Anda di halaman 1dari 15

USULAN STANDAR PROSEDUR

ENDOSKOPI GASTROINTESTINAL
Ketua tim revisi SOP : Dr. Dharmika Djojoningrat, SpPD-KGEH
Anggota

: dr. Widaryati Soedarto, phD., SpPD-KGEH


dr.Marcellus Simadibrata, SpPD-KGEH
dr. H.Murdani Abdullah, SpPD-KGEH
dr. Badriul Hegar Syarif, SpAK
DR. Bambang handana, SpPD
Dr. Rachmat Moersalin, SpPD

Penyusun SOP lama : dr. Syadra Bardiman Rasyad, SpPD-KGEH


Dr. H.A.Fuad Bakry F., SpPD-KGEH
Dr. Marcellus simadibrata, phd., sppd
Dr. Dharmika djojoningrat, sppd-kgeh
Dr. H. Chudahman manan, sppd-kgeh

KATA PENGANTAR

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan medis yang memenuhi syarat,


banyak hal yang diperlukan. Salah satunya adalah tersedianya standar prosedur
medis yang di sepakati bersama secara nasional. Sampai saat ini di indonesia,
standar prosedur khususnya di bidang endoskopi gastrointestinal memang belum
disusun secara nasional,yang ada adalah standar prosedur yang mungkin sangat
bervariasi pada berbagai tempat.
Menyadari akan pentingnya hal tersebut di atas, maka perhimpunan
endoskopi gastrointestinal indonesia (PEGI) mencoba menyusun suatu standar
prosedur endoskopi gastrointestinal
Tujuan dari penyusunan standar prosedur endoskopi gastrointestinal
iniadalah :
1. Untuk menjadi acuan bagi seluruh endoskopis dalam melakukan tindakan endoskopi
gastrointestinal dan dapat digunakan sebagai pedoman secara nasional
2. Agar masyarakat terlindungi dari praktek-praktek yang tidak sesuai dengan standar
profesional
3. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar
4. sebagai pedoman dalam pengawasan praktek dokter dan pembinaan serta peningkatan mutu
pelayanan kedokteran
5. sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan yang efektif dan efisien
kita sadari bahwa untuk menyusun suatu standar bukanlah merupakan hal yang mudah
sehingga disadari pula bahwa standar prosedur endoskopi gastrointestinal ini masih belum
sempurna. Diharapkan di masa yang akan datang standar ini masih akan terus ditijau dan
diperbaiki secara berkala dan dikembangkan sesuai dengan perubahan teknologi dan kondisi
aplikasi.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II FASILITAS PEMERIKSAAN ALAT ENDOSKOPI GASTROINTESTINAL
1. ALAT ENDOSKOPI
1.1. Perawatan endoskopi
1.2. Penyimpanan endoskopi
1.3. Ruang pemeriksaan endoskopi
1.4. Sarana kedaruratan
BAB III INDIKASI, KONTRADIKSI,

PERSIAPAN,

PENYULIT

PERAWATAN PASCA TINDAKAN ENDOSKOPI


1. Persiapan penderita
2. Endoskopi diangnostik
2.1. esofagogastroduodenoskopi
2.1.1. Indikasi
2.1.2. Kontraindikasi absolute
2.1.3. Kontra indikasi relatif
2.1.4. Persiapan penderita
2.1.5. Premidikasi
2.1.6. Persiapan alat
2.1.7. Penyulit
2.1.8. Perawatan pasca endoskopi
2.2. Kolonoskopi
2.2.1. Indikasi
2.2.2. kontra indikasi absolut
2.2.3. kontraindikasi relatif
2.2.4. persiapan penderita
2.2.5. premidikasi
2.2.6. persiapan alat
2.2.7. penyulit
2.2.8. perawatan pasca endoskopi
2.2.9. langkah-langkah pokok agar kolonoskopi berhasil
2.3. Endoscopic Retrograde cholangio pancreatography (ERCP)
2.3.1. Indikasi
2.3.2. kontraindikasi
2.3.3. persiapan penderita
2.3.4. premidikasi
2.3.5. persiapan alat
2.3.6. penyulit
2.3.7. perawatan pasca ERCP
2.4. biopsi / sitologi
2.4.1.
2.4.2. kontraidikasi
2.4.3. persiapan alat
2.4.4. perawatan pasca biopsi
3. endoskopi terapeutik
3.1. tanpa elektrokoagulasi
3.1.1. dilatasi esofagus
3.1.2. sklero terapi endoskopik (STE) varises esovagus

