaat) cirinya yaitu pertama, adanya UUD atau konstitusi yang
memuat tentang hubungan antara penguasa dan rakyat, kedua adanya pembagian kekuasaan,
diakui dan dilindungi adanya hak-hak kebebasan rakyat.
Unsur-unsur / ciri-ciri khas daripada suatu Negara hukum atau Rechstaat adalah :
a.
Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kultur dan pendidikan.
b.
Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan lain apapun.
c.
d.
Adanya Undang-Undang Dasar yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara
penguasa dengan rakyat.
4)
Asas Demokrasi
Adalah suatu pemerintahan dimana rakyat ikut serta memerintah baik secara langsung
maupun tak langsung. Asas Demokrasi yang timbul hidup di Indonesia adalah Asas
kekeluargaan.
5)
Asas Kesatuan
Adalah suatu cara untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu dan damai tanpa adanya
perselisihan sehingga terciptanya rasa aman tanpa khawatir adanya diskriminasi. Asas Negara
kesatuan pada prinsipnya tanggung jawab tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya tetap
berada di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi, sistem pemerintahan di Indonesia yang salah
satunya menganut asas Negara kesatuan yang di desentralisasikan menyebabkan adanya
tugas-tugas tertentu yang diurus sendiri sehingga menimbulkan hubungan timbal balik yang
melahirkan hubungan kewenangan dan pengawasan.
24
6)
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap Negara terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu Trias
Politica
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. Yudikatif
7)
Asas legalitas
Dimana asas legalitas tidak dikehendaki pejabat melakukan tindakan tanpa berdasarkan
undang-undang yang berlaku. Atau dengan kata lain the rule of law not of man dengan dasar
hukum demikian maka harus ada jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip demokrasi.
25
REFERENSI
26