DAN

3.1.3. ligasi varises esofagus endoskopik (LVE)


3.1.4. sklero terapi hemoroid
3.1.5. hemostase endoskopik
3.2. dengan elektrokoagulasi
3.2.1. sfigterotomi endoskopik (SE) ekstraksi batu dan pemasan
Gan stent
3.2.2. polipektomi endoskopik (PE)
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang pesat dalam waktu yang relatif singkat
telah menghasilkan banyak penemuan baru baik dibidang diasnotik maupun terapi. Salah satu alat
penunjang diagnostik yang akhir-akhir ini banyak digunakan terutama di bidang gastroenterologi ialah
endoskopi lentur yang memungkinkan dokter meneliti secara visual organ saluran cerna, sehinggga
dapat meningkatkan ketepatan diagnostik, selain itu bermanfaat pula sebagai sarana penunjang terapi.
Pemeriksaan endoskopi sekarang telah merupakan pemeriksaan rutin, sehingga banyak digunakan
dirumah sakit (tipe C atau tipe B) oleh dokter yang telah mendapat pelatihan penggunaan alat tersebut
sebelumnya.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran maka keahlian profesi yang merupakan
salah satu ciri dari profesi kedokteran harus berkembang lebih baik agar didapat hasil yang optimal.
Ciri lain dari profesi kedokteran yaitu tanggung jawab profesi harus pula lebih ditingkatkan, karena
penerima atau pencari jasa dalam hal ini adalah pasien telah mempercaya sepenuhnya masalah yang
ada kepada yang ahli profesinal.
Praktik profesi kedokteran perlu dilandasi oleh dua pokok prilaku, yaitu kesanggupan untuk
berbuat demi kebaikan pasien dan tidak ada niat untuk menyakiti, mencedrai atau merugikan pasien
(primum non nocere). Sebagai bagian dari rasa tanggung jawab nya dan sebagai mangipestasi dari dua
prinsip prilaku adalah untuk dirawat, diobati dan ditangani oleh dokter yang propesional di bidangnya
serta mempunyai etika yang tinggi.
Dilain pihak, wewenang untuk menentukan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan
dalam suatu kegiatan profesi adalah tangguang jawab profesi itu sendiri. Sehingga dalam rangka
peningkatan dan pengawasan mutu pengalaman profesi perlu ditetapkan setandar pelayanan profesi
kedokteran yang disebut dengan standar pelayanan medik.

Keterangan :
Dicetak miring (italic) : penambahan kata atau kalimat baru
Dicoret garis (striketrough) : penghapusan / pengurangan kata atau kalimat

Standar pelayanan medik mencakup 4 (empat) macam aspek, yaitu :


1. Standar ketenangan
2. Standar prosedur
3. Standar sarana
4. Standar hasil yang diharapkan
Dalam hal standar pelayanan medis yang menyakut aspek ketenangan dan sarana telah disusun
oleh departemen kesehatan. Untuk melengkapi standar yang sudah disusun tersebut maka kita dari
pihak profesi dalam hal ini PEGI (perhimpunan Endoskopi ) PGI (perhimpunan gastrointestinal
indonesia) dan PPHI (perhimpunan peneliti hati indonesia) menyusun standar pelayanan medis yang
menyakut aspek prosedur yang disebut standar prosedur Endoskopi Gastrointestinal
Untuk masa masa yang akan datang PEGI mengharapkan dan mendorong para anggotanya
agar memandang endoskopi gastrointestinal sebagai ilmu, bukan sekedar prosedur diagnostik dan
terapi. Dengan memandang endoskopi sebagai ilmu, terciptalah suatu nuansa keilmuan yang sipatnya
dinamis dan setiap saat selalu berkembang dan tercipta pula suatu landasan untuk bekerja sama
dengan semua jajaran yang bekerja dalam bidang gastroenterogi dari berbagai disiplin ilmu
kedokteran klinik (ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu bedah, Radiologi, Patologi klinik)
dan ilmu kedokteran dasar (fatologi Anatomi faal).
Selanjutnya bila kita memandang endoskopi sebagai ilmu, maka ada 3 pertayaaan yang harus
terus dikumandangkan yaitu : apa selanjutnya, apa alternatifnya dan mencegah nihilisme yang
bertujuan memprediksi perkembangan yang akan datang, menyediakan cara alternatif dalam terapi /
keterampilan karena kita tidaklah mungkin berhasil 100% dan kita harus menghindari situasi stasis.

BAB II
FASILITAS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI GASTROINTESTINAL

I. ALAT ENDOSKOPI
I.1. Perawatan Endoskopi
Perawatan endoskopi merupakan komponen yang penting dari pelayanan endoskopi.
Hal ini dapat di mengerti karena endoskop adalah alat yang mahal dan dan hasil dari suatu
tehnologi maju. Pemeliharaan alat bertujuan agar alat endoskopi dapat dipakai sebanyak
mungkin. Pengertian pemeliharaan alat di sini tidak sekedar sebagai pencucian dan
penyimpanan, tetapi harus diartikan sebagai setiap upaya menjaga agar alat tidak mengalami
kerusakan dalam setiap fase pemeriksaan yang secara potensial dapat menimbulkan
kerusakan alat.
Untuk mencegah kerusakan alat perlu diperhatikan langkah langkah yang benar
dalam hal : mengambil alat dilemari membawa alat ketempat pemeriksaan, meletakkan pada
tempat tidur / meja persiapan, memasang endoskop pada sumber cahaya, memulai
pemeriksaan, menarik kembali alat dari pasien, membersihkan / mencuci alat, melepas alat
dari sumber cahaya, mengeringkan dan dikembalikan lagi ke lemari, meletakkan kembali
endoskop, membersihkan lemari dari cairan / debu.
Sebagai dasar umum agar alat tahan lama adalah semua personil yang bekerja pada
pelayanan endoskopi harus menaruh kasih sayang tehadap endoskop, memegang dan
memberlakukan alat dengan halus dan penuh perasaan. Alat endoskop adalah alat yang sangat
lemah dan mudah patah, namun dengan perlakuan halus maka kerusakan dapat dihindarkan.
I.2. Penyimpanan endoskop
Ruang tempat penyimpanan endoskop diusahakan agar selalu kering dan tidak
lembab, dilengkapi dengan dehumudifer atau atau silika gel yang selalu diganti. Diusahakan
suhu udara ruangan selalu konstan dan di anjurkan memakai alat pendigin atau air
conditioning. Ruangan di jaga agar tetap bersih untuk mencegah pertumbubuhan jamur yang
dapat merusak lensa endoskop

Endoskop disimpan di dalam lemari yang khusus yaitu mempunyai tempat untuk
mengantung skop yang di lengkapi semacam perendam untuk mencegah dan menahan
benturan pada waktu mengambil dan meletakkan skop kembali ditempatnya.
1.3 ruang pemeriksaan endoskopi
Ruang yang baik untuk pemeriksaan endoskopi lokasi yang strategis dekat dengan
tempat perawatan pasien juga dapat dicapai dengan mudah oleh pasien rawat jalan, cukup
luas untuk dapat melakukan semua pemeriksaan atau tindakan tindakan di bidang
endoskopi, bersih dan semi steril, memiliki pengatur suhu (air condition) sehingga suhu sejuk
tidak membuat ahli endoskopi jenuh dan dapat bekerja nyaman. Ruang tindakan endoskopi
harus dilengkapi dengan ruang pencucian, desinfeksi, sterilisasi alat endoskopi dengan ruang
penyimpanan dan ruang pemulihan (sebelum dan sesudah tindakan endoskopi).
I.3. Sarana kedaruratan
Diperlukan alat alat untuk memantau pasien sebelum, selama dan sesudah
pemeriksaan / tindakan endoskopi, terlebih dahulu pada keadaan darurat serta peralatan yang
diperlukan apabila terdapat efek samping sedatif maupun komplikasi tindakan. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan endoskopi dimasukkan dalam kategori tindakan medik invasif,
karena itu diperlukan peraiatan untuk penyelamatan dalam situasi terjadinya komplikasi
pemeriksaan.
Alat alat yang diperlukan adalah :
1. Tingkat standar
Stetoskop
Tensimeter
Termometer
Infus set
Cairan NaCl 0,9% dextrosa 5%, ringer laktat
Plasma expander
Adrenalin ampul
Deksametason / kortison
Anti histamin parenteral
Abbocath
Venflon
Disposible spuit 2,5 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc dan 50 cc
Atropin sulfat
Slang naso gastrik
2. Tingkat pelayanan lanjutan atau terapeutik peralatan tingkat standar ditambah dengan :
Pulse oxymeter
Set venaseksi
Somatostatin / vasopressin / ocreotide
Monitor EKG
Cateter
Dopamin
Resusitasi set
Ambu
Endotracheal tube

Alat yang diperlukan yaitu stetoskop, tensimeter, pulse oxymeter, thermometer, monitor EKG.
Harus disedikan obat dan alat untuk menolong pasien bila dalam darurat antara lain adrenalin injeksi,
deksametason / kortison injeksi, delladryl injeksi, sulfas atroropin injeksi, infus set lengkap, abbocath,
venflon, disposable spuit 2,5 cc / 5 cc / 10 cc, 20 cc dan 50 cc, gantugan infus. Cairan infus (NAci
0,9%, ringer laktat, dextrosa 5%, plasma expander misal dextran haemacel), oksigen, tongue spatel,
gudel, laryngoskop, endotrakheal tube, resuscitator beserta set intubasi lengkap, ambu bag (doctor
blue), selang nasogastric, SB tube, pitresin injeksi atau somatostatin / ocreotide injeksi, catheter tip 50
cc (spuit untuk bilas lambung), set venaseksi, dopamine injeksi.

BAB III
PERSIAPAN, INDIKASI, KONTRAINDIKASI, PENYULIT DAN PERAWATAN PASCA
TINDAKAN ENDOSKOPI

1. PERSIAPAN PENDERITA
Agar pemeriksaan endoskopi dapat berjalan lancar dan untuk menghindarkan penyulit
yang mungkin timbul, diperlukan persiapan yang optimal, baik persiapan dari segi
penderita, persiapan dari segi alat alat yang akan digunakan, obat obat premidikasi
dan lain lain sebelum pemeriksaan dikerjakan, endoskopist harus telah mempelajari dan
mengetahui riwayat penyakit, pemeriksaan jasmani, laboratorium dan radiologis dari
penderita.
Pada pemeriksaan endoskopi saluran gastrointestinal bagian atas, pemeriksaan
radiologi terlebih dahulu dari saluran gastrointestinal bagian atas tidak lagi dianggap
sesuatu keharusan. Pada banyak klinik, pemeriksaan endoskopi telah dilakukan secara
rutin sebagai suatu pemeriksaan permulaan untuk diagnostik walaupun demikian,
pemeriksaan radiolografi dengan kontra ganda mungkin berguna untuk mengidentifikasi
lesi lesi yang memerlukan biospi, untuk memilih alat endoskopi yang sesuai dan
menilai dan menilai kelainan penyebab disfagia.
Pada kolonoskopi, penemuan pada pemerisaan jasmani misalnya pembesaran hati
atau limpa harus diperhitugkan apakah akan mengganggu prosedur. Pada penderita tua
dicari adanya aneurisma aorta abdominalis dan diperiksa EKG. Dicari adanya hemia
misalnya hemia inguinalis aorta abdominalis, ventral dan insisional karena kemungkinan
dilakukan peniupan udara kedalam kolon selama kolonoskopi. Sebaiknya telah diketahui
ada tidaknya riwayat alergi terhadap obat obatan atau kencerungan berdarah karena
kemungkinan akan dilakukannya tindakan biopsi atau polipektomi.
Kelainan pendarahan harus disingkirkan dengan pemeriksaan masa pendarahan, masa
pembekuan, masa protombin, masa tromboplastin parsial dan jumlah trombosit bilamana
direncanakan suatu prosedur endoskopi pada saat oprasi. Pemeriksaan EKG untuk
menyingkirkan aritmia atau infark jantung yang nyata, foto torak untuk melihat ada
tidaknya aneurisma dan pemeriksaan silang dari darah hanya dilakukan oleh penderita
penderita resiko tinggi dan tidak dikerjakan secara rutin.
Persiapan yang terbaik dari penderita yakni persiapan secara psikologik sebelum
pemeriksaan endoskopi dikerjakan, agar dapat dihilangkan rasa cemas dan takut.
Penderita yang dimotivasi dengan baik akan bekerja sama dengan penuh sehingga
prosedur pemeriksaan akan menjadi lancar dan mudah. Untuk penderita yang kurang
koopratif dilakukan dengan pemberian obat sedatif yang adekuat.
Perlu pula dibicrakan dengan penderita mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan
tersebut dan dijelaskan bahwa alat yang akan digunakan adalah fleksibel, tidak kaku
sehingga akan mudah memasuki ataupun melalui saluran cerna baik atas (SCBB).
Kemudian rasa tercekik dan sakit yang akan dirasakan adalah minim dengan pemakaian
anastesi topikal (lokal).
Pasien atau keluarga harus menanda tanggani surat ijin tindakan (informed consent)
sebelum tindakan endoskopi.

Proses terjadinya surat persetujuan tindakan medik (informed consent)


Pada dasarnya surat persetujuan tindakan medik diputuskan oleh pasien atau keluarga
yang kemudian menandatagani surat persetujuan tersebut tindakan dokter yang
menerangkan / meminta informed consent ikut menanda tanggani juga disertai saksi.
Kepada pasien dan / atau keluarganya perlu diterangkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Apa itu pemeriksaan endoskopi
2) Perlunya pemeriksaan endoskopi tersebut
3) Keterangan / manfaat yang dapat dicapai dengan pemeriksaan endoskopi,
misalnya kepastian diagnosis, untuk terapi dan lain lain
4) Resiko yang mungkin terjadi menurut literatur dan pengalaman
5) Artenatif pemeriksaan lain yang mungkin
6) Biaya pemeriksaan
2. ENDOSKOPI DIAGNOSTIK
2.1. Esofagostroduodenoskopi
2.1.1. Indikasi
Dispepsia
Difasgia
Perdarahan gastrointestinal
Nyeri epigastrium kronik
Keluhan keluhan sesudah operasi lambung
Kecurigaan perdarahan lambung
Abnormalitas pada lambung
Penelitian sebagai grup kontrol, surveilans kanker lambung
2.1.2. Kontraindikasi absolut
Penderita tidak kooperatif
Penderita psikopat
Penderita alergi obat premidikasi
Penderita dalam keadaan syok
Baru minum bahan korosif (usaha bunuh diri)
Gagal jantung
Infark jantung akut
2.1.3. Kontraindikasi relatif
Umur tidak merupakan kontraindikasi, asal penderita kooperatif
Kelainan kolumna vertebrata serviko torakal
Sesak napas
Gangguan kesadaran
Infeksi akut / berat
Aneurisma aorta torakalis
Tumor mediastinum
2.1.4. Persiapan penderita
Pendekatan dan memotivasi penderita
Meskipun pemeriksaan endoskopi merupakan pemeriksaan
semiinvasif akan timbul rasa cemas dan takut pada penderita karena
itu perlu pendekatan yang baik serta memberikan motivasi yang
dapat diterima oleh penderita tentang :
Kenapa dan mengapa harus diperiksa
Cara pemeriksaan yang akan dikerjakan
Suntikan sutikan yang diberikan serta kegunaanya

Cara menelan dan benafas panjang diperagakan pada waktu


pemeriksaan
Keadaan keadaan yang akan dirasakan pada waktu
diperiksa seperti perut menjadi kembung, rasa mual, dan
sebagainya
Puasa tidak makan dan minum 6 (enam) jam
sebelum pemeriksaan, kecuali penderita gawat
darurat yang perlu
Gigi palsu, removable dental bridge dan kaca mata
dilepas serta disimpan. Diajukan dan diperagakan
menelan dengan mulut terbuka dengan dipasang
mouth piece, karena proses menelan pada saat
insersi merupakan penolong yang sangat berguna
Berbaring dengan posisi miring ke kiri tangan kiri
dibawah bantal dan tangan kanan di atas paha
Suatu persetujuan tindakan telah ditanda tanggani
2.1.5.

Premidikasi
Bila diperlukan sedasi diberikan diazepam IV / IM 5 10 mg.
Dormicum atau petidin IV 0,5 1 mg / kg BB, 30 menit sebelum
pemeriksaan
Gascon 15 cc peroral 15 10 menit sebelum pemeriksaan
Spray xylocain 10% merata keseluruh faring, sekitar uvula dan
hipofaring 5 10 menit sebelum pemeriksaan
Bila akan dilakukan duodenoskopi dan kanulasi melalui papilla vateri
diberikan hyoscine-N-butylbromide (buscopan) IM/IV 1 -2 ampul

2.1.6.

(20-40 mg) sesudah skop memasuki duodenum


Persiapan alat
Apakah semua tombol tombol berpungsi baik, baik itu air feeding,

2.1.7.

2.1.8.

water feeding dan suction (knop)


Pompa isap
Botol air cukup isinya
Sumber cahaya
Alat foto tersedia, dan apabila direncanakan biopsi apakah cairan

formalin (5-10%) dan botol botol kecil sudah ada


Penyulit
Penyulit atau komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah :
Perforasi
Perdarahan
Gangguan kardio pulmoner
Reaksi terhadap obat obatan
Penularan infeksi
Pneumoni aspirasi
Instrumental impaction
Perawatan pasca endoskopi

Bila dipakai anastesi topikal penderita dianjurkan untuk tidak


makan / minum1 2 jam pasca endoskopi untuk menghindari
aspirasi
Pasien yang berobat jalan harus ada yang mendampingi dan
diberikan instruksi untuk langsung pulang dan tidak boleh membawa
kendaraan sendiri atau mengoprasikan mesin.
Bila pasien datang tanpa pendamping, usahakan diperiksa tanpa
sedasi atau ditahan lebih lama sampai memungkinkan untuk pulang
sendiri.
Bila dilakukan tindakan biopsi sewaktu pemeriksaan endoskopi,
pasien dianjurkan makan cair atau bubur saring atau makanan lunak
selama beberapa waktu tergantung penemuan apa dan beberapa
banyak biopsi dikerjakan dan dianjurkan menghubungi dokter
secepatnya bila mana terjadi perdarahan (hematemasis dan atau
melena)
2.2. KOLONOSKOPI
2.2.1. Indikasi
Pendarahan gastrointestinal (hematemesis dan melena) yang belum
jelas sebabnya (pasien dengan hematochezia)
Penyakit inflamsi usus kronik untuk diagnosis, pengelolaan dan

surveilans terjadinya kanker kolorektal


Diare kronik yang sebabnya belum jelas
Evaluasi abnormalitas pada enema barium
Riwayat keluarga mengidap sindrom poliposis
Surveilans kanker kolitis ulseratif, sindrom poliposis, polip

(adenomatous / mixed)
Intra operatif menentukan lokasi lesi yang tak bisa ditentukan dengan
infeksi atau palpasi dari luar (asal perdarahan, polip)
Penelitian penyakit kolon pada penderita anemia dan penurunan berat
badan yang belum dapat diterangkan penyebabnya
Terapetik :
Polipektomi
Mengatasi perdarahan
Mengambil benda asing
Dekompensasi pada megakolon toksik akut atau volvulus
Dilatasi stenosis
2.2.2. Kontraindikasi absolut
Penderita tidak kooperatif
Perforasi usus
Peritonitis
Kehamilan trimestes ketiga
2.2.3. Kontraindikasi relatif
2.2.3.1. Kehamilan integritas usus
Kolitis akut berat
Obstruksi intestinal

Baru menjalani anastomosis usus


2.2.3.2. Visualisasi terganggu
Persiapan tidak baik
Perdarahan akut gastrointestinal masif
2.2.3.3. Kelainan organ sekitar
Aneurisme aorta atau arteri iliaka
Baru menjalani operasi
2.2.3.4. Faktor penyakit dasar
Koagulopati
Mengidaf penyakit berat
2.2.4. Persiapan penderita
Sebagai langkah awal diperlukan persiapan pembersihan kolon yang
baik agar kolon bersih dari feses dan kotoran yang lain
Memakai celana khusus yang mempunyai lubang berukuran ( 14
cm) untuk jalanya skop
Surat persetujuan tindakan
secara garis besar pembersihan kolon ada 2 macam :
2.2.4.1. Cara konveksional (tradisional)
Pasien makan bubur kecap dan makanan tanpa serat
Sepuluh jam sebelum kolonoskopi pasien diberi garam inggris
(30 40 gram) atau minyak kastor (30 40 cc) atau bisacodyl
tablet 10 mg.
Dua jam sebelum kolonoskopi pasien di klisma sampai bersih
2.2.4.2. Cara lavase lambung
Pasien tak perlu puasa, diit boleh bebas. Beberapa jam sebelum
kolonoskopi
Lambung dibilas larutan Nacl fisiologis + KCl 4 mg / liter
sebanyak 2000 4000 cc dengan cara diminum atau dimasukkan
lewat pipa nasogastrik atau cairan levase dengan formula.
2.2.4.3. Cara baru / modifikasi konvensional
Pasien minum makanan cair entrasol / Nutrison / Isocal yang
rendah residu selama 1-2 hari sampai 10 jam sebelum
kolonoskopi lalu diberi garam inggris (30-40 gram) atau
phosphosoda oral -1 botol atau bisakodil tablet 10 mg. Pasien
harus minum air putih/air gula yang banyak 2-3 liter/24 jam
sampai pagi hari dikolonoskopi.
Satu atau dua jam sebelum kolonoskopi pasien diklisma tinggi
atau diberikan yal 1-2 botol peranal

2.2.5.

Premidikasi
Pemberian premidikasi atau medikasi tergantung kebutuhan. Pada
penderita yang sensitif gelisah/takut dapat diberikan diazepam atau
midazolam (dormicum) dengan atau sedikit peditin (pada keadaan

yang sangat perlu).untuk menghindari kecemasan pasien yang


terpenting ialah penjelasan rinci tentang kemungkinan terjadinya rasa
nyeri,mules atau kembung selama pemeriksaan berlangsung.Dosis
midazolam dapat diberikan bolus,dapat pula dengan cara titrasi
misalnya mulai 2,5 mg,dinaikkan sedikit demi sedikit didapatkan
efek yang dikehendaki.
2.2.6.persiapan alat
Periksa kembali keutuhan alat seperti:
Apakah semua tombol-tombol baik
Pompa isap
Botol air cukup isinya
Sumber daya
Alat foto tersedia dan apabila direncanakan biopsi apakah cairan
formalin dan botol-botol kecil sudah ada
2.2.7.penyulit

Gangguan kardiovaskuler dan pernafasan Perforasi kolon baik yang


disebabkan oleh manuver alat ataupun oleh tindakan biopsi
Perdarahan
Reaksi vasovagal
Distensi pasca kolonoskopi
Plebitis
Infeksi
Volvulasi

2.2.8.perawatan pasca kolonoskopi


Biasanya penderita akan tidur selama
umunya

hampir

semuanya

dapat

jam dan pada

meningalkan

tempat

pemeriksaan 1-2 jam sesudah kolonoskopi dilakukan


Pasien berobat jalan harus ada yang mendampingi dan diberikan
intruksi untuk langsung pulang kerumah dan tidak boleh
membawa kendaraan sendiri atau mengoperasikan mesin
Bila pasien datang tanpa pendamping usahakan diperiksa tanpa
sedasi atau ditahan lebih lama sampai memungkinkan untuk
pulang sendiri
2.3. Endoscopic Retrogade Cholongio Pancreatography (ERCP)
ERCP Merupakan suatu perpaduan antara pemeriksaaan endoscopi dan
radiologi untuk mendapatkan anatomi dari sisitem tractusbiliares (olangiogram)
dan sekaligus duktuspancreatikus (pancreatogram)
2.3.1. Indikasi
Ikterus yang sebabnya tidak jelas
batu saluran empedu
keganasan pada sisitem hepatobilier dan pankreas
prankreastitis kronis

tumor prankreas termasuk kista


diabetesmeletus dengan nyeri perut atau berat badan
menurun

untuk

menyingkirkan

prankreatitis

atau

parsinoman
metastase tumor ke sistem bier atau pankreas
nyeri perut bagian atas atau tanpa kelainan pada pankreas,
lambung dua denum dan hati

Anda mungkin juga menyukai